Artikel




Pengertian Dakwah


Kata dakwah bermakna; menyebarkan dan menyampaikan.


Sedangkan da'i adalah orang yang bertindak selaku penyeru dakwah kepada kebaikan dan kepada Islam.


Hajat Manusia kepada dakwah


Manusia yang hidup di dunia dengan perbedaan bangsa, warna kulit, zaman, kekuatan dan sifat serta karakternya, seluruhnya membutuhkan kepada dakwah islamiyah. Memerlukan petunjuk agama Allah  yang lurus dan suci, yang mengatur kehidupan mereka. Baik yang berhubungan dengan sang Khalik maupun hubungan sesama makhluk.


Islam adalan jalan hidup yang harus dipahami dan diamalkan oleh para pemeluknya dalam kehidupan nyata mereka. Islam adalah akidah (keyakinan) yang menjelaskan gambaran yang jelas dan benar tentang alam semesta (kaun), asal usul kejadian manusia dan hakikat kehidupan dunia. Juga menjelaskan tentang tujuan penciptaannya.


Di atas pondasi akidah inilah syari'at dan undang-undang yang Islami dibangun untuk mengatur kehidupan manusia.


Islam adalah pedoman hidup yang universal dan komprehenship. Karena ia mengatur seluruh sisi kehidupan. Tapi keagungan Islam tak dapat diketahui, kecuali dengan penyebaran dakwah, dan proses belajar mengajar.


Dari sana kita mengetahui urgensi dakwah dan bahwasanya kebutuhan manusia terhadapnya lebih besar dari kebutuhan mereka terhadap makanan, minuman, obat-obatan, udara, air dan bahkan dokter sekalipun.


Modul Mata Kuliah Dakwah Level 4 4


Dakwah adalah Profesi Para Rasul


Setiap manusia yang diciptakan Allah  dalam kehidupan ini, memiliki kewajiban yang harus dikerjakan, mempunyai tugas yang mesti ditunaikan, ada profesi yang lazim dilakoni sesuai dengan kehendak Allah  dan selaras dengan aturan hidup yang telah ditetapkan-Nya di alam semesta ini.


Misi dan profesi para Nabi yang diutus kepada manusia adalah: mengajak mereka untuk beriman kepada Allah , memupuk kerinduan mereka terhadap surga yang penuh dengan kenikmatan dan mengingatkan mereka tentang beratnya siksa api neraka yang menyala-nyala dengan uslub (methode) yang bermacam-macam.


Adapun hikmah diutusnya para Nabi dan Rasul adalah untuk mengemban risalah yang agung dan menyampaikannya kepada umatnya. Allah  berfirman :


"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) "Sembahlah Allah saja dan jauhilah thaghut." (Q.S; An Nahl : 36).


Dan Allah  menjelaskan tentang tugas Nabi kita Muhammad  dalam firman-Nya:"Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi dan pembawa khabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi." (Q.S; Al Ahzab : 45-46).


45 Menit Fadhilah (keutamaan) Dakwah 2


Fadhilah (keutamaan) Dakwah


Ketahuilah! bahwa sesungguhnya dakwah (mengajak manusia) kepada Allah  merupakan profesi yang paling mulia dan luhur. Karena ia merupakan tugas dan profesi para Rasul selaku hamba Allah yang paling mulia, dan paling mulia kedudukan mereka di sisi Allah .


Dan ia juga merupakan profesi para khulafa'ur rasyidin dan kemudian diwarisi oleh para ulama panutan sesudahnya. Yang memberikan sinar petunjuk kebenaran kepada umat, dan menyebarkan kebaikan kepada mereka, serta


Modul Mata Kuliah Dakwah Level 4 5


mengeluarkan mereka dari kegelapan jahiliyah kepada fajar nan terang atas dasar ilmu dan iman.


Allah  berfirman :"Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih dan berkata sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (Q.S; Fushilat : 33).


Dakwah Ilallah juga merupakan bentuk keta'atan yang paling mulia dan sarana yang paling utama untuk bertaqarrub kepada Allah . Buah yang dapat dipetik dari dakwah Ilallah adalah tersebarnya hidayah dan petunjuk Allah  di tengah-tengah masyarakat.


Diriwayatkan dari Abu Hurairah  bahwasanya Nabi  bersabda :"Barang siapa yang mengajak manusia kepada hidayah (petunjuk), maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun." (H.R; Muslim).


Allah  memberikan pujian terhadap orang yang melaksanakan dakwah amar ma'ruf dan nahi munkar, seperti yang termaktub dalam firman-Nya :"Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji Allah, yang melawat, yang ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum–hukum Allah dan gembirakanlah orang-orang yang mu'min itu." (Q.S; At Taubah : 112). Dan firman Allah : "


Modul Mata Kuliah Dakwah Level 4 6


Para ulama memberikan istimbat hukum dari ayat ini; bahwasanya Allah  akan memberikan kekuatan (kekokohan), kedudukan dan kekuasaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya di muka bumi walaupaun hanya sejengkal tanah. Dan siapa yang diberi kedudukan dan cucuran nikmat kekuasaan di muka bumi, berkewajiban untuk melaksanakan dakwah amar ma'ruf dan nahi munkar. Baik dengan tangannya (kekuatan), lisan maupun hatinya. Apabila dia mengabaikannya, maka dia berdosa dan layak mendapatkan siksa.


Allah  berfirman :"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka adalah menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh mengerjakan yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Q.S; At Taubah : 71).


Allah  telah melontarkan celaan dan hinaan terhadap orang-orang munafik dan Dia memberikan gambaran tentang sifat-sifat mereka yang sangat kontradiktif dengan sifat orang-orang yang beriman. Allah  berfirman :


"Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan sebagian mereka dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh berbuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf." (Q.S; At Taubah : 67).


Maka dapat kita simpulkan bahwa; dakwah amar ma'ruf dan nahi munkar merupakan dinding pembatas (pembeda) antara orang-orang mukmin dengan orang-orang munafik.


Dakwah, Merupakan Jalan Keselamatan


Allah  telah membentangkan jalan keselamatan bagi siapa saja yang mau melaksanakan dakwah amar ma'ruf dan nahi munkar, sebagaimana firman-Nya :


Modul Mata Kuliah Dakwah Level 4 7"Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang dzalim siksaan yang keras disebabkan mereka selalu berbuat fasiq." (Q.S; Al A'raaf : 165).


Jelaslah dari ayat ini bahwasanya mereka selamat dari azab Allah  lantaran mereka mencegah manusia dari perbuatan jahat, dosa dan maksiat.


Diriwayatkan dari Nu'man bin Basyir  bahwa Nabi  pernah bersabda  "Perumpamaan orang yang teguh menjalankan hukum-hukum Allah dan orang yang terjerumus di dalamnya adalah bagaikan sekelompok orang yang berada di sebuah perahu. Sebahagian mereka berada di atas dan ada sebahagian mereka berada di bawah. Adapun mereka yang berada di bawah bila memerlukan air minum, maka mereka harus naik ke atas melewati orang-orang yang berada di atas, sehingga mereka berkata, "Lebih baik kita lubangi saja perahu ini agar tidak mengganggu saudara-saudara kita yang berada di atas." Maka bila mereka yang berada di atas membiarkan niat orang-orang yang berada di bawah, niscaya binasalah mereka semua. Akan tetapi bila mereka mencegahnya maka akan selamatlah mereka semua." (H.R; Bukhari).


