59- Abdullah bin Mas'ud -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah melihat Jibril menggunakan setelan pakaian hijau memenuhi antara langit dan bumi."[170]
(HR. Muslim).
60- Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Aku melihat Jibril turun dan ia memenuhi cakrawala memakai pakaian sutra halus bergelantungan padanya mutiara dan yakut."[173]
(HR. Abu Asy-Syaikh).
61- Ibnu Jarīr meriwayatkan dari Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā-, dia berkata, "Jabrā`īl maksudnya Abdullah (hamba Allah). Mīkā`īl maksudnya 'Abīdullāh (hamba Allah). Semua nama yang mengandung 'īl' artinya hamba Allah."
62- HR. Ibnu Jarīr dari Ali bin Al-Ḥusain yang semisal dengannya dengan tambahan, "Dan Isrāfīl maksudnya Abdurrahman (hamba Ar-Raḥmān)."
63- Aṭ-Ṭabarāniy meriwayatkan dari Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā-, dia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Maukah kalian aku kabari malaikat yang paling utama? Yaitu Jibril."
64- Abu 'Imrān Al-Jauniy meriwayatkan bahwa sampai kepadanya berita bahwa Jibril datang menemui Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sambil menangis. Maka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bertanya padanya,
"Apa yang membuatmu menangis?"
Ia menjawab, "Bagaimana aku tidak menangis?! Demi Allah! Mataku tidak pernah kering sejak neraka diciptakan Allah, karena aku khawatir akan bermaksiat kepada-Nya lalu aku dilemparkan ke dalamnya."
(HR. Imam Ahmad dalam Az-Zuhd).
65- Bukhari meriwayatkan dari Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā-, dia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berkata kepada Jibril,
"Tidakkah engkau mengunjungi kami lebih sering dari sekarang?"[175]Maka turunlah ayat: "Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali atas perintah Tuhanmu. Milik-Nya segala yang ada di hadapan kita dan yang ada di belakang kita ..."[176](QS. Maryam: 64).
Di antara pembesar para malaikat adalah Mikail -'alaihissalām- yang ditugasi mengurus hujan dan tumbuhan.
66- Imam Ahmad meriwayatkan dari Anas -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berkata kepada Jibril,
"Kenapa aku sama sekali tidak pernah melihat Mikail tertawa?" Jibril menjawab, "Mikail tidak pernah tertawa semenjak neraka diciptakan."[177]
Di antara pembesar para malaikat adalah Israfil -'alaihissalām- yang merupakan salah satu malaikat pemikul Arasy dan yang bertugas meniup sangkakala.
67- Tirmizi meriwayatkan -dan dia menghasankannya- juga Al-Ḥākim dari Abu Sa'īd Al-Khudriy -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,"Bagaimana mungkin aku bersenang-senang, sementara malaikat peniup sangkakala telah meletakkan sangkakala di mulutnya, menundukkan dahinya, dan memusatkan pendengarannya menanti perintah untuk meniup agar ia segera meniup?!"Para sahabat bertanya, "Lalu apa yang harus kami ucapkan, wahai Rasulullah?"Beliau bersabda, "Ucapkanlah, 'Ḥasbunallāhu wa ni'mal-wakīl, 'alallāhi tawakkalnā (cukuplah Allah bagi kami, Allah sebaik-baik penolong; hanya kepada Allah kami berserah diri).'"[178]
68- Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Salah seorang di antara malaikat-malaikat pemikul Arasy bernama Israfil. Salah satu sudut Arasy ada di atas tengkuknya, kedua telapak kakinya tembus ke dalam lapis bumi ketujuh yang paling bawah dan kepalanya tembus dari langit ketujuh yang paling atas."(HR. Abu Asy-Syaikh dan Abu Nu'aim dalam Al-Ḥilyah).
69- Abu Asy-Syaikh meriwayatkan dari Al-Auzā'iy, dia berkata, "Tidak seorang pun di antara makhluk ciptaan Allah yang lebih bagus suaranya melebihi Israfil. Bila ia mulai bertasbih, maka suaranya menghentikan salat dan tasbih semua penghuni langit yang tujuh."
Di antara pembesar para malaikat adalah Malaikat Pencabut Nyawa (Malakulmaut) -'alaihis salām-.
Tidak disebutkan secara khusus tentang namanya dalam Al-Qur`ān maupun hadis-hadis yang sahih. Namun di sebagian aṡar disebutkan penamaannya dengan Izrail[179]. Adapun kebenarannya, maka Allah yang lebih tahu. Sebagaimana dibawakan oleh Al-Ḥāfiẓ Ibnu Kaṡīr. Beliau berkata, "Dilihat dari tugas yang diemban maka mereka terbagi menjadi beberapa kelompok:
- Malaikat pemikul Arasy.
- Al-Karūbiyyūn[180]; yaitu para malaikat yang ada di sekeliling Arasy. Mereka bersama malaikat-malaikat pemikul Arasy adalah malaikat yang paling mulia. Merekalah malaikat-malaikat yang
didekatkan, sebagaimana firman Allah -Ta'ālā-,"Almasih sama sekali tidak enggan menjadi hamba Allah, dan begitu pula para malaikat yang terdekat (kepada Allah)."[181](QS. An-Nisā`: 172).- Malaikat penghuni langit yang tujuh; yaitu mereka memakmurkannya dengan ibadah terus-menerus sepanjang siang dan malam serta sepanjang pagi dan petang; sebagaimana firman Allah -Ta'ālā-,"Mereka bertasbih tidak henti-hentinya sepanjang malam dan siang."[182](QS. Al-Anbiyā`: 20).
- Malaikat-malaikat yang bergantian masuk ke Baitulmakmur.
Saya katakan, "Yang tampak, bahwa malaikat-malaikat yang bergantian masuk ke Baitulmakmur adalah malaikat penghuni langit."
