Artikel

Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa. Berpegang


teguhlah dengan tali Allah. Ingatlah, kebahagiaan itu hanya bisa


diraih dengan berpegang teguh dengannya. Bersyukurlah kepada


Allah. Dengan bersyukur, niscaya kenikmatan itu akan senantiasa


bertambah.


Masa muda merupakan masa keemasan, masa produktif. Masa yang


paling gemilang untuk mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya


menuju akhirat. Sehingga Islam sangat memperhatikan kepada para


pemuda. Demikian halnya dengan Nabi Muhammad Shallallahu


‘alaihi wa sallam, beliau sangat memberikan perhatian kepada para


pemuda. Di antaranya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda:


)) ِيف


َ


أ


َ


ش


َ


ن


ٌّ


اب


َ


ش


َ


و


ُ


ادِل


َ


ع


ْ


ال


ُ


ام


َ


ِم


ْ


اإل


ُ


ه


ُّ


ِظل


ه


َِل


إ


ه


ِظل


َ


َل


َ


م


ْ


و


َ


ِهِ ي


ِيف ِظل


اَّلل هُ


ْ


م


ُ


ه


ُّ


ِظل


ُ


ي


ٌ


ة


َ


ع


ْ


ب


َ


س


ِهِ


ب


َ


ةِر


َ


اد


َ


ِعب (( ]متفق عليه[


Tujuh orang yang akan dilindungi oleh Allah pada hari yang tidak


ada perlindungan kecuali perlindungan-Nya, (yaitu) pemimpin yang


adil dan seorang pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada


Allah. [Muttafqun alaihi].


Tanggung jawab untuk terbentuknya pemuda-pemuda tangguh dan


generasi yang taat, itu merupakan kewajiban dan tugas yang besar


di pundak para orang tua, agar mendidik anak-anaknya semenjak


dini dengan pendidikan yang benar, yaitu pendidikan yang diajarkan





4





oleh Islam, sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda:


(( ُ


اء


َ


ن


ْ


ب


َ


أ


ْ


م


ُ


ه


َ


ا و


َ


ه


ْ


ي


َ


ل


َ


ع


ْ


م


ُ


وه


ُ


ب


ِ


اْض ْ


َ


و


ِع ِسنِنيَ


ْ


ب


َ


س


ُ


اء


َ


ن


ْ


ب


َ


أ


ْ


م


ُ


ه


َ


ةِ و


َ


ال


ِالصه


ب


ْ


م


كُ


َ


د


َ


َل


ْ


و


َ


وا أ


ُ


ر


ُ


م





ِجِع


ا


ضَ


َ


م


ْ


ِيف ال


ْ


م


ُ


ه


َ


ن


ْ


ي


َ


وا ب


ُ


ق


ِ


ر


َ


ف


َ


و


ٍ


ْش ْ


َ


ع (( ]رواه أبو داود[


Perintahkanlah anak-anak kalian agar menunaikan shalat ketika


mereka berumur tujuh tahun dan pukullah mereka ketika telah


berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidurnya. [HR Abu


Dâwud].


Hadits ini, meskipun berhubungan dengan mendidik anak dalam


masalah shalat, akan tetapi, sesungguhnya mencakup pendidikan


lainnya dari syariat Islam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam


juga bersabda kepada Ibnu ‘Abbâs yang pada saat itu beliau masih


kecil:


َ )) ا


ِذ


إ


كَ


َ


اه


َ


ُ


َت


ُ


ه


ْ


ِد


َ


َت


اَّلل هَ


ْ


ظ


َ


ف


ْ


اح


كَ


ْ


ظ


َ


ف


ْ َ


َي


اَّلل هَ


ْ


ظ


َ


ف


ْ


ا ٍت اح


َ


ِم


َ


َك


كَ


ُ


ِم


ل


َ


ع


ُ


ِ أ


إِّن


ُ


م


َ


ال


ُ


ا غ


َ


ي





ِ


ِاَّلل ه


ب


ْ


عِن


َ


ت


ْ


اس


َ


ف


تَ


ْ


ن


َ


ع


َ


ت


ْ


ا اس


َ


ِإَوذ


اَّلل هَ


ْ


ل


َ


أ


ْ


اس


َ


ف


تَ


ْ


ل


َ


أ


َ


س (( ]رواه الرتميذي[





Wahai, anak kecil! Sesunguhnya aku akan mengajarkan kepadamu


beberapa kalimat; jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu;





5





jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapatkan Dia selalu di


hadapanmu; apabila engkau minta, mintalah kepada Allah dan





apabila engkau minta pertolongan, mintalah pertolongan kepada-


Nya. [HR Tirmidzi].