Diriwayatkan pula dari Abdullah bin Mas'ud  bahwa Nabi  pernah bersabda: "Sesungguhnya awal mula bencana yang menimpa bani Israil adalah ketika seorang laki-laki melihat temannya berbuat munkar (maksiat) dia mengingatkannya seraya berucap, "Duhai saudaraku bertakwalah kamu kepada Allah dan tinggalkanlah apa yang kamu perbuat ini, karena sesungguhnya apa yang kamu lakukan ini termasuk perbuatan yang diharamkan bagimu." Kemudian ketika keesokan harinya dia melihat temannya tetap mengulangi perbuatan munkarnya, tapi ia tidak melarangnya dan bahkan menjadi teman makan, minum


Modul Mata Kuliah Dakwah Level 4 8


dan duduknya, maka Allah  membutakan hati mereka semua." Lalu beliau menyitir firman-Nya :


"Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan 'Isa putera Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat, sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka dan mereka akan kekal dalam siksaan. Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi (Musa) dan apa yang diturunkan kepadanya (Nabi), niscaya mereka tidak akan mengambil orang-orang musyrikin itu menjadi penolong–penolong, tapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang fasiq." (Q.S; Al Maidah : 78-81).


Rasulullah  melanjutkan sabdanya: "Sekali-kali jangan kamu melakukan seperti perbuatan mereka. Demi Allah, sungguh hendaklah kamu menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, dan sungguh hendaklah kamu menahan tangan orang dzalim, mengembalikannya kepada yang haq dan menahannya pula kepada yang haq, atau (kalau tidak) maka Allah akan menutup hatimu, dan melaknati kamu sebagaimana Dia telah melaknati mereka (bani Israil).” (H.R; Abu Daud dan Tirmidzi).


45 Menit Kemuliaan Juru Dakwah (Da'i) -1 3


Kemuliaan Juru Dakwah (Da'i)


Bila kita perhatikan nash-nash dari Al Qur'an maupun sunnah yang menjelaskan tentang kemuliaan para juru dakwah (da'i), keluhuran derajat dan ketinggian kedudukannya, niscaya kita tak sanggup menghitungnya karena teramat banyak jumlahnya. Di antaranya :


1. Para da'i adalah umat yang terbaik. Allah  berfirman :


Modul Mata Kuliah Dakwah Level 4 9"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah." (Q.S; Ali Imran : 110).


2. Para da'i adalah saksi atas manusia. Allah  berfirman :


"Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat yang adil dan pilihan, agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu." (Q.S;Al-Baqarah:143)


3. Para da'i adalah mereka yang merasakan kebahagiaan hidup di dunia dan mendapatkan keberuntungan di akhirat. Allah  berfirman :"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung." (Q.S; Ali Imran : 104).


4. Para da'i adalah manusia yang paling baik perkataannya. Allah  berfirman :"Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (Q.S ; Fushilat : 33).


45 Menit Kemuliaan Juru Dakwah (Da'i) -2 4


5. Para da'i adalah pewaris para Nabi 'alaihimus salam. Diriwayatkan oleh lima perawi hadits dan Hakim bahwasanya Rasulullah  pernah bersabda :"Ulama adalah pewaris para Nabi."


Modul Mata Kuliah Dakwah Level 4 10


Jadi para ulama dan da'i adalah mereka yang menapak tilasi jejak Rasulullah  dalam berdakwah. Mengajak umat manusia kepada kebaikan, dan menunjukkan mereka ke jalan yang lurus.


6. Penduduk langit dan bumi memintakan ampun untuk para da'i. Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Abi Umamah  dengan jalan marfu' kepada Nabi , beliau pernah bersabda :"Sesungguhnya Allah, para malaikat, penduduk langit dan bumi hingga semut mungil di lubangnya, dan bahkan ikan paus di lautan, seluruhnya memberikan shalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia." (H.R; Tirmidzi. Ia berkata, "Hadits ini hasan shahih").


Shalawat Allah  terhadap hamba-hamba-Nya berupa; rahmat (kasih sayang), shalawatnya para malaikat adalah permohonan ampun kepada mereka, sedangkan shalawat dari penduduk bumi adalah berupa do'a-do'a yang baik.


7. Para da'i tidak terputus pahalanya (pahalanya terus mengalir). Nabi  bersabda : "Barang siapa yang mengajak manusia kepada petunjuk, maka ia mendapatkan pahala seperti orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun." (H.R; Muslim).


8. Petunjuk yang disampaikan para da'i kepada manusia, maka hal itu lebih baik dari dunia dan seisinya. Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib , bahwasanya Nabi  bersabda :"Demi Allah, jika Allah memberikan hidayah kepada seseorang lantaran dirimu, maka hal itu lebih baik bagimu dari pada unta merah." (H.R; Bukhari).


Dalam riwayat lain disebutkan :


Modul Mata Kuliah Dakwah Level 4 11"Maka hal itu lebih baik bagimu dari pada dunia dan seisinya."


Keutamaan yang teramat besar yang disandang oleh penyeru dakwah, lantaran petunjuk yang dia berikan kepada satu orang, maka bagaimanakah bila dia mampu memberikan petunjuk kepada sekelompok orang atau komunitas umat ?.


45 Menit Tanggung Jawab Da'i dan Misinya yang Utama 5


Tanggung Jawab Da'i dan Misinya yang Utama


Para Nabi 'alaihimus salam dan manusia seluruhnya tidak memiliki kekuasaan untuk menyemai hidayah di hati manusia. Demikian pula syaitan tak mempunyai kekuatan untuk menanamkan benih kesesatan di hati manusia sebagaimana yang dikehendakinya.


Masing-masing dari kedua jenis makhluk Allah  tersebut hanya berupaya dan berusaha. Para da'i mengajak manusia kepada kebaikan dan kebenaran, sedangkan syaitan berusaha untuk mengajak manusia kepada kesesatan dan kebinasaan.


Adapun hak untuk memilih jalan hidayah ataupun kesesatan sangat bergantung pada kecondongan hati manusia. Dan yang lebih penting adalah sangat ditentukan oleh taufiq dari Allah  untuk meniti jalan-jalan yang dilaluinya.


Para juru dakwah berkewajiban untuk menularkan hidayah dan petunjuk semata, sementara hidayah taufiq dan ilham hanya milik Allah , sebagaimana firman-Nya :"Dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan (amanah Allah) dengan terang." (Q.S; An Nur : 54)."Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang


Modul Mata Kuliah Dakwah Level 4 12


dikehendaki-Nya dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk." (Q.S; Al Qashash : 56)."Jika kamu sangat mengharapkan agar mereka dapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya dan sekali-kali mereka tiada mempunyai penolong." (Q.S; An Nahl : 37).﴾


"Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman walaupun kamu sangat menginginkannya." (Q.S; Yusuf : 103).


Juru dakwah hendaknya tidak terjebak untuk berpikir keras apakah umat akan menyambut seruan dakwahnya atau tidak. Apakah waktunya tepat atau tidak untuk menyampaikan dakwah. Tetapi yang perlu dia lakukan adalah bagaimana mengerahkan seluruh potensi yang dimiliki untuk menyelamatkan umat dari jurang kesesatan dan lembah kehinaan serta membawa mereka kepada taman hidayah dan kesuksesan. Firman Allah  


"Dan ingatlah ketika suatu umat di antara mereka berkata: "Mengapa kamu menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras ?." Mereka menjawab: "Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu dan supaya mereka bertakwa." (Q.S; Al A'raf : 164).


Memiliki keyakinan akan datangnya pertolongan Allah , menyandarkan segala urusan kepada taufik dan bantuan-Nya, harus tertanam kuat di hati juru dakwah.


