Artikel




seni perilaku cinta rasulullah saw.








diantara seni perilaku cinta kasih sayang rasulullah saw.sbb:


• berhias diri, memperindah penampilan dan memakai wewangian untuk isteri.





 





 





aisyah ra. di tanya: “apa yang pertama kali di lakukan oleh rasulullah saw. ketika memasuki rumahnya? aisyah ra. menjawab: dengan bersiwak”.





(perawi: aisyah ra., derajat hadits: sahih, al muhaddits: muslim, sumber: al musnad sahih, hal/no: 253).





dan hadits ini di keluarkan oleh imam muslim, sebagian ahlul ilmi menyebutkan faidah dan point penting yang terdapat dari hadits tersebut, mereka mengatakan: “mungkin saja rasulullah saw. melakukan hal itu sebagai persiapan menyambut isteri-isterinya dengan ciuman”.





 sementara dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam bukhary, aisyah ra. berkata: “saya memberikan wangi-wangian kepada rasulullah saw. dengan wangi-wangian yang terbaik yang ada pada saya…”.





(perawi: aisyah ra., derajat hadits: sahih, al muhaddits: imam bukhary, sumber: al jaami’u ssahih, hal/no: 5918)





di dalam sahih bukhary, aisyah ra. berkata: “ saya menyisir rambut rasulullah saw. sementara saya dalam keadaan haid”.





demikian teksnya di sisi perawi yang meriwayatkan dari malik, hal ini juga di riwayatkan oleh hudzaifah darinya dari hisyam dengan lafadz: “bahwasanya dia (aisyah ra.) membersihkan kepala rasulullah saw. yang pada waktu itu rasulullah saw. berada di dekat masjid dan aisyah dalam keadaan haid maka rasulullah saw. keluar menemuinya”. (di keluarkan oleh daraquthny juga).





pada seluruh hadits ini dan yang lainnya, telah menjelaskan mengenai hal apa yang telah di perbuat oleh rasulullah saw. mulai dari memperindah penampilan, berhias diri yang sesuai dengan yang di  perintahkan oleh syar’i yang di ridhoi oleh allah swt., berbeda dengan apa yang telah di lakukan oleh orang-orang sekarang dengan memperindah penampilan melebihi dari batas-batas yang telah di tetapkan oleh syari’i baik dari kaum laki-laki maupun kaum perempuan, namun yang mengherankan dari penampilan sebagian laki-laki yang keren dan modern (menurut dia) masih saja tercium dari dia bau yang tidak menyenangkan seperti bau rokok dan yang lainnya, dimana sebenarnya bentuk keindahan (memperindah penampilan) yang anda maksud wahai saudaraku yang tercinta??? dan yang lebih ironi lagi serta sangat mengherankan dalam masalah memperindah penampilan yang melampaui batas yaitu memakai baju dengan seadanya, membiarkan rambut terurai, membiarkan kuku (sampai panjang), kumis dan bulu ketiak, dan bau-bauk yang tidak sedap lainnya.





 satu-satunya yang terbaik adalah mengaplikasikan cara rasulullah  saw. dalam hal berhias dan memperindah penampilan, sebab memperhatikan bentuk luar alias penampilan adalah merupakan hak isteri secara syar’i dan hal ini adalah merupakan suatu faktor untuk meraih cinta dan kasih sayangnya sebab jiwa ini senang dan cinta kepada hal-hal yang indah, bersih dan baik. silahkan anda memperhatikan bagaimana keadaan orang-orang sholeh dulu ridhwaanullahi ‘alaihi ajma’in dan bagaimana perilaku mereka terkait dengan pembahasan ini.





• ibn abbas. ra. berkata: “saya memperindah penampilanku untuk isteri saya sebagaimana isteri saya memperindah penampilannya untuk saya…allah swt. berfirman:





“dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf”.





• seorang suami yang berpenampilan tidak rapih (jorok) bersama isterinya masuk menemui khalifah umar ibn khattab ra., sementara isterinya mengatakan: “saya tidak menginginkannya, saya tidak menginginkannya. apa sebabnya?? kemudian perempuan tersebut memberitahukan sebab ketidak senangannya (terhadap suaminya), kemudian laki-laki itu (suaminya) di perintahkan untuk mandi, bercukur dan merapikan rambutnya serta menggunting kukunya setelah dia selesai dari semua hal tersebut, dia di perintahkan untuk menemui isterinya namun isterinya jadi heran (tidak mengenalinya) dan menjauh darinya (karena penampilannya yang sudah bersih dan rapih) kemudian pada akhirnya dia mengenali suaminya diapun menerimanya dan menarik tuntutannya (untuk cerai), lalu umar ra. berkata: beginilah yang seharusnya kalian lakukan untuk mereka (isteri-isterimu) demi allah mereka itu (isteri-isterimu) menyukai jika kalian berhias memperindah penampilan untuk mereka sebagaimana juga kalian senang jika mereka berhias untuk kalian.





