Istighfar
Segala puji hanya bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap
tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW, dan aku bersaksi bahwa
tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang
Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad
saw adalah hamba dan utusan -Nya… Amma Ba’du:
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Al-Aghrul
Mizani RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya aku (terkadang)
merasakan kegalauan di dalam hatiku, dan sungguh aku beristighfar kepada
Allah dalam satu hari seratus kali”.1
Diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam sunannya dari Abdullah bin Umar
berkata, “Sungguh kita menghitung bahwa Rasulullah SAW seratus kali
mengucapkan:.
“Ya Allah ampunilah aku, dan berilah taubatmu kepadaku
sesungguhnya Engkau Maha Memberi taubat dan Maha Penyayang”.2
Syikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Seorang selalu
berada di antara nikmat Allah SWT yang wajib disyukurinya, dan dosa yang
menuntut taubat, dalam kedua perkara inilah seorang hamba menjalani
hidupnya setiap hari, manusia senantiasa hidup dalam nikmat dan karunia
Allah SWT dan manusia senantiasa butuh kepada taubat, istighfar, oleh
karena itulah penghulu anak Adam dan imam orang-orang yang bertaqwa,
Muhammad SAW selalu beristighfar kepada Allah dalam semua kondisi”.3
Allah SWT telah memerintahkan hamba-hamba -Nya yang beriman untuk
beristighfar dan Allah-pun menjanjikan mereka dengan ampunan. Allah
SWT berfirman:
1 Shahih Muslim: no: 2702
2 HR. Abu Dawud: no: 1516
3 Al-Tuhfatul Iroqiyah: 1/79
4
“dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.”. (QS. Al-Nisa’: 106. Allah SWT) berfirman:
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak)
melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orangorang
mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu
berusaha dan tempat tinggalmu. (QS. Muhammad: 19).
Allah SWT berfirman;
Dan mohonlah ampunan kepada Allah Wsesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang . (QS. Al-Muzzammil: 20).
Istighfar itu boleh untuk diri sendiri dan orang lain, Allah SWT berfirman:
(Malaikat-malaikat) yang memikul Arasy dan malaikat yang berada di
sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya
serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya
mengucapkan): "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala
sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan
mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang
menyala-nyala,( QS. Gafir: 7)
Allah SWT berfirman:
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar),
mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami ampunan dan saudarasaudara
kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami.” (QS. Al-Hasyr; 10)
5
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya dari Abi
Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, Diriwayatkan oleh
Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi
Muhammad SAW bersabda, “Apabila anak Adam meninggal maka akan
terputuslah segala amalnya kecuali tiga perkara: Shadaqah jariyah, ilmu
yang bermanfaat dan do’a anak shaleh yang selalu berdo’a untuknya”.4
Tidak boleh memintakan ampun bagi orang-orang yang musyrik walaupun
dia sebagai kekasih atau kerabat. Allah SWT berfirman:
Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman
memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun
orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi
mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni neraka
Jahanam. (114)Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk
bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya
kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu
adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri daripadanya. Sesungguhnya
Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. (QS. Al-
Taubah: 13-14).
