
Salafus Shalih Dan Kesungguhan
beribadah
Muqodimah
Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam
semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa
sallam beserta keluarga dan seluruh sahabatnya.
Dari ‘Ashim al-Ahwal, dari Abu Utsman an-Nahdy, ia
berkata: Aku melihat Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu bergerak di atas
tunggangannya dan ia menghadap arah terbit matahari. Aku
mengira ia sedang tidur, lalu aku mendekatinya dan bertanya:
‘Apakah engkau sedang tidur wahai Abu Dzarr? Ia menjawab: ‘Tidak,
akan tetapi tadi aku sedang shalat?1
Dikatakan kepada Ahnaf rahimahullah: ‘Sesungguhnya
engkau sudah tua sedangkan puasa melemahkan kondisi fisikmu.’ Ia
menjawab: ‘Sesungguhnya saya sedang menyiapkannya untuk
perjalanan panjang.’ Dikatakan: Shalat yang dilaksanakan Ahnaf
rahimahullah umumnya adalah di malam hari dan ia meletakkan
jarinya di lampu, kemudian ia berkata: ‘Hass’2 dan ia berkata
1Siyar A’lam Nubala` 2/78.
2Ungkapan yang keluar dari mulut saat merasakan rasa sakit.
3
(kepada dirinya sendiri): ‘Wahai Ahnaf, apakah yang mendorong
engkau melakukan ini di hari ini.’3
Dari Sa’id al-Jurairy, dari Abul ‘Ala`, dari seorang laki laki, ia
berkata: ‘Aku mendatangi Tamim ad-Dary radhiyallahu ‘anhu lalu ia
menceritakan kepada kami. Aku berkata: ‘Berapa juz engkau (dalam
membaca al-Qur`an)? Ia berkata: ‘Barangkali engkau termasuk orang
yang membaca al-Qur`an, kemudian di pagi harinya ia berkata: Aku
telah membaca al-Qur`an di malam hari.’ Demi Allah yang diriku
berada di tangan-Nya, sungguh aku melaksanakan shalat sunnah tiga
rekaat lebih kusukai dari pada membaca al-Qur`an di malam hari,
kemudian di pagi harinya aku menceritakannya.’ Maka tatkala ia
membuat aku marah, aku berkata: ‘Demi Allah, sesungguhnya
engkau wahai para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
yang tersisa darimu lebih baik diam, maka kalian tidak perlu
mengajar dan tidak perlu bersikap kasar kepada orang yang
bertanya kepadamu.’
Maka tatkala ia melihatku marah ia bersikap lembut dan
berkata: ‘Maukah engkau kuceritakan wahai anak saudaraku?
Bagaimana pendapatmu jika aku seorang mukmin yang kuat dan
engkau seorang mukmin yang lemah, maka kekuatanku menekan
3Siyar A’lam Nubala` 4/91-92.
4
kelemahanmu, maka engkau tidak mampu melawanku. Atau
bagaimana pendapatmu jika engkau seorang mukmin yang kuat dan
aku seorang mukmin yang lemah, ketika aku membawa kekuatanmu
menekan kelemahanku, maka aku tidak mampu melawanmu. Akan
tetapi ambillah dari dirimu untuk agamamu dan dari agamamu
untuk dirimu, sehingga perkara menjadi lurus untukmu terhadap
ibadah yang engkau mampu melakukannya.’4
Dan dari lanjutan komentar adz-Dzahaby rahimahullah
terhadap hadits Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhu, dalam
membaca al-Qur`an: ... demikian pula sabda Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam dalam puasa dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam terus
menguranginya hingga beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
kepadanya:
“Puasalah satu hari dan berbuka satu hari, puasa
saudaraku Daud ‘alaihissalam.’
5
4F
Dan dalam hadits shahih juga, beliau bersabda:
4Siyar A’lam Nubala’ 2/446.
5Sebagian dari hadits yang diriwayatkan al-Bukhari no.1976 dan Muslim
dalam kitab Shaum no. 1159.
