Artikel

terpercaya dan keikhlasan rasulullah saw.





adapun sifat terpercaya rasulullah saw. kepada mereka (isteri-isterinya)….mungkin hal ini telah kita ketahui pada pelajaran yang telah lewat mengenai akhlak terpercaya, dan rasulullah saw. telah mengaplikasikan hal tersebut pada babnya, terutama kepada isterinya khadijah ra. sehingga sifat terpercaya beliau ini kepada isterinya khadijah membuat aisyah ra. cemburu dengannya, sementara ia tidak pernah mengenalnya..  sampai ia berkata:" aku tidak pernah cemburu terhadap wanita yang menjadi isteri rasulullah saw. seperti cemburu saya kepada khadijah, karena terlalu seringnya di sebut-sebut oleh rasullah saw. dan di puji. rasulullah saw. di wahyukan agar memberikan kabar kepada khadijah bahw telah di siapkan rumah di surga yang terbuat dari istana  (perawi : aisyah ra., hadits sahih, al muhaddits: imam bukhary, sumber: al musnad shahih hal: 5229).





di antara sifat terpercaya dan keikhlasan beliau kepada para isterinya, bahwasanya ketika ayat tentang takhyiir  turun kepadanya, yang berbunyi : " hai nabi katakanlah kepada isteri-isterimu : "jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut'ah, dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik". (qs: al ahzaab ayat : 28).





rasulullah saw. mendatangi isterinya ketika allah swt. memerintahkan beliau untuk memberikan pilihan kepada para isterinya. "lalu rasulullah saw. memulai dengan saya (aisyah) kemudian beliau bersabda: " saya mengingatkan kamu satu hal, jangan kamu terburu-buru sampai kamu meminta pendapat kedua orang tuamu". beliau mengetahui bahwasanya kedua orang tua saya tidak mengijinkan saya untuk berpisah dengannya, aisyah berkata: kemudian beliau bersabda: " sesungguhnya allah swt. berfirman: "wahai nabi (muhammad) katakanlah kepada para isterimu.." sehingga sempurna dua ayat, maka saya berkata kepada beliau: "apakah untuk hal ini saya meminta pendapat kedua orang tua saya? sesungguhnya saya menginginkan allah, rasul-nya dan hari akhirat". (perawi: aisyah, hadits sahih, al muhaddits: bukhary, sumber: al jaami' shahih hal: 4785).





beliau mengkhawatirkan aisyah ra. akan lebih memilih perhiasan kehidupan dunia, karena masih anak-anak, maka dia akan terjerumus dalam kerugian dunia akhirat, akan tetapi aisyah dapat memilih yang terbaik buat dirinya tanpa harus merepotkan kedua orang tuanya? aisyah berkata kepada rasulullah saw". apakah untuk hal ini saya meminta pendapat kedua orang tua saya? sesungguhnya saya menginginkan allah, rasul-nya dan hari akhirat".





kemudian rasulullah saw. memberitakan hal tersebut kepada para isterinya yang lain, beliau berkata kepada mereka" sesungguhnya aisyah ra. berkata begini dan begini , maka para isterinya yang lainpun berkata :" kami juga mengatakan seperti yang telah di ucapkan aisyah ra. ".  sebenarnya aisyah berpesan kepada rasulullah saw.dia berkata:" ya rasulullah saw. jangan engkau sampaikan kepada  isteri-isteri kamu yang lain bahwa saya lebih memilih kamu, kemudian rasulullah saw. menjawab: " sesungguhnya allah swt. mengutus saya sebagai penyampai dan bukan sebagai orang yang keras, kaku atau egois". (perawi: ayyub, hadits hasan, al muhaddits: syekh al bany, sumber: shahih tirmidzi, hal: 3318, muttafaq 'alaih).





akhirnya mereka semuapun memilih allah swt, rasul-nya dan hari akhirat, hal ini menandakan bahwasanya mereka (isteri-isteri rasulullah saw.) mempunyai akhlak seperti akhlak beliau, karena mereka memilih seperti pilihan rasulullah saw.  yaitu hidup zuhud di dunia ini, dan mengharapkan akhirat, hal ini karena akhlak rasulullah saw. telah berbekas pada diri mereka yang menjadi tempat yang agung dan sempurna.





keadilan rasulullah saw. diantara isteri-isterinya





 





 





adapun sikap adil beliau terhadap isteri-isterinya,gambarannya seperti yang telah saya paparkan sebelumnya mengenai keadilannya dalam hal cinta, keramahan, senda gurau, dan hal menepati janji, keadilan beliau muncul karena rasa tanggung jawab, dan dari  fitrahnya terhadap kebenaran dan keadilan yang allah swt telah berikan kepadanya, dan beliau di utus dengan kedua hal tersebut.