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA
berkata, Nabi Muhammad SAW mengunjungi kubur ibunya lalu beliau
menangis dan membuat para shahabat yang lainpun menjadi menangis,
dan beliau bersabda, “Aku meminta izin kepada Tuhanku agar aku
memintakan ampun bagi ibuku namun Dia tidak mengizinkan aku, dan aku
meminta izin untuk berziarah ke kuburnya maka Dia mengizinkan aku,
berziarahlah ke kubur sebab hal tersebut mengingatkan kalian kepada
4 Muslim di dalam kitab shahihnya: no: 1631
6
akherat”.5 Allah SWT menerangkan bahwa istighfar untuk mereka tidak
akan memberikan manfaat apapun dan Allah SWT tidak akan menerimanya
dari orang yang melakukannya, Allah SWT berfirman:
Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan
ampun bagi mereka (adalah sama saja). Kendati pun kamu memohonkan
ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan
memberi ampun kepada mereka. Yang demikian itu adalah karena mereka
kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
kaum yang fasik. (QS. Al-Taubah: 80)
Dan bacaan-bacaan istighfar itu sangat banyak, dan telah disebutkan di
dalam hadits riwayat Abu Dawud dari Nabi Muhammad SAW, di antaranya
adalah apa yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari hadits Zaid RA, budak
Nabi Muhammad SAW bahwa dia mendengar Nabi Muhammad SAW
bersabda, “Barangsiapa yang mengucapkan:
“Aku meminta ampun kepada -Mu Ya Allah, Yang tiada tuhan yang
berhak disembah selain Dia, Dialah Yang Maha Hidup dan Yang berdiri
sendiri, dan aku bertaubat kepada -Nya”. Maka akan diampuni dosanya
sekalipun dia berlari dari peperangan”.6
Dan ucapan istighfar yang paling afdhol adalah bacaan istighfar yang
diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam kitab shahihnya dari Syaddad bin
Aus berkata, “Penghulu istighfar itu adalah seorang hamba mengucapkan:
“Ya Allah! Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak
5 Shahih Muslim: 2/671 no: 976
6 HR. Abu Dawud no: 1517.
7
disembah kecuali Engkau, Engkau-lah yang mencip-takan aku. Aku adalah
hamba -Mu. Aku akan setia pada perjanjianku dengan -Mu semampuku. Aku
berlindung kepada -Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat
-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku.
Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.”
Barangsiapa yang membacanya pada waktu siang dengan penuh keyakinan
lalu dia meninggal pada siang hari itu sebelum memasuki waktu sore maka
dia termasuk penghuni surga, dan barangsiapa yang membacanya pada
waktu malam dengan penuh keyakinan dan dirinya meninggal sebelum
memasuki waktu pagi maka dia termasuk penghuni surga”. 7
Istighfar disyari’atkan pada setiap waktu, dan wajib bagi orang yang
beristighfar untuk menjauhkan diri dari perbuatan dosa saat terjebak ke
dalam dosa, dia harus istighfar darinya. Istighfar juga dianjurkan setelah
mengerjakan amal shaleh, agar dia dapat menutupi kekurangan yang ada
padanya, seperti beristighfar tiga kali setelah selesai menunaikan shalat,
sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, istighfar pada saat
menjalankan ibadah haji. Allah SWT berfirman:
Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang
banyak (Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah; sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah: 199.)
Dan waktu istighfar yang paling baik adalah pada waktu akhir malam. Allah
SWT berfirman:
“Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).”.
(QS. Al-Dzariyat): 18. Allah SWT berfirman:
7 “Barangsiapa membacanya dengan yakin ketika sore hari, lalu ia meninggal dunia pada
malam itu, maka ia masuk Surga. Dan demikian juga ketika pagi hari.” HR. Al-Bukhari
7/150.
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa
selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu,
sedang mereka mengetahui . Mereka itu balasannya ialah ampunan dari
Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang
mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang
beramal. (QS. Ali Imron: 135-136).
Al-Fadhl bin Iyadh berkata: “Istighfar yang tidak dibarengi dengan
menjauhkan diri dari dosa adalah taubatnya orang yang dusta, sama seperti
apa yang dikatakan oleh Rabi’atul Adawiyah: Istighfar kita membutuhkan
istighfar yang banyak.
Istighfar adalah sebab bagi turunnya hujan, mendatangkan harta dan
anak. Allah SWT berfiraman:
“Maka aku katakan kepada mereka: "Mohonlah ampun kepada
Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun niscaya Dia akan
mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan
anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan
(pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. (QS. Nuh: 10-12)
Istighfar adalah sebab bagi tertolaknya bencana. Allah SWT berfirman:
Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu
berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka,
sedang mereka meminta ampun”. (QS. Al-Anfal: 33).
Ali bin Abi Thalib RA berkata, “Tidaklah suatu bencana diturunkan kecuali
karena adanya dosa dan tidak ada yang mengangkatnya kecuali taubat”.
