Artikel

Meninggalkan Maksiat karena Allah SWT





MENINGGALKAN MAKSIAT KARENA ALLAH SWT


Segala puji bagi Allah semata, kita memuji, memohon pertolongan, dan


ampunan kepada -Nya. Kita berlindung kepada Allah SWTdari kejahatan diri kita


dan keburukan amal perbuatan kita. Barangsiapa yang Allah SWT memberikan


petunjuk kepadanya maka tidak ada yang bisa menyesatkannya, dan


barangsiapa yang Dia sesatkan maka tidak ada yang bisa memberi petunjuk


kepadanya. Dan aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah)


selain Allah SWTsemata, tiada sekutu bagi -Nya, dan Aku bersaksi bahwa


Muhammad adalah hamba dan rasul -Nya. semoga rahmat dan kesejahteraan


Allah SWT selalu tercurah kepadanya serta keluarganya. Wa Ba’du:


Sesungguhnya nafsu syahwat mempunyai kekuatan terhadap jiwa,


kekuasaan dan keteguhan terhadap hati, karena sebab itu maka


meninggalkannya sangat berat dan berlepas diri darinya teramat susah. Akan


tetapi orang yang bertaqwa kepada Allah SWT tentu Dia menjaganya dan


barangsiapa yang memohon pertolongan kepada -Nya niscaya Dia menolongnya.





Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan


mencukupkan (keperluan)nya.. (QS. ath-Thalaq:3)


Sesungguhnya orang yang meninggalkan kesenangan dan kebiasaan bukan


karena Allah SWT tentu akan mendapatkan kesusahan luar biasa, sebaliknya


orang yang meninggalkannya ikhlas karena Allah SWT, maka ia tidak merasakan


susah dalam meninggalkannya kecuali di saat yang pertama, untuk diuji apakah


dia benar dalam meninggalkannya atau dusta. Jika ia sabar di atas sedikit


kesusahan niscaya berubah menjadi kenikmatan. Setiap kali bertambah


keterasingan pada yang diharamkan dan jiwa merasa ingin melakukannya serta


banyak sekali penggoda untuk terjerumus di dalamnya niscaya bertambah besar


pahala dalam meninggalkannya dan berlipat ganda ganjaran dalam melawan


hawa nafsu untuk berlepas diri darinya.


Kecenderungan tabiat manusia kepada nafsu syahwat tidak bertentangan


dengan sifat taqwa, apabila ia tidak melakukannya dan selalau melawan hawa


nafsunya untuk membencinya, bahkan hal itu termasuk jihad dan bagian dari


taqwa. Kemudian, sesungguhnya orang yang meninggalkan sesuatu karena Allah


SAW niscaya Allah SWTmenggantikan untuknya yang lebih baik darinya. Dan


gantian dari Allah SWTada beraneka ragam, dan yang terbesar adalah: Jinak


kepada Allah SWT, mencintai -Nya, ketenangan hati dengan berzikir kepada -


Nya, kekuatan dan ridhanya kepada Rabb-nya, diserta balasan selagi masih di


dunia, ditambah balasan yang sempurna di akhirat. Berikut ini adalah beberapa


contoh balasan lebih baik yang diberikan Allah SWTkepada orang yang


meninggalkan maksiat karena Allah SWT:


Barangsiapa yang meninggalkan meminta-minta, berharap banyak dan


menumpahkan air mata di hadapan manusia, dan dia menggantungkan


harapannya hanya kepada Allah SWT semata niscaya Allah SWT menggantikan


yang lebih baik dari yang dia tinggalkan. Maka Dia memberikan kepadanya


kemerdekaan hati, kemuliaan jiwa, dan tidak berharap dari makhluk.





"Barangsiapa yang berusaha sabar niscaya Allah SWTmemberikan


kesabaran kepadanya, dan barangsiapa menahan diri (dari memintaminta)


niscaya Allah SWT mencukupkannya."


1. Barangsiapa yang tidak menentang taqdir Allah SWT, lalu ia


menyerahkan semua urusannya kepada Rabb-nya, pasti Allah SWT


memberikan sifat ridha dan yaqin, dan saya meyakini bahwa ia


termasuk akhir yang baik yang tidak terlintas di hati.