 





1.     aisyah ra. berkata: “wahai anak saudariku, rasullah saw. tidak pernah melebihkan sebagian di antara kami dengan yang lain dalam hal pembagian di mana beliau akan tidur pada malam harinya, beliau senantiasa membagi waktunya untuk kami semua, beliau mendekati setiap isterinya tanpa ada sifat politisir, sehingga jatah hari untuk si dia (isterinya) telah sampai maka beliau saw. bermalam di tempatnya, saudah binti zam’ah ra. ketika telah berusia lanjut dan berniat untuk pisah (ranjang) dengan rasulullah saw. dia berkata wahai rasulullah saw. berikanlah jatah hariku untuk aisyah ra. kemudian rasulullah saw. menerima hal tersebut darinya…





 





(perawi: aisyah ra., derajat hadits : sakata ‘anhu (abu daud tidak memberikan komentar) – beliau telah menjelaskan di dalam suratnya kepada orang-orang mekkah bahwa hadits yang beliau tidak berikan komentar adalah hadits shoolih, al muhaddits: abu daud, sumber: sunan abu daud, hal/no: 2135).





 





2.     keadilan rasulullah saw. terhadap isteri-isterinya tidak pernah berubah dalam keadaan apapun baik ketika beliau dalam kondisi menetap atau sedang dalam perjalanan, bahkan keadilan beliau ketika sedang dalam perjalanan sama ketika beliau tidak melakukan perjalanan, sebagaimana yang telah di kisahkan  aisyah ra. dia berkata: “ bahwasanya rasulullah saw. ketika hendak melakukan perjalanan beliau mengundi nama isteri-isterinya, siapa di antara mereka yang keluar namanya maka dia yang akan menemani rasulullah saw., beliau membagi untuk para isterinya waktunya, kecuali sauda’ binti zam’ah ra. dia memberikan jatah harinya kepada aisyah ra. (isteri rasulullah saw). beliau melakukan hal tersebut  demi untuk meraih ridho rasulullah saw.





 





(perawi: aisyah, hadits sahih, muhaddits: imam bukhary, sumber: al jaami’ sshahih, hal/no: 2593).





 





sauda’ binti zam’a melakukan hal tersebut ketika sudah tua, dan tidak ada hasrat lagi dengan laki-laki.





 





3.     diantara keadilan beliau terhadap isteri-isterinya yaitu ketika beliau menikahi seorang janda maka beliau tinggal bersamanya selama tiga hari untuk menyenangkannya, kemudian rasulullah saw. membagi harinya untuk isteri tersebut seperti bagian jatah hari isteri-isteri yang lain, sebagaimana yang di riwayatkan oleh ummu salamah ra. “ bahwasanya rasulullah saw. tinggal bersamanya selama tiga hari, kemudianrasulullah saw. berkata kepadanya: “ jika kamu mau saya akan tinggal bersamamu selama tujuh hari, dan juga saya akan tinggal bersama mereka selama tujuh hari, dan jika kamu ingin saya akan tinggal bersamamu selama tiga hari, kemudian dia mengatakan: tiga hari”.





 





 (perawi: abu bakar bin abdurrahman, hadits sahih, muhaddits: bukhary, sumber; tarikh kabier, hal/no: 1/47).