Abu Musa berkata, “Kita memiliki dua perkara yang menjamin kemamanan
kita, dan telah pergi salah satu dari keduanya, yaitu keberadaan Rasulullah
Muhammad SAW di tengah-tengah kita dan tinggallah istighfar masih
bersama kita, maka jika dia pergi binasalah kita ini”.8
Istighfar adalah sebab turunnya rahmat Allah SWT. Allah SWT berfirman:
Dia berkata: "Hai kaumku mengapa kamu minta disegerakan
keburukan sebelum (kamu minta) kebaikan? Hendaklah kamu meminta
ampun kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat." (QS. Al-Naml: 46)
Isitgfar adalah penghapus dosa di dalam majlis. Diriwaytkan oleh Al-
Tirmidzi di dalam sunannya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad
SAW bersabda, “Barangsiapa yang berada pada sebuah majlis yang terjadi
padanya keributan, lalu sebelum dirinya bangkit dari majlis itu hendaklah
dia membaca:
“Maha Suci Engkau, ya Allah, aku memuji -Mu. Aku bersaksi bahwa
tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, aku minta ampun dan
bertaubat kepada -Mu.”9
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan
salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad saw dan kepada
keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.
Muqodimah
Segala puji hanya untuk Allah Shubhanahu wa ta’alla
Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi
Muhammad Shalallahu ’allau’alaihi wa sallam beserta keluarga
dan seluruh sahabatnya.
Diantara sebab terpenting diturunkannya rizki adalah itsighfar
(memohon ampun) dan taubat kepada Allah Shubhanahu wa
ta’alla Yang Maha Pengampun dan Maha Menutupi (kesalahan).
Untuk itu, pembahasan mengenai pasal ini kami bagi menjadi dua
pembahasan.
1. Hakikat Istighfar dan Taubat.
2. Dalil Syar'i Bahwa Istighfar Dan Taubat Termasuk Kunci Rizki.
HAKIKAT ISTIGHFAR DAN TAUBAT.
Sebagian besar orang menyangka bahwa istighfar dan
taubat hanyalah cukup dengan lisan semata. Sebagian mereka
mengucapkan.
"Aku mohon ampun kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dan
bertaubat kepada-Nya".
Tetapi kalimat-kalimat diatas tidak membekas di dalam
hati, juga tidak berpengaruh dalam perbuatan anggota badan.
Sesungguhnya istighfar dan taubat jenis ini adalah perbuatan
orang-orang dusta. Para ulama -semoga Allah Shubhanahu wa
ta’alla memberi balasan yang sebaik-baiknya kepada merekatelah
menjelaskan hakikat istighfar dan taubat. Imam Ar-Raghib
Al-Ashfahani menerangkan :"Dalam istilah syara', taubat adalah
meninggalkan dosa karena keburukannya, menyesali dosa yang
telah dilakukan, berkeinginan kuat untuk tidak mengulanginya
dan berusaha melakukan apa yang bisa diulangi (diganti). Jika
keempat hal itu telah terpenuhi berarti syarat taubatnya telah
sempurna". [1]
Imam An-Nawawi dengan redaksionalnya sendiri
menjelaskan : "Para ulama berkata, 'Bertaubat dari setiap dosa
hukumnya adalah wajib. Jika maksiat (dosa) itu antara hamba
dengan Allah Shubhanahu wa ta’alla, yang tidak ada sangkut
pautnya dengan hak manusia maka syaratnya ada tiga.
Pertama : hendaknya ia menjauhi maksiat tersebut.
Kedua : ia harus menyesali perbuatan maksiat nya.
Ketiga : ia harus berkeinginan untuk tidak mengulanginya lagi.
5
Jika salah satunya hilang, maka taubatnya tidak sah. Jika
taubatnya itu berkaitan dengan hak manusia maka syaratnya ada
empat. Ketiga syarat di atas dan Keempat, hendaknya ia
membebaskan diri (memenuhi) hak orang tersebut. Jika
berbentuk harta benda atau sejenisnya maka ia harus
mengembalikannya. Jika berupa had (hukuman) tuduhan atau
sejenisnya maka ia harus memberinya kesempatan untuk
membalasnya atau meminta ma'af kepadanya. Jika berupa ghibah
(menggunjing), maka ia harus meminta maaf"[2]
Adapun istighfar, sebagaimana diterangkan Imam Ar-
Raghib Al-Asfahani adalah "Meminta (ampunan) dengan ucapan
dan perbuatan. Dan firman Allah Shubhanahu wa ta’alla.
"Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia Maha
Pengampun" [Nuh/71 : 10]
Tidaklah berarti bahwa mereka diperintahkan meminta
ampun hanya dengan lisan semata, tetapi dengan lisan dan
perbuatan. Bahkan hingga dikatakan, memohon ampun (istighfar)
hanya dengan lisan saja tanpa disertai perbuatan adalah
pekerjaan para pendusta".[3]
6
DALIL SYAR’I BAHWA ISTIGHFAR DAN TAUBAT TERMASUK KUNCI
RIZKI.
Beberapa nash (teks) Al-Qur'an dan Al-Hadits
menunjukkan bahwa istighfar dan taubat termasuk sebab-sebab
rizki dengan karunia Allah Shubhanahu wa ta’alla Ta'ala. Dibawah
ini beberapa nash dimaksud :
Apa Yang Disebutkan Allah Shubhanahu wa ta’alla
Subhana Wa Ta'ala Tentang Nuh Alaihis Salam Yang Berkata
Kepada Kaumnya.
"Maka aku katakan kepada mereka, 'Mohonlah ampun kepada
Tuhanmu', sesunguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya
Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan
membanyakan harta dan anak-anakmu dan mengadakan
untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya)
untukmu sungai-sungai". [Nuh/71 : 10-12]
Ayat-ayat di atas menerangkan cara mendapatkan hal-hal berikut
ini dengan istighfar.
7
a. Ampunan Allah Shubhanahu wa ta’alla terhadap dosa-dosanya. Berdasarkan firman -Nya :
"Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun".
b. Diturunkannya hujan yang lebat oleh Allah Shubhanahu wa
ر ر ta’alla. Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma berkata
adalah (hujan) yang turun dengan deras.[4]
c. Allah Shubhanahu wa ta’alla akan memperbanyak harta dan
� ا anak-anak, Dalam menafsirkan ayat
Atha' berkata: Niscaya Allah Shubhanahu wa ta’alla akan
membanyakkan harta dan anak-anak kalian" .[5]
d. Allah Shubhanahu wa ta’alla akan menjadikan untuknya kebun-kebun.
e. Allah Shubhanahu wa ta’alla akan menjadikan untuknya sungai-sungai.
Imam Al-Qurthubi berkata: "Dalam ayat ini, juga yang disebutkan dalam (surat Hud : 3 "Artinya : Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhamnu dan bertaubat kepada -Nya) adalah dalil yang menunjukkan bahwa istighfar merupakan salah satu sarana meminta diturunkannya rizki dan hujan".[6] Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya berkata :" Maknanya, jika kalian bertaubat
8
kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla, meminta ampun kepada -Nya dan kalian senantiasa menta'ati -Nya, niscaya Ia akan membanyakkan rizki kalian menurunkan air hujan serta keberkahan dari langit, mengeluarkan untuk kalian berkah dari bumi, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan untuk kalian, melimpahkan air susu perahan untuk kalian, memperbanyak harta dan anak-anak untuk kalian, menjadikan kebun-kebun yang di dalamnya bermacam-macam buah-buahan untuk kalian serta mengalirkan sungai-sungai diantara kebun-kebun itu (untuk kalian)".[7] Demikianlah, dan Amirul Mukminin Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu juga berpegang dengan apa yang terkandung dalam ayat-ayat ini ketika beliau memohon hujan dari Allah Ta'ala. Mutharif meriwayatkan dari Asy-Sya'bi: "Bahwasanya Umar Radhiyallahu 'anhu keluar untuk memohon hujan bersama orang banyak. Dan beliau tidak lebih dari mengucapkan istighfar (memohon ampun kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla) lalu beliau pulang. Maka seseorang bertanya kepadanya, 'Aku tidak mendengar Anda memohon hujan'. Maka ia menjawab, 'Aku memohon diturunkannya hujan dengan majadih[8] langit yang dengannya diharapkan bakal turun hujan. Lalu beliau membaca ayat.