yahya ibn abdurrahman al handzaly berkata: “aku mendatangi muhammad bin al hanafiyah beliau keluar menemuiku dengan berpakaian berwarna merah dan jenggotnya di beri parfum yang sangat harum dari parfum terbaik yang ada, yahya berkata: kemudian aku berkata kepadanya: apa ini? dia menjawab: ini adalah pakaian (selimut tebal) aku memakainya untuk isteriku dan aku memberinya parfum karena mereka (para isteri) menyenangi hal tersebut dari kita (para suami) sebagaimana juga kita menyenangi hal ini (berhias dan memperindah penampilan) dari mereka. hal ini di sebutkan oleh imam al qurthuby dalam tafsirnya al jaami’ liahkaamil qur’aan.





oleh karena itu seorang isteri menyukai jika anda (sebagai suami) berhias dan berpenampilan rapih dan bersih sebagaimana juga anda menyukai hal tersebut dari dia, …maka marilah kita sama-sama belajar tentang cara seni prilaku kasih sayang dan cinta dari rasul kita ( muhammad saw.) yang tercinta juga dari isteri-isteri beliau, para sahabat dan tabi’in.





bagaimana sikap rasulullah saw.





 dalam bergaul dengan para isterinya





 





 





 





mungkin kita bertanya bagaimanakah keadaan rasulullah saw. bersama para isterinya? bagaimana sikap beliau dalam bergaul dengan mereka? bagaimana sikap adil beliau terhadap mereka?





 





rasulullah saw. telah memberikan kebahagian kepada mereka semua,  karena beliau sangat mengetahui bagaimana cara bergaul dengan seorang wanita, dan telah tertanam dalam jiwa beliau sifat kelembutan, beliau memanggilnya dengan penuh rasa kasih sayang dan membantunya bekerja untuk agama dan dunianya.





 





bagaimanakah dengan mereka para isteri-isteri yang mulia tersebut…yang sebagai ibu para orang-orang mukmin..jika kita membuka kitab-kitab sejarah dan kitab-kitab yang menceritakan tentang isteri-isteri rasulullah saw. maka kita akan menemukan bahwa pada umumnya kitab-kitab tersebut menyebutkan bahwa sifat para isteri rasulullah saw. saling mempunyai kemiripin…yaitu banyak berpuasa dan bertanggung jawab..sebab mereka telah menikmati kedekatannya kepada allah swt. dan munajatnya di waktu malam oleh karena itu mereka berhak mendapatkan kedudukan yang agung ini…mereka berhak menjadi ibu para mukmin, isteri-isteri tercinta rasullah saw. di dunia dan akhirat, mereka memperbaiki hubungan diantara mereka dan hubungannya dengan allah swt. maka allah swt. memperbaiki  urusan dunia dan akhirat mereka.





 





lantas bagaiman tentang kita, kita saling bersaudara??





 





saya mengetahui bahwasanya kebanyakan yang  membaca artikel saya adalah orang yang telah menikah, atau bahkan orang yang belum menikah dia memperhatikan kehidupan rumah tangga melalui kedua orang tuanya atau dari teman-temannya, kenapa jarang terdapat kebahagian dalam kehidupan rumah tangga sekarang? apakah hal ini adalah suatu aib pada saat-saat sekarang ini? sama sekali tidak…tapi yang cacat atau yang aib adalah diri kita masing-masing (laki-laki dan perempuan), kita sibuk dengan urusan materi dan peradaban,dan kita melupakan agama kita sendiri dan peradaban kita yang islami, kita semakin jauh dengan ajaran tuntunan rasulullah saw. ..juga semakin jauh dari cinta allah swt. kita melakukan maksiat secara diam-diam dan terang-terangan, kita tidak pernah sadar bahwa setiap kali kita melakukan maksiat, maka tidak akan terlepas dari pengawasan allah swt.





 





jadi apa yang harus kita lakukan sekarang, sementara kita mengharapkan terciptanya kembali rasa cinta dalam kehidupan rumah tangga?