 





4.     keadilan rasulullah saw. terhadap isteri-isterinya sangat besar sehingga tidak ada yang tersia-siakan walaupun ketika beliau dalam keadaan sakit , beliau masih mengunjungi isteri-isterinya di rumah-rumah mereka sesuai dengan waktunya masing-masing, ummul mukminin aisyah ra. berkata: “ ketika rasulullah saw. sakit keras, beliau minta izin kepada para isterinya untuk di rawat di rumahku, lalu beliau di izinkan, lalu beliau keluar di antara dua laki-laki melangkahkan kedua kakinya di tanah, yaitu antara abbas dan seorang laki-laki lain, lalu ubaidillah ra. mengatakan: aku mengatakan kepada ibn abbas ra. apa yang telah di katakan aisyah ra., kemudian dia mengatakan kepada saya : apakah kamu tahu siapa laki-laki yang tidak di sebutkan aisyah ra. tersebut? aku menjawab: tidak, dia mengatakan : dia itu ali bin abi thalib ra.





 





(perawi: aisyah ra.,derajat hadits: hadits sahih, muhaddits: bukhary, sumber: al jaami’ shahih, hal/no: 2588).





 





5.     dalam satu riwayat, aisyah ra. mengatakan: “bahwasanya rasulullah saw. bertanya ketika beliau sedang sakit keras, beliau saw. mengatakan: di mana saya besok, di mana saya besok? beliau menginginkan harinya aisyah ra.(agar di rawat dirumahnya), kemudian para isterinya mengizinkan beliau untuk dirawat  di manapun beliau kehendaki, maka beliau berada di rumahnya aisyah ra. sampai beliau wafat di sisinya…





 





(perawi : aisyah ra., derajat hadits: sahih, muhaddits: bukhary, sumber: al jaami’ sahih, hal/no: 4450).





 





6.     bagaimanapun usaha keras rasulullah saw. untuk selalu adil dengan seadil-adilnya dengan sesuai kemampuannya (dengan apa yang beliau miliki) terhadap isteri-isteri beliau, namun beliau tetap meminta ampunan kepada allah swt. terhadap apa yang beliau tidak sanggupi, yang di luar dari kemampuan beliau, sebagaimana yang di katakan oleh aisyah ra. : “rasulullah saw. membagi waktunya  dan adil, lalu beliau saw. berdo’a:” ya allah inilah pembagianku yang sesuai yang aku miliki maka janganlah engkau mencelaku terhadap apa yang engkau miliki dan aku tidak memilikinya”.





 





(perawi: aisyah ra., derajat hadits: di riwayatkan oleh hammad bin zaid dari abi ayyub dari qilaabah dengan mursal,   sumber: ilal kabier, hal/no: 156).





 





 yang di maksud dalam hadits tersebut adalah masalah hati sebagaiamana yang telah di tafsirkan oleh abi daud.





 





 ada yang mengatakan bahwa hal tersebut adalah: cinta dan kasih sayang sebagaimana yang telah di tafsirkan oleh imam tirmidzi, artinya: bahwasanya pembagian secara kongkrit dan nyata telah di lakukan oleh rasulullah saw. dengan sesempurna mungkin karena hal ini sesuai dengan kesanggupan beliau, akan tetapi hati berada di tangan allah swt., sehingga cintanya terhadap aisyah ra. lebih besar di bandingkan kepada yang lain, dan hal ini di luar dari keinginan dan kemampuan beliau saw.





 





bersamaan dengan hal tersebut beliau tetap memohon kepada allah swt. agar beliau tidak di cela oleh allah swt. terhadap apa yang beliau tidak miliki, sementara urusan hati tidak di haruskan untuk berlaku adil di dalamnya, akan tetapi yang di wajibkan untuk berlaku adil di dalamnya ialah dalam hal pembagian jatah malam dan nafkah, allah swt. berfirman:





 





 ” dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati  yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada tuhan mereka ”.   (qs. al mu’minuun, ayat: 60).





 





diantara dalil yang menjelaskan bahwasanya hal adil terhadap isteri-isteri adalah suatu hal yang sangat besar dan penting, rasulullah saw. menjelaskan dalam hadits yang lain beliau bersabda:





 





“ barang siapa yang mempunyai dua orang isteri sementara dia lebih memperhatikan salah satunya saja, maka dia akan datang pada hari kiamat dengan badan yang miring”.





 





(perawi: abu hurairah ra. kesimpulan derajat hadits: mustaqim, muhaddits: ibn ‘addy,  sumber: al kaamil fi ddhua’afa, hal/no: 8/446).





mengenai pergaulan rasulullah saw. (terhadap isteri-isterinya)  hal ini adalah suatu teladan bagi seluruh mukmin, dan mereka wajib untuk mengetahuinya dan meneladaninya, allah swt. berfirman:





 





 “ sesungguhnya telah ada pada (diri) rasulullah saw. itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut allah”. (qs. al ahzaab, ayat: 21).