- Di antaranya juga, malaikat-malaikat yang ditugaskan mengurus surga, menyiapkan kemuliaan bagi penghuninya, menyiapkan jamuan bagi yang menempatinya; berupa pakaian, makanan, minuman, perhiasan, tempat tinggal, dan lain sebagainya yang belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga, dan belum pernah terbesit di hati seorang manusia. - Diantaranya juga, malaikat-malaikat yang ditugaskan mengurus neraka -semoga Allah melindungi kita dari neraka-; yaitu para malaikat Zabāniyah dengan pemimpin mereka sebanyak tujuh belas malaikat. Sedangkan penjaganya adalah Mālik, yaitu pemimpin malaikat-malaikat penjaga neraka. Merekalah yang disebutkan dalam firman Allah -Ta'ālā-,"Dan orang-orang yang berada dalam neraka berkata kepada penjaga-penjaga neraka Jahanam, 'Mohonkanlah kepada Tuhanmu agar Dia meringankan azab atas kami sehari saja.'"[183](QS. Al-Mu`minūn: 49).Allah -Ta'ālā- juga berfirman,"Dan mereka berseru, 'Wahai (Malaikat) Mālik! Biarlah Tuhanmu mematikan kami saja.' Dia menjawab, 'Sungguh, kamu akan tetap tinggal (di neraka ini).'"[184](QS. Az-Zukhruf: 77).Allah -Ta'ālā- juga berfirman,"Penjaganya ialah malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."[185](QS. At-Taḥrīm: 6).Allah -Ta'ālā- juga berfirman,"Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga).Dan yang Kami jadikan penjaga neraka itu hanya dari malaikat ..."186]Sampai firman-Nya:"Dan tidak ada yang mengetahui bala tentara Tuhanmu kecuali Dia sendiri."[187](QS. Al-Muddaṡṡir: 30-31)- Ada juga malaikat-malaikat yang ditugasi menjaga manusia, sebagaimana firman Allah -Ta'ālā-,"Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah."[188](QS. Ar-Ra'd: 11).
Ibnu 'Abbās berkata, "Yaitu malaikat-malaikat yang menjaganya dari depan dan belakangnya. Bila datang perintah Allah, maka mereka meninggalkannya."[189]
Mujāhid berkata, "Tidaklah ada seorang hamba melainkan seorang malaikat menjaganya ketika ia tidur dan terjaga dari gangguan jin, manusia, dan hewan berbisa. Tidaklah ada dari salah satunya yang hendak menyakitinya kecuali ia berkata, 'Pergilah.' Kecuali sesuatu yang diizinkan oleh Allah -Ta'ālā- sehingga ia bisa menimpanya."
- Ada juga malaikat-malaikat yang ditugasi mencatat amalan manusia; sebagaimana firman Allah -Ta'ālā-,"(Ingatlah) ketika dua malaikat mencatat (perbuatannya), yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri.Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan di sisinya ada malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)."(QS. Qāf: 17-18).Allah -Ta'ālā- juga berfirman,"Dan sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu),yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (perbuatanmu).Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan."[191] (QS. Al-Infiṭār: 10-12).
70- Al-Bazzār meriwayatkan dari Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- bahwa dia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Sesungguhnya Allah melarang kalian bertelanjang. Hendaklah kalian malu kepada malaikat-malaikat Allah yang menyertai kalian, yaitu malaikat-malaikat mulia yang mencatat perbuatan kalian dan tidak meninggalkan kalian, kecuali di salah satu dari tiga keadaan: buang hajat, junub, dan mandi. Bila salah seorang kalian mandi di tempat terbuka, hendaklah dia menutup diri dengan pakaiannya, fondasi tembok, atau lainnya."
Al-Ḥāfiẓ Ibnu Kaṡīr mengatakan, "Makna memuliakan mereka ialah merasa malu kepada mereka dan tidak mendikte mereka untuk menulis perbuatan-perbuatan yang buruk karena Allah menciptakan mereka mulia pada fisik dan akhlak mereka."
Kemudian beliau mengatakan, bahwa di antara bentuk kemuliaan mereka ialah tidak masuk ke rumah yang di dalamnya terdapat anjing atau gambar, atau orang junub dan patung. Mereka juga tidak keluar bersama rombongan yang membawa anjing atau lonceng.
71- Malik, Bukhari, dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- pernah bersabda,
"Para malaikat di malam dan siang hari saling bergantian dalam menjaga kalian. Mereka akan bertemu ketika salat Subuh dan salat Asar. Kemudian malaikat yang bermalam bersama kalian akan naik, lalu Allah bertanya kepada mereka, padahal Allah lebih tahu, 'Bagaimana keadaan hamba-Ku ketika kalian tinggalkan?' Mereka menjawab, 'Kami meninggalkan mereka sedang mengerjakan salat, dan kami mendatangi mereka sedang mengerjakan salat.'"[194]
72- Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Abu Hurairah berkata, "Bacalah jika kalian mau:Dan (laksanakan pula salat) Subuh. Sungguh, salat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat).'"[196](QS. Al-Isrā`: 78).
73- Imam Ahmad dan Muslim meriwayatkan hadis,
"Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah di antara rumah-rumah Allah -Ta'ālā-, di dalamnya mereka membaca Kitab Allah dan mempelajarinya dengan sesama mereka kecuali akan turun kepada mereka ketenangan, mereka diliputi oleh rahmat, dikelilingi oleh para malaikat, dan Allah -'Azza wa Jalla- akan menyebut-nyebut mereka di hadapan malaikat yang ada di sisi-Nya. Siapa yang diperlambat oleh amalnya, maka tidak akan dipercepat oleh nasabnya."[198]
74- Diriwayatkan dalam Al-Musnad dan As-Sunan suatu hadis:
"Sesungguhnya para malaikat menaungi penuntut ilmu dengan sayap-sayap mereka karena rida pada apa yang dilakukannya."[199]
Masih sangat banyak lagi hadis-hadis yang berbicara tentang mereka -'alaihimus-salām-.
BAB WASIAT AGAR BERPEGANG KUAT DENGAN KITAB ALLAH -'AZZA WA JALLA-
Firman Allah -Ta'ālā-,"Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti selain Dia sebagai pemimpin. Sungguh, sedikit sekali kamu mengambil pelajaran."[200](QS. Al-A'rāf: 3).
75- Zaid bin Arqam -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- berpidato dengan memulai memuji dan memuja Allah kemudian bersabda,
"Ammā ba’d. Ketahuilah, wahai saudara-saudara sekalian! Aku hanyalah manusia seperti kalian. Sebentar lagi utusan Rabb-ku (yaitu Malaikat maut) akan mendatangiku dan aku harus memperkenankannya. Aku tinggalkan untuk kalian aṡ-ṡaqalain (dua hal yang berat). Pertama, Kitābullāh (Al-Qur`ān) yang di dalamnya terkandung petunjuk dan cahaya. Maka ambillah Kitab Allah dan berpegang teguhlah dengannya!" Beliau lantas menghimbau serta memotivasi kepada Kitab Allah. Kemudian beliau melanjutkan, "(Kedua), dan ahli baitku. Aku ingatkan kalian kepada Allah tentang ahli baitku." Dalam redaksi lain disebutkan, "Kitābullāh yang merupakan tali Allah yang kuat. Siapa yang mengikutinya maka dia berada di atas petunjuk. Namun siapa yang meninggalkannya maka dia berada di atas kesesatan."[201]
(HR. Muslim).