Tsiqah semacam inilah yang dapat menghapus air mata yang mengalir saat menemukan duri-duri perjuangan dan hambatan di jalan dakwah. Musuh-musuh dakwah selalu membuat perangkap dan makar di sepanjang jalan yang dilalui oleh para da'i. Dengan harapan da'i akan menghentikan ayunan langkahnya dan tak sanggup untuk meneruskan perjalanannya.


Namun bila sang da'i merasakan nasrun minallah (pertolongan Allah ) teramat dekat, maka dia akan tetap melanjutkan perjalanan, sementara hatinya dipenuhi dengan rasa optimis bahwa dia sanggup menyingkirkan setiap duri yang ada. Dengan demikian maka nilai-nilai dakwah akan menyebar di tengah-


Modul Mata Kuliah Dakwah Level 4 13


tengah masyarakat. Karena Allah  telah ridha terhadap manhajnya yang shahih dan jalan lurus yang dilaluinya. Itulah potret ketsiqahan yang tergambar jelas dari firman Allah "Mengapa kami tidak akan bertawakkal kepada Allah, padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu berserah diri." (Q.S; Ibrahim : 12).


45 Menit Syarat–Syarat Yang Harus dipenuhi Oleh Penyeru Dakwah (Da'i) 6


Syarat–Syarat Yang Harus dipenuhi Oleh Penyeru Dakwah (Da'i)


1. Mengimani dengan jujur dan tulus akan kebenaran Al Islam yang kita dakwahkan. Allah  berfirman :"Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhan-nya, demikian pula orang-orang yang beriman." (Q.S; Al Baqarah : 285).


2. Mendakwahkan kebenaran yang tersemat dalam jiwa dengan lisannya, Allah  berfirman :"Dan ingatlah ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia dan janganlah kamu menyembunyikannya." (Q.S; Ali Imran : 187).


Tidak boleh beralasan dengan maslahat pribadi kemudian kita meninggalkan dakwah, terkecuali bila kita dihadapkan pada kondisi yang sangat sulit seperti apabila ada bahaya menghadang di hadapan kita dan dia khawatir bisa merenggut nyawa kita bila kita tetap menyebarkan yang haq. Atau jika kita


Modul Mata Kuliah Dakwah Level 4 14


memandang bahwa merahasiakan keyakinan dapat memberikan maslahat bagi dakwah dan perjuangan Islam.


3. Menselaraskan antara ucapan lisan dengan amal nyata, Allah  berfirman :


"Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan sedang kamu melupakan diri (kewajiban)-mu sendiri, padahal kamu membaca Al –Kitab (Taurat) ? maka tidakkah kamu berfikir." (Q.S; Al-Baqarah : 44).


4. Hendaknya nilai-nilai Islam mengalahkan setiap bentuk ta'ashub dan fanatisme golongan. Allah  berfirman :"Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil, dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum mendorong kamu berlaku tidak adil, berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa." (Q.S;Al-Maidah : 8).


5. Hendaknya kesungguhan dakwahnya dibuktikan pula dengan pengorbanan jiwa, harta, waktu, potensi, dan bahkan mengorbankan sesuatu yang paling berharga sekalipun. Allah  berfirman :"Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhaan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami, dan sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang berbuat baik." (Q.S; Al Ankabuut : 69).


45 Menit Methode Dakwah pada Alam Kontemporer 7


Methode Dakwah pada Alam Kontemporer


Bila kita belajar dari pengalaman para Nabi 'alaihimus salam dalam berdakwah, kemudian kita praktekkan pada kondisi kita sekarang ini, maka kita temukan banyak titik persamaan antara dua zaman yang berbeda. Dan tak diragukan lagi jika kita berpegang teguh kepada Al Qur'andan Sunnah Nabi ,


Modul Mata Kuliah Dakwah Level 4 15


maka hal itu sudah cukup menjadi pedoman kita dalam berdakwah, dan tidak perlu lahirnya seorang nabi baru sampai hari kiamat. Karena seluruh ajaran agama telah sempurna. Allah  berfirman :"Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridha'i islam itu jadi agama bagimu." (Q.S; Al Maidah : 3).


Hukum-hukum syari'at itu sangatlah sempurna. Ia memancarkan sinar hidayah bagi manusia dan akan menetapkan hati kaum muslimin agar istiqamah di atas jalan yang benar.


Fase dan Tahapan dalam Dakwah dan Tabligh


Para Nabi 'alaihimus salam itu senantiasa diutus sewaktu nilai kebenaran terkoyak dan tercerai-berai. Ajaran kebenaran diinjak-injak dan norma-norma masyarakat tergelapkan oleh tradisi dan budaya jahiliyah. Mereka menyeru kepada sendi-sendi dasar ajaran agama (tauhid) dan mengajak umatnya untuk mendirikan tiang-tiang penyangganya yang kuat sehingga terbangun sebuah masyarakat Islam teladan.


Adapun pondasi dasar dan tiang penyangganya ada 3 (tiga) hal, yaitu :


 Beriman kepada Allah  dengan merealisasikan nilai-nilai tauhid secara sempurna.


 Mengimani nubuwwah (kenabian), yang dibuktikan dengan ketaatan penuh.


 Mengimani hari akhir, yang diimplikasikan dengan menyerahkan segala urusan kepada-Nya secara total.


45 Menit Metode Dakwah Para Nabi 'alaihimus salam 9


Metode Dakwah Para Nabi 'alaihimus salam :


Setiap da'i di setiap waktu dan tempat, yang menginginkan kesuksesan di dalam dakwahnya, sudah barang tentu dia harus belajar dari metode dakwah yang telah diterapkan oleh para Nabi dan Rasul. Adapun metode dakwah para Nabi dan Rasul dapat kita simpulkan sebagai berikut :


1) Para Nabi 'alaihimus salam memaparkan dakwah dengan bahasa dan lisan kaumnya. Allah  berfirman :


Modul Mata Kuliah Dakwah Level 4 16"Kami tidak mengutus seorang Rasul pun melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberikan penjelasan dengan terang kepada mereka." (Q.S ; Ibrahim : 4).


2) Dakwah dipaparkan dengan perkataan yang jelas. Disampaikan dengan bahasa yang mudah dan jelas sehingga tidak dipahami dengan pengertian yang keliru atau salah.


3) Untuk mendekatkan tema-tema dakwah kepada umat, maka mereka menggunakan metode yang beragam dan cara penyampaian yang bermacam-macam.


4) Menyelaraskan antara hamasah (semangat yang bergelora) dan kelembutan perasaan yang hidup. Sasaran dakwah bukan sekadar memenuhi akal pikiran manusia dengan ilmu, seperti yang dilakukan oleh para ahli filsafat. Dan tidak pula hanya mengurusi persoalan hati seperti yang diajarkan oleh orang-orang sufi. Oleh karena itu Rasulullah , ketika menasihati para sahabatnya, matanya merah dan suaranya lantang dan keras seperti orang yang sedang marah. Bahkan seolah-olah seperti seorang panglima perang yang sedang berpidato di depan pasukannya. Yang demikian itu membuktikan keikhlasan dakwahnya dan kuatnya ketsiqahan kepada Allah . Keyakinan yang kuat, memahami kondisi umat dan memiliki kelembutan perasaan adalah kunci kesuksesan seorang da'i di setiap zaman dan tempat. Dan itu pula yang akan membedakan seorang penyeru dakwah yang jujur dengan penyeru dakwah yang dusta, palsu, menyesatkan dan menyimpang.


