Artikel




Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam beserta keluarga dan seluruh sahabatnya.





Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan makhluk untuk beribadah kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:





﴿ وَمَاخَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنسَ إِلاَّلِيَعْبُدُونِ . مَآأُرِيدُ مِنْهُم مِّن رِّزْقٍ وَمَآأُرِيدُ أَن يُطْعِمُونِ  ﴾ [الذاريات: 56-57]  





Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. * Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya memberi Aku makan. (QS. azd-Dzariyat:56-57)





Maka Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan makhluk untuk beribadah kepada-Nya, bukan karena kebutuhan-Nya kepada mereka dan tidak pula kepada ibadah mereka, karena Dia subhanahu wa ta’ala Maha Kaya dari mereka, akan tetapi karena kebutuhan mereka kepada-Nya. Maka dalam ibadah mereka kepada Allah subhanahu wa ta’ala, mereka mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala memuliakan dan memberi nikmat kepada mereka di dunia dan akhirat. Maka ibadah mereka kepada Allah subhanahu wa ta’ala untuk mashlahat mereka. Adapun Allah subhanahu wa ta’ala maka sesungguhnya Dia Maha Kaya dari mereka:





﴿ إن تَكْفُرُوا أَنتُمْ وَمَن فِي اْلأَرْضِ جَمِيعًا فَإِنَّ اللهَ لَغَنِيٌّ حَمِيدٌ ﴾ [إبراهيم: 8]  





Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". (QS. 14:8)





Dia subhanahu wa ta’ala menciptakan makhluk untuk beribadah kepada-Nya dan memberikan mereka fitrah untuk hal itu. Maka setiap makhluk menghadap kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan fitrahnya, kepada Sang Penciptanya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala:





﴿ فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ اللهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لاَتَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَيَعْلَمُونَ {30}* مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلاَةَ وَلاَتَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ {31} مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ {32}﴾ [الروم: 30-32]  





Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, * dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertaqwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, * yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan.Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. (QS. ar-Rum:30-32)





Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:





قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَا مِنْ مَوْلُوْدٍ إِلَّا يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ» [ أخرجه اليخاري ]





“Tidak ada bayi yang terlahir kecuali dilahirkan di atas fitrah, maka kedua orang tuanya yang menjadikan dia Yahudi, atau Nashrani atau Majusi.”





Dan di dalam hadits Qudsi, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:





قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « خَلَقْتُ عِبَادِي حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمُ الشَّيَاطِيْنُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِيْنِهِمْ» [ أخرجه مسلم ]





“Aku menciptakan hamba hamba-Ku semuanya dalam kondisi cenderung (kepada kebenaran), dan sesungguhnya syetan datang kepada mereka lalu memalingkan mereka dari agama mereka.”





Maka Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan makhluk untuk beribadah kepada-Nya dan memberikan mereka fitrah untuk hal itu, maka mereka menghadap kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan fitrah mereka, akan tetapi para syetan dari bangsa jin dan manusia merusaka fitrah dengan pendidikan yang buruk yang dimulia dari kedua orang tua (maka kedua orang tuanya yang menjadikan dia Yahudi, atau Nashrani atau Majusi). Demikian pula para penyeru kepada kesesatan, mereka merusak fitrah yang sebelumnya baik dan menerima kebaikan, lalu mereka merubahnya kepada fitrah yang menyimpang.





Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan nabi Adam ‘alaihissalam, bapak umat manusia dan menjadikannya sebagai seorang nabi yang berbicara, menyembah Allah subhanahu wa ta’ala, mengesakan Allah subhanahu wa ta’ala, cenderung kepada kebenaran serta ikhlas kepada Allah subhanahu wa ta’ala, dan diikuti oleh anak anaknya dan keturunan sesudahnya hingga sepuluh abad/generasi dan mereka tetap berada di atas agama bapak mereka nabi Adam ‘alaihissalam, sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu. Mereka tetap berada di atas agama yang benar, menyembah Allah subhanahu wa ta’ala dan tidak menyekutukannya, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:





﴿ كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ وَأَنزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ ﴾ [البقرة: 213]





Manusia itu adalah ummat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. (QS. al-Baqarah:213)





Manusia adalah umat yang satu di atas agama yang benar, tidak ada perbedaan di antara mereka dan tidak ada perselisihan, kemudian mereka berselisih setelah itu, sebagaimana dijelaskan dalam ayat yang lain:





﴿ وَمَاكَانَ النَّاسُ إِلآَّ أُمَّةً وَاحِدَةً فَاخْتَلَفُوا ﴾ [يونس: 19]  





Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih.. (QS. Yunus:19)





Kapan terjadi perselisihan ini? Terjadi pada kaum nabi Nuh ‘alaihissalam. Pada awalnya, mereka berada di atas agama yang benar, di tengah tengah mereka ada para ulama dan du’at yang menyeru kepada agama Allah subhanahu wa ta’ala. Akan tetapi Allah subhanahu wa ta’ala mentaqdirkan bahwa pada mereka ada orang orang shalih dan para ulama yang wafat dalam satu tahun. Maka manusia kehilangan mereka dan berduka cita atas kepergian mereka. Lalu datanglah syetan kepada mereka mengambil kesempatan ini, ia berkata kepada mereka: Gambarlah orang orang shalih tersebut dan pajanglah di majelis majelis mereka agar kalian selalu mengingat kondisi mereka lalu kalian rajin beribadah. Seperti inilah nasehat syetan kepada keturunan Adam ‘alaihissalam. Ia menghiasi kepada mereka bahwa perbuatan ini bertujuan untuk mengingat orang orang shalih tersebut dan mengikuti mereka di saat mereka melihat gambar mereka. Lalu mereka menggambar rupa mereka dan memajangnya untuk tujuan ini, sementara di tengah tengah mereka masih ada ulama, dan syetan tidak bisa melakukan lebih dari cara ini dan ia menunggu hingga wafat para ulama yang ada. Dan datanglah generasi berikutnya yang jahil yang tidak ada ulama. Ilmu sudah dihapus atau dilupakan, datanglah syetan kedua kalinya kepada mereka dan berkata: Sesungguhnya orang tua kalian tidaklah memajang gambar gambar ini kecuali agar mereka menyembahnya dan diturunkan hujan dengannya. Lalu ia menghiasi bagi mereka agar menyembah mereka (gambar/patung patung tersebut), lalu mereka menyembahnya selain Allah subhanahu wa ta’ala. Ketika itulah terjadi kesyirikan dan berubah agama Nabi Adam ‘alaihissalam dan terjadilah kesyrikan di muka bumi. Lalu Allah subhanahu wa ta’ala mengutus nabi Nuh ‘alaihissalam kepada mereka mengajak mereka kepada Allah subhanahu wa ta’ala, kepada menyembah Allah subhanahu wa ta’ala yang dahulu dilakukan oleh bapak bapak dan nenek moyang mereka, mengajak mereka kembali menyembah Allah subhanahu wa ta’ala. Akan tetapi kesyirikan sudah tertanam dalam hati mereka lalu mereka tetap menyembah gambar gambar ini dan mereka berkata:





﴿ وَقَالُوا لاَ تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمْ وَلاَتَذَرُنَّ وَدًّا وَلاَسُوَاعًا وَلاَيَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا {23} وَقَدْ أَضَلُّوا كَثِيرًا وَلاَتَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلاَّ ضَلاَلاً {24} ﴾ [نوح:23-24]  





Dan mereka berkata:"Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) ilah-ilah kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwaa', yaghuts, ya'uq dan nasr", * Dan sungguh mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia); dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan. (QS. Nuh:23-24)