76- Muslim meriwayatkan dalam hadis Jābir yang panjang, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda dalam khotbah Hari Arafah,
"Aku tinggalkan pada kalian sesuatu yang kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang kepadanya, yaitu Kitābullāh. Kemudian kalian akan ditanya tentang aku, maka kalian akan menjawab apa?" Para sahabat menjawab, "Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan risalah, telah menunaikan amanah, dan telah memberi nasihat kepada umat." Beliau lalu mengangkat jari
telunjuknya ke langit dan mengarahkannya kepada para sahabat seraya bersabda, "Ya Allah! Saksikanlah." Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali.[202]
77- Ali -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Ketahuilah, sesungguhnya akan terjadi fitnah."
Aku bertanya, "Apa solusinya, wahai Rasulullah?"
Beliau menjawab, "Kitab Allah. Di dalamnya terkandung berita tentang peristiwa sebelum kalian dan setelah kalian serta hukum bagi perkara yang terjadi di tengah kalian. Ia adalah kitab yang memisahkan (antara yang hak dan yang batil), bukan senda gurau. Siapa yang meninggalkannya dengan sombong, maka Allah akan membinasakannya. Siapa yang mencari petunjuk pada selainnya, maka Allah akan menyesatkannya. Ia adalah tali Allah yang kukuh, ia adalah kitab peringatan yang bijaksana, ia adalah jalan yang lurus; dengannya hawa nafsu tidak akan menyimpang dan lisan tidak akan rancu, para ulama tidak pernah hilang dahaga padanya, tidak usang meski sering diulang-ulang dan keajaiban-keajaibannya tidak kunjung habis. Ia adalah kitab yang menjadikan jin tidak mau berhenti dari mendengarnya hingga mereka berkata,Kami telah mendengarkan bacaan yang menakjubkan (Al-Qur`ān),(yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya.'[203](QS. Al-Jinn: 1-2).Siapa yang berkata dengannya, maka ia benar. Siapa yang mengamalkannya akan diberi pahala. Siapa yang menetapkan keputusan dengannya ia akan adil. Dan siapa yang mengajak kepadanya akan ditunjuki ke jalan yang lurus."
(HR. Tirmizi dan dia berkata, "Garīb").
3- Abu Ad-Dardā` -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan secara marfū',
"Apa yang dihalalkan oleh Allah dalam Kitab-Nya maka hukumnya halal. Apa yang diharamkan oleh Allah maka hukumnya haram. Adapun yang didiamkan oleh Allah, maka itu adalah sesuatu yang Allah maafkan. Maka terimalah pemberian dari Allah karena Allah tidak lupa sedikit pun." Kemudian beliau membaca,"Dan Tuhanmu tidaklah lupa."[204](QS. Maryam: 64).
(HR. Al-Bazzār, Ibnu Abi Ḥātim, dan Aṭ-Ṭabarāniy).
79- Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Allah membuat perumpamaan sebuah jalan yang lurus, di kedua sisi jalan terdapat dua dinding dan pada keduanya terdapat pintu-pintu yang terbuka lalu di atasnya tertutupi tirai-tirai yang menjulur, sementara di ujung jalan ada seorang penyeru yang berkata, 'Hendaklah kalian berjalan dengan lurus di atas jalan itu dan jangan belok.' Sedangkan di atasnya ada seorang penyeru, setiap kali hamba berniat membuka sebagian dari pintu-pintu itu, dia berkata, 'Celaka engkau! Jangan engkau buka pintu itu, karena bila dibuka maka engkau akan memasukinya.'"[205]
Kemudian beliau jelaskan bahwa jalan yang lurus itu adalah Islam, pintu-pintu yang terbuka adalah larangan-larangan Allah, tirai-tirai yang menjulur adalah batasan-batasan Allah, penyeru di ujung jalan adalah Al-Qur`ān, dan penyeru di atasnya adalah pengingat dari Allah yang ada dalam hati setiap mukmin.
(HR. Razīn. Hadis yang semisal juga diriwayatkan oleh Ahmad dan Tirmizi dari An-Nawwās bin Sam'ān).
80- Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- meriwayatkan,
Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- membaca ayat:"Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Qur`ān) kepadamu (Muhammad). Di antaranya ada ayat-ayat yang muḥkamāt, itulah pokok-pokok kitab (Al-Qur`ān) ...[206]Beliau membaca sampai firman Allah:"Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal."[207](QS. Āli 'Imrān: 7).Aisyah berkata, "Jika kalian melihat orang-orang yang mengikuti ayat-ayat mutasyābihāt, maka mereka itulah yang disebutkan oleh Allah (dalam firman-Nya), sehingga waspadailah mereka."(Muttafaq ‘Alaih).
81- Abdullah bin Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- membuatkan kami sebuah garis dengan tangannya, kemudian beliau bersabda,
"Ini adalah jalan Allah." Kemudian beliau membuat garis di kanan dan kirinya dan bersabda, "Ini adalah jalan-jalan yang banyak, di setiap jalan terdapat setan yang mengajak kepadanya." Beliau lalu membaca ayat,"Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa."[208](QS. Al-An'ām: 153).
(HR. Ahmad, Ad-Dārimiy, dan An-Nasā`i).
82- Abu Hurairah -raḍiyallāhu `anhu- berkata, Sejumlah orang dari sahabat Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menulis sebagian Kitab Taurat lalu menyebutkan hal itu kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, maka beliau bersabda,
"Sesungguhnya kebodohan yang paling bodoh dan kesesatan yang paling sesat adalah sekelompok orang yang meninggalkan ajaran yang dibawa oleh nabi mereka lalu mengikuti selain nabi mereka dan selain umat mereka." Kemudian Allah menurunkan ayat,"Apakah tidak cukup bagi mereka bahwa Kami telah menurunkan kepadamu Kitab (Al-Qur`ān) yang dibacakan kepada mereka? Sungguh, di dalam (Al-Qur`ān) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman."[209](QS. Al-'Ankabūt: 51).
