Kata Pengantar
Syaikh Ṣalāḥ Al-Budair
Segala puji bagi Allah yang membuat hukum dengan sempurna, menghalalkan dan mengha-ramkan, memberitahukan dan mengajarkan, serta memahamkan agama-Nya. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilāh yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia telah meletakkan kaidah agama dengan kitab-Nya yang sempurna, yang merupakan petunjuk bagi semua umat.
Aku bersaksi bahwa nabi kita Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya, diutus kepada alam semesta, bangsa Arab dan non-Arab, dengan membawa agama yang lurus dan syariat yang sangat baik bagi manusia. Beliau senantiasa mendakwahkannya dan mengajak kepadanya, memperjuangkannya dengan dalil-dalilnya, serta melindunginya dengan dalil-dalilnya yang pasti dari kedua sisinya. Semoga Allah mencurahkan selawat serta salam kepada beliau bersama sahabat-sahabatnya yang meniti jalan tersebut, dan kepada orang-orang yang berafiliasi kepada mereka. Ammā ba'du:
Saya telah membaca buku ini yang berjudul “Akidah Empat Imam raḥimahumullāh” yang disusun oleh satu tim penuntut ilmu. Saya
2
mendapati isinya selaras dengan akidah yang benar, mengikuti manhaj salaf yang mulia dalam mengupas permasalahannya berlandaskan Al-Qur`ān dan Sunah. Karena pentingnya tema dan bahasan-bahasan yang ada di buku ini, saya merekomendasikan agar dicetak dan diterbitkan seraya berharap kepada Allah Yang Mahakuasa agar menjadikannya bermanfaat bagi setiap pembaca dan menganugerahkan balasan terbaik dan paling sempurna kepada para penyusunnya.
Semoga Allah melimpahkan selawat dan salam kepada nabi kita Muhammad, beserta keluarga dan segenap sahabat-sahabatnya.
Imam dan Khatib Masjid Nabawi
serta Hakim di Pengadilan Umum Madinah al-Munawwarah
Ṣalāḥ bin Muhammad Al-Budair
3
Mukadimah Penulis
Segala puji bagi Allah, Rabb alam semesta. Selawat dan salam kepada nabi kita Muhammad, penghulu para rasul, serta kepada keluarga dan segenap sahabat-sahabatnya. Ammā ba'du:
Ini adalah tulisan ringkas tentang apa yang wajib dipelajari dan diyakini oleh manusia, berupa permasalahan tauhid dan usuluddin (pokok agama) serta beberapa perkara yang berkaitan dengannya, yang diambil dari kitab-kitab akidah karya imam yang empat:
Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i, dan Imam Ahmad bin Hanbal serta para pengikut mereka raḥimahumullāh Ta'ālā yang telah bersepakat di atas akidah Ahlussunnah waljamaah dan tidak berselisih di dalamnya. Seperti kitab:
- Al-Fiqhul Akbar karya Abu Hanifah raḥimahullāh (w. 150H);
- Al-'Aqīdah aṭ-Ṭaḥāwīyah karya Aṭ-Ṭaḥāwī (w. 321H) berikut penjelasannya oleh Al-'Allāmah Abu al-'Izz al-Hanafi (w. 792H);
- Muqaddimah ar-Risālah karya Ibnu Abi Zaid al-Qairawānī al-Māliki (w. 386H);
- Uṣūlus Sunnah karya Ibnu Abi Zamanain al-Mālikī (w. 399H);
4
- At-Tamhīd Syarḥul Muwaṭṭa` karya Ibnu Abdil Barr al-Mālikī (w. 463H);
- Ar-Risālah fī I'tiqād Ahlil Ḥadīṡ karya aṣ-Ṣābūnī asy-Syāfi'ī (w. 449H);
- Syarḥus Sunnah karya Al-Muzani murid asy-Syafi'ī (w. 264H);
- Uṣūlus Sunnah karya Imam Ahmad bin Hanbal (w. 241H);
- As-Sunnah karya putra Imam Ahmad bin Hanbal, Abdullah (w. 290H);
- Sunnah karya Al-Khallāl al-Hanbalī (. 311H);
- Al-Bida' wannahyu 'anhā karya Ibnu Waḍḍāh al-Andalusī (w. 287H);
- Al-Ḥawādiṡ wal Bida' karya Abu Bakr aṭ-Ṭarṭūsyī al-Mālikī (w. 520H);
- Al-Bā'iṡ 'alā Inkāril Bida' wal Ḥawādiṡ karya Abu Syāmah al-Maqdisi asy-Syāfi'ī (w. 665H);
dan kitab-kitab akidah lainnya yang ditulis oleh para imam dan pengikut-pengikut mereka dalam rangka mendakwahkan kebenaran, menjaga Sunnah dan akidah serta bantahan terhadap berbagai bid'ah, kebatilan, dan khurafat.
Saudaraku se-Islam, Jika Anda adalah pengikut salah satu imam empat mazhab tersebut, berikut ini adalah akidah imam Anda. Sebagaimana Anda mengikutinya dalam masalah hukum (fikih), maka ikutilah juga dia dalam masalah akidah.
5
Tulisan ini disusun dalam bentuk tanya-jawab untuk memudahkan penyampaian materi dan mengingatnya.
Hanya kepada Allah kita memohon agar semua diberi taufik untuk menerima kebenaran serta ikhlas di dalamnya dan meneladani (mutaba’ah) Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam.
Semoga Allah melimpahkan selawat dan salam kepada nabi kita Muhammad, serta keluarga dan sahabatnya.
6
Soal: Jika ditanyakan kepada Anda, siapakah Rabbmu?
Jawab: Katakanlah, Rabbku adalah Allah Yang Maha Memiliki, Maha Menciptakan, Maha Mengatur, Maha Membentuk rupa, yang memelihara dan meluruskan para hamba-Nya serta mengurus urusan mereka. Tidak ada sesuatupun yang terjadi kecuali dengan perintah-Nya, dan tidak bergerak sesuatu yang tenang kecuali dengan izin dan kehendak-Nya.
Soal: Jika ditanyakan kepada Anda, bagaimana kamu mengetahui Rabbmu?
Jawab: Katakanlah, saya mengenal-Nya dengan fitrah yang telah Dia fitrahkan kepadaku untuk mengenal-Nya dan fitrah untuk mengakui keberadaan-Nya serta mengagungkan dan takut kepada-Nya. Sebagaimana aku mengenal-Nya dengan melihat dan memperhatikan ayat dan makhluk-makhluk-Nya. Sebagaimana Allah Ta'ālā berfirman, "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan." (Fuṣṣilat: 37)
Makhluk-makhluk yang besar ini, yang teratur, sempurna, dan indah ini, tidak pernah menciptakan dirinya sendiri. Pasti ada yang
7
menciptakannya, yang mengadakannya dari ketiadaan.
Makhluk-makhluk nan besar ini adalah bukti absolut tentang keberadaan pencipta yang kuasa lagi agung dan bijak. Seluruh makhluk -kecuali kelompok ateis yang menyimpang- mengakui keberadaan pencipta dan raja mereka serta yang memberi rezeki dan mengatur urusan mereka.
Di antara makhluk-Nya adalah tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi beserta makhluk-makhluk yang ada di dalamnya, yang tidak mengetahui jumlah, hakikat, dan kondisinya, tidak pula ada yang memenuhi kebutuhan dan rezekinya kecuali Allah Yang Mahahidup lagi senantiasa mengurus makhluk-Nya, Maha Pencipta lagi Mahaagung. Allah Ta'ālā berfirman, "Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, Rabb semesta alam." (Al-A'rāf: 54)
8
Soal: Jika ditanyakan kepada Anda, apa agamamu?
