
Musibah Umat Yang Memilukan
Segala puji hanya bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla, kami
memuji -Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada -Nya,
kami berlindung kepada -Nya dari kejahatan diri-diri kami dan
kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah
Shubhanahu wa ta’alla beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat
menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah Shubhanahu wa
ta’alla sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya
petunjuk.
Aku bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak
diibadahi dengan benar kecuali Allah Shubhanahu wa ta’alla
semata, yang tidak ada sekutu bagi -Nya. Dan aku juga bersaksi
bahwasannya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam
adalah hamba dan Rasul -Nya. Amma Ba'du:
Sesungguhnya umat manapun yang tidak memiliki
metode hidup yang bisa dijadikan sebagai penerang jalan, yang
dapat mengatur perjalanan, maka bisa dipastikan umat tersebut
akan kehilangan banyak watak dasar yang menjadi kekhususan
manusia, berada dalam lembah syahwat, tenggelam dalam
kerusakan moral dan dosa, tercampur antara yang baik dan jelek,
perkara yang indah terkontaminasi dengan keburukan, tidak lagi
mengenal kebaikan, tidak pula mau mengingkari kemungkaran,
sirna sudah fungsi akal, pendengaran serta penglihatan, pada
akhirnya umat seperti itu terjerambab pada kondisi yang lebih
rendah dari pada binatang ternak. Seperti yang Allah Shubhanahu
wa ta’alla singgung melalui firman -Nya:
"Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu
mendengar atau memahami. mereka itu tidak lain, hanyalah
seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari
binatang ternak itu)". (QS al-Furqaan: 44).
Dan perkara yang menakjubkan seperti ini dalam
perilaku umat manusia bukanlah perkara yang aneh lagi, karena
sesungguhnya ketika ada suatu umat, apapun namanya sudah
kehilangan jati diri hidupnya maka pemeluknya akan tersesat,
demikianlah keadaannya seperti diceritakan oleh Allah
Shubhanahu wa ta’alla dalam firman -Nya:
"Dan mereka makan seperti makannya binatang. dan Jahannam
adalah tempat tinggal mereka". (QS Muhammad: 12).
Akan tetapi, yang aneh apabila perilaku kontradiktif semacam ini
yang mencampuradukan antara kebajikan dengan keburukan,
mengotori kebagusan dengan kejelekan, sampai merasuk pada
umat yang telah Allah Shubhanahu wa ta’alla muliakan dengan
sebuah pedoman hidup yang telah menjelaskan segala sesuatu,
mulai dari halal dan haram, etika dan budi pekerti, tanda-tanda
kebesaran dan mukjizat, ibadah dan muamalat.
Sebuah umat yang telah Allah Shubhanahu wa ta’alla
muliakan dengan diutusnya seorang Rasul yang telah
menyampaikan tugas kerasulannya, menunaikan amanah,
menasehati umat, yang mengajak pada tiap cabang kebaikan, dan
memberi peringatan dari segala jenis keburukan, agar umat
manusia mampu keluar dari kegelapan menuju cahaya yang
terang benderang, tentunya dengan izin dari Rabb mereka
menuju jalan yang lurus lagi terpuji. Allah Shubhanahu wa ta’alla
menyatakan dalam firman -Nya:
"Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang
beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul
dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka
ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan
kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan sesungguhnya
sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar
dalam kesesatan yang nyata". (QS al-Imraan: 164).
Dan sungguh menakjubkan bagi umat Islam, yang
Rabbnya adalah (pencipt) cahaya, sebagaimana disebutkan
didalam firman -Nya:
"Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi". (QS an-Nuur:
35).
Kitab yang menjadi panduannya juga cahaya penerang.
Allah Shubhanahu wa ta’alla menyebutkan tentang sifat al-Qur'an
didalam salah satu firman -Nya:
"Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada
cahaya (Al-Quran) yang telah Kami turunkan". (QS at-Taghabuun:
8).