Didiklah mereka dengan pendidikan Islam. Berilah para pemuda itu


dengan pengarahan yang benar. Hendaklah orang tua menjadi


teladan yang baik bagi anaknya, sehingga menjadikannya sebagai


qudwah hasanah.


Salah satu wasilah yang sangat membantu dalam membentuk


kepribadian anak, adalah dengan membersihkan rumah-rumah kita


dari berbagai sarana yang dapat membawa kepada kerusakan,


sehingga seorang anak akan selamat dari berbagai penyelewengan,


akan selalu terjaga fithrahnya, dan menjadi anak shâlih yang akan


memberikan manfaat bagi kedua orang tuanya; tidak hanya di dunia,


tetapi juga di akhirat kelak. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala


akan mengumpulkannya bersama kedua orang tuanya di surga. Allah


Subhanahu wa Ta’ala berfirman,





﴿





ْ


ِمن


ْ


م


ُ


اه


َ


ن


ْ


َ


َل


َ


ا أ


َ


م


َ


و


ْ


م


ُ


ه


َ


ت


ه


ي


ِ


ر


ُ


ذ


ْ


ِم


ِه


ا ب


َ


ن


ْ


ق


َ


ْ


ْل


َ


ٍن أ


ا


َ


يم


ِ


إ


ِ


ب


ْ


م


ُ


ه


ُ


ت


ه


ي


ِ


ر


ُ


ذ


ْ


م


ُ


ه


ْ


ت


َ


ع


َ


ب


ه


ات


َ


وا و


ُ


ن


َ


آم


ِينَ


ه


اَّل


َ


و





هِنيٌ


َ


ر


بَ


سَ


َ


ا ك


َ


ِم


ٍئ ب


ِ


ر


ْ


ام


ُُّ


ٍء ۚ ُك


ْ


ْ َش َ


ِمن


ْ


ِم


لِه


َ


م


َ


ع ﴾ ] الطور : 21]





Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka


mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu


mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari





6





pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang


dikerjakannya. [ath-Thûr/52 ayat 21]


Untuk mencapai kemuliaan yang agung ini, tentu membutuhkan


kesabaran, perjuangan, dan perhatian yang besar dari para orang


tua. Terlebih lagi pada zaman sekarang ini, berbagai fasilitas tersedia


dan sangat mudah membahayakan akhlak dan kepribadian seorang


anak. Pemuda pada zaman ini, ia bagaikan seekor kambing yang


berada dalam kerumunan serigala yang siap menyantapnya.





Dengan demikian, kita dapat memahami mengapa para salafush-


shalih sangat memperhatikan pendidikan anak-anaknya. Mereka





berusaha menjadikan anak-anaknya sebagai penghafal Al-Qur`ân


dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Mereka


menyerahkan pendidikan anak-anaknya kepada para pengajar yang


amanah. Bahkan tidak sedikit harta yang mereka keluarkan. Masa


dan waktu yang panjang mereka luangkan. Semua ini, mereka


korbankan demi mengharapkan tercapainya cita-cita, yaitu memiliki





generasi yang taat kepada Allah. Mereka tidak membiarkan waktu-


waktu yang ada kosong begitu saja menghiasi anak-anaknya, karena





waktu yang kosong dapat berbahaya bagi seorang pemuda. Oleh


karena itu, seorang pemuda yang memiliki kekuatan dan keinginan,


harus memanfaatkan waktunya dengan kesibukan. Jagalah waktu


mereka dengan sebaik-baiknya. Demikian pula, jangan memberikan


kepada mereka harta yang berlebihan, tetapi berikanlah sesuai


dengan kebutuhan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:





7





﴿ ا


ً


ام


َ


و


َ


ق


لِكَ


َٰ


َ


ذ


ني َْ


َ


ب


َ


ن


َ


َك


َ


وا و


ُ


ُ


رت


ْ


ق


َ


ي


ْ


م


َ


ل


َ


وا و


ُ


ف


ُ ْْسِ


ي


ْ


م


َ


وا ل


ُ


ق


َ


ف


ْ


ن


َ


ا أ


َ


ِذ


إ


ِينَ


ه


اَّل


َ


و ﴾ ] الفرقان :


]67


Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka


tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan


itu) di tengah-tengah antara yang demikian. [al-Furqân/25:67].


Adapun para guru atau para pendidik, sesungguhnya mereka


memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar untuk mendidik


anak-anak kaum muslimin. Menjadikan mereka generasi Rabbani;


generasi yang selalu berjalan di atas ketentuan Allah dan Rasul-Nya,


generasi yang meneruskan perjuangan para sahabat, generasi yang


siap mengemban dakwah Islam. Ajarkanlah kalimat tauhid,


ajarkanlah sunnah-sunnah Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ,


ajarkanlah akhlak mulia. Itulah tugas seorang guru yang merupakan


tugas yang agung dan amanah yang besar.


Ketahuilah, sesungguhnya para musuh selalu berusaha merusak


kepribadian pemuda Islam. Mereka selalu membuat makar untuk


menjerumuskan para pemuda ke jurang kebinasaan. Para musuh


Islam menyediakan berbagai fasilitas yang dapat menjerumuskan





kepada syahwat untuk merusak akhlak pemuda Islam, seperti obat-


obat terlarang untuk merusak akal sekaligus badan, bahkan para





musuh Islam menyusup melalui pendidikan dengan cara


memasukkan pelajaran yang tidak sesuai dengan norma-norma


Islam. Pelajaran yang mengandung kemaksiatan, bahkan kekufuran


kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tujuan utama para musuh itu


ialah agar kaum muslimin berpaling dari ilmu Islam dan sibuk


dengan ilmu-ilmu yang mereka inginkan. Itulah makar dan tipu daya





8





musuh untuk menghancurkan kaum muslimin. Allah Subhanahu wa


Ta’ala berfirman:





﴿





ْ


ِمن


ْ


م


ْكُ


ي


َ


ل


َ


ع


َ


ل


ه


َ


َن


ُ


ي


ْ


ن


َ


أ


ِكِنيَ


ُْش ْ


م


ْ


ال


َ


َل


َ


ِب و


ا


َ


ِكت


ْ


ال


ِ


ل


ْ


ه


َ


أ


ْ


وا ِمن


ُ


ر


َ


ف


ِينَ كَ


ه


اَّل


ُّ


د


َ


و


َ


ا ي


َ


م


ْ


م


ِكُ


ب


َ


ر


ْ


ِمن


ٍ


ْ


ْي


َ


خ ﴾ ] ابلقرة : 105]


Orang-orang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tiada


menginginkan diturunkannya sesuatu kebaikan kepadamu dari


Rabbmu. Dan Allah menentukan siapa yang dikehendaki-Nya (untuk


diberi) rahmat-Nya (kenabian); dan Allah mempunyai karunia yang


besar. [al-Baqarah/2 : 105].


Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memperingatkan kaum muslimin


dari makar dan tipu daya orang kafir dengan firman-Nya,


﴿





ه


م


ُ


ا ث


َ


ه


َ


ون


ُ


فِق


ْ


ن


ُ


ي


سَ


َ


ِ ۚ ف


اَّلل ه


ِ


ِيل


ب


َ


س


ْ


ن


َ


وا ع


ُّ


د


ِِلَصُ


ْ


م


ُ


ه


َ


ال


َ


و


ْ


م


َ


أ


َ


ون


ُ


فِق


ْ


ن


ُ


وا ي


ُ


ر


َ


ف


ِينَ كَ


ه


اَّل


ه


ِن


إ





ون


ُ


ب


َ


ل


ْ


غ


ُ


ي


ه


م


ُ


ث


ً


َ ْ َْسة


ح


ْ


ِم


ه


ْ


ي


َ


ل


َ


ع


ُ


ون


كُ


َ


ت ﴾ ] األنفال : 36]


Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka


untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan


menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan


mereka akan dikalahkan. [al-Anfâl/8 : 36].