Jawab: Katakan, agamaku Islam. Yang artinya berserah diri kepada Allah dengan mengesakan-Nya, tunduk kepada-Nya dengan menaatinya, dan berlepas diri dari perbuatan syirik serta para pelakunya. Sebagaimana Allah Ta'ālā berfirman, "Sesungguhnya agama di sisi Allah adalah Islam." (Āli 'Imrān: 19) Allah Ta'ālā juga berfirman, "Siapa yang mencari agama selain Islam, maka (agama itu) tidak akan diterima darinya, dan dia di akhirat termasuk orang yang rugi." (Āli 'Imrān: 85)
Allah tidak menerima suatu agama selain agama-Nya, yang dengannya Dia mengutus nabi kita Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam, karena merupakan penghapus seluruh syariat terdahulu. Siapa yang mengikuti agama selain Islam, maka dia telah tersesat dari petunjuk dan di akhirat kelak termasuk orang-orang rugi yang masuk ke dalam neraka Jahannam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali.
Soal: Jika ditanyakan kepada Anda, apa sajakah rukun iman?
Jawab: Katakan, rukun iman ada enam. Yakni beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, dan hari Kiamat
9
serta beriman bahwa semua takdir, yang baik dan yang buruk berasal dari Allah Ta'ālā.
Iman seseorang tidak sempurna kecuali bila dia mengimani seluruhnya sesuai petunjuk Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam. Barangsiapa mengingkari salah satunya, dia telah keluar dari wilayah iman. Dalilnya firman Allah 'Azza wa Jalla, "Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi serta yang memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), orang yang meminta-minta, dan untuk (memerdekakan) hamba sahaya, yang mendirikan salat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa." (Al-Baqarah: 177)
Juga sabda Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya tentang iman, beliau bersabda, "Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kiamat
10
serta kamu beriman kepada takdir, yang baik maupun buruk." (HR. Muslim)
Soal: Jika ditanyakan kepada Anda, bagaimanakah beriman kepada Allah Subḥānahu wa Ta'ālā?
Jawab: Katakanlah, beriman kepada Allah adalah membenarkan, meyakini, dan mengakui keberadaan Allah Subḥānahu wa Ta'ālā serta keesaan-Nya dalam rububiyah, uluhiyah, dan nama-nama serta sifat-sifat-Nya.
Soal: Jika ditanyakan kepada Anda, bagaimanakah beriman kepada malaikat?
Jawab: Katakan, yaitu membenarkan dan meyakini keberadaan mereka berikut sifat, kemampuan serta tugas yang diperintahkan kepada mereka, dan bahwa mereka adalah makhluk mulia dan besar yang Allah ciptakan dari cahaya.
Allah Ta'ālā berfirman, "Mereka tidak mendur-hakai Allah terhadap apa yang diperintahkan kepada mereka dan mereka selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (At-Taḥrīm: 6)
Mereka memiliki sayap; dua, tiga, empat dan lebih. Jumlah mereka sangat banyak, tidak ada yang mengetahui jumlahnya selain Allah Subḥānahu wa
11
Ta'ālā. Allah memberikan tugas-tugas besar kepada mereka.
Di antara mereka ada pemikul 'Arsy, malaikat yang ditugaskan mengurus janin dalam rahim, mencatat amal, menjaga manusia, menjaga surga, menjaga nereka, dan tugas-tugas lainnya.
Malaikat yang paling utama adalah Jibril ‘alaihissalām. Dialah yang diberi tugas menyampaikan wahyu yang diturunkan kepada para nabi. Kita mengimani mereka secara global maupun terperinci seperti yang diberitakan oleh Rabb kita Tabāraka wa Ta'ālā dalam Kitab-Nya dan Sunnah Rasul-Nya ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam. Barangsiapa mengingkari malaikat atau meyakini hakikat mereka lain dari yang dikabarkan Allah Subḥānahu wa Ta'ālā maka dia telah kafir karena mendustakan berita Allah Ta'ālā dan berita Rasul-Nya ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam.
Soal: Jika ditanyakan kepada Anda, bagaimanakah beriman dengan kitab-kitab yang diturunkan?
Jawab: Katakan, yaitu kamu meyakini dan bersaksi bahwa Allah Ta'ālā telah menurunkan kepada para nabi dan rasul ‘alaihimuṣṣalātu wassalām kitab-kitab yang sebagiannya telah Allah Ta'ālā sebutkan di dalam Al-Qur`ān: Suhuf Ibrahim, Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur`ān.
12
Dia menurunkan Suhuf Ibrahim kepada Nabi Ibrahim, Taurat kepada Nabi Musa, Injil kepada Nabi Isa, Zabur kepada Nabi Dawud, dan Al-Qur`ān kepada Nabi Muhammad, penutup para nabi ‘alaihimuṣṣalātu wassalām.
Kitab yang paling utama adalah Al-Qur`ān dan merupakan kalamullah Ta'ālā. Dia berbicara dengannya secara hakiki, lafal dan maknanya dari Allah. Dia memperdengarkannya kepada Jibril ‘alaihissalām dan memerintahkannya agar disampaikan kepada nabi-Nya Muhammad ‘alaihiṣṣalātu wassalām. Allah Ta'ālā berfirman, "Ia (Al-Qur`ān) dibawa turun oleh ar-Rūḥ al-Amīn (Jibril)." (Asy-Syu'arā`: 193)
Allah Ta'ālā juga berfirman, "Sungguh, Kami telah menurunkan Al-Qur`ān kepadamu (Muhammad) dengan berangsur-angsur." (Al-Insān: 23) Juga firman Allah Ta'ālā, "Maka lindungilah dia, agar dia mendengar kalamullah." (At-Taubah: 6)
Allah Ta'ālā menjaganya dari pengubahan (distorsi), penambahan, dan pengurangan. Al-Qur`ān terjaga dalam tulisan dan dalam dada (hafalan) sampai Allah mencabut nyawa orang-orang mukmin sebelum terjadinya kiamat di akhir zaman. Yaitu Allah Ta'ālā akan mengangkatnya kepada-Nya sehingga tidak tersisa sedikitpun.
13
Soal: Jika ditanyakan kepada Anda, bagaimanakah beriman kepada nabi dan rasul?
Jawab: Katakan, yaitu aku meyakini secara pasti bahwa mereka adalah manusia dan bahwa mereka adalah orang-orang pilihan. Allah Subḥānahu wa Ta'ālā memilih mereka untuk menyampaikan syariat yang Dia turunkan kepada hamba-hamba-Nya. Maka mereka mengajak manusia untuk beribadah kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan berlepas diri dari kesyirikan serta pelakunya. Kenabian merupakan pilihan dari Allah, tidak diraih dengan usaha keras, dan tidak pula dengan banyak amal ketaatan, kesalehan, ataupun
kecerdasan. Allah Ta'ālā berfirman, "Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan-Nya." (Al-An'ām: 124)
Nabi yang pertama adalah Adam ‘alaihissalām, sedang rasul yang pertama adalah Nuh ‘alaihissalām. Penutup para nabi adalah yang paling mulia di antara mereka, yaitu Muhammad bin Abdillah al-Qurasyī al-Hāsyimī ṣalawātullāh wa salāmuhu ‘alaihim ajma’īn.