(HR. Al-Ismā'īliy dalam Mu'jam-nya dan Ibnu Mardawaih).
83- Abdullah bin Ṡābit bin Al-Ḥāriṡ Al-Anṣāriy -raḍiyallāhu 'anhu- berkata,Umar -raḍiyallāhu 'anhu- datang menghadap Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dengan membawa sebuah kitab berisikan beberapa pembahasan dari Taurat; dia berkata, "Ini aku dapatkan pada seorang laki-laki Ahli Kitab, aku bermaksud memperlihatkannya kepadamu." Seketika muka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- terlihat sangat berubah, belum pernah aku melihat yang semisalnya. Lantas Abdullah bin Al-Ḥāriṡ berkata kepada Umar -raḍiyallāhu 'anhumā-, "Tidakkah engkau melihat muka Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-?!" Maka Umar berkata, "Kami telah rida Allah sebagai Tuhan kami, Islam sebagai agama kami, dan Muhammad sebagai nabi kami." Sehingga Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- terlihat senang dan bersabda,
"Seandainya Musa turun lalu kalian mengikutinya dan meninggalkanku, pastilah kalian tersesat. Aku adalah jatah kalian di antara para nabi, dan kalian adalah jatahku di antara umat-umat."
(HR. 'Abdur-Razzāq, Ibnu Sa'd, dan Al-Ḥākim dalam Al-Kunā).
BAB HAK-HAK NABI -ṢALLALLĀHU 'ALAIHI WA SALLAM-
Firman Allah -Ta'ālā-,"Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah, taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur`ān) dan Rasul (Sunnah), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."[210](QS. An-Nisā`: 59).Juga firman Allah -Ta'ālā-,"Dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Rasul (Muhammad), agar kamu diberi rahmat."[211](QS. An-Nūr: 56).Juga firman Allah -Ta'ālā-,"Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah."[212](QS. Al-Ḥasyr: 7).84- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,"Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah serta mereka beriman kepadaku dan ajaran yang aku bawa. Apabila mereka melakukan hal itu, mereka telah menjaga dari diriku darahnya dan hartanya kecuali dengan hak Islam, dan perhitungan mereka terserah kepada Allah -'Azza wa Jalla-."[213]
(HR. Muslim).
85- Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Ada tiga perkara, siapa yang memiliki semuanya niscaya dia merasakan manisnya iman. Yaitu mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih daripada yang lain, mencintai seseorang hanya karena Allah, dan benci kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya darinya sebagaimana ia benci dilemparkan ke dalam neraka."[219]
86- Bukhari dan Muslim meriwayatkan secara marfū’:
"Tidak (sempurna) iman salah seorang kalian hingga aku lebih ia cintai dari anaknya, orang tuanya, dan manusia seluruhnya."[220]
87- Al-Miqdām bin Ma'dī Karib Al-Kindiy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Telah dekat waktunya ada seseorang bersandar di atas tempat tidurnya, lalu disampaikan kepadanya salah satu hadisku namun dia hanya berkata, 'Antara kami dan kalian hanyalah Kitab Allah -'Azza wa Jalla-. Yang kami dapatkan halal di dalamnya maka kami menghalalkannya, dan yang kami dapatkan haram maka kami mengharamkannya!' Ketahuilah, apa yang diharamkan oleh Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sama dengan yang diharamkan oleh Allah."[221]
(HR. Tirmizi dan Ibnu Majah).
BAB MOTIVASI DAN ANJURAN NABI ṠALLALLĀHU 'ALAIHI WA SALLAM- UNTUK KONSISTEN DI ATAS SUNNAH SERTA MENINGGALKAN BIDAH, PERPECAHAN, PERSELISIHAN DAN PERINGATAN DARINYA
Firman Allah -Ta'ālā-,"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah."[224](QS. Al-Aḥzāb: 21).Juga firman Allah -Ta'ālā-,"Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka menjadi (terpecah) dalam golongan-golongan, sedikit pun bukan tanggung jawabmu (Muhammad) atas mereka. Sesungguhnya urusan mereka (terserah) kepada Allah. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat."[225](QS. Al-An'ām: 159).Juga firman Allah -Ta'ālā-,"Dia (Allah) telah mensyariatkan padamu tentang agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu tegakkanlah agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu berpecah-belah di dalamnya."[226](QS. Asy-Syūrā: 13).88- Al-'Irbāḍ bin Sāriyah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata,Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menasihati kami dengan nasihat yang mendalam, membuat mata berlinang dan menggetarkan hati. Kami berkata, "Ya Rasulullah! Sepertinya ini nasihat perpisahan, apa yang engkau wasiatkan kepada kami?" Beliau bersabda, "Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, serta tetap mendengar dan taat sekalipun penguasa kalian seorang budak Habasyah. Siapa yang masih hidup setelahku, ia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka berpeganglah pada Sunnah-ku dan Sunnah khulafa rasyidin setelahku. Berpeganglah padanya dengan kuat dan gigitlah ia dengan geraham. Dan waspadalah dari perkara-perkara yang diada-adakan karena setiap perkara yang diadakan adalah bidah dan setiap bidah adalah kesesatan."[227]
(HR. Abu Daud, Tirmizi -serta dia mensahihkannya-, dan Ibnu Majah).
Dalam riwayat Abu Daud lainnya disebutkan,
"Aku tinggalkan kalian di atas jalan yang terang benderang, malam harinya seperti siang, tidak akan menyimpang darinya sepeninggalku kecuali dia pasti binasa. Siapa yang berumur panjang di antara kalian, nanti dia akan melihat perselisihan yang banyak ..."[228]
Kemudian beliau meriwayatkannya secara makna.
89- Muslim meriwayatkan dari Jābir -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Amabakdu: Sungguh, sebaik-baik perkataan adalah Kitab Allah. Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Seburuk-buruk perkara dalam agama adalah yang diada-adakan (bidah), dan semua bidah adalah kesesatan."[229]
90- Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, dia meriwayatkan, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Semua umatku akan masuk surga, kecuali yang enggan."
Ada yang bertanya, "Siapa yang enggan itu?"