5) Menyatukan tujuan di antara para da'i. Setiap da'i berkewajiban melesatkan panahnya pada satu titik tujuan. Para Nabi 'alaihimus salam seluruhnya memiliki komitmen terhadap manhaj, fikrah dan mabda' yang satu.


6) Memperhatikan kefasihan lisan dan kelurusan makna, kadar waktu penyampaian, metode dan cara penyampaian serta menjaga hati orang yang didakwahi. Nabi  pernah bersabda :"Mudahkanlah dan jangan kamu menyulitkan mereka. Berilah kabar gembira dan jangan kamu menakut-nakuti mereka."


7. Mereka menyampaikan dakwah dengan bahasa yang penuh hikmah, lemah lembut dan menyentuh hati. Allah  berfirman :


Modul Mata Kuliah Dakwah Level 4 17"Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut." (Q.S; Thaha : 43-44).


Dan juga firman-Nya "Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik." (Q.S; An-Nahl : 125).


Dan para Nabi 'alaihimus salam memberikan argumentasi yang kuat (dalil naqli dan logika) untuk membuka tabir kesesatan dan penyimpangan kepercayaan kaumnya. Tetapi tetap menjaga hati mereka, tidak melukai perasaannya, seperti; mencela dan menghina tuhan-tuhan mereka. Allah  berfirman :"Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan." (Q.S; Al-An'am :108).


Dan bahkan perkataan kasar dari kaumnya, mereka balas dengan perkataan yang lemah lembut. Kekerasan mereka dijawab dengan kata-kata penuh kedamaian yang menyentuh sanubari. Dan itulah satu-satunya jalan yang harus ditempuh oleh para da'i agar dapat mengambil hati umat, dan menghadirkan kesejukan di jiwa mereka.


45 Menit Kiat-kiat Menjaga Hati Mad'u dalam dakwah, Poin-1-2 10


Menjaga Perasaan Hati Mad'u


Benih sebaik apapun yang ditaburkan, tetap saja dalam pertumbuhannya sangat ditentukan oleh kesuburan tanah dan diselaraskan dengan musim semi yang ada. demikian pula dengan kalimatul-haq yang tersemat di dalam jiwa, juga diperlukan perhatian para da'i sewaktu menyampaikan nilai-nilai dakwah


Modul Mata Kuliah Dakwah Level 4 18


kepada para mad'unya. Oleh karena hati dan jiwa para mad'u terkadang sangat berwarna dan berbeda, yang buahnya sangat ditentukan oleh sentuhan dan kondisi hati mereka sebagaimana perbedaan musim dan waktu.


Oleh karenanya setiap pengikut kafilah dakwah dituntut untuk memahami hakikat perbedaan karakter jiwa para mad'u. Sebagaimana para petani dan tukang kebun harus memahami perbedaan musim dan waktu. Juga dapat memilih benih dan biji yang baik sesuai dengan musim dan waktunya.


Kiat-kiat Menjaga Hati Mad'u dalam dakwah


Pertama :


Sesungguhnya jiwa seseorang ada kalanya merasakan kedamaian dan sangat mudah tersentuh, namun pada saat yang lain terkadang ia merasakan kesulitan dan kepahitan.


Maka sering kali dakwah yang kita sampaikan tidak mendapatkan sambutan sebagaimana yang kita harapkan, dan bahkan lari dari dakwah, sewaktu mad'u terdera oleh kesulitan dan kepahitan hidup. Tetapi dakwah yang kita gulirkan akan disambut dengan mudah bila hati mad'u dalam kondisi lapang dan damai.


Oleh karena itu setiap da'i dituntut untuk menyelami kondisi hati para mad'u nya, sungguh indah ungkapan Rasulullah  dalam sebuah haditsnya :"Mudahkanlah dan jangan kamu mempersulit, berilah kabar gembira dan jangan kamu membuat mereka lari (dari dakwah)."


Dalam riwayat yang lain disebutkan, "Sesungguhnya kamu diutus untuk memudahkan urusan mereka dan kamu bukan diutus untuk menyulitkan mereka."


Kedua :


Sesungguhnya setiap kaum mempunyai sebuah kepercayaan dan adat istiadat atau tradisi yang menjadi pegangan dan pijakan mereka. Oleh karena itu setiap da'i dituntut untuk memahami persoalan ini dengan baik, sehingga ia tidak berbenturan dengan kepercayaan dan tradisi mereka, yang justru akan menghambat dakwahnya. Karena setiap kaum menganggap bahwa kepercayaan dan tradisi mereka adalah yang paling benar dan baik.


Allah  berfirman :


Modul Mata Kuliah Dakwah Level 4 19"Di saat orang-orang kafir menanamkan di hati mereka kesombongan, yaitu kesombongan jahiliyah. " (Q.S ; Al-Fath : 26).


Dan juga dalam firman-Nya :


"Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat mengganggap baik pekerjaan mereka." (Q.S ; Al-An'am : 108).


Bahkan Al Qur'an memberikan arahan yang terang kepada para da'i untuk memilih perkataan yang paling baik ketika berbicara dengan para mad'u.


Allah  berfirman :


"Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar), sesungguhnya syaithan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang nyata bagimu. Tuhanmu lebih mengetahui tentang kamu, Dia akan memberi rahmat kepadamu jika Dia menghendaki dan Dia akan mengazabmu jika Dia menghendaki. Dan Kami tidaklah mengutusmu untuk menjadi penjaga bagi mereka." (Q.S; Al Isra' : 53-55).


45 Menit Poin-3-4-5 11


Ketiga :


Para da'i hendaknya memperhatikan strata sosial dan kedudukan para mad'u di tengah-tengah masyarakatnya. Sehingga ia dapat berbicara, berinteraksi dan bersikap terhadap mereka sesuai dengan tingkat dan kedudukan mereka.


Allah  memberikan perintah kepada Nabi Musa dan Harun 'alaihimas salam sewaktu memulai dakwahnya di hadapan Fir'aun :


Modul Mata Kuliah Dakwah Level 4 20"Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut ." (Q.S; Thaha : 43 - 44).


Dan Allah  juga memerintahkan Nabi kita Muhammad , dengan firman-Nya :"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah, kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka." (Q.S; Ali Imran : 159).


Rasulullah  menganjurkan kita untuk mendudukkan manusia sesuai dengan tempat mereka di tengah-tengah masyarakatnya. Juga memuliakan dan menghargai mereka sesuai dengan kedudukan mereka. Demikian pula agar kita berbicara dengan mereka sesuai dengan tingkat logika berpikir mereka.


Dan juga metode penyampaian dakwah kita terhadap orang yang berilmu, berbeda dengan metode penyampaian yang kita gunakan untuk orang awam ataupun orang yang jahil (bodoh), begitu juga di dalam risalah Nabi kepada para raja-raja yang mana ia menulis "kepada tuan besar bangsa Romawi.." begitulah.


Keempat :


Para da'i hendaknya menghindari terjadinya debat kusir dengan para mad'u, terlebih bila motif mad'u itu bukan untuk mencari kebenaran, akan tetapi hanya sekadar ingin berdebat, dan tidak menghasilkan apa-apa. Carilah waktu yang tepat, tenang dan damai agar dialog dari hati ke hati dapat tercipta.


Allah  berfirman :"Dan apabila kamu melihat orang-orang yang memperolok-olokan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka


Modul Mata Kuliah Dakwah Level 4 21


janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang dzalim itu sesudah teringat (akan larangan itu)." (Q.S; Al An'am : 68).


