Artikel

Salaf Dan Fitnah Dalam Agama





Muqodimah


Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam


semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa


sallam beserta keluarga dan seluruh sahabatnya.


Abdul Karim al-Jazary meriwayatkan dari Abu Ubaidah bin


Muhammad bin Ammar bin Yasir, ia berkata: ‘Orang-orang musyrik


menangkap (menyiksa) Ammar radhiyallahu ‘anhu, mereka tidak


melepaskannya hingga ia mencela Nabi Muhammad Shallallahu


‘alaihi wa sallam dan menyebutkan kebaikan sembahan-sembahan


(berhala-berhala) mereka. Maka tatkala ia datang kepada Nabi


Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bertanya: ‘Apa


yang terjadi di belakangmu? Ia menjawab: ‘Keburukan, wahai


Rasulullah, demi Allah, mereka tidak melepaskan aku hingga aku


mencela engkau dan aku menyebutkan kebaikan sembahan


sembahan mereka.’ Beliau bersabda: ‘Bagaimana engkau


merasakan dalam hatimu? Ia menjawab: ‘Tenang/damai dengan


iman.’ Beliau bersabda: ‘Jika mereka kembali maka kembalilah


engkau.’1


1 Siyar A’lam Nubala 1/411 dan hadits tersebut diriwayatkan al-Hakim


2/357, ia menshahihkannya dan sepakati oleh adz-Dzahabi, Ibnu Sa’ad


dalam Thabaqat 3/189, Abu Nu’aim dalam al-Hilyah 1/140, dan ath-Thabary


dalam Tafsir 14/122.


3


Dari Syu’bah dan Hisyam, dari Qatadah, dari Yunus bin


Jubair, ia berkata: ‘Kami mengunjungi Jundub radhiyallahu ‘anhu,


aku berkata kepadanya: Berikanlah pesan/wasiat kepada kami.’ Ia


berkata: ‘Aku berwasiat kepadamu agar bertaqwa kepada Allah


Shubhanahu wa ta’ala dan aku berwasiat kepadamu dengan al


Qur`an, sesungguhnya ia merupakan cahaya di malam yang gelap


dan petunjuk di siang hari. Amalkanlah al-Qur’an kendati berat dan


susah. Jika datang bala maka berikanlah hartamu, jangan agamamu.


Jika bala/cobaan terus berlanjut maka berikanlah harta dan jiwamu,


jangan agamamu. Sesungguhnya orang yang rusak adalah yang rusak


agamanya dan orang yang dirampas adalah orang yang dirampas


agamanya. Ketahuilah, sesungguhnya tidak ada kefakiran setelah


surga dan tidak ada kekayaan setelah neraka.’2


Abu Hisyam ar-Rifa’i berkata: Abu Bakar al-Ayyasy


rahimahullah berkata kepada Hasan bin Hasan rahimahullah di


Madinah: ‘Apakah fitnah masih tersisa darimu? Ia (Hasan) bertanya:


‘Fitnah apakah yang engkau lihat padaku? Ia menjawab: ‘Saya


melihat mereka mencium tanganmu dan engkau tidak melarang


mereka.’3


2Siyar A’lam Nubala 3/174.


3 Siyar A’lam Nubala 8/500. Dan Abu Bakar al Ayyasy, namanya adalah


Syu’bah menurut pendapat yang masyhur, ia adalah teman Hasfh dalam


mengambil qira’ah dari ‘Ashim.


