Hukum Berbangga Dengan Nasab
Syaikh Muhammad al-Utsaimin rahimahullah
Syaikh Abdullah bin Jibrin rahimahullah
Terjemah : Muhammad Iqbal A. Gazali
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad
Hukum Berbangga Dengan Nasab
Syaikh Muhammad al-Utsaimin rahimahullah
Syaikh Abdullah bin Jibrin rahimahullah
Pertanyaan 1: Sebagian orang ada yang beranggapan bahwa bangga
dengan nasab (silsilah, keturunan) adalah sesuatu yang terpuji. Mereka
berdalil dengan firman Allah SWT:
Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain)
beberapa derajat, (QS. al-An'aam165)
Dan sabda Nabi Muhammad :
Rasulullah bersabda: 'Sesungguhnya Allah subhanahu wata'ala memilih
Kinanah dari keturunan Ismail AS, memilih Quraisy dari Kinanah, memilih
Hasyim dari Quraisy, dan Dia memilih aku dari Bani Hasyim."1
Bagaimanakah pendapatmu tentang hal itu? Berilah fatwa kepada kami
semoga kamu diberi pahala.
Jawaban 1: Hal ini sam sekali tidak benar, sesungguhnya
membanggakan diri dengan semata-mata nasab tidak boleh, sebagaimana
disebutkan dalam hadits:
1 HR. Abu Daud 2102, ad-Daraquthni 3/300 (204), Ibnu Hibban 4067, ath-Thabrani dalam al-Kabir 22/321
(808), al-Hakim 2/164 (2693) dan ia menshahihkannya dan disepakati oleh adz-Dzahabni.
Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda: 'Sungguh berhenti orangorang
yang membanggakan diri dengan bapak-bapak mereka yang telah
wafat...atau mereka menjadi lebih hina terhadap Allah subhanahu wata'ala
dari pada kumbang yang membolak-balikan kotoran (tinja) dengan
hidungnya."2
Merasa bangga dengan nasab termasuk perkara jahiliyah, dan dalam
hadits yang lain:
Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah
subhanahu wata'ala telah menghilangkan darimu kesombongan jahiliyah
dan kebanggannya dengan nenek moyang. Sesungguhnya ia adalah orang
beriman yang taqwa dan orang fasik yang celaka. Semua manusia adalah
keturunan nabi Adam AS dan nabi Adam AS diciptakan dari tanah."3
Dan hadits berbunyi:
2 HR. Muslim2276, Ahmad dalam Musnadnya 4/107, at-Tirmidzi 3606, Ibnu Hibban 6242, 6333, 7475.
3 HR. Abu Daud 5116, at-Tirmidzi 3955 dan ia berkata: Hasan.gharib.
5
Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Ada empat perkara pada
umatku dari perkara jahiliyah mereka tidak meninggalkannya: bangga pada
keturunan, mencela nasab, meminta hujan dengan bintang, dan meratap."4
Merasa bangga dengan nasab merupakan celaan, karena sesungguhnya
manusia menjadi mulia karena perbuatannya, dan kemuliaan yang dimiliki
bapak atau nenek moyangnya tidak bisa memberi manfaat kepadanya.
Penyair berkata:
Apabila engkau merasa bangga dengan kaum yang mempunyai kemuliaan
Kami katakan: engkau benar akan tetapi seburuk-buruk yang telah
mereka lahirkan.5
Dan disebutkan dalam hadits:
Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang amal
ibadahnya terlambat dengannya niscaya nasabnya tidak
mempercepatnya."6
akhirat. Berdasarkan firman Allah subhanahu wata'ala:
…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orangorang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (QS. al-Mujadilah:11)
Adapun yang dimaksud dengan 'beberapa derajat' pada ayat yang mulia
tersebut diatasa adalah: keutamaan yang nampak seperti ilmu, zuhud,
ibadah, pemurah, pemberani dan semisalnya, maka sesungguhnya Allah
SWT meninggikan derajatnya di dunia dan
4 HR. Muslim 934.
5 Bait syai'r ini disandarkan kepada Ibnu Rumy dengan lafazh:
Jika engkau merasa bangga dengan nenek moyang yang mempunyai kemuliaan – sungguh engkau benar akan
tetapi seburuk-buruk yang telah mereka lahirkan.