Siapa mengingkari satu orang nabi maka dia telah kafir. Dan siapa yang mengklaim mendapat kenabian setelah Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam maka dia telah kafir dan mendustkan Allah. Karena Allah berfirman, "Muhammad itu sekali-kali
14
bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah rasul Allah dan penutup para nabi." (Al-Aḥzāb :40) Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, "Dan tidak ada nabi setelahku."
Soal: Jika ditanyakan kepada Anda, bagaimanakah beriman kepada hari Kiamat?
Jawab: Katakanlah, yakni dengan membenarkan secara pasti dan yakin, yang tidak mengandung keraguan sedikitpun serta mengikrarkan akan terjadinya semua yang Allah kabarkan bakal terjadi setelah kematian, seperti pertanyaan kubur berikut nikmat dan siksa di dalamnya, kebangkitan, pengumpulan makhluk untuk dihisab dan diadili serta apa yang akan terjadi di pelataran kiamat, seperti penantian yang panjang, dekatnya matahari setinggi satu mil, telaga, timbangan, lembaran catatan amalan, dibentangkannya jembatan di atas permukaan Jahanam dan berbagai peristiwa serta huru hara di hari yang luar biasa tersebut sampai penghuni surga masuk ke dalam surga dan penghuni neraka masuk ke dalam neraka, sebagaimana dijelaskan secara rinci di dalam Kitabullah dan Sunnah Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam.
Masuk dalam keimanan kepada hari akhir mengimani tanda-tanda kiamat yang diriwayatkan
15
secara sahih, seperti banyaknya fitnah, pembunuhan, gempa bumi, gerhana, keluarnya Dajjal, turunnya Isa ‘alaihissalām, keluarnya Yakjuj dan Makjuj, matahari terbit dari barat, dan tanda-tanda kiamat lainnya.
Semua ini ada disebutkan di dalam Al-Qur`ān dan hadis-hadis Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam yang sahih, yang tercantum di dalam kitab-kitab sahih, sunan, dan musnad.
Soal: Jika ditanyakan kepada Anda, apakah siksa dan nikmat kubur ada disebutkan di dalam Al-Qur`ān dan Sunah?
Jawab: Katakan, benar. Allah Ta'ālā berfirman tentang kaum Fir’aun, “Mereka dimasukkan ke api neraka pada pagi dan petang, hingga pada hari terjadinya kiamat (dikatakan kepada malaikat), ‘Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras.'" (Gāfir: 46)
Juga firman Allah Ta'ālā, “Dan sekiranya kamu melihat ketika para malaikat mencabut nyawa orang-orang yang kafir sambil memukul muka dan punggung mereka (dan berkata), ‘Rasakan olehmu siksa neraka yang membakar.’” (Al-Anfāl: 50)
16
Dan firman-Nya Subḥānahu wa Ta'ālā, "Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan dunia dan akhirat." (Ibrāhīm: 27)
Dan disebutkan dalam hadis qudsi yang panjang dari al-Barrā` raḍiyallāhu `anhu, "Lantas seorang penyeru menyeru dari langit, 'Hamba-Ku benar. Berilah ia kasur dari surga, berilah ia pakaian dari surga, dan bukakanlah untuknya satu pintu ke surga.’ Sehingga sampai kepadanya angin sepoi dan aroma wangi surga, dan dilapangkan baginya di dalam kubur sejauh mata memandang. Sedangkan orang kafir … (beliau menyebutkan kondisi kematiannya). Beliau bersabda, 'Lantas rohnya dikembalikan ke jasadnya, dan dia didatangi oleh dua malaikat seraya mendudukkannya dan berkata, ‘Siapa Rabbmu?’ Ia menjawab, ‘Hah, hah, aku tidak tahu.’ Keduanya bertanya lagi, ‘Apa agamamu?’ Ia menjawab, ‘Hah, hah, aku tidak tahu.’ Keduanya bertanya lagi, ‘Siapakah lelaki yang diutus untuk kalian itu?’ Ia menjawab, ‘Hah, hah, aku tidak tahu.’ Maka seorang penyeru menyeru dari langit, ‘Dia dusta. Berilah ia kasur dari neraka, berilah ia pakaian dari neraka, dan bukakanlah untuknya satu pintu menuju neraka.’ Sehingga sampai kepadanya panas api dan panas angin neraka, dan kuburnya disempitkan sampai tulang-tulang rusuknya bersilangan.” Ditambahkan dalam riwayat lain,
17
"Kemudian dihadirkan kepadanya seorang yang buta dan bisu membawa tongkat besi, sekiranya tongkat itu dipukulkan ke gunung niscaya gunung tersebut akan rata dengan tanah. Maka orang tersebut memukulnya dengan itu satu kali, suaranya terdengar oleh semua yang ada di antara timur dan barat kecuali manusia dan jin." (HR. Abu Dawud) Oleh sebab itu, kita diperintahkan agar memohon perlindungan dari azab kubur di setiap salat.
Soal: Jika ditanyakan kepada Anda, apakah orang mukmin akan melihat Rabb mereka di akhirat?
Jawab: Katakan, benar. Mereka akan melihat Rabb mereka di akhirat. Di antara dalilnya firman Allah Ta'ālā, "Wajah-wajah (orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Rabbnyalah mereka melihat." (Al-Qiyāmah: 22-23) Dan sabda Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam, "Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian." (HR. Al-Bukhāri dan Muslim)
Dan telah diriwayatkan secara mutawatir hadis-hadis dari Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam yang menetapkan bahwa orang mukmin akan melihat Rabb mereka Tabāraka wa Ta'ālā. Para sahabat Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam dan generasi yang mengikuti mereka dengan baik
18
(Tabi'in) telah ijmak dalam masalah itu. Maka siapa mengingkari rukyat ini, sungguh ia telah menentang Allah dan Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam serta menyelisihi jalan kaum mukminin dari kalangan sahabat Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.
Adapun di dunia, maka tidak mungkin bisa melihat Rabb. Berdasarkan sabda Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam, "Sesungguhnya kalian tidak akan pernah melihat Rabb kalian hingga kalian meninggal." Dan ketika nabiyullah Musa ‘alaihissalām meminta untuk melihat Allah di dunia, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya Subḥānahu wa Ta'ālā, "Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan, dan Rabbnya berbicara langsung kepadanya. Musa berkata, ‘Ya Rabbku, tampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat-Mu.’ Tuhan berfirman, ‘Kamu sekali-kali tak sanggup untuk melihat-Ku..." (Al-A'rāf: 143)
Soal: Jika ditanyakan kepada Anda, bagaimanakah beriman kepada qada dan qadar (takdir)?
Jawab: Katakanlah, yakni dengan meyakini secara pasti bahwa segala sesuatu ada dengan ketetapan dan takdir Allah, tidak ada sesuatu pun kecuali dengan kehendak-Nya.
19
Dia yang menciptakan perbuatan hamba, yang baik ataupun yang buruk. Dia yang menjadikan fitrah hamba di atas kebaikan dan menerima kebenaran, memberikan mereka akal yang dapat membedakan baik dan buruk, memberikan mereka kehendak untuk memilih, dan menjelaskan kepada mereka kebenaran dan mengingatkannya dari kebatilan, lalu memberikan petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki dengan karunia-Nya dan menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dengan keadilan-Nya. Dia Mahabijaksana, Maha Mengetahui lagi Maha Penyayang. Dia tidak ditanya terkait apa yang Dia lakukan, tetapi merekalah yang akan ditanya.