4


Shafwan bin Shalih berkata: Abdullah bin Shalih al-Katsir


ad-Dimisyqi al-Qary berkata: Abdurrahman bin Yazid bin Jabir


menceritakan kepada kami. Ia berkata: ‘Kami bersama Raja` bin


Haiwah rahimahullah, maka kami mudzakarah tentang syukur


terhadap nikmat. Ia berkata: ‘Tidak ada seorang pun yang


melaksanakan syukur terhadap nikmat –dan di belakang kami ada


seorang laki laki yang di kepalanya terdapat selendang-, ia berkata:


‘Dan tidak pula Amirul Mukminin? Kami berkata: ‘Kenapa Amirul


Mukminin disebut di sini, bukankan ia juga seorang laki laki dari


kaum mukminin? Ia berkata: ‘Maka kami melupakannya, lalu Raja`


menoleh namun tidak melihatnya. Ia berkata: ‘Kamu didatangkan


dari pemilik selendang. Jika kamu dipanggil untuk bersumpah maka


bersumpahlah! Maka kami tidak mengetahui kecuali tiba-tiba


pengawal khalifah sudah datang, ia berkata: ‘Wahai Raja`,


disebutkan amirul mikminin maka kamu tidak membelanya? Ia


berkata: Aku berkata: ‘Apakah itu wahai Amirul mukminin? Ia


berkata: ‘Kamu menyebutkan syukur terhadap nikmat, lalu kamu


berkata: ‘Tidak ada seorang pun yang melaksanakan syukur nikmat.


Dikatakan kepadamu: ‘Dan tidak pula amirul mukminin? Lalu engkau


berkata: ‘Amirul mukminin adalah seorang laki laki dari manusia!


Aku berkata: ‘Kejadiannya bukan seperti itu.’ Ia berkata: ‘Demi


Allah? Aku menjawab: ‘Demi Allah.’ Lalu ia menyuruh algojo untuk


5


mencambuknya, lalu dicambuk tujuh puluh cambuk. Lalu aku keluar


sedangkan ia berlumuran darah. Ia berkata (kepada dirinya sendiri):


‘Ini dan engkau Raja` bin Haiwah? Aku berkata: Tujuh puluh kali


cambuk lebih baik dari pada darah seorang mukmin.’ Ibnu Jabir


berkata: ‘Maka setelah itu, apabila Raja` duduk di satu majelis, ia


berkata: ‘Hati-hati terhadap pemiliki selendang.’4


Hanbal berkata: ‘Aku menghadiri Abu Abdillah (imam


Ahmad rahimahullah) dan Ibnu Ma’in rahimahullah di sisi ‘Affan


rahimahullah setelah dipanggil oleh Ishaq bin Ibrahim untuk diuji


(ditanya tentang al-Qur`an), dan yang pertama tama diuji dari


manusia (maksudnya para ulama Sunnah) adalah ‘Affan. Yahya bin


Ma’in bertanya kepadanya esok harinya setelah diuji, Abu Abdillah


hadir dan kami bersamanya, ia berkata: ‘Beritakanlah kepada kami


apa yang dikatakan oleh Ishaq? Ia berkata: ‘Wahai Abu Zakariya, aku


tidak menghitamkan wajahmu dan wajah sahabat sahabatmu,


sesungguhnya aku tidak menerima ajakannya.’ Ia (Ibnu Ma’in)


bertanya kepadanya: ‘Bagaimana yang terjadi? Ia berkata: ‘Ia


memanggilku dan membaca kepadaku surat dari khalifah al


4Siyar A’lam Nubala 4/561. Saya katakan: Raja` bin Haiwah mengatakan hal


itu untuk menjaga orang orang yang duduk di majelis  agar tidak sampai


mendapat siksaan dari polisi yang bisa membawa kepada terbunuhnya salah


seorang dari mereka. Dengan hal ini ia berusaha menghindarkan bahaya


yang lebih besar dengan sesuatu yang lebih ringan, seperti yang dijelaskan


di akhir cerita.