Inilah cerita terjadinya kesyirikan pada umat manusia. Ketika itu terbagilah manusia kepada orang orang beriman dan orang orang kafir. Orang orang yang mengikuti para rasul dan beriman kepada mereka tetap di atas iman dan tauhid serta mengikuti para rasul, dan orang orang yang durhaka kepada para rasul dan menyalahi mereka menyimpang kepada kesyirikan dan kufur. Maka terbagilah manusia kepada kaum mukminin dan kaum kafir sejak waktu itu. Akan tetapi termasuk rahmat Allah subhanahu wa ta’ala bahwa Dia tidak membiarkan hamba hamba-Nya, namun mengutus para rasul secara terus menerus, berkesinambungan mengajak manusia kepada mentauhidkan Allah subhanahu wa ta’ala, dan manusia belajar dari agama Islam. Maka Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa mengutus para rasul pada semua umat, hingga datang masa nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, penutup para nabi dan imam para rasul. Allah subhanahu wa ta’ala mengutusnya kepada semua manusia. Nabi nabi sebelumnya hanya diutus kepada kaumnya, adapun nabi kita Muhammad maka sesungguhnya beliau diutus kepada semua manusia sebagai pemberi kabar gembira dan memberi peringatan:





﴿ وَمَآأَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ كَآفَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَيَعْلَمُونَ {28} ﴾ [السباء: 28]  





Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (QS. as-Saba`:28)





﴿ وَمَآ أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّرَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ {107} ﴾ [الأنبياء: 107]  





Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS. al-Anbiya`:107)





﴿ قُلْ يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا﴾ [الأعراف: 158]  





Katakanlah:"Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, (QS. al-A’raf:158)





Maka senantiasa karunia Allah subhanahu wa ta’ala kepada hamba hamba-Nya bahwa Dia tidak membiarkan mereka menjadi santapan para syetan dari bangsa manusia dan jin, Dia subhanahu wa ta’ala mengutus para rasul dan menurunkan kitab kitab, dan yang terakhir dari hal itu adalah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, utusan Allah subhanahu wa ta’ala, penutup para nabi. Agama Islam yang beliau datang dengannya adalah penutup semua agama. Ia adalah agama semua manusia hingga akhir zaman. Tatkala manusia terbagi kepada orang orang beriman dan orang orang kafir, maka Allah subhanahu wa ta’ala mengutus para rasul untuk mengajak manusia agar kembali kepada menyembah Allah subhanahu wa ta’ala dan meninggalkan penyembahan selain-Nya.





﴿ وَمَآأَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلاَّنُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لآ إِلَهَ إِلآ أَنَا فَاعْبُدُونِ ﴾ [الأنبياء: 25]  





Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya:"Bahwasanya tidak ada Ilah(yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". (QS. al-Anbiya`:25)





Allah subhanahu wa ta’ala mensyari’atkan hukum hukum terkait pergaulan seorang muslim bersama orang kafir, yaitu hukum hukum yang tetap ada dan terus berlanjut hingga hari kiamat. Interaksi pertama seorang muslim bersama orang kafir adalah berdakwah kepada Allah subhanahu wa ta’ala, mengajak orang orang kafir kepada Islam, mengajak mereka kepada Allah subhanahu wa ta’ala untuk mashlahat, petunjuk dan keberuntungan mereka di dunia dan akhirat. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman kepada nabi-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam:





﴿اُدْعُ إِلَى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ ﴾ [النحل: 125]  





Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Rabbmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. an-Nahl:125)





Dan Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:





﴿ يَآأَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّآ أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا {45} وَدَاعِيًا إِلَى اللهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُّنِيرًا {46} ﴾ [الأحزاب: 45-46]  





Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, * dan untuk jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi. (QS. al-Ahzab:45-46)





﴿قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُوا إِلَى اللهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَاوَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللهِ وَمَآأَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ  ﴾ [يوسف: 108]  





Katakanlah:"Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (QS. 12:108)





Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdakwah kepada Allah subhanahu wa ta’ala seperti yang Dia perintahkan kepada beliau dengan hal itu, menerima dakwah orang yang menerima dari orang orang yang Allah subhanahu wa ta’ala menentukan keberuntungan bagi mereka dan menolak dakwah orang yang menolak.