 





 sebab perbuatan rasulullah saw. sama halnya dengan perkataan dan pengakuan beliau, sebagai bentuk syari’at dan petunjuk bagi mereka, dan suatu keharusan bagi umat islam untuk mengikuti beliau saw. selama perbuatan tersebut tidak di khususkan buat diri beliau saw. saja.





adapun kemurahan hati rasulullah shalla llahu ‘alaihi wa sallam. mengenai kesalahan-kesalahan istri-istrinya dan kesabaran beliau shalla llahu ‘alaihi wa sallam. terhadap prilaku kasar mereka hal tersebut menggambarkan seorang yang mempunyai akhlak yang mulia, karena tidak pernah terdengar ada orang yang sangat bermurah hati terhadap istri-istrinya sebagaimana yang pernah di contohkan oleh rasulullah shalla llahu ‘alaihi wa sallam.





bersamaan dengan hal ini beliau shalla llahu ‘alaihi wa sallam. tetap agung dan terhormat, serta tetap agung dan luhur kedudukannya di sisi allah swt. dan di sisi manusia, anda telah melihat dalil-dalil di pembahasan yang telah lewat mengenai sabar dan kemurahan hati rasulullah shalla llahu ‘alaihi wa sallam. apa yang terdapat di dalam pembahasan tersebut sudah cukup sebagai penarikan kesimpulan mengenai apa yang saya katakan secara umum, akan tetapi  di sini saya akan  mengutarakan beberapa dalil lain yang juga berkaitan dengan topik ini, yaitu sebagai berikut:





 





1.    dari umar bin khattab radhiyallahu 'anhu beliau mengatakan: "kami kaum quraisy sangat berkuasa terhadap kaum perempuan (istri-istri), dan ketika kami datang  ke tempat orang-orang anshar, (kami terkejut) karena mereka adalah kaum yang di kalahkan (toleran) dengan istri-istri mereka, maka mulailah istri-istri kami mengambil (meniru) etika perempuan-perempuan anshar, beliau mengatakan: kemudian aku bergaduh dengan istriku kemudian dia kembali (meminta maaf) kepada saya, namun aku tidak ingin dia kembali (minta maaf), maka dia bertanya: kenapa engkau tidak senang aku kembali ke kamu? demi allah! sesungguhnya istri-istri rasulullah shalla llahu ‘alaihi wa sallam. kembali (meminta maaf)  kepadanya, sekalipun salah seorang di antara mereka marah terhadap rasulullah shalla llahu ‘alaihi wa sallam. dari siang sampai malam hari, umar berkata: maka aku menjadi terkejut dengan hal tersebut, dan aku (umar) berkata kepadanya (istrinya): sungguh suatu hal yang sia-sia yang telah melakukan hal tersebut dari mereka, umar berkata: kemudian aku memakai pakaianku kemudian aku turun menemui hafsah dan aku bertanya kepadanya: wahai hafsah! apakah salah seorang dari kalian sedang marah kepada rasulullah dari siang sampai malam? maka ia menjawab: benar, umar berkata: lalu aku mengatakan: sungguh engkau telah rugi dan berbuat hal yang sia-sia, apakah kalian akan aman dari kemarahan allah swt. karena kemarahan rasulullah shalla llahu ‘alaihi wa sallam. kemudian kamu menjadi celaka? …





 





(hr. bukhari).





 





perhatikan! bagaimana umar bin khattab radhiyallahu 'anhu terkejut dengan permohonan maaf istrinya dari kesalahan yang sepele, sementara rasulullah shalla llahu ‘alaihi wa sallam. menerima permohonan maaf para istrinya.





 





 bahkan beliau shalla llahu ‘alaihi wa sallam. bersabar dengan kemarahan mereka terhadapnya,sekalipun mereka tidak mengajak rasulullah shalla llahu ‘alaihi wa sallam. ngobrol, sementara beliau shalla llahu ‘alaihi wa sallam. adalah seorang nabi yang agung dan dan pemimpin yang mulia, semua hal ini (beliau shalla llahu ‘alaihi wa sallam. dapat mengaturnya dengan baik) di karenakan kemurahan hatinya yang agung begitupun kesabarannya.