Nabi mereka juga pemberi cahaya. Sebagaimana disebutkan oleh
Allah ta'ala didalam firman -Nya:
"Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan
kitab yang menerangkan". (QS al-Maa-idah: 15).
Sangat mengherankan bagi umat ini, Rabbnya adalah pencipta
cahaya, kitab yang dijadikan sebagai panduannya adalah pemberi
cahaya, dan Nabi mereka pun penerang cahaya tersebut, akan
tetapi umat Islam hidup dalam kegelapan! Allah Shubhanahu wa
ta’alla mengatakan didalam firman -Nya:
"Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan
dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan
8
cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat
manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam
gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya?
Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik
apa yang telah mereka kerjakan". (QS al-An'aam: 122).
Sesungguhnya jalan kebenaran itu cuma ada satu,
sedangkan kebatilan itu sangatlah beragam. Cahaya itu cuma satu
adapun kegelapan itu sangatlah banyak, apakah keduanya
mempunyai sisi persamaan? Jawabannya, tentu tidak sama sekali,
Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan hal tersebut didalam
firman -Nya:
"Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat.
dan tidak (pula) sama gelap gulita dengan cahaya". (QS Faathir:
19-20).
Apakah mungkin keduanya bisa berkumpul jadi satu?
Jawabanya sekali lagi juga tidak mungkin selama-lamanya. Allah
Shubhanahu wa ta’alla menjelaskan hal itu dalam firman -Nya:
"Sebenarya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu
yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang
batil itu lenyap". (QS al-Anbiyaa': 18).
9
Sudah dimaklumi bersama kalau malam itu tidak mungkin bisa
berkumpul dengan siang hari, tidak pula cahaya bersatu dengan
kegelapan, lantas bagaimana dengan perilaku sebagain orang
diantara kita yang masih membiarkan untuk dirinya terkumpul
antara dua hal, kebenaran dan kebatilan, antara cahaya dan
kegelapan yang sangat banyak, apakah keduanya sama?
Jawabannya adalah tidak mungkin. Allah Shubhanahu wa ta’alla
menyinggung hal itu didalam firman -Nya:
"Dan tiada sama (antara) dua laut, yang ini tawar, segar, sedap
diminum dan yang lain asin lagi pahit". (QS Faathir: 12).
Tidakkah kita sadar betapa banyak jalan kegelapan yang
kita telah terperosok didalamnya sepanjang siang dan malam hari,
baik sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, baik yang
melakukannya laki-laki maupun wanita, disengaja maupun ada
unsur tidak disengaja.
Dusta adalah kegelapan, perkataan bohong juga
kegelapan, ghibah dan namimah juga kegelapan, memakan harta
riba juga kegelapan, memakan harta anak yatim juga kegelapan,
nifak adalah kegelapan, mencuri juga kegelapan, berzina juga
kegelapan, mengerjakan perilakunya kaum Luth (homoseks) juga
kegelapan, pamer adalah kegelapan, berpecah belah adalah
kegelapan, iri dan dengki juga kegelapan, sombong juga
kegelapan, berbuat durhaka pada orang tua juga kegelapan,
menyakiti orang lain juga kegelapan, menuduh berzina juga
kegelapan, meminum minuman keras juga kegelapan, memakan
makanan yang buruk juga kegelapan, merampok juga kegelapan,
menyuap adalah kegelapan, meninggalkan sholat juga kegelapan,
mendengarkan nyanyian juga kegelapan, menipu adalah
kegelapan, menjulurkan pakaian dibawah mata kaki itu juga
kegelapan, mencukur jenggot itu juga kegelapan, membuat makar
adalah kegelapan, sihir adalah kegelapan, menanggalkan hijab
bagi perempuan itu juga kegelapan, memakain cincin dari emas
bagi lelaki itu juga kegelapan, berlebih-lebihan dalam
membelanjakan harta adalah kegelapan, gambar dan foto itu
adalah kegelapan, menganggu tetangga adalah kegelapan,
berbuat curang dalam menakar dan menimbang itu juga
kegelapan, menyerupai orang kafir juga kegelapan, menyakiti
orang lain tanpa alasan yang benar adalah kegelapan, kufur
terhadap nikmat juga kegelapan, berlaku lalim juga kegelapan.