Beliau menjawab, "Siapa saja yang taat kepadaku, maka dia akan masuk surga. Siapa yang mendurhakaiku, sungguh dia telah enggan (masuk surga)."[233]
91- Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa dia berkata,Tiga orang laki-laki datang ke istri-istri Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menanyakan ibadah beliau. Setelah mereka dikabari, sepertinya mereka menganggapnya sedikit. Mereka berkata, "Siapa kita ini dibanding Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-? Beliau telah diampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan datang." Salah seorang mereka berkata, "Adapun aku, aku akan mengerjakan salat malam (semalaman) selamanya." Yang kedua berkata, "Aku akan berpuasa setiap hari, tidak akan berbuka." Yang ketiga berkata, "Aku akan menjauhi perempuan, tidak akan menikah selamanya." Lantas Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mendatangi mereka seraya bersabda, "Kaliankah yang telah mengatakan begini dan begini? Ketahuilah! Demi Allah! Sungguh aku orang yang paling takut dan bertakwa kepada Allah di antara kalian. Tetapi aku berpuasa dan berbuka, aku mengerjakan salat malam dan tidur, dan aku menikahi perempuan. Siapa yang tidak suka dengan Sunnah-ku maka dia bukan dari golonganku."
Tiga orang laki-laki datang ke istri-istri Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menanyakan ibadah beliau. Setelah mereka dikabari, sepertinya mereka menganggapnya sedikit. Mereka berkata, "Siapa kita ini dibanding Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-? Beliau telah diampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan datang." Salah seorang mereka berkata, "Adapun aku, aku akan mengerjakan salat malam (semalaman) selamanya." Yang kedua berkata, "Aku akan berpuasa setiap hari, tidak akan berbuka." Yang ketiga berkata, "Aku akan menjauhi perempuan, tidak akan menikah selamanya." Lantas Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mendatangi mereka seraya bersabda, "Kaliankah yang telah mengatakan begini dan begini? Ketahuilah! Demi Allah! Sungguh aku orang yang paling takut dan bertakwa kepada Allah di antara kalian. Tetapi aku berpuasa dan berbuka, aku mengerjakan salat malam dan tidur, dan aku menikahi perempuan. Siapa yang tidak suka dengan Sunnah-ku maka dia bukan dari golonganku."
92- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Islam bermula datang dalam keadaan asing, lalu akan kembali asing sebagaimana bermula. Maka beruntunglah orang-orang yang asing." [239]
(HR. Muslim).
93- Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Tidak sempurna iman salah seorang kalian hingga hawa nafsunya mengikuti ajaran yang aku bawa."
(HR. Al-Bagawiy dalam Syarḥ As-Sunnah dan disahihkan oleh An-Nawawiy).
94- Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu 'anhumā- juga berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,"Pasti akan terjadi pada umatku seperti yang terjadi pada Bani Israil, seperti sejajarnya sandal dengan sandal (karena berpasangan), sampai jika salah seorang dari Bani Israil menggauli ibunya secara terang-terangan maka di kalangan umatku pun akan ada yang mengikutinya. Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 72 golongan, sedangkan umatku akan terpecah menjadi 73 golongan; seluruhnya di neraka kecuali satu golongan."
"Pasti akan terjadi pada umatku seperti yang terjadi pada Bani Israil, seperti sejajarnya sandal dengan sandal (karena berpasangan), sampai jika salah seorang dari Bani Israil menggauli ibunya secara
terang-terangan maka di kalangan umatku pun akan ada yang mengikutinya. Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 72 golongan, sedangkan umatku akan terpecah menjadi 73 golongan; seluruhnya di neraka kecuali satu golongan."
Para sahabat bertanya, "Siapakah satu golongan itu, wahai Rasulullah?"
Beliau bersabda, "Yaitu yang mengikuti jalanku dan sahabat-sahabatku."[240]
(HR. Tirmizi).
95- Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū':
"Siapa yang mengajak kepada petunjuk (kebajikan), maka ia mendapatkan pahala sebesar pahala orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan siapa yang mengajak kepada kesesatan, maka ia menanggung dosa sebesar dosa orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikit pun."[243]
96- HR. Muslim dari Abu Mas'ūd Al-Anṣāriy -raḍiyallāhu 'anhu-, dia berkata,Seorang laki-laki datang menemui Nabi-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan berkata, "Aku tidak bisa melanjutkan perjalanan, maka berikanlah aku kendaraan." Beliau bersabda, "Aku tidak punya." Lantas seseorang berkata, "Wahai Rasulullah! Aku akan mengarahkannya kepada siapa yang dapat memberinya kendaraan." Maka Rasulullah bersabda,
Seorang laki-laki datang menemui Nabi-ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan berkata, "Aku tidak bisa melanjutkan perjalanan, maka berikanlah aku kendaraan." Beliau bersabda, "Aku tidak punya." Lantas seseorang berkata, "Wahai Rasulullah! Aku akan mengarahkannya kepada siapa yang dapat memberinya kendaraan." Maka Rasulullah bersabda,
"Siapa yang mengarahkan pada kebaikan, maka baginya pahala semisal dengan pahala orang yang mengerjakannya."[244]
97- 'Amr bin 'Auf -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan secara marfū':
"Siapa yang menghidupkan salah satu Sunnah-ku yang telah ditinggalkan sepeninggalku, baginya pahala sebanyak pahala orang-orang yang turut mengerjakannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Sebaliknya, siapa yang mengadakan bidah yang tidak diridai oleh Allah dan Rasul-Nya, maka baginya dosa sebanyak dosa orang-orang yang turut mengerjakannya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun."[254]
(HR. Tirmizi -serta ia menghasankannya- dan Ibnu Majah. Ini adalah redaksi Ibnu Majah).
98- Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- pernah berkata,
"Bagaimanakah kalian ketika dikepung oleh fitnah yang di atasnya anak kecil tumbuh dan orang dewasa menua, serta dijadikan sebagai budaya yang dilestarikan oleh manusia, yang ketika ada sebagiannya yang diubah, dikatakan, 'Sunah telah ditinggalkan'?" Lalu ada yang bertanya, "Kapan hal itu terjadi, wahai Abu Abdurrahman?" Dia menjawab, "Ketika ahli qiraah kalian telah banyak sementara yang ahli fikih di antara kalian sedikit, harta kekayaan kalian melimpah sementara yang amanah di antara kalian sedikit, dan dunia dikejar dengan amalan akhirat serta orang belajar bukan untuk agama."[246]
(HR. Ad-Dārimiy).
99- Ziyād bin Ḥudair -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan: Umar -raḍiyallāhu 'anhu- pernah berkata kepadaku, "Apakah engkau mengetahui apa yang menghancurkan Islam?" Aku menjawab, "Tidak." Dia berkata, "Islam akan dihancurkan oleh kesalahan orang berilmu, perdebatan orang munafik dengan Al-Qur`ān, dan keputusan para pemimpin yang menyesatkan."[247]
(HR. Ad-Dārimiy).