Kelima :


Hendaklah para da'i tidak menyampaikan dakwah di saat mad'u dalam kondisi sibuk dengan urusannya. Karena hal itu akan menyebabkan dirinya tidak siap menerima dakwah dan bahkan bisa jadi justru membuatnya berpaling dari dakwah.


Terdapat di dalam shahih Bukhari dari Abdullah bin 'Abbas radiallahu 'anhuma, ia berkata, "Berikanlah nasihat kepada manusia sekali dalam setiap pekan. Jika kamu ingin menambahnya, maka cukuplah kamu menambahnya menjadi dua kali atau tiga kali perpekan. Dan janganlah kamu menjadikan mereka bosan untuk mendengarkan ayat-ayat Al Qur'an. Dan janganlah kamu memotong pembicaraan mereka sehingga mereka menjadi enggan untuk mendengarkan nasihatmu, tetapi diamlah (saat mereka sedang berbicara). Apabila mereka memerintahkan kamu untuk berbicara, maka berbicaralah seperti apa yang mereka inginkan itu."


45 Menit Poin-6-7-8 12


Keenam :


Para da'i hendaknya memperhatikan metode penyampaiannya, agar mad'u tidak merasa jenuh dan bosan sewaktu mendengarkan nasihatnya. Hendaknya ia menggunakan metode penyampaian yang beragam dan berganti-ganti. Hindari perkataan yang berulang-ulang ataupun pembicaraan yang panjang dan melelahkan.


Syaqiq rahimahullah berkata, "Abdullah bin Mas'ud  memberikan nasihat kepada manusia setiap hari kamis. Ada salah seorang di antara mereka bertanya, "Wahai Abu Abdurrahman, alangkah baiknya apabila engkau menasihati kami setiap hari," Ibnu Mas'ud menjawab, "Aku khawatir akan membuatmu jenuh, oleh karena itu aku cukup menyederhanakan nasihatku ini, sebagaimana dulu Rasulullah  melakukan hal ini. Beliau takut, bila hati kami dihinggapi oleh kejenuhan." (Muttafaq 'alaih).


Ketujuh :


Modul Mata Kuliah Dakwah Level 4 22


Setiap penyeru dakwah dituntut untuk selalu mempergunakan setiap kesempatan emas yang ada untuk meny


ampaikan nilai-nilai dakwah. Agar tidak terbuang kesempatan itu dan berlalu sia-sia dari hadapannya. Ambilah pelajaran berharga dari kisah Nabi Yusuf  seperti yang dikabarkan Allah di dalam firmanNya :


"Dan bersama dengan dia masuk pula ke dalam penjara dua orang pemuda. Berkatalah salah seorang di antara keduanya, "Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku memeras anggur." Yang lain berkata, "Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku membawa roti di atas kepalaku, sebagiannya dimakan burung", berikanlah kepada kami ta'birnya, sesungguhnya kami memandang kamu termasuk orang-orang yang pandai menta'birkan mimpi."


Yusuf berkata, "Tidak disampaikan kepada kamu berdua makanan yang akan diberikan kepadamu melainkan aku telah dapat menerangkan jenis makanan itu, sebelum makanan itu sampai kepadamu. Yang demikian itu adalah sebagian dari apa yang diajarkan kepadaku oleh Tuhan-ku, sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, sedang mereka ingkar kepada hari kemudian. Dan aku mengikut agama bapak-bapak-ku yaitu Ibrahim, Ishaq, dan Ya'qub. Tiadalah patut bagi kami (para Nabi) mempersekutukan sesuatu apapun dengan Allah. Yang demkian itu adalah dari karunia Allah kepada kami dan kepada manusia (seluruhnya), tetapi kebanyakan manusia itu tidak mensyukurinya. Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa ?. Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah, Dia telah memerintahkan agar kamu


Modul Mata Kuliah Dakwah Level 4 23


tidak menyembah selain Allah dan itulah agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Hai kedua penghuni penjara, "Adapun salah seorang di antara kamu berdua, akan memberi minum tuannya dengan khamr. Adapun seorang lagi maka ia akan disalib lalu burung memakan sebagian dari kepalanya, telah diputuskan perkara yang kamu berdua menanyakannya (kepadaku)." (Q.S; Yusuf : 36 – 41).


Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah Yusuf  :


 Setiap da'i hendaknya selalu memperhatikan dan menanti setiap kesempatan untuk menyebarkan dakwah. Sebagaimana seorang petani selalu menunggu turunnya air hujan dari langit dan musim yang baik serta waktu yang tepat untuk menebarkan benih dan menancapkan tunas tanaman.


 Bila Allah  mendatangkan kesempatan untuknya, maka dia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini untuk menyampaikan dakwah. Tetapi dengan segera dan sigap dia mempergunakannya seefesien mungkin agar tercapai maksud dan tujuan dakwahnya.


Kedelapan :


Bila da'i tidak ada pilihan lain kecuali harus berdebat, maka hendaknya ia mempergunakan dalil dan argumentasi yang kuat, sehingga bisa mematahkan argumentasi orang yang mendebatnya dengan arif dan bijaksana. Sehingga teranglah perbedaan antara kebaikan dan keburukan. Mana yang salah dan mana yang benar.


Contoh yang paling konkrit adalah kisah debatnya Nabi Ibrahim  menghadapi raja Namrudz yang termaktub di dalam Al Qur'an :"Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim (Namrudz raja Babilonia) tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhan-ku ialah yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata, "Saya dapat menghidupkan dan mematikan." Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur maka terbitkanlah dari


Modul Mata Kuliah Dakwah Level 4 24


barat," lalu heran dan terdiamlah orang kafir itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang dzalim." (Q.S; Al Baqarah : 258).


Nabi Ibrahim  mampu mematahkan argumentasi yang diberikan oleh raja Namrudz yang kafir itu. Karena Nabi Ibrahim  mengikuti cara-cara yang penuh hikmah dalam berdakwah, sebagaimana yang telah diperintahkan Al Qur'an untuk berkomitmen dengannya."Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik." (Q.S; An-Nahl : 125).


Terlebih ketika Nabi Ibrahim  telah mengetahui tabiat raja Namrudz, yang suka memberikan argumentasi yang bathil dan komitmen dengan kesesatannya.


45 Menit Bekal–Bekal Da'i dalam Berdakwah Poin-1-2 13


Bekal–Bekal Da'i dalam Berdakwah


Sesungguhnya setiap muslim itu berkewajiban untuk melaksanakan dakwah, sesuai dengan potensi, kesanggupan dan kemampuannya. Allah  berfirman :


"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka adalah menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh mengerjakan yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar." (Q.S; At taubah : 71).


Dan Rasulullah  juga pernah bersabda :"Barangsiapa di antara kamu melihat suatu kemungkaran, maka hendaklah ia merubahnya dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, maka rubahlah dengan lisannya. Dan jika ia tidak mampu, maka rubahlah dengan hatinya. Yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman." (H.R; Muslim).


Modul Mata Kuliah Dakwah Level 4 25


Oleh karena itu kita membuka semua pintu dakwah, agar seluruh manusia dapat melaksanakan kewajiban dakwah dan mengemban misi yang mulia ini. Pada saat yang sama, kita memberikan ruang yang lebih luas kepada orang-orang yang menyambut seruan dakwah di medan pengajaran dan pendidikan Islam yang lurus. Agar mereka bisa mengajarkan kepada umat; Al Qur'an dan sunnah. Dan kita menyiapkan bagi mereka bekal yang kuat dan sempurna, agar mereka dapat melaksanakan beban dakwah yang berat ini dengan sebaik-baiknya. Agar mereka memiliki rasa tanggung jawab terhadap dakwah sebagaimana rasa tanggung jawab yang pernah dimiliki oleh para pendahulu mereka; para nabi dan rasul serta salafus shalih.