10
Sesungguhnya engkau pasti akan menjumpai sifat dan
juga perilaku diatas seluruh atau sebagiannya, yang sesuai pada
sebagian diantara kita, bahkan bisa jadi tidak dijumpai seorang
pun yang selamat dari sifat buruk seperti diatas kecuali yang Allah
Shubhanahu wa ta’alla rahmati saja. Duhai sayang sekali,
sesungguhnya musibah yang menimpa kita dalam meremehkan
hal ini cuma satu, baik yang banyak melakukan maupun yang
sedikit. Duhai celaka sekali, bagi orang yang berlaku lalim dan
kedzaliman. Allah Shubhanahu wa ta’alla mengatakan balasan
bagi mereka didalam firman -Nya:
"Ingatlah, sesungguhnya orang-orang yang zalim itu berada
dalam azab yang kekal". (QS asy-Syuuraa: 45).
Sungguh Allah ta'ala telah memuliakan kita dengan akal
yang bisa digunakan untuk memilah mana yang benar dan mana
yang salah. Dan Allah Shubhanahu wa ta’alla telah
menganugerahkan pedoman hidup yang tidak ada sisi kebatilan
dari manapun juga, yang berisikan didalamnya sebagai penjelas
segala sesuatu. Demikian pula Allah Shubhanahu wa ta’alla telah
mengutus kepada kitas seorang Rasul yang meninggalkan kita
diatas jalan yang terang benderang, malamnya bagaikan siang
hari, yang tidak ada yang menyelesihinya melainkan dirinya akan
binasa, Allah menyatakan didalam firman -Nya:
"Dia -lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang
Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat -Nya
kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka
kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan sesungguhnya mereka
sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata". (QS al
Jumu'ah: 2).
Duhai umat Islam sesungguhnya hidup tanpa menjadikan
Qur'an sebagai pedoman akan menjadikan tidak ada nilainya
sama sekali, akan tetapi jika engkau kembali kepada al-Qur'an
maka segalanya akan bernilai. Allah Shubhanahu wa ta’alla
menyatakan didalam firman -Nya:
"Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab
yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. maka
apakah kamu tiada memahaminya?. (QS al-Anbiyaa': 10).
13
Sungguh Allah ta'ala telah memuliakan kita dengan berbagai
nikmat yang melimpah ruah sampai kiranya kita tidak mampu lagi
untuk mengingat maupun menghitungnya, apakah setelah itu kita
sudah mengambil manfaat darinya, menggunakan nya untuk
sesuatu yang membawa manfaat pada kita, memperbaiki kondisi
kita, yang tentu sejalan dengan ridho Rabb kita?
Allah Shubhanahu wa ta’alla telah memuliakan kita dengan akal
pikiran, pernahkah kita sesekali merenungi tentang penciptaan
langit dan bumi? Dimana Allah Shubhanahu wa ta’alla
menyatakan didalam firman -Nya:
"Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi.
tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang
memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman". (QS
Yunus: 101).
Sungguh Allah Shubhanahu wa ta’alla telah memuliakan
kita dengan hati sanubari, pernahkah kita gunakan untuk
merenungi apa yang bermanfaat dan apa yang membahayakan
bagi kita? Sungguh Allah Shubhanahu wa ta’alla telah
memuliakan kita dengan mata, apakah sudah kita gunakan untuk
14
melihat hal-hal yang bermanfaat dan memilah mana yang
mendatang mara bahaya bagi kita? Sungguh Allah Shubhanahu
wa ta’alla telah memuliakan kita dengan dua telinga, apakah
sudah kita gunakan sebagai media untuk mendengarkan
kebenaran dan ucapan-ucapan yang baik?