 





 caranya cuma satu…yaitu cara allah swt. dan rasul-nya….dengan cara tersebut kita akan menemukan kenikmatan dalam kehidupan rumah tangga dan arti kebahagian berumah tangga yang allah swt. telah berikan, akan tetapi kita tidak mengetahui hal tersebut dan meninggalkannya.





 





dari sini muncul ide saya wahai saudaraku untuk membuat rangkaian mengenai "di rumah rasulullah saw." saya hadiahkan bagi setiap suami dan isteri yang terjadi kerengganan di antara keduanya sementara keduanya mengharapkan terciptanya kembali rasa cinta diantara mereka..saya harap anda mengikuti rangkaian saya mengenai hal tersebut..! semoga allah swt. membalas anda dengan kebaikan!





 





Mengulas Sifat Tawadhu'





Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:





Diantara sekian banyak akhlak serta sifat terpuji yang ditekankan oleh agama kita ialah sifat tawadhu (rendah hati). Dikarenakan akhlak mulia adalah inti ajaran Islam, maka tak salah kalau banyak ayat serta hadits yang menganjurkan hal tersebut, salah satunya sifat yang akan menjadi kajian kita kali ini, yaitu sifat tawadhu. Allah ta'ala berfirman:





 





﴿ وَلَا تُصَعِّرۡ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمۡشِ فِي ٱلۡأَرۡضِ مَرَحًاۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخۡتَالٖ فَخُورٖ ١٨﴾ [ لقمان: 18]





"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri".  (QS Luqman: 18).





 





Dalam keterangan lain Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman:





 





﴿ وَٱخۡفِضۡ جَنَاحَكَ لِلۡمُؤۡمِنِينَ ٨٨ ﴾ [الحجر: 88]





"Dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman".  (QS al-Hijr: 88).





 





Pengertian:





Yang dimaksud tawadhu ialah merendahkan diri dan berlaku lemah lembut. Dan ini tidak  akan mendongkrak pelakunya menjadi terpuji melainkan bila dibarengi karena mengharap wajah Allah azza wa jalla.





Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: "Kalau sekiranya ada orang bersikap tawadhu agar Allah Shubhanahu wa ta’alla mengangkat derajatnya dimata orang, maka ini belum dikatakan telah merengkuh sifat tawadhu, karena maksud utama perilakunya itu didasari agar mulia dimata orang, dan sikap seperti itu menghapus tawadhu yang sebenarnya".[1]





     Ucapan beliau didasari sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Muslim dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi MuhammadShalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:





 





قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ» [أخرجه مسلم]





"Tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah melainkan (pasti) Allah akan mengangkat derajatnya". HR Muslim no: 2588.





 





Syaikh Abdurahman as-Sa'di mengomentari maksud hadits diatas dengan mengatakan: "Sabdanya: "Tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah". Sebagai peringatan supaya memperbagusi niat, yaitu dengan didasari ikhlas karena Allah Nabi Muhammaddidalam sikap tawadhunya tadi. karena banyak dijumpai, ada orang yang terkadang menampilkan sikap tawadhu dihadapan orang kaya, namun, niatnya supaya bisa mengais sedikit dari hartanya, atau terhadap pimpinan supaya bisa tercapai keinginannya.





Ada pula yang menampilkan sikap tawadhu dengan tujuan riya' dan pamer, maka tujuan-tujuan semacam ini, semuanya rusak, tidak memberi manfaat sama sekali bagi pelakunya, kecuali rendah diri yang didorong rasa ikhlas karena Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam rangka mendekatkan diri kepada -Nya dan ingin meraih ganjaran serta kemurahan -Nya kepada makhluk, sehingga ihsan terbaik serta ruhnya itu ada pada ikhlas karena Allah ta'ala". [2]





Dan Nabi kita, Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam adalah pionir terdepan dalam akhlak mulia yang satu ini, untuk menggambarkan tawadhunya Nabi kita lihat pada haditsnya Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim. Diceritakan oleh beliau:





 





« أَنَّ امْرَأَةً كَانَ فِى عَقْلِهَا شَىْءٌ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ لِى إِلَيْكَ حَاجَةً فَقَالَ « يَا أُمَّ فُلاَنٍ انْظُرِى أَىَّ السِّكَكِ شِئْتِ حَتَّى أَقْضِىَ لَكِ حَاجَتَكِ ». فَخَلاَ مَعَهَا فِى بَعْضِ الطُّرُقِ حَتَّى فَرَغَتْ مِنْ حَاجَتِهَا » [أخرجه مسلم]





"Ada seorang perempuan yang sedikit bermasalah otaknya berkata pada Nabi MuhammadShalallahu ‘alaihi wa sallam: "Wahai Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, saya ada keperluan sebentar denganmu". Nabi menyahut: "Ya Ummu Fulan, apa kebutuhanmu, hingga aku bisa membantu urusanmu". Maka beliau mengikutinya sedikit minggir dijalan kota Madinah, sampai perempuan tadi menyelesaikan keperluannya". HR Muslim no: 2326.