Tingkatan takdir ada empat, yakni:
- Tingkatan pertama: beriman kepada ilmu Allah, bahwa ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Dia mengetahui perkara yang sudah terjadi, yang sedang terjadi, dan yang belum terjadi seandainya terjadi bagaimana akan terjadi.
- Tingkatan kedua: beriman bahwa Allah mencatat segala sesuatu.
- Tingkatan ketiga: beriman bahwa tidak ada sesuatu pun terjadi kecuali dengan kehendak-Nya.
- Tingkatan keempat: beriman bahwa Allah pencipta segala sesuatu. Dia yang menciptakan
20
zat, perbuatan dan ucapan, gerakan dan diam serta sifat bagi segala sesuatu yang ada di alam langit dan bumi. Dalil perkara-perkara di atas banyak tertera di dalam Al-Qur`ān dan Sunah.
Soal: Jika ditanyakan kepada Anda, apakah manusia musayyar (dikendalikan) atau mukhayyar (diberi pilihan)?
Jawab: Katakan, tidak bisa dikatakan secara mutlak bahwa manusia dikendalikan atau diberi pilihan, kedua ungkapan ini sama-sama keliru. Nas-nas Al-Qur`ān dan Sunah menunjukkan bahwa manusia memiliki keinginan dan kehendak, dan bahwa dia pelaku secara hakiki, tetapi semua itu tidak lepas dari ilmu, keinginan dan kehendak Allah. Hal ini dijelaskan oleh firman Allah Ta'ālā, "(Yaitu) bagi siapa diantara kamu yang menghendaki menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Rabb alam semesta." (At-Takwīr: 28-29)
Dan firman Allah Ta'ālā, "Maka barangsiapa menghendaki, niscaya dia mengambil pelajaran darinya (Al-Qur'an). Dan mereka tidak akan mengambil pelajaran darinya kecuali (jika) Allah menghendakinya. Dia-lah Rabb yang patut (kita)
21
bertaqwa kepada-Nya dan yang berhak memberi ampun." (Al-Muddaṡṡir: 55-56)
Soal: Jika ditanyakan kepada Anda, apakah iman sah tanpa amal?
Jawab: Katakanlah, iman tidak sah tanpa amal. Iman wajib disertai dengan amal, karena amal merupakan rukun dalam iman, seperti halnya ucapan adalah rukunnya yang lain. Inilah yang disepakati para ulama, bahwa iman terdiri dari ucapan dan perbuatan.
Dalilnya adalah firman Allah Ta'ālā, "Dan siapa yang datang kepada-Nya dalam keadaan beriman dan telah beramal saleh, maka mereka itulah orang yang memperoleh derajat yang tinggi (mulia)." (Ṭāhā: 75) Di sini Allah mensyaratkan iman bersama amal untuk masuk surga.
Soal: Jika ditanyakan kepada Anda, berapakah rukun Islam?
Jawab: Katakanlah, ada lima. Yaitu bersyahadat lā ilāha illallāh-Muḥammad rasūlullāh, menegakkan salat, berpuasa di bulan Ramadan, membayar zakat, dan berhaji ke Baitullah al-Haram.
Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Islam dibangun di atas lima perkara: bersyahadat lā ilāha illallāh-Muḥammad rasūlullāh, mendirikan
22
salat, membayar zakat, berhaji, dan berpuasa di bulan Ramadan." (Muttafaq 'alaih)
Soal: Jika ditanyakan kepada Anda, apa makna syahadat lā ilāha illallāh dan syahadat Muḥammad rasūlullāh?
Jawab: Katakanlah, syahadat lā ilāha illallāh maknanya tidak ada sesembahan yang hak (benar) selain Allah. Sebagaimana tertera dalam firman Allah Ta'ālā, “Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya, ‘Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu sembah, kecuali dari Allah yang menciptakanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku.’ Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali (kepada kalimat tauhid itu).” (Az-Zukhruf: 26-28) Serta firman Allah Ta'ālā, "Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dia-lah (Tuhan) yang hak dan apa saja yang mereka seru selain dari Allah adalah batil. Dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar." (Luqmān: 30)
Dan makna syahadat Muḥammad rasūlullāh adalah kita meyakini dan mengakui bahwa beliau hamba Allah dan utusan-Nya. Bahwa beliau adalah hamba yang tidak boleh disembah dan seorang nabi yang tidak boleh didustakan. Beliau dipatuhi
23
pada perintahnya, dibenarkan apa yang beliau beritakan, dijauhi apa yang beliau larang dan cegah, serta tidak beribadah kepada Allah kecuali dengan apa yang beliau syariatkan.
Hak Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam yang wajib atas umat beliau adalah menghormati, memuliakan, mencintai, dan mengikuti petunjuk beliau secara total pada setiap waktu dan saat sesuai kemampuan. Allah Subḥānahu wa Ta'ālā berfirman, "Katakanlah (Muhammad), Jika kalian benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai dan mengampuni dosa-dosa kalian." (Āli 'Imrān: 31)
Soal: Jika ditanyakan kepada Anda, apa syarat kalimat lā ilāha illallāh?
Jawab: Katakanlah, kalimat tauhid bukan sekedar kalimat yang diucapkan lisan tanpa meyakini dan menunaikan konsekuensinya serta menjauhi pembatalnya. Tetapi kalimat tauhid mempunyai tujuh syarat, sebagaimana yang disimpulkan para ulama setelah melakukan penelitian yang luas terhadap dalil-dalil syariat lalu mereka catat dengan menyertakan dalil-dalilnya yang bersumber dari Al-Qur`ān dan Sunah, yaitu:
1. Mengetahui maknanya dari sisi penafian dan penetapan. Yakni mengetahui bahwa Allah semata yang berhak diibadahi dan tidak ada
24
sekutu bagi-Nya, mengetahui apa yang ditunjukkan kalimat tauhid berupa penafian hak disembah dari selain Allah, dan mengetahui
konsekuensi serta pembatal-pembatalnya; kebalikan dari jahil. Allah Ta'ālā berfirman, "Ketahuilah, sesungguhnya tidak ada ilāh yang berhak disembah selain Allah." (Muḥammad: 19) Juga firman Allah Subḥānahu wa Ta'ālā, "Akan tetapi, (orang yang dapat memberi syafaat ialah) orang yang mengakui yang hak (kalimat tauhid) dan mereka menyakini(nya)." (Az-Zukhruf: 86) Dan Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Siapa yang mati dalam keadaan mengetahui bahwa tidak ada ilāh yang berhak disembah selain Allah, niscaya masuk surga." (HR. Muslim)
2. Yakin; yakni keyakinan yang pasti terhadap kalimat tauhid, kebalikan dari ragu dan bimbang. Artinya, keyakinan yang terpatri kuat dalam hati. Allah Ta'ālā berfirman, "Sesungguhnya orang-orang mukmin sebenarnya hanyalah yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar." (Al-Ḥujurāt: 15) Dan Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Siapa mengucapkan, aku bersaksi tidak ada ilāh yang berhak disembah selain Allah dan
25
bahwa aku adalah utusan Allah, tidaklah seorang hamba bertemu Allah dengan dua kalimat ini tanpa keraguan padanya, kecuali pasti masuk surga." (HR. Muslim)
3. Ikhlas; kebalikan syirik. Yaitu membersihkan dan memurnikan ibadah dari segala noda syirik ataupun ria. Allah Ta'ālā berfirman, "Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)." (Az-Zumar: 3) Juga firman Allah Ta'ālā, "Padahal mereka tidak diperintah kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama." (Al-Bayyinah: 5) Dan Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Manusia yang paling beruntung mendapatkan syafaatku pada hari Kiamat ialah yang mengucapkan "Lā ilāha illallāh" murni dari hatinya." (HR. Bukhari)