Sesungguhnya menghilangkan nikmat-nikmat diatas
dengan tidak menggunakan sebagaimana mustinya akan
mengakibatkan terhalangnya kita dari kebenaran disamping juga
sebagai faktor yang menyebabkan masuk ke dalam neraka. Allah
Shubhanahu wa ta’alla menjelaskan didalam salah satu firman
Nya:
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam)
kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi
tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan
mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai
telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat
ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka
lebih sesat lagi. mereka itulah orang-orang yang lalai". (QS al
A'raaf: 179).
Kita harus mengakui, kondisi buruk yang ada pada
pribadi sebagian kita, pemahaman yang salah, mata hati yang
buta, jungkir balik hati sanubari, hingga kondisinya tidak lagi
mengenali kebaikan tidak pula mengingkari kemungkaran,
memandang yang baik sebagai hal yang jelek, yang jelek dianggap
baik, yang baik dikira jelek dan yang jelek dianggap baik, yang
benar dianggap batil dan yang batil dikira benar. Allah
Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
"Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang
terang, maka barangsiapa melihat (kebenaran itu), maka
(manfaatnya) bagi dirinya sendiri, dan barangsiapa buta (tidak
melihat kebenaran itu), maka kemudharatannya kembali
kepadanya. dan aku (Muhammad) sekali-kali bukanlah
pemelihara(mu)". (QS al-An'aam: 104).
Amal perbuatan bagaikan fatamorgana, hati hancur luluh tidak
tersentuh ketakwaan sedikitpun, sedangkan dosa dan salah
bertumpuk bagaikan tanah dan debu.
16
Duhai untuk umatku, engkau senang membaca kitab
Allah Shubhanahu wa ta’alla, menyempurnakan huruf dan
tajwidnya, tapi kenapa engkau melalaikan batasan-batasannya.
Duhai untuk umatku, engkau begitu perhatian dalam masalah
penampilan, tapi kenapa engkau lalai penampilan bathinmu.
Tidakkah engkau sadari kalau kitab Allah Shubhanahu wa ta’alla
diturunkan membawa misi supaya di imani dan diamalkan
kandungan isinya, yaitu dengan mengerjakan perintah-perintah
Nya serta menjauhi segala larangan -Nya, menghalalkan yang
halal dan mengharamkan yang haram, berhenti pada batasannya,
mengambil pelajaran dari kisah-kisah yang direkam didalamnya,
juga merenungi ayat-ayat -Nya yang mulia serta para makhluk
Nya yang agung. Allah Shubhanahu wa ta’alla menjelaskan hal itu
di dalam firman -Nya:
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur'an ataukah
hati mereka terkunci? (QS Muhammad: 24).
Apa sejatinya yang sedang menimpa umat ini? Apa sebab
yang memalingkan umat dari kitab Rabbnya serta petunjuk
Nabinya? Sampai-sampai kondisinya diliputi dengan berbagai
macam fitnah yang sulit sekali untuk ditolak hingga oleh seorang
17
penyabar sekalipun. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan
didalam firman -Nya:
"Mengapa mereka tidak mau beriman? Dan apabila al-Qur'an
dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud". (QS al
Insyiqaaq: 20-21).
Bukankah Allah Shubhanahu wa ta’alla telah menjadikan umat ini
sebagai umat terbaik yang dikeluarkan bagi umat manusia,
dengan membawa ajaran yang agung yaitu amar ma'ruf dan nahi
munkar. Sebagaimana hal itu dinyatakan oleh Allah Shubhanahu
wa ta’alla dalam firman -Nya:
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar,
dan beriman kepada Allah". (QS al-Imraan: 110).
Lalu apa faktor yang menyebabkan mereka lupa dan
seakan bingung dengan ajarannya ini? mereka sudah enggan
18
untuk menyuruh kepada yang ma'ruf, tidak pula mencegah dari
yang mungkar. Bahkan yang ada mata hati seakan tertutup,
sanubari telah buta, hingga keadaanya berubah menjadi sudah
tidak lagi mengetahui mana yang ma'ruf dan tidak mau mencegah
yang mungkar, lalu mulai berkembang pola pikir yang melihat
perkara yang ma'ruf adalah kemungkaran dan yang mungkar
menjadi ma'ruf.