“Puasa paling utama adalah puasa nabi Daud
‘alaihissalam.” 5F
6 Dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang
puasa dahr (sepanjang tahun). 6F
7 Dan beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam menyuruh tidur di sebagian malam dan bersabda:
“Akan tetapi aku shalat dan tidur, puasa dan berbuka,
menikahi wanita dan memakan daging, maka siapa yang membenci
sunnahku maka ia bukan dariku.” 7F
8
Dan setiap orang yang tidak mengencangkan jiwanya dalam
ibadah dan wirid wiridnya dengan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam niscaya ia akan menyesal, menjalani hidup seperti pendeta,
buruk wataknya, dan ia ketinggalan banyak kebaikan dalam
mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
sangat sayang terhadap orang orang beriman dan sangat
6 Ibid.
7 HR. Muslim 191, 186,187.
8 HR. Al-Bukhari 5063 dan Muslim 1401.
mengharapkan manfaat untuk mereka. Dan beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam senantiasa menjadi pengajar bagi umat amal amal yang
paling utama dan menyuruh untuk meninggalkan tabattul (tidak
menikah) dan bergaya hidup seperti pendeta yang beliau tidak
diutus dengannya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang
terus menerus puasa, melarang menyambung puasa, melarang
shalat kebanyakan malam kecuali sepuluh hari terakhir, melarang
hidup membujang bagi yang mampu, melarang meninggalkan
daging, dan berbagai perintah dan larangan lainnya. Maka seorang
‘abid (ahli ibadah) yang tidak banyak mengetahui hal itu dimaafkan
dan diberi pahala, dan seorang ‘abid yang ‘alim (mengetahui) hadits
hadits yang melewatinya (tidak mengamalkannya) adalah
meninggalkan yang lebih utama dan terperdaya. Amal ibadah yang
paling dicintai Allah subhanahu wa ta’ala adalah yang paling rutin
(terus menerus) sekalipun sedikit. Semoga Allah subhanahu wa
ta’ala memberi ilham kepada kami dan kamu untuk mutaba’ah
(mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) dan menjauhkan kita
dari hawa nafsu dan menyalahi sunnah.9
Waki’ menceritakan dari A’masy, dari Sulaiman bin
Maisarah dan Mughirah bin Syibl, dari Thariq bin Syihab, dari Salman
9Siyar A’lam Nubala` 3/84-85.
7
(al-Farisi, sahabat utama radhiyallahu ‘anhu), ia berkata: ‘Apabila
tiba malam hari, manusia darinya ada tiga tingkatan: Di antara
mereka ada yang berguna untuknya dan tidak membahayakannya,
ada yang membayakannya dan tidak berguna baginya, dan ada yang
tidak berguna baginya dan tidak membahayakannya.’ Aku bertanya:
‘Bagaimana hal itu? Ia berkata: ‘Adapun orang yang berguna
untuknya dan tidak membahayakannya maka ia adalah seorang laki
laki mengambil keuntungan saat manusia terlalai dan dalam
kegelapan malam, ia berwudhu dan shalat, maka itulah yang
berguna untuknya dan tidak membahayakannya, dan laki laki yang
mengambil keuntungan saat manusia terlalai dan di kegelapan
malam, maka ia berjalan dalam maksiat kepada Allah subhanahu wa
ta’ala, maka itulah yang membahayakannya dan tidak bermanfaat
baginya, dan laki laki yang tidur hingga pagi hari maka itulah yang
yang tidak bermanfaat baginya dan tidak membahayakannya.
Thariq berkata: Aku berkata: ‘Aku akan menemani orang ini
(Salman radhiyallahu ‘anhu).’ Maka dikirim satu pasukan dari
manusia (kaum muslimin), maka ia keluar bersama mereka. Lalu aku
menemaninya dan aku tidak akan membiarkannya terhadap satu
pekerjaan, jika aku mengaduk gandum ia memasak roti. Lalu kami
singgah di satu tempat dan menginap padanya. Thariq mempunyai
satu jam di malam hari yang dia melakukan shalat. Maka aku
8
(Thariq) terjaga untuknya namum aku melihatnya tidur, aku berkata:
Sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih baik dariku
sedang tidur, lalu aku tidur. Kemudian aku bangun maka aku
mendapatkannya masih tidur, aku kembali tidur, namun ketika ia
bangun dari tidur, ia membaca sambil berbaring:
‘Maha suci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada Ilah yang
berhak disembah selain Allah, dan Allah Maha Besar. Tiada ilah yang
berhak disembah selain Allah, sendirian-Nya, tiada sekutu bagi-Nya,
milik-Nya kerajaan dan milik-Nya pujian, dan Dia Maha Kuasa atas
segala sesuatu.’