Akan tetapi, sungguh musuh-musuh Islam itu akan terkalahkan.


Tetapi kapankah mereka dapat dikalahkan? Jawabanya, yaitu jika


kaum muslimin tetap konsisten dengan perintah dan larangan Allah


Shallallahu ‘alaihi wa sallam , berusaha menerapkan syariat Allah





9





Subhanahu wa Ta’ala dalam kehidupan mereka, dan selalu berhati-


hati dengan makar mereka.





Anak-anak kaum muslimin adalah tumpuan untuk masa yang akan


datang. Merekalah yang akan membawa panji Islam. Semua itu akan


terwujud, apabila pendidikan yang benar dimulai semenjak dini, dan


yang paling berperan ialah orang tua dan guru. Sungguh, generasi


yang shâlih akan mendatangkan manfaat, khususnya bagi kedua


orang tuanya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


(( ْ


و


َ


ٍة أ


َ


ي


ِ


ار


َ


ٍة ج


َ


ق


َ


د


صَ


ْ


ِمن


ه


َِل


ٍة إ


َ


ث


َ


ال


َ


ث


ْ


ِمن


ه


َِل


إ


ُ


ه


ُ


ل


َ


م


َ


ع


ُ


ه


ْ


ن


َ


ع


َ


ع


َ


ط


َ


ق


ْ


ان


ُ


ان


سَ


ْ


ن


ِ


ْ


اإل


اتَ


َ


ا م


َ


ِذ


إ





الٍِح


ٍ صَ


َ


َل


َ


و


ْ


و


َ


ِهِ أ


ب


ُ


ع


َ


ف


َ


ت


ْ


ن


ُ


ٍم ي


ْ


ِعل





ُ


َ


و ل


ُ


ع


ْ


د


َ


ي (( ]رواه مسلم[





Apabila salah seorang meninggal maka akan terputus semua


amalannya, kecuali tiga perkara (yaitu) shadaqah jariyah, ilmu yang


bermanfaat, dan anak shalih yang senantiasa mendoakan kedua


orang tuanya. [HR Muslim]


Oleh karena itu, bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala


dalam memegang amanah yang agung ini. jagalah anak-anak, para


pemuda kita dari api neraka Jahannam.





﴿





ُ


ة


َ


ار


َ


ِج


ْ


اْل


َ


و


اس ُ


ه


ا انل


َ


ه


ُ


ود


ُ


ق


َ


ا و


ً


ار


َ


ن


ْ


م


لِيكُ


ْ


ه


َ


أ


َ


و


ْ


م


سَ كُ


ُ


ف


ْ


ن


َ


وا أ


ُ


وا ق


ُ


ن


َ


آم


ِينَ


ه


ا اَّل


َ


ه


ُّ


ي


َ


ا أ


َ


ي


َ


ل


َ


ع





َ


ون


ُ


ر


َ


م


ْ


ؤ


ُ


ا ي


َ


م


َ


ون


ُ


ل


َ


ع


ْ


ف


َ


ي


َ


و


ْ


م


ُ


ه


َ


ر


َ


م


َ


ا أ


َ


م


اَّلل هَ


َ


ون


صُ


ْ


ع


َ


ي


َ


َل


ٌ


اد


َ


ِشد


ٌ


ظ


َ


ِغال


ٌ


ة


َ


ِك


ئ


َ


ال


َ


ام


َ


ه


ْ


ي ﴾ ]


اَلحريم : 6]





10





Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu


dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;


penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak


mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada





mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. [at-


Tahrîm/66 : 6].





(Diringkas dari al-Khutab al-Mimbariyyah, karya Syaikh Shâlih bin


Fauzân al-Fauzân)





Sumber: http://shoutussalam.com





[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun XII/1429/2008M.


Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi


Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax


0271-858196]



Tulisan Terbaru

Keutamaan Puasa Enam ...

Keutamaan Puasa Enam Hari Syawal Shawal