Kondisinya semakin memburuk, hingga jikalau melihat
ada orang yang menegakkan untuk menyuruh kepada yang ma'ruf
dan mencegah yang mungkar, siang malam, terang-terangan
maupun sembunyi-sembunyi tanpa kenal lelah, justru tanpa
sungkan sedikitpun malah dicegah tanpa ada kekuatan sedikitpun
untuk menolaknya. Tidak ingatkah firman Allah ta'ala yang
mengatakan:
"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebagian
dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan
19
mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu
beriman. Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal
ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun
berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang
teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi
petunjuk kepada jalan yang lurus". (QS al-Imraan: 100-101).
Duhai umat Islam, bukankah Allah Shubhanahu wa
ta’alla telah mensifati dan memuliakan kalian dengan persatuan
dan ukhuwah serta kecintaan yaitu tatkala Allah Shubhanahu wa
ta’alla mengatakan dalam firman -Nya:
"Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua;
agama yang satu dan aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah
aku". (QS al-Anbiyaa': 92).
Demikian pula tatkala Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan
didalam firman -Nya:
(Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara". (QS al
Hujuraat: 10).
Begitu pula dalam sabdanya Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa
sallam yang mengatakan:
"Tidaklah sempurna keimanan salah seorang diantara kalian
hingga mencintai bagi saudaranya seperti halnya yang ia cintai
untuk dirinya sendiri". HR Bukhari no: 13. Muslim no: 45.
Apa sebetulnya yang sedang menimpanya, hingga umat
ini berubah menjadi bergolong-golongan yang begitu banyak,
terpecah dalam kelompok dan pengekor hawa nafsu, perselisihan
dan permusuhan? Sedangkan Allah ta'ala menyatakan didalam
firman -Nya:
"Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama -Nya
dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung
jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka
hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan
memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka
perbuat". (QS al-An'aam: 159).
Menakjubkan sekali perkaranya umat Islam sekarang ini.
Bukankah Allah Shubhanahu wa ta’alla telah mensifatinya dengan
wasathiyah (pertengahan, bersikap adil) yaitu manakala Allah
mengatakan didalam firman -Nya:
﴿ و أ و ﴾ ] ة ا : [
"Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam),
umat yang adil dan pilihan". (QS al-Baqarah: 143).
Lantas dimana sekarang sikap adil tersebut ditinggalkan, yang ada
sekarang justru condong ke kiri dan ke kanan, terkadang miring ke
barat terkadang condong ke timur dan kadang lurus menghadap
ke Allah azza wa jalla, Allah Shubhanahu wa ta’alla menyinggung
hal ini dalam firman -Nya:
"Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum)
siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang
orang yang yakin? (QS al-Maa-idah: 50).
Sesungguhnya tidak mungkin kebahagian itu digapai
melainkan melalui jalan Islam, karena semua jalan pasti akan
ditolak tidak mungkin diterima oleh Allah azza wa jalla.
Sebagaimana ditegaskan hal itu didalam firman -Nya:
"Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali
kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di
akhirat termasuk orang-orang yang rugi". (QS al-Imraan: 85).
Menakjubkan sekali perkaranya umat Islam ini, bukankah Allah
Shubhanahu wa ta’alla telah memuliakannya dengan
menurunkan sebuah kitab yang menjelaskan segala sesuatu, yaitu
tatkala Allah Shubhanahu wa ta’alla mengatakan didalam firman
Nya:
"Dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (al-Qur'an) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar
gembira bagi orang-orang yang berserah diri". (QS al-Nahl: 89).
Kenapa sekarang justru mereka berpaling dari kitab yang
diturunkan oleh Rabbnya yang merupakan sumber kejayaannya?
