Ada seorang yang saya dengar bernama syeikh Adnan Ibrahim berkata kepada saya: “Semua umat Islam akan masuk surga, maka berbuatkan terserah kamu”, lalu ia berkata kepada saya: “Kenapa kita melaksanakan shalat padahal kita semua akan masuk surga ?”. Alhamdulillah. Pertama: Orang yang bernama Adnan Ibrahim ini tidak sepatutnya menjadikan ucapannya sebagai tuntunan dalam beragama, tidak juga perlu didengarkan pemikirannya; karena ia memiliki banyak penyimpangan ilmiyah dan fikriyah. Dia juga bukan termasuk ulama yang menjadi rujukan, bahkan dia mempunyai banyak penyimpangan secara ilmiyah, manhaj dan akidah yang telah diperingatkan oleh ulama ahlus sunnah pada zaman kita ini. Untuk mengenalnya dan mengetahui penyimpangan dan ketergelincirannya bisa dibuka pada link berikut ini: http://sunnahway.net/node/1127 Kedua: Nash-nash Al Qur’an dan Sunnah dan ijma’ generasi salaf dari ummat ini telah menunjukkan bahwa orang yang masih ada iman di dalam dadanya meskipun seberat dzarrah pun, tidak akan kekal di dalam neraka. Jika dia masuk neraka karena dosanya, dia akan tinggal di sana sesuai dengan kehendak Allah, kemudian akan dikeluarkan dan menuju surga. Imam Bukhori (44) dan Muslim (193) telah meriwayatkan dari Anas dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda: يَخْرُجُ مِنْ النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَفِي قَلْبِهِ وَزْنُ شَعِيرَةٍ مِنْ خَيْرٍ وَيَخْرُجُ مِنْ النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَفِي قَلْبِهِ وَزْنُ بُرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ وَيَخْرُجُ مِنْ النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَفِي قَلْبِهِ وَزْنُ ذَرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ “Akan keluar dari neraka orang yang mengatakan: “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah sedang di dalam hatinya ada seberat gandum kebaikan, akan keluar dari neraka orang yang mengatakan: “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah sedang di dalam hatinya ada seberat gandum kebaikan, akan keluar dari neraka orang yang mengatakan: “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah sedang di dalam hatinya ada seberat jagung kebaikan”. Syeikh Ibnu Baz –rahimahullah- berkata: “Barang siapa yang meninggal dunia dengan bertauhid dan tidak mensekutukan Allah dengan sesuatu, maka ia termasuk penghuni surga, meskipun ia telah melakukan zina atau mencuri, demikian juga jika ia telah melakukan maksiat lainnya, seperti durhaka, riba, persaksian palsu, atau yang lainnya. Karena pelaku maksiat itu (kedudukannya) berada di bawah kehendak Allah, jika Dia berkehendak, Dia akan mengampuninya, jika Dia berkehendak Dia akan mengadzabnya sesuai dengan kadar kemaksiatannya jika ia meninggal dunia belum bertaubat. Jika dia masuk neraka dan diadzab, dia tidak kekal di dalamnya, akan tetapi ia akan dikeluarkan dari neraka untuk menuju surga setelah disucikan dan dibersihkan”. (Fatawa Nur ‘Ala Darb: 6/51) Baca juga jawaban soal nomor: 112113, 147996 dan 170526. Ketiga: Ucapan dalam pertanyaan di atas: “Semua umat Islam akan masuk surga, maka berbuatlah sesukamu” adalah ucapan yang batil, bertentangan dengan yang sangat mudah dikenali dalam ajaran agama, bertahap dari dakwah menuju taat kepada Allah, anjuran untuk mencintai ketaatan kepada Allah dan larangan untuk bermaksiat kepada-Nya. Ungkapan tersebut bertentangan dengan risalah para Nabi semuanya yang datang untuk mengajak untuk beribadah dan memerintahkannya. Allah –Ta’ala- berfirman: وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ النحل/36 . “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”. (QS. An Nahl: 36) Allah telah mengutus para Nabi-Nya untuk memperbaiki akidah mereka, perbuatan mereka dan akhlak mereka, sampai-sampai Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- telah memutuskan bahwa yang menjadi dasar dalam dakwahnya dalam bab perbaikan yang menyeluruh bagi kehidupan manusia: فعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ( إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ ) رواه أحمد (8952) وغيره ، وصححه الألباني في "صحيح الجامع" (2349( “Dari Abu Hurairah berkata: “Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda: “Sungguh saya telah diutus untuk menyempurnakan kebaikan akhlak”. (HR. Ahmad (8952) dan yang lainnya, dan dishahihkan oleh Albani dalam Shahih Al Jami’ (2349)). Nash-nash yang menunjukkan kewajiban untuk taat kepada Allah dan taat kepada Rasul-Nya dan larangan berpaling darinya begitu sangat banyak dan jelas yang tidak mungkin kami sebutkan semuanya di sini, di antaranya adalah: وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ آل عمران/132 “Dan ta`atilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat”. (QS. Ali Imran: 132) Firman Allah yang lain: وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَاحْذَرُوا فَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَاعْلَمُوا أَنَّمَا عَلَى رَسُولِنَا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ المائدة/92. “Dan ta`atlah kamu kepada Allah dan ta`atlah kamu kepada Rasul (Nya) dan berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami, hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang”. (QS. Al Maidah: 92). Manusia juga diperingatkan untuk tidak bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya dan meninggalkan perintah-Nya, sebagaimana dalam firman-Nya: فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ النور/63 “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih”. (QS. An Nur: 63) وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُ يُدْخِلْهُ نَارًا خَالِدًا فِيهَا وَلَهُ عَذَابٌ مُهِينٌ النساء/14 “Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan”. (QS. An Nisa’: 14) وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا الأحزاب/36 . “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata”. (QS. Al Ahzab: 36) Terlebih lagi bahwa hal itu bertentangan dengan hikmah Allah dalam penciptaan manusia dan jin, Allah –Ta’ala- berfirman: وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ الذاريات/56 “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (QS. Adz Dzariyaat: 56) Adapun pertanyaan yang batil: “Kenapa kita masih beramal, jika pada akhirnya setiap orang Islam akan masuk surga ?” Maka jawabannya ada beberapa hal: Pertama: Bahwa seorang mukmin itu akan mendapatkan surga dengan amal perbuatannya, bukan hanya dengan nama, juga bukan karena keturunannya…. Allah –Ta’ala- telah berfirman: وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِمْ مِنْ غِلٍّ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُ وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ الأعراف/43 “Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran". Dan diserukan kepada mereka: "Itulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan." (QS. Al A’raf: 43) الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلَامٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ النحل/32 “(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun`alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan". (QS. An Nahl: 32) كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ الطور/19 “(Dikatakan kepada mereka): "Makan dan minumlah dengan enak sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan" (QS. Ath Thur: 19) إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي ظِلَالٍ وَعُيُونٍ * وَفَوَاكِهَ مِمَّا يَشْتَهُونَ * كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ المرسلات/41-43 . “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam naungan (yang teduh) dan (di sekitar) mata-mata air. Dan (mendapat) buah-buahan dari (macam-macam) yang mereka ingini. (Dikatakan kepada mereka): "Makan dan minumlah kamu dengan enak karena apa yang telah kamu kerjakan". (QS. Al Mursalat: 41-43) Kedua: Kalaupun misalnya Allah –Ta’ala- telah menetapkan bagi seorang hamba untuk masuk surga, hamba tersebut juga masih diperintah untuk beramal dan akan dimudahkan untuk mengamalkan amalan penduduk surga, agar dia dapat memasukinya dengan perbuatannya, maka tidak akan bertentangan dengan takdir sebelumnya dan dengan syariat yang wajib dilaksanakan, hal ini termasuk yang mudah diketahui dalam agama; bahwa Allah telah menyuruh para hamba-hamba-Nya untuk beriman kepada takdir dan bersamaan dengan itu Dia juga menyuruh mereka untuk beramal. Dari Ali –radhiyallahu ‘anhu- berkata: " كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي جَنَازَةٍ، فَأَخَذَ شَيْئًا فَجَعَلَ يَنْكُتُ بِهِ الأَرْضَ ، فَقَالَ: ( مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا وَقَدْ كُتِبَ مَقْعَدُهُ مِنَ النَّارِ، وَمَقْعَدُهُ مِنَ الجَنَّةِ ) ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَفَلاَ نَتَّكِلُ عَلَى كِتَابِنَا، وَنَدَعُ العَمَلَ؟ قَالَ: ( اعْمَلُوا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ، أَمَّا مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ السَّعَادَةِ فَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ أَهْلِ السَّعَادَةِ ، وَأَمَّا مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الشَّقَاءِ فَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ أَهْلِ الشَّقَاوَةِ ) ، ثُمَّ قَرَأَ: ( فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى وَصَدَّقَ بِالحُسْنَى ) الليل/ 6 ، الآيَةَ. رواه البخاري (4949) ، ومسلم (2647( “Suatu ketika Rasululullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- berada didekat jenazah, seraya beliau mengambil sesuatu dan menggoreskannya di tanah dan bersabda: “Tidak seorang pun dari kalian kecuali telah ditetapkan tempatnya di neraka atau di surga”. Mereka berkata: “Wahai Rasulullah, (kalau begitu) apakah kita bersandar kepada yang ditetapkan tersebut dan meninggalkan amal ?”