100- Ḥużaifah -raḍiyallāhu 'anhu- berkata,"Setiap ibadah yang tidak pernah dikerjakan oleh sahabat-sahabat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, maka janganlah kalian kerjakan. Karena generasi
pertama tidak menyisakan satu amalan pun untuk dibahas bagi generasi yang berikutnya. Bertakwalah kepada Allah, wahai para qari (ahli Al-Qur`ān)! Dan ikutilah jalan orang-orang sebelum kalian."
"Setiap ibadah yang tidak pernah dikerjakan oleh sahabat-sahabat Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, maka janganlah kalian kerjakan. Karena generasi pertama tidak menyisakan satu amalan pun untuk dibahas bagi generasi yang berikutnya. Bertakwalah kepada Allah, wahai para qari (ahli Al-Qur`ān)! Dan ikutilah jalan orang-orang sebelum kalian."
(HR. Abu Daud).
101- Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Siapa yang hendak mengikuti suatu Sunnah, hendaklah dia mengikuti Sunnah orang-orang yang sudah meninggal. Karena orang-orang yang hidup sekarang tidak terjamin aman dari fitnah. Mereka itu sahabat-sahabat Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Mereka adalah yang paling utama di antara umat ini; paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, dan paling tidak memaksakan diri. Mereka dipilih oleh Allah untuk menyertai Nabi-Nya -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan untuk menegakkan agama-Nya. Maka berikanlah mereka keutamaan mereka dan ikutilah peninggalan ajaran mereka. Berpeganglah dengan akhlak dan ajaran mereka semampu kalian, karena sesungguhnya mereka berada di atas petunjuk yang lurus."
(HR. Razīn).
102- 'Amr bin Syu'aib meriwayatkan dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa dia berkata,Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mendengar sejumlah orang memperdebatkan tentang (ayat-ayat) Al-Qur`ān, maka beliau bersabda, "Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa dengan sebab ini; yaitu mereka mempertentangkan ayat-ayat Kitab Allah satu sama lain. Sesungguhnya Kitab Allah turun dalam keadaan ayat-ayatnya saling membenarkan satu sama lain. Oleh karena itu, janganlah kalian mempertentangkan sebagiannya dengan sebagian yang lain. Apa yang kalian ketahui darinya maka sampaikanlah, dan apa yang kalian tidak ketahui maka serahkanlah kepada ahlinya."[248]
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mendengar sejumlah orang memperdebatkan tentang (ayat-ayat) Al-Qur`ān, maka beliau bersabda, "Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa dengan sebab ini; yaitu mereka mempertentangkan ayat-ayat Kitab Allah satu sama lain. Sesungguhnya Kitab Allah turun dalam keadaan ayat-ayatnya saling membenarkan satu sama lain. Oleh karena itu, janganlah kalian mempertentangkan sebagiannya dengan sebagian yang lain. Apa yang kalian ketahui darinya maka sampaikanlah, dan apa yang kalian tidak ketahui maka serahkanlah kepada ahlinya."[248]
(HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
BAB ANJURAN MENIMBA ILMU DAN CARA MENIMBA ILMU
103- Hal ini ditunjukkan oleh sebuah hadis dalam Aṣ-Ṣaḥīḥain tentang fitnah kubur: "Bahwa orang yang diberi nikmat berkata, 'Allah telah menurunkan keterangan dan petunjuk kepada kami lalu kami pun beriman serta menyambutnya dan mengikutinya.' Sedangkan yang disiksa berkata, 'Dahulu aku mendengar manusia mengatakan sesuatu lalu aku pun ikut-ikutan mengatakannya.'"[249]
104- Dalam Aṣ-Ṣaḥīḥain, Mu'āwiyah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Siapa yang Allah inginkan padanya kebaikan, niscaya Allah menjadikannya paham agama."[254]
105- Juga dalam Aṣ-Ṣaḥīḥain dari Abu Mūsā -raḍiyallāhu 'anhu-, dia meriwayatkan, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang Allah utus aku dengannya bagaikan hujan deras yang turun ke bumi. Sebagian jenis tanah ada yang baik dan dapat menyerap air lalu menumbuhkan rerumputan dan tumbuhan yang banyak. Sebagian yang lain adalah tanah yang keras dan menahan air, maka Allah menjadikannya bermanfaat bagi manusia, yaitu mereka bisa minum, melakukan pengairan, dan bercocok tanam. Sementara sebagian yang lain adalah tanah gersang yang tidak bisa menahan air dan tidak pula menumbuhkan tanaman. Demikianlah perumpamaan orang yang paham agama Allah
dan mendapat manfaat dari apa yang Allah utus aku dengannya, yaitu dia memiliki ilmu lalu mengajarkannya. Demikian pula perumpamaan orang yang tidak peduli dan yang tidak menerima petunjuk Allah yang dengannya aku diutus."[255]
106- Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- secara marfū':
"Jika kalian melihat orang-orang yang mengikuti ayat mutasyābihāt, maka mereka itulah yang disebutkan oleh Allah, maka waspadailah mereka."[257]
107- Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,"Tidak ada seorang nabi pun yang Allah utus kepada kaumnya sebelumku kecuali ia memiliki pengikut-pengikut setia dan sahabat-sahabat yang mengamalkan Sunnahnya dan mengikuti perintahnya. Kemudian datang generasi pengganti setelah mereka yang mengatakan apa yang tidak mereka perbuat dan melakukan apa yang tidak diperintahkan. Maka siapa yang berjihad melawan mereka dengan tangannya ia adalah seorang mukmin, siapa yang berjihad melawan mereka dengan lisannya ia adalah seorang mukmin, dan siapa yang berjihad melawan mereka dengan hatinya ia adalah seorang mukmin. Adapun selain pengingkaran itu, maka bukanlah suatu bentuk keimanan meskipun sebesar biji sawi."[259]
"Tidak ada seorang nabi pun yang Allah utus kepada kaumnya sebelumku kecuali ia memiliki pengikut-pengikut setia dan sahabat-sahabat yang mengamalkan Sunnahnya dan mengikuti perintahnya. Kemudian datang generasi pengganti setelah mereka yang mengatakan apa yang tidak mereka perbuat dan melakukan apa yang tidak diperintahkan. Maka siapa yang berjihad melawan mereka dengan tangannya ia adalah seorang mukmin, siapa yang berjihad melawan mereka dengan lisannya ia adalah seorang mukmin, dan siapa yang berjihad melawan mereka dengan hatinya ia adalah seorang mukmin. Adapun selain pengingkaran itu, maka bukanlah suatu bentuk keimanan meskipun sebesar biji sawi."[259]
(HR. Muslim).