Oleh karena Allah  memilih rasul-Nya yang paling mulia untuk memikul tanggung jawab dakwah yang agung ini. Sedangkan umat Muhammad  diberikan keistimewaan dari umat yang lain, karena dakwah yang mereka lakukan. Allah  mengaruniakan kepada mereka kekuatan dan kekuasaan serta pengaruh yang besar bagi manusia. Dan juga Allah  memberikan kepada mereka ilmu dan pengetahuan yang tidak Dia berikan kepada umat sebelumnya.


Kesemuanya itu sebagai dorongan, dan motivator bagi mereka agar senantiasa memikul tanggung jawab dakwah ini.


Kemudian para nabi dan rasul mewariskan dakwah ini kepada para wali Allah dari para ulama dan da'i untuk meneruskan perjuangan mereka, memikul beban risalah dan dakwah. Sehingga para ulama menjadi pewaris para nabi. Di mana para nabi itu tidak mewariskan kepada umatnya dinar atau dirham. Tetapi mereka mewariskan ilmu pengetahuan. Barangsiapa yang mengambil bagian dari ilmu, maka berarti ia telah beruntung.


Oleh sebab itu, sesungguhnya umat manusia sekarang ini tidak membutuhkan sesuatu pun, tetapi mereka hanya membutuhkan para da'i yang bisa membimbing dan mendidik mereka dengan pendidikan yang benar, kuat dan bersungguh-sungguh dalam dakwahnya.


Di zaman kontemporer sekarang ini, kita hanya membutuhkan sentuhan tangan da'i unggulan. Yang jujur terhadap Tuhannya dan jujur pula terhadap dirinya. Yang mau mengorbankan harta, jiwa, waktu dan seluruh potensi yang dimilikinya untuk dakwah.


Dan Allah  telah memilihkan untuk dakwah-Nya ini orang-orang terbaik, yang terdidik, tulus dan ikhlas dalam berdakwah di jalan-Nya.


Bekal Pertama : Memperkuat Hubungan (interaksi) dengan Allah 


Da'i adalah penuntun jalan kebenaran dan pembimbing umat kepada hidayah. Ia bertujuan untuk mengenalkan manusia kepada Rabb-nya. Agar


Modul Mata Kuliah Dakwah Level 4 26


mereka dapat meraih kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akherat. Oleh karena itu ia harus memiliki interaksi yang kuat dengan Allah . Keimanan seorang da'i, hendaklah kuat dan kokoh. Sandaran tawakalnya kepada Allah  kuat, tunduk dan ta'at terhadap perintah-Nya tanpa ada rasa keaguan sedikitpun. Sehingga dakwah bisa ia lakukan dengan lisan dan perbuatannya. Dan yang demikian itu sangatlah mudah dan ringan untuk dilakukan dengan izin Allah .


Adapun indikasi dari kuatnya interaksi (hubungan) dengan Allah  adalah :


8. Menunaikan kewajiban agama yang suci ini tepat pada waktunya dan juga sesuai dengan yang disyari'atkan.


9. Memacu diri dan menempa jiwa untuk melaksanakan ibadah-ibadah yang disunnahkan dalam Islam. Seperti; shalat-shalat sunnah secara umum dan qiyamul-lail secara khusus. Demikian pula puasa Senin dan Kamis, puasa pada setiap pertengahan bulan (13,14 dan 15). Juga memperbanyak sedekah dan infaq di jalan Allah  serta yang seirama dengan itu.


Allah  mewasiatkan kepada para nabi-Nya untuk membekali diri dengan amal-amal keta'atan. Sebab yang demikian itu akan membantu mereka dalam meraih kesuksesan di jalan dakwah ini.


Allah  berwasiat kepada nabi Musa dan Harun 'alaihimas salam :"Dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku." (Q.S; Thaha : 42)."Karena itu ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu." (Q.S; Al-Baqarah : 152).


Dan Allah  menggambarkan karakter orang-orang yang beriman dengan firman-Nya :"Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (Q.S; Ali-Imran : 191).


Dan Nabi kita Muhammad  menghabiskan malam-malamnya dengan shalat malam sehingga membengkak telapak kakinya.


Modul Mata Kuliah Dakwah Level 4 27


Diriwayatkan dari 'Aisyah radiallahu 'anha bahwasanya Rasulullah  melakukan shalat malam sehingga membengkak telapak kakinya, Aku (Aisyah) pernah bertanya kepada beliau, "Mengapa engkau lakukan ini ya Rasulallah sedangkan Allah telah mengampuni dosa-dosamu baik yang lalu maupun yang akan datang ?." Beliau menjawab: "Tidak inginkah aku menjadi hamba Allah yang bersyukur." (Muttafaq 'alaih).


Dan diriwayatkan pula dari Abi Hurairah  ia berkata, "Aku pernah mendengar Rasulallah  bersabda: "Demi Allah, sesungguhnya aku beristighfar kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali." (H.R ; Bukhari).


Maka sudah sepantasnya bagi seorang da'i untuk selalu mengingat Allah , dan menghindarkan diri dari segala hal yang dapat melalaikan dirinya dari mengingat Allah  dan mengabaikan tugat utamanya.


Inilah jalan yang telah dilalui oleh para Nabi dan salafus shalih kita. Apabila mereka mendapatkan kesulitan dan hambatan-hambatan di jalan dakwah, maka mereka segera berlari menuju Allah , mengadukan persoalan kepada-Nya dengan shalat, menghiba sewaktu berdo'a sambil mengakui dosa-dosa yang telah diperbuatnya. Dengan demikian maka kabut hitam pun segera berlalu dan berubah menjadi warna langit nan cerah berseri. Dan badai pun menyingkir meninggalkan harapan, dan munculah fajar kemenangan dan kebahagiaan.


Buah yang dapat dipetik dari kuatnya hubungan seorang da'i dengan Allah 


Buah yang dapat dipetik dari kuatnya hubungan seorang da'i dengan Rabb-Nya adalah iman yang kuat tersemat di jiwa terpatri di sanubari.


Bila keta'atan dan amal ibadah banyak diukir oleh seorang da'i, maka keimanannya di hati pun semakin kokoh dan kuat. Tetapi apabila amalan shalihnya berkurang, maka jiwapun menjadi rapuh dan ringkih.


Allah  berfirman :"Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka." (Q.S; Al Anfal : 2).


Dan Allah  juga berfirman :


Modul Mata Kuliah Dakwah Level 4 28


"Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka yang telah ada." (Q.S; Al Fath : 4).


Bekal Kedua : Perbaikan diri.


Jargon seorang da'I yang sukses adalah "Ibda' binafsika" (mulailah dari dirimu sendiri). Demikianlah penopang utama bagi seorang da'i yang ingin berhasil dalam mendakwahi orang lain. Dia mulai dari perbaikan diri sendiri dan sentiasa bermuhasabah (instrospeksi diri) terhadap amalannya dan selalu mengikat diri dengan amal-amal keta'atan, sehingga tidak ada ruang bagi syaitan untuk menggodanya. Juga berupaya untuk selalu ikhlas dalam dakwahnya, tidak terkontaminasi oleh riya' dan sum'ah. Karena hal itu akan merusak amalan baiknya dan menjadikan amalannya sia-sia belaka.