2. Barangsiapa yang tidak pergi kepada peramal dan tukang sihir niscaya


Allah SWT memberikan kesabaran kepadanya, bertawakal secara benar


dan merealisasikan tauhid.


3. Barangsiapa yang tidak bergelimang di atas dunia, pasti Allah SWT


mengumpulkan perkaranya, memberikan kekayaan di dalam hatinya,


dan dunia datang kepadanya sedangkan dia tidak terlalu berharap.


4. Barangsiapa yang tidak takut kepada selain Allah SWT dan mengesakan


Allah SWT dengan rasa takut, niscaya dia selamat dari segala ilusi dan


Allah SWT memberikan rasa aman kepadanya dari segala sesuatu,


maka segala rasa takutnya menjadi rasa aman, dingin dan


kesejahteraan.


5. Barangsiapa yang meninggalkan dusta dan selalu jujur dalam segala


hal niscaya ia diberi petunjuk kepada kebaikan dan dia di sisi Allah


SWT termasuk orang yang shiddiq (jujur), diberikan lisan (sebutan)


yang benar di antara manusia, maka mereka menjadikannya pemimpin,


memuliakan, dan mendengarkan ucapannya.


6. Barangsiapa yang meninggalkan perdebatan, sekalipun dia benar


niscaya diberikan jaminan untuknya rumah di pinggiran surga, selamat


dari pertengkaran, terjaga di atas kebersihan hatinya dan selamat dari


terbuka aibnya.


7. Barangsiapa yang tidak menipu dalam jual beli niscaya bertambah


kepercayaan manusia kepadanya dan banyak yang mencari barangnya.


8. Barangsiapa yang meninggalkan riba dan usaha yang buruk niscaya


Allah SWT memberikan berkah dalam rizqinya dan membuka baginya


pintu-pintu kebaikan dan keberkahan.


9. Barangsiapa yang meninggalkan pandangan yang haram niscaya Allah


SWT menggantikannya dengan firasat yang benar, cahaya dan


kejelasan, serta kenikmatan yang didapatkannya di hatinya.


10. Barangsiapa yang meninggalkan sikap pelit, mengutamakan sikap


pemurah niscaya manusia menyukainya, dekat dari Allah SWT dan dari





surga, selamat dari duka cita, sakit hati, dan dada sempit, menaikan


tangga kesempurnaan dan tingkatan keutamaan





"Dan barangsiapa yang dipelihara kebakhilan dirinya maka


merekalah orang-orang yang beruntung."


11. Barangsiapa yang meninggalkan sikap sombong dan selalu berakhlak


tawadhu' (rendah hati) niscaya sempurna kepemimpinannya, tinggi


kedudukannya, dan keutamaannya mencapai puncak. Rasulullah SAW


bersabda dalam riwayat Muslim:





"Barangsiapa yang rendah hati karena Allah SWT niscaya Dia


meninggikannya."


12. Barangsiapa yang meninggalkan tidur dan selalu mendirikan shalat


karena Allah SWT niscaya Dia memberikannya kesenangan, rajin dan


rasa akrab dalam ibadah.


13. Barangsiapa yang meninggalkan rokok, segala yang memabokan dan


menghilangkan akal niscaya Allah SWT menolongnya, memberikan


kelembutan dari sisi -Nya, kesehatan dan kebahagiaan hakiki, bukan


kebahagiaan semu yang berlalu.


14. Barangsiapa yang meninggalkan membalas dendam, padahal dia


mampu melakukannya, niscaya Allah SWT memberikan rasa lapang


dalam dadanya, senang di hati. Maka di dalam pemberian maaf


terdapat rasa tenang, manis, kemuliaan jiwa dan ketinggiannya yang


tidak ada bandingnya. Nabi bersabda:





"Dan Allah SWT tidak menambah kepada hamba dengan sikap maaf


kecuali kemuliaan."