 





Masih kisah yang menjelaskan tawadhunya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari sahabat Anas radhiyallahu 'anhu beliau menceritakan:





 





« إِنْ كَانَتْ الْأَمَةُ مِنْ إِمَاءِ أَهْلِ الْمَدِينَةِ لَتَأْخُذُ بِيَدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَنْطَلِقُ بِهِ حَيْثُ شَاءَتْ » [أخرجه البخاري]





"Pernah ada seorang budak yang berada dikota Madinah, menggandeng tangan Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam lalu diajak pergi untuk membantu urusannya". HR Bukhari no: 6072.





Bahkan lebih mengesankan lagi dari itu semua, sebuah hadits yang dibawakan oleh al-Baghawi dalam syarhu sunah dari Aisyah radhiyallahu 'anha, diceritakan bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:





 





قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « آكل كما يأكل العبد وأجلس كما يجلس العبد » [أخرجه البغاوي في شرح السنة ]





"Aku makan sebagaiman makannya seorang hamba sahaya, dan aku duduk seperti duduknya seorang budak".  HR al-Baghawi 13/248. Dinyatakan shahih oleh al-Albani dalam silsilah ash-Shahihah no: 544.





 





Dalam redaksi lain, dikatakan bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:





 





قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « يا عائشة لو شئت لسارت معي جبال الذهب. أتاني ملك وإن حجزته لتساوي الكعبة, فقال: إن ربك يقرأ عليك السلام ويقول: إن شئت نبياً ملكاً وإن شئت نبياً عبداً, فأشار إلي جبريل ضع نفسك فقلت: نبياً عبداً » [أخرجه البغاوي]





"Wahai Aisyah, kalaulah sekiranya aku mau tentu ada gunung yang terbuat dari emas berjalan menemaniku. Telah datang kepadaku malaikat yang kain bagian bawahnya hampir setinggi Ka'bah. Dia mengatakan: "Sesungguhnya Rabbmu kirim salam kepadamu, dan berfirman: "Kalau engkau mau Aku jadikan seorang Nabi dan hamba, atau seorang Nabi dan malaikat". Lalu aku berpaling kepada Jibril 'alaihi sallam, dan ia mengisyaratkan padaku supaya rendah diri. Maka aku jawab: "Aku rela menjadi Nabi dan seorang hamba..". Hadits shahih diriwayatkan oleh al-Baghawi dalam syarhu Sunah 13/348 no: 3683.





 





Tatkala Aisyah ditanya apakah Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam biasa melakukan pekerjaan dirumahnya? Beliau menjawab:





 





« قَالَتْ: نَعَمْ ,كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْصِفُ نَعْلَهُ وَيَخِيطُ ثَوْبَهُ وَيَعْمَلُ فِي بَيْتِهِ كَمَا يَعْمَلُ أَحَدُكُمْ فِي بَيْتِهِ » [أخرجه البغاوي]





"Ia, beliau biasa menambal sendalnya, dan menjahit bajunya sendiri, dan melakukan pekerjaan rumah seperti halnya kalian melakukannya dirumah kalian". Hadits shahih dikeluarkan oleh Baghawi dalam Syarhu Sunah 13/242 no: 3675.





 





Dan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bisa berdo'a:





 





قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « اللَّهُمَّ أَحْيِنِى مِسْكِينًا وَتَوَفَّنِى مِسْكِينًا وَاحْشُرْنِى فِى زُمْرَةِ الْمَسَاكِينِ يَومَ القِيَامَة » [أخرجه الترمذي]





"Ya Allah hidupkanlah hamba dalam keadaan miskin, dan wafatkanlah dalam keadaan miskin, serta bangkitkan diriku bersama orang-orang miskin kelak pada hari kiamat". HR at-Tirmidzi no: 2352. Dinilai hasan oleh al-Albani dalam shahih sunan at-Tirmidzi 2/275 no: 1917.





 





Tatkala ada seorang sahabat datang kepada beliau lalu memujinya sambil mengatakan: "Duhai sebaik-baik makhluk". Beliau justru menimpali: "Itu adalah Ibrahim 'alaihi sallam". HR Muslim no: 2369.