4. Mencintai kalimat tauhid dan apa yang ditunjukkannya, senang kepadanya, mencintai para pengikutnya dan berpihak kepada mereka, membenci hal-hal yang menyelisihinya, serta berlepas diri dari orang-orang yang kafir. Allah Ta'ālā berfirman, "Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah sebagai tandingan; mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah." (Al-Baqarah: 165) Rasulullah
26
ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Ada tiga perkara, barangsiapa ketiga perkara ini ada dalam dirinya niscaya merasakan manisnya iman. Yakni ketika Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada yang lainnya, mencintai seseorang hanya karena Allah, dan benci kembali kepada kekafiran sebagaimana ia benci dilemparkan ke dalam api." (HR. Muslim)
5. Jujur; kebalikan dusta. Yaitu hati dan anggota tubuh selaras dengan lisan yang mengucapkan kalimat tauhid. Maka anggota tubuh dan hati membenarkan apa yang diucapkan lisan, lalu melakukan ketaatan yang tampak maupun yang tersembunyi. Allah Ta'ālā berfirman, "Maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta." (Al-'Ankabūt: 3) Allah Ta'ālā juga berfirman, "Dan orang yang membawa kebenaran (kalimat tauhid) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa." (Az-Zumar: 33) Dan Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Siapa yang mati dalam keadaan bersaksi lā ilāha illallāh-Muḥammad rasūlullāh dengan tulus dari hatinya, niscaya akan masuk surga." (HR. Ahmad)
6. Tunduk; merendahkan diri kepada Allah dengan memurnikan ibadah kepada-Nya dan menunaikan hak-haknya serta melaksanakan
27
segala perintah dan menjauhi seluruh larangan dengan ikhlas, cinta, berharap dan takut kepada Allah Ta'ālā. Allah Ta'ālā berfirman, "Dan kembalilah kamu kepada Rabbmu dan berserah dirilah kepada-Nya." (Az-Zumar: 54) Allah Ta'ālā juga berfirman, "Dan barangsiapa berserah diri kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul yang kokoh (kalimat tauhid)." (Luqmān: 22)
7. Menerima; kebalikan menolak. Yakni penerimaan hati terhadap kalimat tauhid serta apa yang ditunjukkan dan yang menjadi konsekuensinya. Tetapi, Allah tidak akan menerima kalimat tauhid dari orang yang mengucapkannya karena fanatisme atau sombong. Allah Ta'ālā berfirman, "Sesungguhnya mereka dahulu jika diserukan kepada mereka Lā Ilāha illallāh, mereka menyombongkan diri." (Aṣ-Ṣāffāt: 35) Orang seperti ini tidak menjadi muslim.
Soal: Jika ditanyakan kepada Anda, siapa nabimu?
Jawab: Katakanlah, nabiku adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muṭṭalib bin Hāsyim bin Abdu Manāf. Allah Ta'ālā telah memilih beliau di antara kaum Quraisy yang merupakan orang-orang pilihan dari keturunan Ismā'īl bin Ibrāhīm 'alaihimas salām.
28
Allah mengutus beliau kepada bangsa manusia dan jin, menurunkan kepada beliau Al-Qur`ān dan Sunah, dan menjadikan beliau sebagai rasul terbaik dan paling utama 'alaihiṣ ṣalātu was salām.
Soal: Jika ditanyakan kepada Anda, apa yang Allah wajibkan pertama kali kepada hamba-hamba-Nya?
Jawab: Katakanlah, hal pertama yang Allah wajibkan kepada hamba-hamba-Nya adalah beriman kepada-Nya Subḥānahu wa Ta'ālā dan mengingkari ṭāgūt. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Ta'ālā, "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus seorang rasul pada tiap- tiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah, dan jauhilah ṭāgūt,’ kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul)." (An-Naḥl: 36) Ṭāgūt artinya segala yang membuat seseorang melampaui batas, baik yang disembah, yang diikuti, ataupun yang ditaati.
Soal: Jika ditanyakan kepada Anda, apa tujuan Allah menciptakanmu?
Jawab: Katakanlah, Allah telah menjelaskannya dengan sejelas-jelasnya. Bahwa Allah Ta'ālā
29
menciptakan makhluk, manusia dan jin, untuk beribadah kepada-Nya semata, tiada sekutu bagi-Nya. Yaitu dengan menaati-Nya, dengan melaksanakan apa yang Dia perintahkan dan meninggalkan apa yang Dia larang. Allah Ta'ālā berfirman, "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (Aż-Żāriyāt: 56) Allah Ta'ālā juga berfirman, "Sembahlah Allah, dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun." (An-Nisā`: 36)
Soal: Jika ditanyakan kepada Anda, apa makna ibadah?
Jawab: Katakanlah, ibadah adalah segala sesuatu yang dicintai dan diridai oleh Allah berupa ucapan maupun perbuatan yang nampak dan yang tidak nampak. Juga segala yang Allah Subḥānahu wa Ta'ālā perintahkan agar diyakini, diucapkan, ataupun dilakukan, seperti rasa takut, harap, dan cinta kepada-Nya Subḥānahu wa Ta'ālā; memohon pertolongan dan bantuan dari-Nya; salat dan puasa.
Soal: Jika ditanyakan kepada Anda, apakah berdoa termasuk ibadah?
Jawab: Katakanlah, berdoa termasuk jenis ibadah yang paling mulia. Sebagaimana firman Allah Ta'ālā, “Dan Rabbmu berfirman, ‘Berdoalah
30
kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombong-kan diri dari menyembah-Ku akan masuk ke neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.’” (Gāfir: 60) Di dalam hadis, Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Doa adalah ibadah." (HR. At-Tirmiżi)
Karena penting dan mulia kedudukannya dalam agama, doa disebutkan dalam lebih dari tiga ratus ayat dalam Al-Qur`ānul Karim. Doa ada dua jenis: doa ibadah dan doa permohonan, masing-masing dari keduanya menuntut keberadaan yang lain.
Doa ibadah ialah bertawassul kepada Allah untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan atau menolak kesusahan dan menghilangkan kemudaratan dengan memurnikan ibadah untuk-Nya semata.
Allah Ta'ālā berfirman, "Dan (ingatlah kisah) Żunnūn (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, ‘Tidak ada ilāh (yang berhak disembah) selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sesungguhnya aku adalah termasuk orang yang zalim.’ Maka Kami kabulkan doanya dan Kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan demikanlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman." (Al-Anbiyā`: 87-88)
31
Sedangkan doa permohonan adalah memohon sesuatu yang akan mendatangkan manfaat bagi orang yang berdoa, berupa mendatangkan manfaat atau menghilangkan mudarat. Allah Ta'ālā berfirman, "Ya Rabb kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka." (Āli 'Imrān: 16)
Doa dengan kedua jenisnya adalah inti dan sari ibadah. Dia merupakan ibadah yang paling ringan dan paling mudah untuk dilaksanakan, tetapi paling besar kedudukan dan pengaruhnya. Merupakan faktor paling kuat untuk menolak keburukan dan mendapat kebaikan ,dengan izin Allah Ta'ālā.