108- Jābir -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa Umar -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Wahai Rasulullah! Kami mendengar sejumlah hadis dari orang-orang Yahudi yang membuat kami takjub, apakah menurutmu kami boleh mencatat sebagiannya?" Maka beliau -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Apakah kalian ragu sebagaimana keraguan orang Yahudi dan Nasrani?! Aku telah membawakannya kepada kalian terang benderang. Seandainya Musa masih hidup, tidak ada baginya pilihan kecuali harus mengikutiku."[260]
(HR. Ahmad).
109- Abu Ṡa'labah Al-Khusyaniy -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan secara marfū':
"Sesungguhnya Allah -Ta'ālā- telah menetapkan kewajiban-kewajiban, maka janganlah kalian menyia-nyiakannya! Dan Allah menetapkan batasan-batasan, maka janganlah kalian menerjangnya! Allah juga mengharamkan beberapa perkara, maka janganlah kalian melanggarnya! Allah mendiamkan (tidak memberi ketetapan dalam) beberapa hal sebagai bentuk rahmat-Nya kepada kalian, bukan karena lupa, maka janganlah kalian berlebihan dalam mencari-carinya (mempermasalahkannya)!"
(Hadis hasan; HR. Ad-Dāraquṭniy dan lainnya).
110- Dalam -Aṣ-Ṣaḥīḥain-; diriwayatkan dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Apa yang telah aku larang untuk kalian, maka jauhilah, dan apa yang telah aku perintahkan kepada kalian, maka lakukanlah semampu kalian! Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa karena banyaknya pertanyaan dan perselisihan mereka terhadap nabi-nabi mereka."[261]
111- Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Semoga Allah membaguskan rupa orang yang mendengarkan hadisku lalu menghafalnya dan memahaminya kemudian menyampaikannya. Bisa saja seorang yang membawa ilmu itu tidak fakih.
Bisa saja seseorang membawa ilmu kepada orang yang lebih fakih. Tiga perkara yang tidak akan hasad di atasnya hati seorang muslim: mengikhlaskan amalan untuk Allah, menasihati kaum muslimin, dan tetap bersama jamaah mereka. Sesungguhnya doa kaum muslimin akan meliputinya."[263]
HR. Asy-Syāfi'iy dan Al-Baihaqiy dalam Al-Madkhal. Juga diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Majah, dan Ad-Dārimiy dari Zaid bin Ṡābit -raḍiyallāhu 'anhu-.
112- Juga diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud, dan Tirmizi dari Zaid bin Ṡābit -raḍiyallāhu 'anhu-.
113- Abdullah bin 'Amr -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Ilmu itu ada tiga: ayat yang muḥkam, Sunnah yang tegak, atau faraid yang adil. Adapun yang lebih dari itu hanyalah tambahan."[266]
(HR. Ad-Dārimiy dan Abu Daud).
114- Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Siapa yang menafsirkan Al-Qur`ān dengan akalnya maka bersiaplah menempati tempatnya di neraka."[267]
(HR. Tirmizi).
115- Dalam riwayat lain disebutkan,
"Siapa yang menafsirkan Al-Qur`ān tanpa ilmu maka bersiaplah menempati tempatnya di neraka."[268]
(HR. Tirmizi).
116- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Siapa yang diberikan fatwa tanpa ilmu, maka dosanya atas orang yang memberinya fatwa. Siapa yang mengarahkan saudaranya pada suatu perkara padahal dia mengetahui kebaikan pada yang lain, maka dia telah mengkhianatinya."[269]
(HR. Abu Daud).
117- Mu'āwiyah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, bahwa Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- melarang membahas uglūṭāt (pembahasan-pembahasan yang rumit).
(HR. Abu Daud).
118- Kaṡīr bin Qais berkata, Aku pernah duduk bersama Abu Ad-Dardā di masjid Damaskus, lantas datang seorang laki-laki seraya berkata, "Wahai Abu Ad-Dardā`! Aku datang menemuimu dari Kota Rasul -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- demi satu hadis yang sampai kepadaku darimu, bahwa engkau meriwayatkannya dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Tidak ada tujuan lain yang membuatku datang menemuimu." Abu Ad-Dardā` berkata, "Sungguh aku telah mendengar Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
Siapa yang menempuh sebuah jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju Surga. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayapnya karena senang pada penuntut ilmu. Orang berilmu itu dimintakan ampunan oleh semua makhluk yang ada di langit dan di bumi hingga ikan di dasar air. Keutamaan orang yang berilmu atas ahli ibadah laksana keutamaan rembulan atas seluruh bintang. Sesungguhnya ulama adalah ahli waris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Mereka hanya mewariskan ilmu. Maka siapa yang mengambilnya berarti ia telah mengambil bagian yang melimpah."[270]
(HR. Ahmad, Ad-Dārimiy, Abu Daud, Tirmizi, dan Ibnu Majah).
119- Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan secara marfū',
"Kalimat hikmah adalah barang seorang mukmin yang hilang, maka di mana saja ia menemukannya ia lebih berhak untuk mengambilnya."[275]
(HR. Tirmizi -dia berkata, "Garīb"- dan Ibnu Majah).
120- Ali -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, "Orang yang fakih sebenarnya adalah yang tidak membuat manusia putus asa dari rahmat Allah, tidak membuat mereka mudah tergelincir pada kemaksiatan kepada Allah, tidak membuat mereka merasa aman dari azab Allah, dan tidak meninggalkan Al-Qur`ān karena benci lalu beralih ke lainnya. Sesungguhnya tiada kebaikan dalam ibadah yang tidak disertai ilmu, ataupun ilmu yang tidak disertai pemahaman, serta bacaan yang tidak disertai tadabur."[276]
121- Al-Ḥasan -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Siapa yang didatangi oleh kematian sementara dia sedang menimba ilmu untuk menghidupkan Islam, maka antara dirinya dengan para nabi terpaut satu derajat dalam surga."[277]
(Keduanya HR. Ad-Dārimiy).