9
"Mohonlah ampun kepada Tuhamu, sesungguhnya Dia adalah
Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan
kepadamu dengan lebat".[Nuh/71:10-11]. [9]
Imam Al-Hasan Al-Bashri juga menganjurkan istighfar (memohon ampun) kepada setiap orang yang mengadukan kepadanya tentang kegersangan, kefakiran, sedikitnya keturunan dan kekeringan kebun-kebun. Imam Al-Qurthubi menyebutkan dari Ibnu Shabih, bahwasanya ia berkata :"Ada seorang laki-laki mengadu kepada Al-Hasan Al-Bashri tentang kegersangan (bumi) maka beliau berkata kepadanya, 'Ber-istighfar-lah kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla!. Yang lain mengadu kepadanya tentang kemiskinan maka beliau berkata kepadanya, 'Ber-istighfar-lah kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla!. Yang lain lagi berkata kepadanya, 'Do'akanlah (aku) kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla, agar Ia memberiku anak!, maka beliau mengatakan kepadanya, 'Ber-istighfar-lah kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla!. Dan yang lain lagi mengadu kepadanya tentang kekeringan kebunnya maka beliau mengatakan (pula) kepadanya, 'Ber-istighfar-lah kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla!".
10
Dan kami menganjurkan demikian kepada orang yang
mengalami hal yang sama. Dalam riwayat lain disebutkan :"Maka
Ar-Rabi' bin Shabih berkata kepadanya, 'Banyak orang yang
mengadukan macam-macam (perkara) dan Anda memerintahkan
mereka semua untuk ber-istighfar[10]. Maka Al-Hasan Al-Bashri
menjawab, 'Aku tidak mengatakan hal itu dari diriku sendiri.
Tetapi sungguh Allah Shubhanahu wa ta’alla telah berfirman
dalam surat Nuh.
"Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah
Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan
kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anakanakmu
dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan
mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai- sungai". [Nuh
/71: 10-12] [11]
AllahuAkbar! Betapa agung, besar dan banyak buah dari istighfar! Ya Allah, jadikanlah kami termasuk hamba-hamba -Mu yang pandai ber-istighfar. Dan karuniakanlah kepada kami buahnya, di dunia maupun di akhirat. Sesungguhnya Engkau Maha
11
Mendengar dan Maha Mengabulkan. Amin, wahai Yang Mahah
hidup dan terus menerus mengurus mahluk -Nya.
Ayat Lain Adalah Firman Allah Shubhanahu wa ta’alla
Yang Menceritakan Tentang Seruan Hud Alaihis Shalatu Was
Sallam kepada kaumnya agar ber-istighfar.
"Dan (Hud berkata), Hai kaumku, mohonlah ampun kepada
Tuhanmu lalu bertaubatlah kepada -Nya, niscaya Dia menurunkan
hujan yang sangat lebat atasmu dan Dia akan menambahkan
kekuatan kepada kekuatanmu dan janganlah kamu berpaling
dengan berbuat dosa". [Hud /11: 52].
Al-Hafiz Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat yang mulia di atas
menyatakan : "Kemudian Hud Alaihis salam memerintahkan
kaumnya untuk ber-istighfar yang dengannya dosa-dosa yang lalu
dapat dihapuskan, kemudian memerintahkan mereka bertaubat
untuk masa yang akan mereka hadapi. Barangsiapa memiliki sifat
seperti ini, niscaya Allah Shubhanahu wa ta’alla akan
memudahkan rizkinya, melancarkan urusannya dan menjaga
keadaannya. Karena itu Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman.
"Niscaya -Dia menurunkan hujan yang sangat lebat atasmu" [12].
12
Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang memiliki
sifat taubat dan istighfar, dan mudahkanlah rizki-rizki kami,
lancarkanlah urusan-urusan kami serta jagalah keadan-keadaan
kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha
mengabulkan do'a. Amin, wahai Dzat Yang Memiliki keagungan
dan kemuliaan.
Ayat lain adalah firman Allah Shubhanahu wa ta’alla.
"Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan
bertaubat kepada -Nya. (Jika kamu mengerjakan yang
demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik
(terus-menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah
ditentukan, dan -Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang
mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu
berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa
siksa hari Kiamat". [Hud/11:3]
Pada ayat yang mulia di atas, terdapat janji-janji dari Allah Shubhanahu wa ta’alla Yang Maha kuasa dan Maha Menentukan berupa kenikmatan yang baik kepada orang yang ber-istighfar dan bertaubat. Dan maksud dari firman -Nya.
13
"Niscaya -Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu". Sebagaimana dikatakan oleh Abdullah bin Abbas Radhiyallahu 'anhuma adalah. 'Ia akan menganugrahi rizki dan kelapangan kepada kalian'. [13]. Sedangkan Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan :"Inilah buah istighfar dan taubat. Yakni Allah Shubhanahu wa ta’alla akan memberikan kenikmatan kepada kalian dengan berbagai manfaat berupa kelapangan rizki dan kemakmuran hidup serta Ia tidak akan menyiksa kalian sebagaimana yang dilakukan -Nya terhadap orang-orang yang dibinasakan sebelum kalian". [14] Dan janji Tuhan Yang Maha Mulia itu diutarakan dalam bentuk pemberian balasan sesuai dengan syaratnya. Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi berkata :"Ayat yang mulia tersebut menunjukkan bahwa ber-istighfar dan bertaubat kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dari dosa-dosa adalah sebab sehingga Allah Shubhanahu wa ta’alla menganugrahkan kenikmatan yang baik kepada orang yang melakukannya sampai pada waktu yang ditentukan. Allah Shubhanahu wa ta’alla memberikan balasan (yang baik) atas istighfar dan taubat itu dengan balasan berdasarkan syarat yang ditetapkan".[15]
14
Dalil Lain Bahwa Istighfar Dan Taubat Adalah Diantara Kunci-Kunci
Rizki.
Yaitu hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, Abu Daud,
An-Nasa'i, Ibnu Majah dan Al-Hakim dari Abdullah bin Abbas
Radhiyallah 'anhuma ia berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda.
"Barangsiapa memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada
Allah Shubhanahu wa ta’alla[16] niscaya Allah Shubhanahu wa
ta’alla menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar dan
untuk setiap kesempitannya kelapangan dan Allah Shubhanahu
wa ta’alla akan memberinya rizki (yang halal) dari arah yang
tidak disangka-sangka [17]".
Dalam hadits yang mulia ini, Nabi yang jujur dan terpercaya, yang
berbicara berdasarkan wahyu, Beliau mengabarkan tentang tiga
hasil yang dapat dipetik oleh orang yang memperbanyak istighfar.
Salah satunya yaitu, bahwa Allah Shubhanahu wa ta’alla Yang
Maha Memberi rizki, Yang Memiliki kekuatan akan memberikan
rizki dari arah yang tidak disangka-sangka dan tidak diharapkan
serta tidak pernah terbersit dalam hatinya.
15