Dalam shahih Bukhari dan Muslim dibawakan sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, disebutkan bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:





 





قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَوْ لَبِثْتُ فِي السِّجْنِ مَا لَبِثَ يُوسُفُ ثُمَّ أَتَانِي الدَّاعِي لَأَجَبْتُهُ » [أخرجه البخاري و مسلم]





"Kalau seandainya aku dipenjara seperti Yusuf lamanya tatkala dipenjara, pasti aku akan tetap memenuhi tugasku ini (berdakwah)". HR Bukhari no: 3372. Muslim no: 151.





 Hal ini menunjukan bagaimana sikap tawadhunya beliau, karena beliau mendapat ujian yang tidak pernah ada seorangpun yang mendapat semisal dengannya.





Masih dalam riwayat Bukhari dan Muslim dibawakan sebuah hadits dari Abu Burdah, dirinya mengkisahkan: "Aisyah pernah keluar kepada kami sambil memegang baju dan jubah yang usang, lalu mengatakan: "Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dicabut ruhnya dalam keadaan memakai dua baju ini".  HR Bukhari no: 5818. Muslim no: 2080.





Dalam riwayat-riwayat diatas menjelaskan bahwa beliau adalah imam (pemimpinnya) orang-orang yang bertawadhu, dan ini tidak mengherankan karena tawadhu merupakan sifatnya para Nabi. Sebagaimana dijelaskan dalam salah satu riwayat yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallah 'anhu, dari Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:





 





قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَا بَعَثَ اللَّهُ نَبِيًّا إِلَّا رَعَى الْغَنَمَ. فَقَالَ أَصْحَابُهُ وَأَنْتَ فَقَالَ: نَعَمْ ,كُنْتُ أَرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيطَ لِأَهْلِ مَكَّةَ » [أخرجه البخاري]





"Tidaklah Allah mengutus seorang nabi pun melainkan dirinya pasti pernah menggembala kambing". Maka para sahabatnya bertanya: 'Tidak pula engkau wahai Rasul? Beliau menjawab: "Tidak pula aku. Dahulu aku biasa menggembala dibebukitan miliknya penduduk Makah". HR Bukhari no: 2262.





 





Sehingga sangat wajar sekali bila Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam memotivasi umatnya untuk bersikap tawadhu dan rendah diri. Sebagaimana haditsnya Iyadh al-Majaasyi'i radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:





 





قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَىَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلاَ يَبْغِى أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ » [أخرجه مسلم]





"Sesungguhnya Allah menurunkan wahyu padaku agar kalian bersikap rendah diri, hingga tidak ada seorangpun yang merendahkan saudaranya, dan tidak berlaku lalim satu sama lain".  HR Muslim no: 2865.





 





Salah satu petuah yang pernah diberikan Abu Bakar kepada kita ialah: "Kami mendapatkan kemuliaan akhlak ada pada takwa, kekayaan pada keyakinan, serta keluhuran pada rendah diri".





Dan Aisyah radhiyallahu 'anha pernah mengingatkan: "Sungguh betapa banyak orang yang lalai pada ibadah yang paling afdhal yaitu tawadhu".





 





Faidah sikap rendah diri:





1.     Salah satu jalan yang akan mengantarkan pada surga.





2.     Allah Shubhanhu wa ta’alla akan mengangkat kedudukan orang yang rendah diri dihati manusia. Dikenang kebaikannya oleh orang lain serta diangkat derajatnya diakhirat.





3.     Bahwa sikap tawadhu terpuji itu ditujukan pada orang-orang beriman, adapun pengumpul dunia serta orang yang sesat maka bersikap rendah diri terhadap mereka akan menjadikan kehinaan.





4.     Sifat tawadhu sebagai bukti akan keindahan akhlak serta pergaulannya.





5.     Bahwa sifat tawadhu merupakan sifatnya para Nabi dan Rasul. [3]





Akhirnya kita tutup kajian ini dengan ucapan segala puji hanya bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla, Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah Shubhanahu wa ta’alla limpahkan pada Nabi kita Muhammad Shubhanahu, pada keluarga beliar serta para sahabatnya.





 



Tulisan Terbaru

PESAN DARI KHAMAH MUS ...

PESAN DARI KHAMAH MUSLIM KEPADA ORANG KRISTEN

Keutamaan Puasa Enam ...

Keutamaan Puasa Enam Hari Syawal Shawal