Soal: Jika ditanyakan kepada Anda, apa syarat amal diterima di sisi Allah Ta'ālā?
Jawab: Katakanlah, amal tidak akan diterima di sisi Allah sampai memenuhi dua syarat.
- Syarat pertama, amal tersebut ikhlas (murni) untuk Allah. Dalilnya firman Allah Ta'ālā, "Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali untuk menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama." (Al-Bayyinah: 5) Juga
32
firman Allah Ta'ālā, "Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah dia mengerjakan amal saleh dan janganlah dia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabbnya." (Al-Kahfi: 110)
- Syarat kedua, amal tersebut sesuai dengan syariat yang dibawa oleh Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam. Dalilnya firman Allah Ta'ālā, "Katakanlah (Muhammad), ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kamu.’” (Ali ‘Imrān: 31) Dan sabda Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam, "Barangsiapa mengerjakan suatu amalan yang tidak pernah kami perintahkan, maka amalah itu tertolak." (HR. Muslim) Jika sebuah amalan tidak sesuai dengan petunjuk Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam maka amal tersebut tidak diterima meskipun pelakunya ikhlas.
Soal: Jika ditanyakan kepada Anda, apakah niat baik cukup sekalipun tanpa amalan?
Jawab: Katakan, tidak. Tetapi harus terkumpul antara niat baik, yaitu mengikhlaskan amal untuk Allah dengan amal yang sesuai dengan syariat Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam. Dalilnya firman Allah Ta'ālā, "Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah dia mengerjakan amal saleh dan janganlah dia
33
mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabbnya." (Al-Kahfi: 110) Dalam ayat ini, agar amal diterima, Allah menyaratkan niat yang baik, dan amal tersebut harus saleh (baik) sesuai syariat Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam.
Soal: Jika ditanyakan kepada Anda, ada berapa macam tauhid?
Jawab: Katakan, ada tiga macam:
1. Tauhid rubūbīyyah; yakni meyakini dengan keyakinan yang pasti bahwa Allah yang menciptakan, memberi rezeki, dan mengatur seluruh makhluk, tidak ada sekutu dan penolong bagi-Nya. Yaitu mentauhidkan Allah dalam perbuatan-Nya. Allah Ta'ālā berfirman, "Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi? Tidak ada ilāh (yang berhak disembah) selain Dia; maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?" (Fāṭir: 3) Allah Ta'ālā juga berfirman, "Sungguh Allah, Dialah Pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh." (Aż-Żāriyāt: 58) Allah Ta'ālā befirman, "Dia mengatur urusan dari langit ke bumi." (As-Sajdah :5) Dan Allah Ta'ālā berfirman, "Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, Rabb semesta alam." (Al-A'rāf: 54)
34
2. Tauhid al-asmā` waṣṣifāt; yakni meyakini bahwa Allah memiliki nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang sempurna (sebagaimana) yang telah tetap dalam Al-Qur`ān dan Sunah tanpa takyīf (memberikan bentuk), tamṡīl (menyerupakan dengan makhluk), taḥrīf (menyelewengkan makna), dan ta'ṭīl (meniadakan makna); bahwa tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Allah Ta'ālā berfirman, "Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Dan Dia Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (Asy-Syūrā: 11) Allah Ta'ālā juga berfirman, "Hanya milik Allah Asmā`ul Ḥusnā (nama-nama yang indah), maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmā`ul Ḥusnā itu." (Al-A'rāf: 180)
3. Tauhid ulūhīyyah; yakni mengesakan Allah semata dalam beribadah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Yaitu mengesakan Allah dalam perbuatan ibadah hamba. Allah Ta'ālā berfirman, "Padahal mereka tidak diperintah kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama." (Al-Bayyinah: 5) Allah Ta'ālā juga berfirman, "Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada ilāh (yang hak) melainkan Aku, maka
35
sembahlah Aku." (Al-Anbiyā`: 25) Pembagian ini semata-mata untuk mempermudah penjelasan ilmu. Kalau tidak demikian, sebenarnya ketiga macam tauhid ini saling terkait dalam keyakinan orang yang bertauhid dan mengikuti Al-Qur`ān dan Sunah.
Soal: Jika ditanyakan kepada Anda, apa dosa maksiat kepada Allah yang paling besar?
Jawab: Katakanlah, dosa maksiat paling besar adalah syirik. Allah Ta'ālā berfirman, "Sungguh, telah kafir orang-orang yang berkata, ‘Sesungguhnya Allah itu dialah Al-Masih putra Maryam.’ Padahal Al-Masih (sendiri) berkata, ‘Wahai Bani Israil, sembahlah Allah, Rabbku dan Rabbmu.’ Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim itu seorang penolong pun." (Al-Mā`idah: 72) Allah Ta'ālā juga berfirman, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki." (An-Nisā`: 48) Ketika Allah Subḥānahu wa Ta'ālā tidak mengampuninya maka itu adalah bukti bahwa dia merupakan dosa paling besar. Hal ini diperjelas oleh sabda Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam
36
ketika ditanya, "Dosa apa yang paling besar?" Beliau menjawab, "Yaitu kamu menjadikan tandingan bagi Allah padahal Dia-lah yang menciptakanmu..." (Muttafaq 'alaih) An-Nidd artinya: tandingan, yang menyerupai.
Syirik adalah seseorang membuatkan tandingan yang serupa atau setara bagi Allah berupa malaikat, rasul, wali, dan sebagainya. Yaitu meyakini bahwa tandingan tersebut memiliki sebagian sifat-sifat rubūbīyyah atau yang menjadi keistimewaannya berupa menciptakan, memiliki, dan mengatur; atau mendekatkan diri kepadanya lalu berdoa, berharap, merasa takut, dan berserah diri, atau mengharap kepadanya selain Allah, atau bersama Allah, lalu memberikannya sebagian jenis ibadah, baik ibadah harta maupun badan, yang
nampak atau yang tidak nampak.
Soal: Jika ditanyakan kepada Anda, ada berapa jenis syirik?
Jawab: Katakanlah, ada dua jenis:
1. Syirik besar; yaitu memberikan sebagian macam ibadah kepada selain Allah. Seperti bertawakal kepada selain Allah, meminta bantuan kepada orang yang sudah mati, menyembelih untuk selain Allah, nazar untuk selain Allah, dan sujud kepada selain Allah. Atau melakukan istigasah
37
(memohon pertolongan) kepada selain Allah dalam perkara yang tidak mampu dipenuhi kecuali oleh Allah Ta'ālā, misalnya istigasah kepada sosok gaib atau orang mati.
Perbuatan-perbuatan bodoh ini tidak akan dikerjakan kecuali oleh orang yang meyakini bahwa mereka mampu untuk mengabulkan dan melakukan sesuatu yang hanya mampu dilakukan oleh Allah. Dengan demikian, dia telah meyakini bahwa makhluk tersebut memiliki sebagian dari sifat rubūbīyyah, sehingga dia tunduk dan merendahkan diri kepadanya, bergantung kepadanya, berdoa sepenuh hati kepadanya, memohon pertolongan kepadanya, dan meminta darinya sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh makhluk manapun.