. Beliau menjawab: “Beramal-lah kalian, setiap kalian akan dimudahkan sesuai dengan yang telah diciptakan, adapun orang yang temasuk golongan bahagia, maka akan dimudahkan untuk mengamalkan amal golongan yang bahagia. Sedangkan mereka yang tercatat termasuk yang sengsara, maka akan dimudahkan untuk mengamalkan amal golongan yang sengsara, kemudian beliau membaca ayat: “Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga)”. (QS. Al Lail: 6) (HR. Bukhori 4949 dan Muslim 2647) Ketiga: Dikatakan bahwa: ya, tidak akan masuk surga kecuali jiwa yang masuk Islam, dan tidak akan kekal di neraka siapa saja yang di dalam hatinya masih ada iman meskipun seberat dzarrah pun; akan tetapi tidak ada yang menjamin bahwa Allah akan memasukkan ke dalam hatimu fitnah, syirik, penyimpangan dan kesesatan; sebagai balasan dari penyimpanganmu dari perintah-Nya, kesesatanmu dari taat kepada-Nya. Allah –ta’ala- telah memperingatkan kepada para ahli maksiat sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, Allah berfirman: فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ الصف/5 . “Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang fasik”. (QS. Ash Shaff: 5) Agar seorang hamba mengetahui bahwa amal dan kedudukannya tergantung akhir dari kehidupannya, maka siapa yang menjamin bahwa dia akan ditutup dengan iman, jika dia masih tetap berpaling dan bermaksiat kepada-Nya ? Dari Abdullah bin Mas’ud –radhiyallahu- berkata: “Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- telah meriwayatkan kepada kami, beliau sebagai orang yang jujur dan dapat dipercaya: إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا ، ثُمَّ يَكُونُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ ، ثُمَّ يَكُونُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ ، ثُمَّ يَبْعَثُ اللَّهُ مَلَكًا فَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ ، وَيُقَالُ لَهُ : اكْتُبْ عَمَلَهُ وَرِزْقَهُ وَأَجَلَهُ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ ، ثُمَّ يُنْفَخُ فِيهِ الرُّوحُ ؛ فَإِنَّ الرَّجُلَ مِنْكُمْ لَيَعْمَلُ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجَنَّةِ إِلَّا ذِرَاعٌ ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ كِتَابُهُ ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ ، وَيَعْمَلُ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّارِ إِلَّا ذِرَاعٌ ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ متفق عليه . “Sungguh salah seorang dari kalian telah dikumpulkan (diawal) penciptaannya di dalam perut ibu selama 40 hari, kemudian menjadi ‘alaqah (calon janin) selama waktu tersebut (40 hari berikutnya), kemudian menjadi mudhghah (zigot) selama waktu tersebut, kemudian Allah memerintahkan seorang malaikat untuk menyuruhnya dengan 4 hal, dikatakan kepadanya: “Tulislah amalnya, rizekinya, ajalnya, sengsara atau bahagia, kemudian ditiupkan ruh kepadanya. Salah seorang dari kalian akan mengamalkan amalan ahli surga sampai berjarak satu hasta saja dengan surga, lalu didahului oleh kitabnya (takdirnya), maka dia mengamalkan amalan ahli neraka. (Begitu juga sebaliknya) seseorang mengamalkan amalan ahli neraka sampai berjarak satu hasta saja dengan neraka, lalu didahului oleh kitabnya (takdirnya) maka dia mengamalkan amalan ahli surga”. (HR. Muttafaqun ‘alaihi) Dari Sahl bin Sa’d As Sa’idi –radhiyallahu ‘anhu- bahwa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda: إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ الْجَنَّةِ فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ وَهُوَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ النَّارِ فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ وَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ ؛ وَإِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ متفق عليه . “Sungguh seseorang akan mengamalkan amalan ahli surga menurut pandangan manusia, padahal sebenarnya dia termasuk ahli neraka. Dan sungguh seseorang akan mengamalkan amalan ahli neraka menurut pandangan manusia, padahal sebenarnya dia termasuk ahli surga, dan sungguh amalan itu bergantung dengan akhir perbutannya”. (HR. Muttafaqun ‘alaihi) Wallahu Ta’ala A’lamPertanyaan
Teks Jawaban