15. Barangsiapa yang meninggalkan teman yang jahat yang merupakan


puncak kesenangannya niscaya Allah SWT menggantikannya temanteman


yang baik yang dia mendapatkan kesenangan dan faedah di sisi


mereka, serta memperoleh kebaikan dunia dan akhirat dari


persahabatan dan pergaulan dengan mereka.


16. Barangsiapa yang meninggalkan banyak makan niscaya ia selamat dari


kegemukan dan segala penyakit, karena barangsiapa yang banyak


makan niscaya ia banyak minum, lalu banyak tidur, selanjutnya ia


banyak rugi.





17. Barangsiapa yang tidak menunda-nunda dalam membayar hutang


niscaya Allah SWT menolongnya dan membayarkan untuknya, bahkan


Allah SWT pasti menolongnya.


18. Barangsiapa yang meninggalkan marah niscaya ia menjaga kemuliaan


dan kewibawaan dirinya, terhindar dari kehinaan meminta maaf dan


konsekwensi penyesalan, serta termasuk dalam golongan orang-orang


yang bertaqwa (EFG- H,I@J-) "orang-orang yang menahan amarah".


Seorang laki-laki datang kepada Nabi seraya berkata: Ya Rasulullah,


berilah wasiat kepadaku. Beliau bersabda: 'Janganlah engkau marah."


HR. al-Bukhari. Al-Mawardi rahimahullah berkata: Maka sudah


sepantasnya bagi orang yang memiliki akal lurus dan pertimbangan


yang kuat agar menghadapi kekuatan marah dengan sikap hilmnya


(santunnya) maka ia bisa menahannya, dan mengimbangi dorongan


kejahatannya dengan pertimbangannya maka ia bisa menahannya, agar


dia mendapatkan kebaikan yang terbesar dan beruntung dengan


kesudahan yang terpuji.


Dan dari Abu Ablah, ia berkata, 'Pada suatu hari, Umar bin Abdul Aziz


sangat marah kepada seorang laki-laki, lalu dia menyuruh untuk


dibawa ke hadapannya, lalu laki-laki itu dibawa kehadapannya dan


diikat dengan tali dan dibawakan cambuk. Lalu Umar bin Abdul Aziz


rahimahullah berkata: Lepaskanlah dia. Sesungguhnya jika bukan


karena aku sangat marah niscaya aku menghukum engkau.' Kemudian


ia membaca: (EFG- H,I@J-) "orang-orang yang menahan amarah"


19. Barangsiapa menghindarkan diri dari terjerumus dalam kehormatan


manusia dan mengungkapkan aib mereka niscaya ia digantikan dengan


keselamatan dari keburukan mereka dan diberikan rizqi melihat pada


dirinya. Ahnaf bin Qais R.A berkata: "Barangsiapa yang bersegera


kepada manusia yang tidak mereka sukai, niscaya mereka berkata


padanya sesuatu yang tidak mereka ketahui.' Dan seorang wanita


badawi berpesan kepada anaknya: 'Jauhilah mengurusi kekurangan


orang lain maka (jika engkau melakukan hal itu, niscaya) engkau akan


menjadi sasaran, dan sudah pasti sasaran tidak bisa bertahan karena


banyaknya anak panah. Dan sedikit sekali anak panah memalingkan


sasaran sampai ia menjadi lemah karena saking kuatnya. Imam asy-


Syafii rahimahullah berkata:





Seseorang, jika ia beriman serta bersikap wara', Niscaya sifat


wara'nya menghalanginya dari (memperhatikan) keaiban manusia (orang


lain)





Sebagaimana orang sakit saat menderita, rasa sakitnya membuat dia


tidak sempat memikirkan penyakit semua manusia.


20. Barangsiapa yang meninggalkan pertengkaran dengan orang-orang


bodoh dan berpaling dari orang-orang jahil niscaya ia menjaga


kehormatannya, melapangkan dirinya dan selamat dari mendengarkan


yang menyakitinya.





Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang


ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. (QS. al-


A'raaf:199)


21. Barangsiapa yang meninggalkan sifat dengki pastilah ia selamat dari


bahayanya yang beraneka ragam. Sifat hasad adalah penyakit


berbahaya, racun yang membunuh, lorong yang rusak, dan perilaku


yang tercela. Dan di antara tercelanya sifat hasad bahwa ia mengarah


kepada orang terdekat dari karib kerabat, kenalan terdekat dan


saudara-saudara. Sebagian orang yang bijak berkata: Aku tidak pernah


melihat orang zalim yang lebih menyerupai dengan yang dizalim selain


orang yang pendengki, jiwa yang sengsara, selalu berduka cita dan hati


yang bingung.


22. Barangsiapa yang selamat dari sifat buruk sangka (su`uzh zhann)


niscaya ia selamat dari kekacaun jiwa dan fikiran yang terganggu. Maka


buruk sangka merusak rasa cinta dan menarik sakit hati dan kekacuan


jiwa. Karena inilah Allah SWT memeperingatkan darinya:





Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,


sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa (QS. al-Hujurat:12)


Dan Nabi SAW bersabda:


c=d QXR `- *b  `- .@D


"jauhilah prasangka, maka sesungguhnya prasangka itu adalah


pembicaraan paling dusta." HR. al-Bukhari dan Muslim.


23. Barangsiapa yang menjauhi sifat malas dan maju di atas kesungguhan


dan bekerja keras niscaya tinggilah semangatnya dan diberikan berkah


pada waktunya, lalu ia mendapatkan kebaikan yang banyak di waktu


yang sedikit.


Dan barangsiapa yang meninggalkan kenikmatan niscaya ia


mendapatkan cita-cita dan barangsiapa yang tenggelam dalam


kenikmatan niscaya ia menggigit tangan (menyesal).





24. Barangsiapa yang meninggalkan mencari ketenaran dan suka terkenal


niscaya Allah SWT mengangkat sebutannya (namanya), menyebarkan


keutamaannya dan datanglah ketenarannya yang menyeret ujung


kainnya (tanpa dikehendakinya).


25. Barangsiapa yang meninggalkan sikap durhaka, maka ia menjadi


berbakti kepada kedua orangnya, niscaya Allah SWT ridha kepadanya,


memberikan karunia anak-anak yang berbakti dan memasukkannya ke


dalam surga di akhirat.


26. Dan barangsiapa siapa yang meninggalkan sikap memutuskan silatur


rahim, lalu ia menyambung hubungan silatur rahim kepada mereka,


menyayangi mereka, dan bertaqwa kepada Allah SWT pada mereka,


niscaya Allah SWT meluaskan rizqinya, memanjangkan umurnya, dan


ia senantiasa ada penolong dari Allah SWT yang menyertainya selama ia


tetap menyambung hubungan silaturrahim.


27. Barangsiapa yang meninggalkan cinta (kepada manusia), memutuskan


sebab-sebabnya, menelan pahitnya berpisah di dalam langkah pertama,


dan menghadap kepada Allah SWT secara menyeluruh, niscaya ia


diberikan hiburan, kemuliaan jiwa, selamat dari kepedihan yang


mendalam, kehinaan dan tertawan, hatinya dipenuhi kebebasan dan


cinta kepada Allah SWT, cinta itulah yang menyatukan hatinya yang


tercabik-cabik, menutup kekosongannya, mengenyangkan rasa


laparnya, mengkayakannya dari kefakiran. Maka tidak beruntung, tidak


baik dan tidak tenang, serta tidak tenteram kecuali dengan beribadah


kepada Rabb-nya, mencintai-Nya, dan kembali kepada -Nya.


28. Barangsiapa yang meninggalkan bermuka masam dan mengerutkan


kening, dan bersifat dengan muka manis dan wajah berseri, niscaya


lembutlah budi pekertinya, haluslah perilakunya, banyaklah yang


mencintainya, dan sedikit orang yang mencelanya. Nabi bersabda:


:ef=g 0FYR T h 0,^7 "Senyumanmu di wajah saudaramu adalah


sedakah." HR. at-Tirmidizi dan ia berkata: hadits hasan gharib. Ibnu


Aqil al-Hanbali rahimahullah berkata: 'Muka manis menjinakan akal


dan pendorong untuk diterima, dan bermuka masam adalah


sebaliknya.