Sungguh aneh, bahwa pertolongan dimohon kepada sosok lemah yang tidak mampu menghilangkan bahaya maupun memberi manfaat untuk dirinya sendiri, serta tidak mampu mematikan, menghidupkan, ataupun membangkitkan. Orang yang tidak mampu mengangkat keburukan dari dirinya sendiri, bagaimana mungkin dia dapat melakukannya untuk orang lain?! Perbuatan ini tidak beda seperti permintaan tolong orang yang tenggelam kepada orang yang juga tenggelam. Subḥānallāh! Bagaimana bisa mata hati
38
sebagian mereka buta dan akal sehat mereka hilang?! sehingga melakukan kesyirikan yang bertentangan dengan syariat, bertolak belakang dengan akal, dan menyelisihi fakta.
2. Syirik kecil, seperti sedikit ria, berdasarkan sabda Nabi -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam-, "Hal yang paling aku khawatirkan menimpa diri kalian adalah syirik kecil". Lalu beliau ditanya tentang itu, dan beliau menjawab, "Ria." (HR. Muslim). Dan seperti bersumpah dengan selain Allah. Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- bersabda, "Barangsiapa bersumpah dengan selain Allah, ia telah kafir atau musyrik." (HR. at-Tirmiżi)
Soal: Jika ditanyakan kepada Anda, ada berapa macam kekufuran?
Jawab: Katakanlah, ada dua macam:
1. Kufur besar yang dapat mengeluarkan pelakunya dari agama. Yaitu kekufuran yang berlawangan dengan pokok ajaran agama, seperti orang yang mencela Allah atau agama dan nabi-Nya; mengejek atau mengolok-olok sebagian syariat; membantah Allah dalam berita atau perintah dan larangan-Nya, maka dia mendustakan apa yang dikabarkan oleh Allah dan Rasul-Nya, mengingkari sebagian kewajiban yang Allah wajibkan kepada hamba-
39
Nya, atau menghalalkan apa yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta'ālā berfirman, "Katakanlah, ‘Mengapa kepada Allah dan ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?’ Tidak perlu kamu meminta maaf, karena kamu telah kafir sesudah beriman." (At-Taubah: 65-66)
2. Kufur kecil. Yaitu dosa yang disebut oleh dalil syariat sebagai kekufuran namun bukan kufur besar. Juga dinamakan kufur nikmat. Seperti memerangi orang muslim, mengingkari nasab, meratapi mayat, dan berbagai perilaku jahiliah lainnya. Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Mencela seorang muslim adalah perbuatan fasik dan memeranginya adalah perbuatan kufur." (HR. Bukhari) Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, "Ada dua perbuatan di tengah manusia yang terhitung sebagai kekafiran: mencela nasab dan meratapi mayat." (HR. Muslim) Perbuatan-perbuatan ini tidak menyebabkan pelakunya keluar dari agama, tetapi termasuk dosa besar -kita berlindung kepada Allah - .
Soal: Jika ditanyakan kepada Anda, ada berapa macam kemunafikan?
Jawab: Katakanlah, ada dua macam: nifak besar dan nifak kecil.
40
Nifak besar adalah menampakkan keimanan dan menyembunyikan kekafiran. Di antara dampak (tanda) terbesar dari nifak ini adalah benci terhadap agama Islam, tidak senang bila Islam menang, dan benci kepada orang-orang Islam serta berusaha memerangi mereka dan merusak agama mereka.
Sedangkan nifak kecil adalah meniru perbuatan orang-orang munafik tanpa menyembunyikan kekafiran, seperti orang yang berdusta apabila bicara, ingkar apabila berjanji, dan khianat apabila diberikan amanah. Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Tanda-tanda orang munafik ada tiga: apabila berbicara dia berdusta, apabila diberikan amanah dia berkhianat, dan apabila berjanji dia tidak menepati." (HR. Bukhari)
Soal: Jika ditanyakan kepada Anda, apa pembatal-pembatal Islam?
Jawab: Katakanlah, pembatal artinya yang membatalkan dan yang merusak, ketika ada pada sesuatu maka dia membatalkannya dan merusaknya. Seperti pembatal wudu, orang yang melakukannya maka wudunya batal dan dia wajib mengulanginya. Seperti itu juga pembatal Islam, jika seseorang melakukannya maka keislamannya bisa batal dan rusak, dan pelakunya keluar dari wilayah Islam kepada kekufuran.
41
Dalam pembahasan riddah dan hukum murtad, para ulama telah menyebutkan banyak perkara yang dapat menyebabkan seorang muslim murtad dari agamanya sehingga halal darah dan hartanya. Yang paling berbahaya dan paling banyak terjadi serta disepakati oleh para ulama adalah sepuluh pembatal.
1. Melakukan kesyirikan dalam beribadah kepada Allah Ta'ālā. Allah Ta'ālā berfirman, "Sesung-guhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik (mempersekutukan Allah dengan sesuatu), dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki." (An-Nisā`: 116) Allah Ta'ālā juga berfirman, "Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan baginya surga, dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang yang zalim itu." (Al-Mā`idah: 72)
Di antara contohnya berdoa kepada selain Allah, memohon pertolongan serta perlin-dungan kepada mereka, serta bernazar dan menyembelih untuk mereka, seperti orang yang menyembelih untuk jin, kuburan, dan wali, baik yang masih hidup ataupun telah mati untuk mendapatkan kebaikan atau menolak keburukan, sebagaimana yang dilakukan oleh
42
orang-orang jahil yang tertipu oleh kedustaan dan syubhat para pendusta yang sesat.
2. Siapa yang menjadikan perantara antara dirinya dengan Allah yang dia berdoa kepadanya, meminta syafaat dan bertawakal kepadanya dalam rangka mendapatkan berbagai tujuan dan keinginan duniawi dan ukhrawi, maka dia telah kafir secara ijmak. Allah Ta'ālā berfirman, "Katakanlah (Muhammad), ‘Sesungguhnya aku hanya berdoa kepada Rabbku dan tidak menyekutukan siapa pun dengan-Nya.’" (Al-Jin: 20)
3. Siapa yang tidak mengafirkan orang-orang musyrik, atau ragu terhadap kekafiran mereka, atau membenarkan keyakinan mereka, maka dia telah kafir. Allah Ta'ālā berfirman, "Orang-orang Yahudi berkata, ‘Uzair putra Allah,’ dan orang-orang Nasrani berkata, "Al-Masih putra Allah.’ Demikian itulah ucapan yang keluar dari mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir terdahulu. Allah melaknat mereka; bagaimana mereka sampai ber-paling?" (At-Taubah: 30) Karena rida terhadap kekafiran adalah kekafiran, dan agama seseorang tidak akan benar kecuali dengan mengingkari ṭāgūt, yaitu dengan meyakini kebatilan agama selain Islam, membencinya, berlepas diri darinya dan dari para pengikutnya serta memerangi mereka sesuai kemampuan.
43
4. Siapa yang berkeyakinan bahwa selain petunjuk Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam lebih sempurna daripada petunjuk beliau atau hukum yang lain lebih baik daripada hukum beliau, seperti orang yang lebih mengutamakan hukum ṭāgūt dan undang-undang buatan manusia di atas hukum Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta'ālā berfirman, "Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisih-kan, kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya." (An-Nisā`: 65)
Dan orang yang lebih mengedepankan tarekat dan bidah-bidah para syaikh yang mengajak kepada kesesatan daripada sunah yang sahih, padahal dia tahu itu adalah sunah Nabi, siapa melakukan hal ini maka dia telah kafir berdasarkan ijmak (kesepakatan para ulama).