 





2.    yang lebih menakjubkan lagi dari hal yang telah kita paparkan di atas ialah sekalipun mereka marah kepada rasulullah shalla llahu ‘alaihi wa sallam. namun beliau shalla llahu ‘alaihi wa sallam. tetap berlemah lembut dalam berbicara dengan mereka, seolah-olah tidak ada kesalahan-kesalahan yang mereka perbuat sedikitpun.





 





dari aisyah radhiyallahu 'anha berkata: "rasulullah shalla llahu ‘alaihi wa sallam. berkata kepada saya: "sesungguhnya saya mengetahui jika kamu lagi senang kepada saya, begitupun saya mengetahui jika kamu sedang marah kepada saya", aisyah berkata: maka aku bertanya: dari mana baginda mengetahui hal tersebut? maka beliau shalla llahu ‘alaihi wa sallam. menjawab: "adapun jika engkau sedang senang kepadaku maka kamu akan mengatakan: tidak dan demi tuhan muhammad, dan jika engkau sedang marah, maka kamu mengatakan: tidak dan demi tuhan ibrahim", aisyah berkata: benar, demi allah, wahai rasulullah! saya tidak akan marah kecuali dengan namamu".





 





(hr. bukhari).





 





3.    dari anas bin malik radhiyallahu 'anhu beliau berkata: adalah rasulullah shalla llahu ‘alaihi wa sallam. berada di tempat salah seorang dari istrinya maka salah seorang dari istrinya mengirim sepiring makanan, kemudian istri rasulullah shalla llahu ‘alaihi wa sallam. yang sedang beliau sedang kunjungi rumahnya memukul tangan pembantu (yang membawa makanan tersebut) sehingga piring tersebut jatuh dan pecah, kemudian rasulullah shalla llahu ‘alaihi wa sallam. mengumpulkan retakan piring dan mengumpulkan makanan yang terdapat di piring tersebut, dan beliau shalla llahu ‘alaihi wa sallam. mengatakan: "ibu kalian (ummahatul mukminin) sedang cemburu" kemudian beliau shalla llahu ‘alaihi wa sallam. menahan pembantu (yang membawa makanan tersebut) sehingga ia mendatangkan piring dari rumah istrinya yang sedang beliau shalla llahu ‘alaihi wa sallam. tempati, dan beliau mengirim piring yang bagus kepada istrinya yang piringnya pecah dan menyimpan piring yang pecah di tempat ia pecah.





 





(hr. bukhari).





 





perhatikan! betapa besarnya kemurahan hati rasulullah shalla llahu ‘alaihi wa sallam. terhadap istri-istrinya, sehingga salah seorang dari mereka marah kepada beliau shalla llahu ‘alaihi wa sallam. dari siang sampai malam, sampai menyindir namanya yang agung.





 





 bersamaan dengan hal tersebut rasulullah shalla llahu ‘alaihi wa sallam. tetap bermurah hati, bersabar dan tidak terlalu mengambil pusing hal tersebut dan memaafkannya, sementara beliau shalla llahu ‘alaihi wa sallam. mampu untuk menceraikannya, sehingga boleh jadi tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri yang lebih baik daripada mereka, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan.





 





 hal ini sesuai dengan janji allah swt. (di dalam surah at tahrim ayat: 5) jika beliau shalla llahu ‘alaihi wa sallam. menceraikan mereka, akan tetapi rasulullah shalla llahu ‘alaihi wa sallam. adalah seorang yang penuh lemah lembut dan penyayang  dan pemaaf sehingga beliau shalla llahu ‘alaihi wa sallam. selalu memaafkan dan bermurah hati dari kebodohan-kebodohan atau kekeliruan yang di lakukan istri-istrinya (dan senantiasa menasihatinya ke jalan yang benar).



Tulisan Terbaru

Menjaga Shalat dan Kh ...

Menjaga Shalat dan Khusyuk dalam Melaksanakannya

Menjampi Air Termasuk ...

Menjampi Air Termasuk Ruqyah Yang Syar'i