Sesungguhnya kalimat pertama yang menjadi undang-undang
dasarnya ialah kalimat 'Bacalah', sedangkan sekarang dirinya tidak
bisa baca, jikalau mampu membaca maka tidak bagus ketika
23
memahaminya, dan seandainya mampu memahami maka tidak
sempurna ketika mengerjakannya. Allah Shubhanahu wa ta’alla
menyatakan didalam firman -Nya:
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur'an ataukah
hati mereka terkunci? (QS Muhammad: 24).
Sungguh menakjubkan urusannya umat Islam. Bukankah
Allah Shubhanahu wa ta’alla telah memberi kemuliaan dengan
mengutusnya seorang Rasul yang merupakan Rasul terbaik, yang
meninggalkan bagi umat ini diatas cahaya yang terang benderang,
malamnya bagaikan siang hari. Sangat penyayang bagi umatnya
serta berkinginan baik terhadap mereka. Seperti dijelaskan oleh
Allah ta'ala didalam firman -Nya:
"Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu
sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat
menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas
kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin". (QS at
Taubah: 128).
Lantas sekarang mereka tersesat dari jalan yang lurus,
enggan untuk mengambil sunahnya dan tidak mencukupkan diri
dengan petunjuk yang dibawa beliau? Sedangkan Allah
Shubhanahu wa ta’alla mengatakan dalam firman -Nya:
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah". (QS al-Ahzab: 21).
Sungguh kondisi umat sekarang ini memprihatinkan
sekali, hingga sampai pada kehilangan jati dirinya, sampai kiranya
mereka tidak lagi merasakan atau merasa mana yang musuh dan
yang sebagai temannya, tidak lagi bisa membedakan mana yang
mampu memberi manfaat dan yang membahayakannya, karena
sudah tersesat jalan, buta terhadap kebenaran, hingga musuh
mengerumuninya, merusak agama dan akhlaknya. Allah
Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya:
"Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka
(dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran),
seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara
kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka
mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan
mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya". (QS
al-Baqarah: 217).
Sungguh umat ini telah kecolongan penyakit yang
merobek serta mencerai beraikan persatuan mereka, tergeser
dari kedudukannya, dan melumpuhkan kekuatan yang pernah
dimilikinya, sehingga keadaannya berubah menjadi pengikut
bukan yang di ikuti, pendengar bukan yang didengar ucapannya,
di perintah bukan yang menyuruhnya, menjadi pengekor bukan
yang berijtihad, hancur berantakan tidak terselamatkan, itu
semua disebabkan dosa yang telah memuncak sampai pada titik
terendah.
Mengimani adanya Allah Shubhanahu wa ta’alla namun
tidak mentaati perintah -Nya, membaca kitab -Nya namun tidak
berusaha untuk memahaminya dengan baik, mencintai Rasulallah
Shubhanahu wa ta’alla namun tidak mengikuti petunjuk yang
diajarkan, membenci setan namun justru mentaati perintahnya.
Penyakit apa sejatinya ini? kesesatan apa lagi setelah ini?
kerusakan dan kedzaliman apa lagi yang akan terjadi seusai ini?
Apakah kita paham setelah ini jikalau kita sedang terkena
penyakit? Apabila kita telah memahami kalau kita sedang
tertimpa penyakit, apakah kita telah meneliti apa dan dari mana
penyebab penyakit tersebut? Apakah memang musibah yang
menimpa kita karena tidak adanya obat yang mampu mengobati
dari akar musibah dan kerusakan yang ada dalam umat ini? Atau
musibah yang menimpa kita karena tidak adanya tabib mumpuni
yang mampu membuat resep guna melenyapkan penyakit
tersebut, lalu menjelaskan kepada pasiennya jenis obat, takaran
dan cara mengkonsumsinya?
Atau memang penyakitnya adalah jenis yang tidak
mempan obat tidak pula tembus terapi dan perawatan? Sungguh,
pada hakekatnya penyakit tersebut bermuara pada tiga hal ini
tidak lebih tidak pula kurang, maka coba mari kita deteksi dari
mana sejatinya umat ini terkena musibah, agar kita bisa
mengetahui bagaimana supaya umat ini bisa selamat.
26