Kebanyakan manusia menginginkan seorang da'i yang sempurna tanpa cacat dan kekurangan. Yang ingin mereka lihat dari seorang da'i, adalah sosok yang selalu baik, tanpa ada celah keburukan sedikitpun. Yang demikian itu hendaknya menjadi pendorong bagi seorang da'i untuk selalu mengontrol ucapannya dan mengukur sepak terjangnya. Kesalahan sederhana yang dilakukan oleh seorang da'i, bisa jadi di mata manusia terlihat sebagai suatu kesalahan yang fatal. Sehingga ketsiqahan mereka terhadapnya pun berangsur-angsur akan mengendur dan luntur.


Allah  berfirman :"Sebagai suatu sunnatullah, yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu." (Q.S; Al Fath : 23).


Kemudian setelah itu, seorang da'i hendaknya membenahi dan memperbaiki orang-orang terdekatnya, seperti; isteri, anak-anak, sanak saudara dan karib kerabatnya.


Allah  berfirman :"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya." (Q.S; Thaha : 132).


Modul Mata Kuliah Dakwah Level 4 29


45 Menit Poin-3-4-5-6 14


Bekal ketiga : Memiliki Kafaah Ilmu yang Memadai


Ilmu adalah bekal yang paling urgen dan harus dimiliki oleh seorang da'i. sehingga seorang da'i mampu berdakwah atas dasar ilmu, petunjuk dan bashirah (hujjah/ dalil yang kuat).


Setiap da'i sangat membutuhkan kapasitas ilmu yang cukup, ma'rifah, tsaqafah, kesadaran, dan pemahaman yang baik. Agar dia dapat berdakwah dengan penuh percaya diri. Dan tentunya setelah mengharap pertolongan Allah dari .


Dari bekal inilah datang taujihat Qur'aniyah (arahan Rabbani) dan bimbingan Nabi , yang mendorong para penyeru dakwah untuk membekali dirinya dengan ilmu pengetahuan.


Allah  berfirman :"Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui ? ." (Q.S; Az-Zumar : 9)."Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat." (Q.S; Al Mujadilah : 11).


Rasulullah  pernah bersabda :


" Dan barang siapa yang Allah kehendaki suatu kebaikan maka dia diberikan kefahaman terhadap agama ini. Sesungguhnya tiada manusia yang merasa takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya melainkan para ulama." (H.R ; Bukhari).


Bekal Keempat : Ke-ikhlasan


Ikhlas merupakan intisari dari seluruh amalan. Tanpa adanya ke-ikhlasan, maka amalan menjadi sia-sia bak fatamorgana. Ke-ikhlasan sejatinya merupakan lambang kokohnya iman yang ada di dalam dada. Ke-ikhlasan adalah faktor penentu bagi seorang da'i untuk melepaskan diri dari tujuan-tujuan duniawi yang semu. Sehingga ia dapat memurnikan niat dan orientasi hanya untuk-Nya semata.


Dan itulah arti sebenarnya dari firman Allah  :


Modul Mata Kuliah Dakwah Level 4 30


﴿


"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus." (Q.S; Al Bayyinah : 5).


Rasulullah  juga pernah mengingatkan :


"Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung dari niatnya dan seseorang mendapatkan buah dari amalannya sesuai dengan apa yang di niatkannya." (Muttafaq 'alaih).


Bekal Kelima : Al Qudwah (keteladanan).


Sebenarnya keteladanan dan perbaikan diri seorang da'i itu merupakan cermin bagi para mad'u sebelum mereka mendengarkan perkataannya.


Berkata Ar Razi, Al qudwah berarti uswah. Sedangkan uswah (keteladanan) itu terbagi menjadi 2 (dua) macam :


 Uswah hasanah (keteladanan yang baik), sebagaimana firman Allah  :


﴿"Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (Q.S; Al Ahzab : 21).


 Uswah sayyiah (keteladanan yang jelek/ buruk), sebagaimana perkataan kaum musyrikin Quraisy ketika mendengar dakwah Rasulullah ﴾


"Bahkan mereka berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan mengikuti jejak mereka." (Q.S; Az Zukhruf : 22).


Modul Mata Kuliah Dakwah Level 4 31


Bekal Keenam : Kelembutan dan Kasih Sayang


Manusia secara fitrah membenci perilaku kasar, bengis, kejam dan menjauhi orang yang berhati keras dan kasar.


Allah  berfirman :


"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu." (Q.S; Ali Imran : 159).


Diriwayatkan dari Anas  ia berkata, "Aku pernah berjalan bersama Rasulullah , di mana beliau membawa kain dari Najran yang tebal tepinya. Ketika ada seorang badui mengetahui hal itu, maka ia menarik selendang beliau dengan keras, sehingga aku melihat ada bekas tarikan selendang itu pada leher beliau, kemudian ia berkata, "Wahai Muhammad, berikanlah harta milik Allah yang ada padamu." Beliau menoleh kepada orang badui itu kemudian beliau tersenyum dan memberikan kain tersebut kepadanya." Muttafaq 'alaih.


Duhai saudaraku ….bersikap lemah lembutlah dalam mengajak manusia, agar hati mereka menjadi sejuk dan damai. Agar cinta mereka kepadamu terpatri di dalam kalbu. Juga ketsiqahan mereka terhadapmu tak diragukan lagi serta nilai-nilai dakwah yang engkau sampaikan membekas di dalam jiwa mereka, sesungguhnya Allah memeberikan kelembutan bukan kekerasan.


45 Menit Poin-7-8-9 15


Bekal Ketujuh : M e m u d a h k a n


Di antara bekal penunjang yang akan sangat membantu da'i dalam dakwahnya adalah dia mampu memberikan solusi terhadap setiap problem/ permasalahan umat dengan cara yang mudah dan memudahkan bukan dengan cara yang menyusahkan dan menyulitkan.


Umat manusia memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Bisa jadi jalan keluar yang kita berikan kepada seseorang, belum tentu tepat buat yang lain. Namun


Modul Mata Kuliah Dakwah Level 4 32


sebagai da'i, kita berkewajiban untuk memberikan kemudahan kepada semua lapisan masyarakat.


Tiada bencana yang lebih besar pada dunia Islam dewasa ini dari pada munculnya para penyeru dakwah yang ekstrim, keras dan menyulitkan umat dalam segala urusannya. Seakan-akan mereka memandang bahwa kemudahan itu bukan berasal dari ajaran Islam sedikitpun. Juga mereka tidak memahami skala prioritas dalam dakwahnya. Dan bahkan mereka nyaris tidak bisa membedakan antara perkara-perkara yang wajib dan perkara-perkara yang sunnah. Antara perkara-perkara yang diharamkan dan perkara-perkara yang dimakruhkan. Antara persoalan-persoalan yang terdapat nash baik dari Al Qur'an maupun sunnah dan persoalan-persoalan yang masih terbuka pintu ijtihad di dalamnya. Mereka memandang manusia dengan kaca mata curiga dan tuduhan. Mereka telah menyempitkan keluasan Islam. Mereka menjauhi keelastisan Islam, sehingga manusia lari dari Islam. Alangkah buruknya apa yang telah mereka perbuat itu.


Mengapa mereka tidak mau belajar dari manhaj dakwah Nabi . Di mana beliau selalu memudahkan urusan manusia, juga membagi beberapa tahapan dalam mendakwahi manusia serta menempatkan manusia sesuai dengan kedudukannya.