Sebagai kesimpulan, maka barangsiapa yang meninggalkan sesuatu


(yang dilarang) karena Allah SWT niscaya Allah SWT memberikan


kebaikan untuknya sebagai penggantinya, maka balasan dari jenis amal


perbuatan:


    


Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya


dia akan melihat (balasan)nya. * Dan barangsiapa yang mengerjakan


kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya


pula. (QS. az-Zalzalah:7-8)


Dan contoh orang yang meninggalkan sesuatu karena Allah SWT lalu


Allah SWT memberikan untuknya yang lebih baik sebagai penggantinya:


Dan apabila engkau ingin melihat contoh nyata, yang menjelaskan


kepadamu bahwa siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah SWT,


niscaya Allah SWT menggantikan yang lebih baik untuknya.


Perhatikanlah kisah nabi Yusuf AS bersama istri al-Aziz, wanita itu


menggodanya namun ia tetap menjaga diri, padahal ia bisa melakukan


maksiat itu. Pada diri nabi Yusuf terkumpul sesuatu yang tidak ada


pada diri orang lain, dan jika terkumpul semuanya atau sebagiannya


pada diri orang lain kemungkinan ia memenuhi ajakan tersebut.


Bahkan sebagian orang ada yang pergi dengan sendirinya menuju


tempat-tempat fitnah dan berusaha melakukannya dengan dirinya


sendiri, kemudian ia kembali dengan kerugian yang nyata di dunia dan


akhirat, jika Allah SWT tidak memberikan rahmat -Nya kepadanya.


Adapun nabi Yusuf AS, segala pendorong melakukan perbuatan zina


terkumpul pada dirinya, yaitu:


1. Dia seorang pemuda, dan dorongan pemuda untuk berbuat zinah


sangat kuat.


2. Dia seorang bujangan, tidak ada yang tempat untuk melampiaskan


nafsu syahwatnya.


3. Dia adalah warga pendatang, dan warga pendatang tidak merasa malu


di tempat perantauannya sebagaimana dia merasa malu saat berada di


antara teman-teman dan kenalannya.


4. Dia seorang budak, dia telah dibeli dengan harga yang murah. Dan


seorang budak tidak seperti orang yang merdeka.


5. Sesungguhnya wanita itu sangat cantik.


6. Wanita itu punya kedudukan yang tinggi.








7. Dia adalah majikannya.


8. Tidak ada yang mengawasi.


9. Dia telah menyerahkan diri kepadanya.


10. Dia telah menutup semua pintu.


11. Dialah yang mengajak untuk melakukan hal itu.


12. Dia sangat ingin melakukan hal itu.


13. Sesungguhnya wanita itu telah mengancam memberikan hukuman jika


ia menolak.


Kendati demikian ia memilih sabar karena mengutamakan dan memilih


yang ada di sisi Allah SWT. Maka Ia memperoleh keberuntungan dan


kemuliaan di dunia dan surga di akhirat. Sungguh pada akhirnya ia


menjadi majikan dan istri al-Aziz itu akhirnya menjadi seperti budak di


sisinya. dan disebutkan bahwa wanita itu berkata: 'Maha suci (Allah


SWT) yang telah menjadikan para raja menjadi budak karena perbuatan


maksiat itu, dan menjadikan para budak sebagai raja karena perbuatan


taat itu."


Maka sudah seharusnya orang yang berakal agar bersabar dalam segala


perkara dan melihat akibatnya, tidak mengutamakan kenikmatan


sesaat yang fana di atas kenikmatan akhirat yang kekal.


Semoga rahmat dan kesejahteraan Allah SWT selalu tercurah kepada


nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.



Tulisan Terbaru

Menjaga Shalat dan Kh ...

Menjaga Shalat dan Khusyuk dalam Melaksanakannya

Menjampi Air Termasuk ...

Menjampi Air Termasuk Ruqyah Yang Syar'i