BAB DICABUTNYA ILMU
122- Abu Ad-Dardā` -raḍiyallāhu 'anhu- berkata,"Kami sedang bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu beliau mengangkat pandangannya ke langit kemudian bersabda, 'Ini adalah waktu dicabutnya ilmu dari manusia sampai mereka tidak mendapatkannya sedikit pun.'"[278]
"Kami sedang bersama Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- lalu beliau mengangkat pandangannya ke langit kemudian bersabda, 'Ini adalah waktu dicabutnya ilmu dari manusia sampai mereka tidak mendapatkannya sedikit pun.'"[278]
(HR. Tirmizi).
123- Ziyād bin Labīd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menyebutkan sesuatu kemudian bersabda, "Yang demikian itu akan terjadi pada saat ilmu hilang." Aku bertanya, "Wahai Rasulullah! Bagaimanakah ilmu akan hilang, sementara kami selalu membaca Al Qur`ān dan kami mengajarkannnya kepada anak-anak kami lalu anak-anak kami juga mengajarkannya kepada anak-anak mereka dan seterusnya hingga hari Kiamat?!" Beliau bersabda, "Celaka engkau, wahai Ziyād! Aku menganggapmu termasuk orang yang paling fakih di Madinah ini. Bukankah orang-orang Yahudi dan Nasrani juga membaca Taurat dan Injil, namun mereka tidak mengamalkan sedikit pun yang termaktub dalam keduanya?!"[279]
(HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
124- Ibnu Mas'ūd -raḍiyallāhu 'anhu- berkata,
"Hendaklah kalian menimba ilmu sebelum ia dicabut dan dicabutnya ilmu ialah dengan kematian orang-orang berilmu. Hendaklah kalian menimba ilmu karena salah seorang kalian tidak tahu kapan dia membutuhkannya atau dibutuhkan ilmu yang dimilikinya. Kalian akan mendapatkan sejumlah orang yang mengira dirinya mengajak kepada Kitab Allah sementara mereka membuangnya di belakang punggung mereka. Hendaklah kalian menimba ilmu dan tinggalkan bidah dan berlebih-lebihan dalam agama. Hendaklah kalian berpegang pada ilmu lama nan berharga."[280]
(HR. Ad-Dārimiy dengan redaksi yang semisal dengannya).
125- Dalam Aṣ-Ṣaḥīḥain dari Ibnu 'Amr secara marfū':
"Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan cara mencabutnya dari (dada) manusia, tapi Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama. Sehingga ketika tidak lagi tersisa seorang yang berilmu, maka orang-orang pun menjadikan orang yang bodoh menjadi pemimpin mereka, kemudian mereka ditanya lalu mereka pun memberi fatwa tanpa ilmu, sehingga mereka tersesat dan menyesatkan."[281]
126- Ali -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Hampir datang pada manusia sebuah masa ketika Islam tidak tersisa kecuali namanya dan Al-Qur`ān tidak tersisa kecuali tulisannya. Masjid mereka megah namun hampa dari petunjuk, orang-orang berilmu mereka adalah orang paling buruk di bawah kolong langit; fitnah datang dari mereka dan akan kembali kepada mereka."
(HR. Al-Baihaqiy dalam Syu'ab Al-Īmān).
BAB LARANGAN KERAS MENUNTUT ILMU UNTUK BERDEBAT
127- Ka'ab bin Mālik -raḍiyallāhu 'anhu- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Siapa yang menuntut ilmu untuk berbangga diri di hadapan para ulama atau untuk mendebat orang-orang yang jahil atau untuk menarik perhatian manusia kepadanya, niscaya Allah akan memasukkannya ke neraka."[282]
(HR. Tirmizi).
128- Abu Umāmah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan secara marfū':
"Tidaklah suatu kaum tersesat setelah berada di atas petunjuk kecuali karena diberikan perdebatan."[283]Kemudian beliau membaca firman Allah -Ta'ālā-,"Mereka tidak memberikan (perumpamaan itu) kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja; sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar."[284](QS. Az-Zukhruf: 58).
Kemudian beliau membaca firman Allah -Ta'ālā-,
"Mereka tidak memberikan (perumpamaan itu) kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja; sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar."[284]
(QS. Az-Zukhruf: 58).
(HR. Ahmad, Tirmizi, dan Ibnu Majah).
129- Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda,
"Orang yang paling dimurkai Allah adalah orang yang suka berdebat."[285]
(Muttafaq 'Alaih).
130- Abu Wā`il meriwayatkan dari Abdullah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwa dia berkata, "Siapa yang menuntut ilmu karena empat perkara akan masuk neraka -atau kalimat yang semisalnya-: yaitu untuk membanggakan diri di hadapan para ulama, untuk mendebat orang-orang bodoh, untuk menarik perhatian orang kepadanya, atau untuk mendapatkan harta dari para penguasa."
(HR. Ad-Dārimiy).
131- Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā- pernah berkata kepada sekelompok orang yang didengarnya berdebat kusir tentang agama, "Tidakkah kalian mengetahui bahwa Allah memiliki hamba-hamba yang dibuat diam oleh rasa takut kepada Allah, bukan karena tuli dan bisu?! Mereka itulah para ulama, orang-orang yang fasih, orang-orang yang cerdas. Yaitu orang-orang yang berilmu tentang hari-hari Allah. Mereka itu bila mengingat keagungan Allah maka akal mereka terbang, hati mereka luluh, dan lidah mereka kelu. Bila mereka telah sadar dari keadaan tersebut, mereka langsung bersegera menuju kepada Allah dengan amal baik. Mereka menganggap diri mereka lalai, padahal mereka orang-orang cerdas dan kuat. Mereka menganggap diri mereka bersama orang-orang yang sesat dan salah padahal mereka orang-orang baik dan bersih. Ketahuilah, mereka itu tidak menganggap banyak sesuatu yang banyak kepada Allah, mereka tidak puas terhadap sesuatu yang sedikit bagi-Nya, dan mereka tidak menyebut-nyebut amal mereka kepada-Nya. Setiap kali engkau bertemu mereka selalu gigih dan takut."
(HR. Abu Nu'aim).
132- Hasan Al-Baṣriy berkata -ketika mendengar sekelompok orang berdebat-,"Mereka itu orang-orang yang malas beribadah, menganggap ringan ucapan, dan minim waraknya sehingga mereka pun berdebat."
"Mereka itu orang-orang yang malas beribadah, menganggap ringan ucapan, dan minim waraknya sehingga mereka pun berdebat."