6


Makmun dari al-Jazirah, suratnya berbunyi: ‘Uji ‘Affan dan ajaklah ia


mengatakan al-Qur`an adalah seperti ini dan seperti itu. Jika ia


mengatakan hal itu maka tetapkanlah ia di atas perkaranya


(biarkanlah, lepaskanlah dia). Jika ia menolak apa yang kutulis


kepadamu ini maka putuskanlah (hentikanlah) gaji yang diberikan


kepadanya –Khalifah Makmun memberikan kepada Affan


rahimahullah setiap bulan sebanyak lima ratus dirham- maka tatkala


ia selesai membaca surat, Ishaq berkata kepadaku: ‘Apa yang


engkau katakan? Lalu aku membaca kepadanya surah al-Ikhlash


hingga akhir surah. Aku berkata: ‘Apakah ia makhluk? Ia berkata:


‘Wahai Syaikh, sesungguhnya amirul mukminin berkata:


‘Sesungguhnya jika engkau tidak memenuhi ajakannya, ia akan


memutuskan tunjangan setiap bulan yang diberikan kepadamu.’ Aku


menjawab:  





 Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezkimu dan terdapat (pula)


apa yang dijanjikan kepadamu. (QS. adz-Dzariyat:22)


7


Kemudian ia diam membisu dan aku pulang.’ Maka Abu Abdillah dan


Yahya merasa senang dengan hal itu.’5


Dari Haitsam bin Khalaf ad-Dury, sesungguhnya


Muhammad bin Suwaid ath-Thahhan menceritakan kepadanya, ia


berkata: ‘Kami berada di sisi Ashim bin Ali, dan bersamanya ada Abu


Ubaid, Ibrahim bin Laits dan jamaah, dan imam Ahmad bin Hanbal


rahimahullah sedang dipukul (dicambuk), lalu Ashim berkata:


‘Adakah seorang laki-laki yang berdiri bersamaku, lalu kita


mendatangi laki-laki ini, lalu kita berbicara dengannya? Ia berkata:


‘Tidak ada seorang pun yang menjawab, kemudian Ibnu Abi Laits


berkata: ‘Wahai Abu Husain, aku menyampaikan kepada putri


putriku, aku ingin berwasiat kepada mereka.’ Maka kami mengira ia


pergi menyiapkan kapan dan wewangian. Kemudian ia datang


seraya berkata: ‘Aku pergi kepada mereka, lalu mereka menangis.’ Ia


berkata: Datang surat dari dua putri Ashim dari Wasith (yang isinya):


Wahai bapak kami, sesungguhnya sampai berita kepada kami bahwa


laki-laki ini menangkap imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah, lalu


mencambuknya agar ia mengatakan: ‘al-Qur`an adalah makhluk’,


maka bertaqwalah kepada Allah subhanahu wa ta’ala, janganlah


engkau memenuhi permintaannya. Demi Allah, sungguh datang


5Siyar A’lam Nubala 10/244.


8


kepada kami berita kematianmu lebih kami sukai dari pada datang


kepada kami berita bahwa engkau mengabulkan permintaannya.6


Dari Abu Ja’far al-Anbary, ia berkata: ‘Tatkala imam Ahmad


rahimahullah dibawa kepada khalifah al-Makmun, aku diberitahu,


lalu aku menyeberangi sungai Furat, ternyata ia duduk di


penginapan, lalu aku memberi salam kepadanya, ia berkata: ‘Wahai


Abu Ja’far, engkau telah bekerja keras.’ Aku berkata: ‘Wahai ini,


engkau sekarang adalah pemimpin (sebagai panutan) manusia (umat


Islam) mengikutimu. Demi Allah, jika engkau mengikuti ajakan untuk


mengatakan al-Qur`an itu adalah makhluk niscaya manusia juga


menerimanya, dan jika engkau tidak menerima ajakan itu niscaya


manusia yang sangat banyak juga tidak menerimanya. Bersama hal


itu,


sesungguhnya jika laki-laki tidak membunuhmu maka


sesungguhnya engkau akan wafat, tetap akan wafat, maka


bertaqwalah kepada Allah Shubhanahu wa ta’ala dan janganlah


engkau menerima ajakan.’ Maka mulailah imam Ahmad


rahimahullah menangis dan berkata: ‘Masya Allah.’ Kemudian ia


berkata: Wahai Abu Ja’far, ulangi kata-kata itu.’ Lalu aku


mengulanginya, dan ia berkata: ‘Masya Allah.’7


6Siyar A’lam Nubala 9/264.


7Siyar A’lam Nubala 11/239.