6 HR. Muslim 3699
6
Adapun hadits tersebut maksudnya: bahwa nabi kita Muhammad
shallallahu'alaihi wasallam telah dipilih oleh Allah subhanahu wata'ala
dari bangsa arab yang paling mulia dan paling terkenal, sebab hal tersebut
menjadi salah satu faktor kuatnya mental beliau, dan orang-orang akan
segan dalam mengikutinya, apabila diketahui bahwa beliau berasal dari
kabilah yang terkenal dan memiliki kedudukan yang tinggi. Sesungguhnya
hal itu lebih dekat kepada tempat kebenaran dan amanah. Kendati
demikian, sesungguhnya kemuliaan ini tidak bisa memberi manfaat
kepada sebagian anggota kabilahnya yang lain seperti paman-pamanya
yang tidak mengikutinya (tidak beriman), di antara mereka Abu Lahab
yang Allah subhanahu wata'ala berfirman padanya:
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan
binasa. (QS. al-Lahab:1)
Dan penyair berkata:
Demi umurmu, manusia tidaklah berarti kecuali dengan agamanya –
maka janganlah engkau tinggalkan taqwa karena bertawakkal kepada
nasab
Sungguh Islam telah meninggikan derajat Salman Radhiyallahu 'anhu
(yang berasal) dari Persia – dan syirik telah merendahkan orang yang
celaka Abu Lahab. 7
Wallahu A'lam, semoga shalawat dan salam selalu tercurah kepada nabi
kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.
Syaikh Ibnu Jibrin –Fatwa yang beliau tanda tangani pada tanggal
29/10/1420 H.
7 Kedua bait ini disandarkan kepada Amirul Mukminin Ali bin Abu Thalib dan Shahih dan Abbad, dan pada
bait keduanya: (asy-syarif/yang mulia) sebagai pengganti (asy-syaqi/yang celaka).
7
Pertanyaan 2: Sebagian orang ada yang beranggapan bahwa bangga dengan
nasab (silsilah, keturunan) adalah sesuatu yang terpuji. Mereka berdalil
dengan firman Allah SWT:
Dan Kami meninggikan sebahagian mereka atas sebahagian (yang lain)
beberapa derajat, (QS. Az-Zukhruf: 32)
Dan sabda Nabi shallallahu'alaihi wasallam:
Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda: 'Sesungguhnya Allah
subhanahu wata'ala memilih Kinanah dari keturunan Ismail AS, memilih
Quraisy dari Kinanah, memilih Hasyim dari Quraisy, dan Dia subhanahu
wata'ala memilih aku dari Bani Hasyim."8 Bagaimanakah pendapatmu
tentang hal itu? Berilah fatwa kepada kami semoga kamu diberi pahala.
Jawaban 2: Menurut pendapat saya bahwa bangga dengan nasab
termasuk panggilan/seruan jahiliyah dan Nabi Muhammad
shallallahu'alaihi wasallam telah berlepas diri dari mereka. Adapun firman
Allah SWT:
Dan Kami meninggikan sebahagian mereka atas sebahagian (yang lain)
beberapa derajat, (QS. Az-Zukhruf: 32)
Maksudnya adalah dalam urusan duniawi, karena Allah subhanahu
wata'ala berfirman:
8 HR. Abu Daud 2102, ad-Daraquthni 3/300 (204), Ibnu Hibban 4067, ath-Thabrani dalam al-Kabir 22/321
(808), al-Hakim 2/164 (2693) dan ia menshahihkannya dan disepakati oleh adz-Dzahabni.
Dan mereka berkata:"Mengapa al-Qur'an ini tidak diturunkan kepada
seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Thaif) ini * Apakah
mereka yang membagi-bagi rahmat Rabbmu, Kami telah menentukan antara
mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah
meninggikan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain beberapa
derajat, agar sebahagian mereka dapat mempergunakan sebahagian yang
lain.Dan rahmat Rabbmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. (QS.
Az-Zukruf:31-32)
Maka ini fakir dan ini kaya, ini sehat dan ini sakit, ini kuat dan ini lemah,
dan seterusnya. Inilah maksudnya. Adapun membanggakan diri dengan
nasab maka ia termasuk panggilan (seruan) jahiliyah dan Nabi
shallallahu'alaihi wasallam telah berlepas diri dari pelakunya. Firman
Allah SWT:
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.Sesungguhnya orang
yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertaqwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal (QS. Al-Hujuraat:13)
Untuk saling mengenal, bukan untuk untuk saling membanggakan diri.
Syaikh Muhammad al-Utsaimin –Fatwa yang beliau tanda tangani.