Rasulullah  pernah memberikan taujih kepada Muadz bin Jabal dan Abu Musa Al Asy'ari radhiallahu anhuma, dengan sabdanya :"Mudahkanlah dan jangan kamu mempersulit, berikanlah kabar gembira dan jangan membuat mereka lari (menjauhkan mereka dari agama), dan bersatulah kamu dan jangan berselisih."


Dan beliau juga pernah menasihati para sahabatnya :"Sesungguhnya kamu semua diutus untuk memudahkan urusan dan kamu semua tidaklah diutus untuk menyulitkan urusan mereka."


Bekal Kedelapan : S a b a r


Sabar adalah menahan diri dari perkara-perkara yang murka, menjaga lisan agar tidak berkeluh kesah (syakwa dan pengaduan). Dan hal ini termasuk


Modul Mata Kuliah Dakwah Level 4 33


perkara yang paling sulit secara umum dan paling berat untuk dirasa pada jalan mahabbah (kecintaan).


Amar ma'ruf dan nahi munkar (dakwah) itu, pasti akan mengalami benturan-benturan dari manusia. Karena seorang da'i terkadang harus mencegah mereka dari perbuatan yang disukai oleh hawa nafsu mereka dan kebiasaan mereka.


Islam memerintahkan kepada para da'i untuk menghiasi dirinya dengan kesabaran di jalan dakwah ini.


Allah  berfirman "Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat–menasehati supaya menetapi kesabaran." (Q.S; Al 'Ashr : 1-3).


Dan juga firman-Nya :"Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah." (Q.S; Luqman : 17).


Kesabaran seorang da'i di tuntut dari 2 (dua) sisi :


 Kesabaran dalam menghadapi mad'u


Hendaknya seorang da'i tidak bersikap isti'jal (tergesa-gesa) dalam menyampaikan dakwahnya. Tetapi hendaknya dia melihat waktu dan kondisi yang tepat untuk menyampaikan dakwah. Demikian pula dia harus memperhatikan kondisi hati mad'unya dan seberapa besar respon mad'u untuk mendengarkan dakwahnya. Oleh karena hal itu sangat besar pengaruhnya terhadap respon positif bagi mereka.


Begitu pula yang menjadi misi seorang da'i adalah menyampaikan dakwah dengan metode yang penuh hikmah (bijaksana) dan paling baik. Sedangkan


Modul Mata Kuliah Dakwah Level 4 34


kesiapan menyambut dan menerima isi dakwah dari para mad'unya, bukanlah menjadi tanggung jawabnya. Karena petunjuk dan ilham adalah mutlak milik Allah  semata, sedangkan para da'i hanya berkewajiban untuk menyampaikan dakwah. Dan hasilnya diserahkan kepada Allah .


Allah  berfirman 


"Dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang." (Q.S; An Nur : 54)."Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang di kehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima menerima petunjuk." (Q.S; Al Qashash : 56).


 Kesabaran da'i di jalan dakwah. Yang terkandung di dalamnya 2 (dua) hal :


 Kesabaran terhadap panjangnya jalan dakwah


Jalan dakwah itu teramat panjang, sulit dan melelahkan. Ketika seseorang telah beriman, kemudian Allah  telah mengaruniakan kepadanya sebagian kecil dari ilmu pengetahuan, maka dia wajib berdakwah dan memikul amanah dakwah, serta berjalan di atas jalan dakwah. Sebuah jalan yang telah ditapaki oleh para Nabi 'alaihimus salam dan para salafus shalih. Itulah jalan keselamatan, dan jalan untuk meraih pahala dan balasan yang baik.


Nabi Nuh  telah menjalankan dakwah selama 950 tahun dan telah mengerahkan segala potensi yang dimiliki untuk berkhidmah bagi agama ini dan berkorban di jalan dakwahnya.


 Kesabaran dalam menghadapi tribulasi dakwah


Seorang da'i terkadang mendapatkan duri-duri perjuangan di perjalanan, mendapatkan rintangan dan hambatan serta berbagai macam kesulitan, baik secara langsung maupun tidak. Dan terkadang harus menghadapi ancaman dan siksaan. Maka ia membutuhkan sikap sabar, karena yang harus dipahami bahwa seseorang itu akan mendapatkan ujian dan cobaan sesuai dengan kadar keimananya.


Diriwayatkan dari Sa'ad bin Abi Waqqas  ia berkata, "Aku pernah bertanya kepada Rasulullah  tentang siapakah orang yang paling berat


Modul Mata Kuliah Dakwah Level 4 35


ujiannya?, maka beliau menjawab: "Para Nabi kemudian orang-orang yang shalih kemudian begitulah seterusnya dari manusia (sesuai kadar keimanannya )."


Bekal Kesembilan : Komitmen dan Memiliki wibawa


Komitmen seorang da'i terhadap agamanya tergambar jelas pada firman Allah 


"Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shaleh dan berkata sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (Q.S; Fushilat : 33).


Ayat ini menjelaskan kedudukan seorang da'I, dilihat dari kadar komitmennya terhadap Islam, maka derajatnya menjadi tinggi, berwibawa dan memiliki izzah (kemuliaan) di antara yang lain. Kedudukan semacam itu dapat diraih dengan kedudukan yang mulia ini tidak akan diraih karena suku bangsa dan warna kulit akan berintima' terhadap agama yang hanif ini. Baik dalam perkatan, perbuatan maupun akhlaknya. Derajat yang tinggi semacam itu tidak diukur dengan parameter duniawi, seperti kebangsaan dan warna kulit. Ukurannya adalah sejauh mana seseorang memiliki komitmen terhadap agamanya.


Allah  berfirman "Sesungguhnya agama yang diridha'i di sisi Allah hanyalah Islam." (Q.S; Ali Imran : 19). "Dan barangsiapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima agama itu dari padanya, dan dia di akherat termasuk orang-orang yang rugi." (Q.S; Ali Imran : 85).


Wawasan Keilmuan Seorang Da'i (Tsaqafah Da'iyah)


Memiliki wawasan pemikiran dan dakwah merupakan simbol kematangan seorang da'i dan bukti kekuatan kepribadiannya. Seseorang yang tidak memiliki wawasan keilmuan yang memadai bagaimana mungkin dia akan memberikan


Modul Mata Kuliah Dakwah Level 4 36


ilmu kepada orang lain. Dan bagaimana mungkin ia akan memberikan manfaat kepada umatnya serta bagaimana ia bisa memberikan peran dalam perubahan dan perbaikan ?. Dan dari mana ia bisa mendapatkan tempat di hati umatnya ? Dan bagimana ia bisa dihargai dan dihormati oleh masyarakatnya setelah mereka tahu bahwa ia adalah orang yang tak berilmu, tidak berwawasan dan tidak pula mau belajar ?. Ada satu pribahasa mengatakan, "Orang yang kehilangan sesuatu, maka ia tidak akan pernah bisa memberi."


Alangkah baiknya jika seorang da'i bisa membekali dirinya dengan tsaqafah Islamiyah berikut ini :


1. Wawasan ilmu-ilmu syar'i, seperti; Al Qur'an, tafsir, hadits, sirah nabawiyah, ilmu tauhid, fiqih dan lain-lain.


2. Tsaqafah tarikhiyah (wawasan sejarah Islam).


3. Sastra dan bahasa Arab (kefasihan lisan, pengungkapan yang baik, dan redaksi yang indah dan teratur).


4. Wawasan kemanusiaan (ilmu jiwa, sosial, akhlak dan geografi).


5. Wawasan ilmu-ilmu logika.


6. Wawasan kontemporer (dunia Islam kontemporer, menakar kekuatan musuh-musuh Islam internasional).


Al hamdulillahi Rabbil 'alamin