9


Shalih bin Ahmad rahimahullah berkata: ‘Bapakku (imam


Ahmad rahimahullah) dan Muhammad bin Nuh rahimahullah


dibawa dari Bagdad dalam kondisi dibelenggu, maka jadilah kami


bersama keduanya ke Anbar. Abu Bakar al-Ahwal rahimahullah


bertanya kepada bapakku: ‘Wahai Abu Abdillah, jika engkau


dihadapkan kepada pedang (akan dibunuh), apakah engkau


memenuhi ajakan mereka? Ia menjawab: “Tidak.’ Kemudian


keduanya dibawa berjalan, lalu aku mendengar bapakku berkata:


‘Kami berada di Rahbah8.’ Kami berangkat dari sana pada waktu


tengah malam. Maka seorang laki-laki menghadang kami, ia berkata:


‘Siapakah di antara kalian yang bernama Ahmad bin Hanbal?


Dikatakan kepadanya: ‘Ini.’ Ia berkata kepada penarik unta:


‘Perlahan.’ Kemudian ia berkata: ‘Wahai engkau, tidak mengapa


engkau dibunuh di sini dan engkau masuk surga.’ Kemudian ia


berkata: ‘Aku menitipkan engkau kepada Allah Shubhanahu wa


ta’ala,’ dan ia berlalu. Maka aku bertanya tentang dia, dikatakan


kepadaku: ‘Ini adalah seorang laki laki dari Arab Rabi’ah yang bekerja


membuat kain dari bulu unta di perkampungan. Dikatakan namanya


Jabir bin Amir, ia seorang yang baik.’9


8Yaitu Rahbah Malik bin Thuq yang terletak di antara Bagdad dan Riqqah.


9Siyar A’lam Nubala 11/241


10


Dari Ahmad bin Hawari, ia berkata: Ibrahim bin Abdullah


menceritakan kepada kami. Ia berkata: ‘Ahmad bin Hanbal


rahimahullah berkata: ‘Aku tidak mendengar satu kalimat sejak aku


terjebak dalam perkara ini yang lebih kuat dari kalimat seorang Arab


Badawi yang berbicara kepadaku di Rahbah Thuq, ia berkata: ‘Wahai


Ahmad, jika kebenaran membunuhmu niscaya engkau wafat sebagai


syahid, dan jika engkau hidup niscaya engkau hidup secara terpuji,’


maka ia menguatkan hatiku.’10


Hanbal berkata: ‘Abu Abdillah (imam Ahmad rahimahullah)


berkata: ‘Aku belum pernah melihat seseorang dalam usianya yang


muda belia dan kadar keilmuannya yang lebih lurus dengan


perkara/perintah Allah Shubhanahu wa ta’ala dari pada Muhammad


bin Nuh, sesungguhnya aku berharap bahwa ia wafat dalam keadaan


baik. Ia berkata kepadaku pada suatu hari: ‘Wahai Abu Abdillah,


takutlah kepada Allah Shubhanahu wa ta’ala, takutlah kepada Allah


Shubhanahu wa ta’ala, sesungguhnya engkau bukan seperti aku,


engkau seorang laki laki yang dijadikan panutan. Semua orang telah


memanjangkan leher mereka kepadamu, apa yang terjadi darimu.


Maka takutlah engkau kepada Allah Shubhanahu wa ta’ala dan


teguhlah untuk perkara Allah –Nya, atau semisal yang demikian itu.


10 Siyar A’lam Nubala 11/242.


11


Lalu ia wafat dan aku menshalatkan dan menguburnya.’ Aku


mengira ia berkata: ‘Di Anah.’11


11 Siyar A’lam Nubala 11/242. Anah adalah satu kota yang terkenal di antara


Riqqah dan Hiit, menghadap ke sungai Furat dan di sana ada benteng


pertahanan.


12



Tulisan Terbaru

Sejarah dan Pola Gera ...

Sejarah dan Pola Gerakan Kristenisasi

Sebab-sebab Terhapus ...

Sebab-sebab Terhapusnya Berkah