Sehingga apabila sudah menjelang waktu subuh, ia bangun,
berwudhu, shalat empat rekaat. Tatkala kami selesai shalat fajar,
aku berkata: ‘Wahai aku Abdillah, sesungguhnya saya mempunyai
satu waktu di malam hari untuk shalat malam, dan aku terbangun
untuknya namun aku mendapatkan engkau sedang tidur.’ Ia
berkata: ‘Wahai anak saudaraku, apakah yang telah engkau dengar
dariku? Aku mengabarkan kepadanya. Ia berkata: ‘Wahai anak
9
saudaraku, itulah shalat, sesungguhnya shalat lima waktu menjadi
penebus dosa dosa di antaranya selama ditinggalkan dosa dosa
besar, wahai anak saudaraku, kamu harus sederhana (dalam
ibadah), maka sesungguhnya ia lebih pas.’10
Dari Asab bin Wada’ah, dari Syaddad bin Aus radhiyallahu
‘anhu, apabila ia mendatangi tempat tidur, berbolak balik di atas
kasurnya tidak bisa tidur, ia berkata: Ya Allah, sesungguhnya api
telah menghilangkan tidur dariku.’ Lalu ia bangun, lalu ia shalat
hingga subuh.’11
Dan darinya, ia berkata: ‘Apabila Syaddad bin Aus
radhiyallahu ‘anhu menuju tempat tidurnya seolah olah ia adalah biji
di atas gorengan, maka ia berkata: ‘Ya Allah, sesungguhnya api
neraka telah membuat saya terjaga (tidak bisa tidur)’, kemudian ia
bangun menuju shalat.’12
Adz-Dzahaby meriwayatkan dengan sanadnya kepada al
Baghawy, ia berkata: ‘Ibnu Zanjawaih menceritakan kepada saya, ia
berkata: aku mendengar Ibrahim bin Mahdy berkata: Aku
mendengar Abul Ahwash berkata: ‘Anak perempuan tetangga
10 Siyar A’lam Nubala’ 1/549-550.
11 Sifat Shafwah 1/709.
12 Sifat Shafwah 1/709.
10
Manshur bin Mu’tamir berkata: Wahai bapakku, di manakah kayu
yang berdiri tegak di loteng Manshur? Ia menjawab: ‘Itu adalah
Manshur yang berdiri melaksanakan shalat malam.’13
Nu’aim bin Hammad rahimahullah berkata: ‘Apabila Ibnu
Mubarak rahimahullah membaca kitab riqaq, jadilah ia
mengeluarkan suara seperti sapi yang disembelih karena tangis,
tidak ada seorang pun dari kami yang berani bertanya kepadanya
tentang sesuatu kecuali ia menolaknya.’14
Ibrahim bin Muhammad bin Sufyan berkata: aku
mendengar Ashim bin ‘Isham al-Baihaqy berkata: ‘Aku menginap
suatu malam di sisi Ahmad bin Hanbal rahimahullah, lalu ia datang
dengan membawa air dan meletakkannya. Maka tatkala di pagi hari
ia melihat air masih utuh seperti semula, ia berkata: ‘Subhanallah,
seorang laki laki menuntut ilmu tidak punya wirid (ibadah rutin) di
malam hari.’15
Ishaq bin Ibrahim berkata: aku mendengar Fudhail berkata:
‘Apabila engkau tidak mampu shalat di malam hari dan puasa di
13 Siyar A’lam Nubala` 5/403.
14 Siyar A’lam Nubala` 8/394
15 Siyar A’lam Nubala` 11/298.
11
12
siang hari, maka ketahuilah bahwa engkau terhalang lagi
terbelenggu yang dibelenggu oleh kesalahanmu.’16
Adz-Dzahaby berkata dalam biografi Ahmad bin Absil
Hawary ash-Shufy memberikan komentar terhadap sebagian
ucapannya: Aku berkata: ‘Jalan yang tertinggi adalah
Muhammadiyah (yang dicontohkan Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam) yaitu mengambil yang halal dan mengambil
keinginan yang dibolehkan tanpa berlebih-lebihan, sebagaimana
firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan
kerjakanlah amal yang saleh. (QS. al-Mukminun:51)
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
16 Shifat Shafwat 2/238
“Akan tetapi aku shalat dan tidur, puasa dan berbuka, dan
menikahi wanita dan memakan daging, maka siapa yang membenci
sunnahku maka ia bukan dariku.”17
Maka tidak disyari’atkan berperilaku seperti pendeta,
bercerai berai, menyambung puasa, bahkan tidak pula puasa
setahun penuh. Agama Islam adalah mudah, cenderung kepada
toleransi yang lurus, maka seorang muslim memakan dari yang halal
yang diperolehnya, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut
kemampuannya. (QS. ath-Thalaq:7)
Dan wanita adalah yang paling dicintai kepada Nabi kita
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
17F
18 Demikian pula (beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam menyukai) daging, halwa (manisan), madu,
17 HR. Al-Bukhari 5063 dan Muslim 1401.
18 HR. Ahmad 2/128,199, 285, an-Nasa`i 7/61, al-Hakim 2/160, ia
menshahihkannya dan disepakati oleh adz-Dzahaby dari hadits Anas
radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
‘Disukakan kepadaku dari dunia: wanita dan wewangian, dan dijadikan
penyejuk mataku dalam shalat.’
13
minuman manis/tawar lagi dingin dan minyak kesturi, dan beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah makhluk paling utama.
Kemudian, seorang ‘abid (ahli ibadah) yang kosong dari
ilmu apabila bersikap zuhud, tidak menikah, lapar, meninggalkan
daging dan buah buahan. Dan mencukupkan diri terhadap gandum
dan potongan roti niscaya kosong panca indranya dan halus, bisikan
hati tidak berpisah darinya, ia mendengar bisikan yang bersumber
dari rasa lapar dan tidak tidur. Demi Allah, panggilan/bisikan itu
tidak pernah ada dalam realita, syetan masuk ke dalam batinnya dan
keluar. Maka ia meyakini telah sampai, mendapat bisikan dan baik,
maka syetan menguasainya, berbisik kepadanya, maka ia
memandang orang orang beriman dengan pandangan
merendahkan, mengingatkan terhadap dosa dosa mereka dan ia
melihat kepada dirinya dengan pandangan sempurna. Terkadang
perkara itu membawa kepada keyakinannya bahwa ia seorang wali,
memiliki karamat dan kemampuan. Terkadang ia merasakan
keraguan dan imannya tergoncang. Menyendiri dan lapar adalah
langkah pertama jalan kependetaan dan itu tidak pernah ada dalam
syari’at kita.
Bahkan, suluk (ibadah), tekun berdzikir, tidak berkumpul
orang banyak, menangisi kesalahan, membaca al-Qur`an dengan
14
tartil dan tadabbur, mencela hawa nafsu, banyak berpuasa yang
disyari’atkan, selalu tahajjud, tawadhu (rendah hati) terhadap kaum
muslimin, silaturrahim, toleransi, banyak tersenyum, berinfak
padahal membutuhkan, mengatakan kebenaran yang pahit dengan
lembut dan santun, menyuruh yang ma’ruf, memaafkan, berpaling
dari orang orang jahil, berjaga di perbatasan, berjihad melawan
musuh, melakukan ibadah haji, makan yang halal dan banyak
beristighfar, maka ini semua adalah sifat sifat para wali dan pengikut
nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga Allah
subhanahu wa ta’ala mewafatkan kita dalam mencintai mereka.19
19 Siyar A’lam Nubala` 12/89-91.
15