5. Siapa yang membenci sebagian syariat Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam, walaupun dia mengamalkannya, maka dia telah kafir. Allah Ta'ālā berfirman, "Yang demikian itu karena mereka membenci (Al-Qur`ān) yang diturunkan Allah, maka Allah menghapus (pahala) amal-amal mereka." (Muhammad: 9)
44
6. Siapa yang mengolok-olok sebagian dari agama Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam, seperti orang yang mengejek sebagian dari hukum dan syariat beliau serta sunah atau beritanya, atau mengolok-olok pahala yang Allah sediakan untuk orang yang taat, ataupun siksaan untuk pelaku maksiat yang dikabarkan oleh Allah dan Rasul-Nya ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam, maka dia telah kafir. Dalilnya adalah firman Allah Ta'ālā, "Katakanlah, ‘Mengapa kepada Allah dan ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?’ Tidak perlu kamu meminta maaf, karena kamu telah kafir sesudah beriman." (At-Taubah: 65-66)
7. Sihir. Sihir tidak terjadi kecuali dengan menggunakan bantuan jin dan setan serta menyekutukan mereka dan mengerjakan perbuatan kufur guna memperoleh rida mereka. Diantara bentuknya adalah ṣarf (guna-guna untuk memisah suami-istri) dan ‘aṭf (guna-guna untuk memikat hati orang) yang berpengaruh terhadap kejiwaan dan emosional manusia.
Orang yang melakukannya atau meridainya maka dia telah kafir. Dalilnya adalah firman Allah Ta'ālā, "Padahal keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan, ‘Sesungguhnya kami
45
hanyalah cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir.’” (Al-Baqarah: 102)
8. Mendukung dan membantu orang-orang musyrik serta membela mereka terhadap kaum muslim. Dalilnya adalah firman Allah Ta'ālā, "Barangsiapa di antara kamu yang menjadikan mereka sebagai teman setia (pemimpin), maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (Al-Mā`idah: 51)
9. Siapa yang meyakini bahwa sebagian manusia boleh meninggalkan syariat Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam sebagaimana Nabi Khadir boleh meninggalkan syariat Musa ‘alaihissalām, maka dia telah kafir. Berdasarkan firman Allah Ta'ālā, "Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka agama itu tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi." (Āli 'Imrān: 85)
10. Berpaling dari agama Allah; tidak mempelajari dan tidak mengamalkannya. Dalilnya adalah firman Allah Ta'ālā, "Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Rabbnya, kemudian dia berpaling darinya? Sungguh, Kami akan memberikan balasan kepada orang-orang yang berdosa." (As-Sajdah: 22) Maksud berpaling dari agama Allah adalah enggan mempelajari
46
perkara yang Dia diwajibkan berupa pokok-pokok agama yang tidak akan sah agama seseorang kecuali dengan mengetahuinya.
Setelah menyebutkan pembatal-pembatal ini, kami merasa perlu menyampaikan dua peringatan penting:
1. Pembatal-pembatal ini disebutkan agar diwaspadai dan diperingatkan kepada orang lain. Karena setan dan bala tentaranya yang menyesatkan terus-menerus mengintai kaum muslimin untuk memanfaatkan kelalaian dan kejahilan sebagian mereka untuk mengeluarkannya dari wilayah kebenaran menuju kebatilan, dan untuk memalingkannya dari jalan surga ke neraka.
2. Menerapkan pembatal-pembatal ini dalam kehidupan nyata adalah wewenang para ulama yang memiliki ilmu kuat. Merekalah yang mengerti dalil dan hukum serta kaidah penerapannya pada manusia. Tidak setiap orang boleh melakukan hal ini.
Soal: Jika ditanyakan kepada Anda, bolehkah memastikan seorang muslim masuk surga atau neraka?
Jawab: Katakanlah, tidak boleh memastikan siapa pun masuk surga atau neraka, kecuali orang yang
47
disebutkan oleh nas. Tetapi orang yang berbuat baik diharapkan memperoleh pahala, dan orang yang berbuat buruk dikhawatirkan mendapat siksa.
Kita mengatakan, setiap orang yang mati di atas keimanan, maka tempat akhirnya ke surga, dan setiap orang yang mati di atas kesyirikan atau kekufuran, maka dia termasuk penghuni neraka, dan neraka adalah seburuk-buruk tempat tinggal.
Soal: Jika ditanyakan kepada Anda, apakah seorang muslim boleh dihukumi kafir karena berbuat maksiat?
Jawab: Dikatakan, seorang muslim tidak dapat divonis kafir karena melakukan dosa dan maksiat sekalipun merupakan dosa besar, selama tidak termasuk dosa-dosa yang dapat mengafirkan berdasarkan nas-nas syariat dalam Al-Qur`ān dan Sunah serta merupakan pendapat para sahabat dan para imam. Orang tersebut tetap berada dalam keimanannya, dan termasuk pelaku maksiat dari kalangan orang-orang yang bertauhid selagi dia tidak jatuh dalam kufur besar, syirik besar, atau nifak besar.
Soal: Jika ditanyakan kepada Anda, apakah kesalahan lidah dan perkataan buruk berpengaruh kepada tauhid?
48
Apakah akan menggelincirkan orang yang mengucapkannya dari jalan yang lurus, ataukah itu termasuk dosa kecil?
Jawab: Perkara lisan adalah perkara besar. Dengan satu ucapan seseorang masuk dalam Islam, dan dengan satu ucapan pula seseorang dapat keluar darinya - kita memohon perlindungan kepada Allah-.
Kesalahan lidah bertingkat-tingkat. Di antaranya ada yang merupakan kalimat kufur yang bisa membatalkan iman dan menghapus amal, seperti mencela Allah dan mencela Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam; kata-kata yang mengandung pemberian sifat rububiyah kepada para wali dan orang-orang yang diagungkan; istigasah (mohon pertolongan) dan penyandaran kebaikan serta apa yang dialami seseorang kepada mereka. Termasuk juga kata-kata sanjungan yang berlebihan, yang menempatkan mereka di atas batas manusiawi serta bersumpah dengan nama mereka. Juga mengolok-olok syariat dan hukum-hukumnya. Termasuk kata-kata murka terhadap hukum syariat atau murka dan protes terhadap ketetapan takdir yang menyakitkan berupa keburukan yang dialami di dunia, seperti musibah pada tubuh, harta, anak, dan yang lainnya.
49
Di antara dosa besar yang membahayakan keimanan dan dapat menguranginya adalah gibah (menggunjing) dan namimah (adu domba). Hendaknya kita ekstra hati-hati dan menjaga lisan kita dari setiap perkataan yang menyimpang dari syariat Allah dan sunah Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam. Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Sungguh, seseorang akan mengucapkan perkataan yang Allah ridai, padahal dia tidak menganggapnya berharga, namun Allah mengangkatnya beberapa derajat lantaran perkataan tersebut. Dan sungguh, seseorang akan mengucapkan perkataan yang Allah murkai, padahal dia tidak menganggapnya berharga, namun dia terjun ke neraka Jahanam karena perkataan itu." (HR. Bukhari)
Soal: Jika ditanyakan kepada Anda, kapan seorang mukmin berhenti beramal?
Jawab: Katakanlah, seorang mukmin tidak berhenti beramal kecuali dengan kematian. Dalilnya firman Allah Ta'ālā, "Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu yakin (ajal)." (Al-Ḥijr: 99) Yakin di sini maksudnya kematian, berdasarkan sabda Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam tentang ‘Uṡmān bin Maẓ'ūn pada saat dia meninggal, "Adapun 'Uṡmān, demi Allah, dia telah didatangi oleh yakin." (HR. Bukhari)