Allah subhanahu wa ta’ala telah mensyari’atkan hukum hukum bagi seorang muslim dan hukum hukum bagi orang kafir. 





Pertama, berdakwah kepada Allah subhanahu wa ta’ala, maka kita tidak membiarkan orang orang kafir di atas kekufuran dan kesyirikan mereka, namun kita wajib berdakwah mengajak mereka kepada Allah subhanahu wa ta’ala untuk mashlahat dan petunjuk mereka. Kita mengajak mereka kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Ini adalah perkara wajib yang terus berlangsung hingga hari kiamat.





Berdakwah kepada Allah subhanahu wa ta’ala termasuk kewajiban yang paling kuat, padanya adalah berbuat baik kepada umat manusia, agar Allah subhanahu wa ta’ala mengeluarkan orang yang dikehendaki-Nya dari berbagai kegelapan kepada cahaya benderang:





﴿كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ {1} اللهِ الَّذِي لَهُ مَافِي السَّمَاوَاتِ وَمَافِي اْلأَرْضِ {2}﴾ [إبراهيم: 1-2]  





Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Rabb mereka, (yaitu) menuju jalan Rabb Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. * Allah yang memiliki segala apa yang ada dilangit dan di bumi. (QS. Ibrahim:1-2)





Ini adalah kewajiban agung kita terhadap orang orang kafir, kita mengajak mereka kepada Allah subhanahu wa ta’ala, untuk masuk Islam, meninggalkan kufur dan syirik kepada kembali menyembah Allah subhanahu wa ta’ala yang mereka diciptakan karenanya. Padanya ada keberuntungan dan kebaikan mereka. Berdakwah kepada Allah subhanahu wa ta’ala adalah perkara yang berdiri tegak, tidak pernah berhenti hingga hari kiamat. Ia adalah wajib terhadap umat Islam, fardhu kifayah, apabila sudah dilaksanakan oleh orang yang memadai niscaya gugur dosa dari yang lain. Dan jika ditinggalkan sama sekali, maka sesungguhnya kaum muslimin semuanya berdosa karena mereka meninggalkan kewajiban ini.





Kemudian setelah dakwah kepada Allah subhanahu wa ta’ala, siapa yang beriman kepada Allah, menerima dakwah dan jadilah ia termasuk kaum muslimin, maka orang ini telah kembali kepada petunjuknya dan berpulang kepada kebenarannya. Membebaskan dirinya dari kufur dan syirik dan menyelamatkan jiwanya dari api neraka. Maka kita mengajak mereka untuk mashlahat dan petunjuk serta mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya karena mengamalkan perintah Rabb kita subhanahu wa ta’ala.





Kemudian setelah dakwah kepada Allah subhanahu wa ta’ala, siapa yang menjawab dakwah kita menerimanya dan ia menjadi saudara kita, ia menjadi bagian dari kita dan kita bagian darinya, dan siapa yang enggan dan tidak menerima dakwah, maka ini terbagi dua:





Bagian pertama: manusia yang kufurnya hanya terhadap dirinya, tidak berdakwah kepada kufur dan tidak berdakwah kepada syirik, sesungguhnya kufur dan syiriknya hanya terhadap dirinya saja, maka ini dibiarkan, seperti orang tua, anak kecil, wanita, dan para rahib di tempat peribadatan mereka. Mereka memilih kufur untuk diri mereka sendiri, tidak menyebarkan kufur di muka bumi, tidak berdakwah kepada kufur, maka mereka tidak diganggu karena tidak dikhawatirkan dari mereka penyebaran