Karena itu, kepada orang yang mengharapkan rizki hendaklah dia bersegera untuk memperbanyak istighfar (memohon ampun), baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan. Dan hendaknya setiap muslim waspada!, sekali lagi hendaknya waspada! dari melakukan istighfar hanya sebatas dengan lisan tanpa perbuatan. Sebab ia adalah pekerjaan para pendusta. [Disalin dari kitab Mafatiihur Rizq fi Dhau’il Kitab was Sunnah, Penulis Dr. Fadhl Ilahi, Edisi Indonesia Kunci-Kunci Rizki Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, Penerjemah Ainul Haris Arifin, Lc. Penerbit Darul Haq- Jakarta] _______ Footnote. [1]. Al-Mufradat fi Gharibil Qur'an, dari asal kata " tauba" hal. 76 [2]. Riyadhus Shalihin, hal. 41-42. [3]. Al-Mufradat fi Gharibil Qur'an, dari asal kata "ghafara" hal. 362 [4]. Shahihul Bukhari, Kitabul Tafsir, surat Nuh 8/666 [5]. Tafsir Al-Bagawi, 4/398. Lihat pula, Tafsirul Khazin, 7/154 [6]. Tafsir Al-Qurthubi, 18/302. Lihat pula, Al-Iklil fis Tinbathil Tanzil, hal. 274, Fathul Qadir, 5/417 [7]. Tafsir Ibnu Katsir, 4/449
[8]. Majadih bentuk tunggalnya adalah majdah yakni salah satu jenis bintang yang menurut bangsa Arab merupakan bintang (yang jika muncul) menunjukkan hujan akan turun. Maka Umar Radhiyallahu 'anhu menjadikan istighfar sama dengan bintang-bintang tersebut, suatu bentuk komunikasi
16
melalui apa yang mereka ketahui. Dan sebelumnya mereka memang
menganggap bahwa adanya bintang tersebut pertanda akan turun hujan,
dan bukan berarti Umar berpendapat bahwa turunnya hujan karena
bintang-bintang tersebut. (Tafsir Al-Khazin, 7/154)
[9]. Op.Cit 7/154. Lihat pula Ruh al-Ma'ani 29/72
[10]. Tafsir Al-Khazin, 7/154. Lihat pula, Ruhul Ma'ani, 29/73
[11]. Tafsir Al-Qurthubi, 18/302-303. Lihat pula Al-Muharrar Al-Wajiz, 16/123
[12]. Tafsir Ibnu Katsir, 2/492. Lihat pula, Tafsir Al-Qurthubi, 9/51
[13]. Zaadul Masiir, 4/75
[14]. Tafsir Al-Qurthubi, 9/403. Lihat pula, Tafsir Ath-Thabari, 15/229 -230, Tafsir
Al-Baghawi. 4/373, Fathul Qadir, 2/695 dan Tafsir Al-Qasimi, 9/63.
[15]. Adhwa'ul Bayan, 3/9
[ مَن أَكْشَر الْاِسْتِغْفَار .[ 16 Dalam riwayat lain disebutkan مَن لَزِم الْاِسْتِغْفَارَ "Barangsiapa
menetapi - dalam riwayat lain - tidak meninggalkan istighfar". Lihat, Sunan
Abi Daud, 4/267, Sunan Ibni Majah, 2/339. Dan maknanya, sebagaimana
disebutkan oleh Syaikh Abu Ath-Thayyib Al-Azhim Abadi yaitu saat
terjadinya maksiat atau adanya ujian atau ada orang yang penyakitnya
terus menerus, maka sungguh dalam setiap nafas ia membutuhkan
kepadanya (istighfar dan taubat). Karena itu Rasulullah ShallAllah
Shubhanahu wa ta’allau 'alaihi wa sallam bersabda:
"Beruntunglah orang yang mendapati dalam shahifah (catatan amalnya)
istighfar yang banyak". (Hadist Riwayat Ibnu majah dengan sanad hasan
shahih). (Aunul Ma'bud, 4/267)
[17]. Al-Musnad, no. 2234, 4/55-56 dan lafazh tersebut adalah redaksi miliknya ; Sunan Abi Daud, Abwabu Qiyamil Lail, Tafri'u Abwabil Witr, Bab Fil Istighfar, no. 1515, 4/267 ; Kitabus Sunan Al-Kubra, Kitabu Amalil Yaumi wal Lalilah,
17
no 10290/2,6/118 ; Sunan Ibni Majah, Abwabul Adab, Bab Al-Istighfar, no. 3864, 2/339 ; Al-Mustadrak 'alash Shahihain, Kitabut Taubah wal Inabah, 4/292. Sebagian ahli hadits menyatakan hadits ini dha'if karena salah satu periwayatnya (cacat). (Lihat, At-Talkhish, Al-Hafizd Adz-Dzahabi, 4/262 ; Aunul Ma'bud, 4/267 ; Dha'ifu Sunan Abi Daud, Syaikh Al-Albani, hal. 149) Tetapi sanad hadits tersebut dishahihkan oleh Imam Al-Hakim (Lihat, Al-Mustadrak, 4/262). Dan Syaikh Ahmad Muhammad Syakir berkata : "Sanad hadits ini shahih" (Hamisy Al-Musnad, 4/55). Demikian sebagai jawaban atas apa yang dikatakan tentang salah seorang perawinya. Wallahu a'lam bish shawab.