Artikel




Sesungguhnya Agama Itu Mudah


Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam


semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa


sallam beserta keluarga dan seluruh sahabatnya. Kerap kali manusia


mengulang-ulang perkataan ini (yaitu ucapan "Sesungguhnya agama


itu mudah"), akan tetapi sebenarnya mereka (tidak menginginkan)


dengan ucapan itu, untuk tujuan memuji Islam, atau melunakkan


hati (orang yang belum mengerti Islam) dan semisalnya. Yang


diinginkan mereka adalah pembenaran terhadap perbuatan mereka


yang menyelisihi syari'at. Bagi mereka kalimat itu adalah kalimat


haq, namun yang diinginkan dengannya adalah sebuah kebatilan.


Ketika salah seorang diantara kita ingin memperbaiki


perbuatan yang menyalahi syari'at, orang-orang yang menyalahi


(syari'at itu) berhujjah dengan perkataan mereka: "Islam adalah


agama yang mudah". Mereka berusaha mengambil keringanan yang


sesuai dengan hawa nafsu mereka, dengan sangkaan bahwa mereka


telah menegakkan hujjah bagi orang yang menasehati mereka agar


mengikuti syariat yang sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah.


Orang-orang yang menyelisihi syariat itu hendaknya mengetahui


bahwa Islam adalah agama yang mudah. (Akan tetapi maknanya


3


adalah) dengan mengikuti keringanan-keringanan yang diberikan


Allah Shubhanahu wa ta’alla dan Rasul -Nya kepada kita.


Allah Shubhanahu wa ta’alla dan Rasul -Nya telah memberi


keringanan bagi kita, ketika kita membutuhkan keringanan itu dan


ketika adanya kesulitan dalam mengikuti (melaksanakan perintah)


yang sebenarnya. Asal dari ungkapan "Sesungguhnya agama itu


mudah" adalah penggalan kalimat dari hadits Nabi Muhammad


Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan Abu Hurairah dari


Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:





 "Sesungguhnya agama itu mudah, dan sekali-kali tidaklah seseorang


memperberat agama melainkan akan dikalahkan, dan (dalam


beramal) hendaklah pertengahan (yaitu tidak melebihi dan tidak


mengurangi), bergembiralah kalian, serta mohonlah pertolongan


(didalam ketaatan kepada Allah) dengan amal-amal kalian pada


waktu kalian bersemangat dan giat".(HR. Bukhari)


Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani menerangkan ungkapan


4


"Sesungguhnya agama itu mudah" dalam kitabnya yang tiada


bandingan nya:  


Fathul


 Baariy Syarh


 Shahih Al-Bukhari


 1/116.  


Beliau berkata: "Islam itu adalah agama yang mudah, atau


dinamakan agama itu mudah sebagai ungkapan lebih (mudah)


dibanding dengan agama-agama sebelumnya. Karena Allah


Shubhanahu wa ta’alla mengangkat dari umat ini beban (syariat)


yang dipikulkan kepada umat-umat sebelumnya. Contoh yang paling


jelas tentang hal ini adalah (dalam masalah taubat), taubatnya umat


terdahulu adalah dengan membunuh diri mereka sendiri. Sedangkan


taubatnya umat ini adalah dengan meninggalkan (perbuatan dosa)


dan berazam (berkemauan kuat) untuk tidak mengulangi. Kalau kita


melihat hadits ini secara teliti, dan melihat kalimat sesudah


ungkapan "agama itu mudah", kita dapati Rasulullah Shalallahu


‘alaihi wa sallam memberi petunjuk kepada kita bahwa seorang


muslim berkewajiban untuk tidak berlebih-lebihan dalam perkara


ibadahnya, sehingga (karena berlebih-lebihan) ia akan melampui


batas dalam agama, dengan membuat perkara bid'ah yang tidak ada


asalnya dalam agama.


Sebagaimana keadaan tiga orang yang ingin membuat


perkara baru (dalam agama). Salah seorang di antara mereka


berkata: "Saya tidak akan menikahi perempuan", yang lain berkata :


5


"Saya akan berpuasa sepanjang tahun dan tidak berbuka", yang


ketiga berkata: "Saya akan shalat malam semalam suntuk". Maka


Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam melarang mereka dari hal itu


semua, dan memberi pengarahan kepada mereka agar


membaguskan amal mereka semampunya, dan hendaknya dalam


mendekatkan diri kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla, (beribadah)


dengan ibadah yang telah diwajibkan Allah Shubhanahu wa ta’alla


kepada mereka. Dan hendaknya mereka tidak membuat-buat


perkara yang tidak ada asalnya dalam agama ini, karena mereka


sekali-kali tidak akan mampu (mengamalkannya), (sebagaimana


hadits Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam)" Maka sekali-kali


tidaklah seseorang memperberat agama melainkan akan


dikalahkan".


Maka ungkapan "Agama itu mudah" maknanya adalah :


"Bahwa agama yang Allah Shubhanahu wa ta’alla turunkan ini


semuanya mudah dalam hukum-hukum, syariat-syariat nya". Dan


kalaulah perkara (agama) diserahkan kepada manusia untuk


membuatnya, niscaya seorangpun tidak akan mampu beribadah


kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla. Maka jika orang-orang yang


menyelisihi syariat tidak mendapatkan "kekhususan" (tidak


mendapat celah sebagai pembenaran atas perbuatan mereka)


dengan hadits diatas, mereka akan lari kepada hadits-hadits lain,


6


 


7


yang dengannya mereka berhujjah bagi perbuatan mereka yang


menggampang-gampangkan dalam perkara agama.


Diantara hadits-hadits yang mereka jadikan alasan dalam


masalah ini, adalah sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam.





 "Sesungguhnya Allah menyukai keringanan-keringanannya diambil


sebagaimana -Dia membenci kemaksiatannya didatangi/dikerjakan"


[Hadits Riwayat Ahmad dan Ibnu Khuzaimah dan disahihkan olah Al


Albany]


 


Dalam riwayat lain.





 "Sebagaimana Allah menyukai kewajiban-kewajibannya didatangi"


Hadits lain adalah sabda Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa


sallam





"Mudahkanlah, janganlah mempersulit dan membikin manusia lari


(dari kebenaran) dan saling membantulah (dalam melaksanakan


tugas) dan jangan berselisih" [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]


Hadits yang ketiga.


]


 "Mudahkanlah, janganlah mempersulit, dan berikanlah kabar


gembira dan janganlah membikin manusia lari (dari kebenaran)".


[Hadits Riwayat Muslim dan Abu Dawud]


Adapun hadits yang pertama, wajib bagi kita untuk mengetahui


bahwa keringanan-keringanan dalam agama Islam banyak sekali,


diantaranya: berbukanya musafir ketika bepergian, orang yang


tertinggal dalam shalat boleh mengqadha (mengganti), orang yang


tertidur atau lupa boleh mengqadha shalat, orang yang tidak


mendapatkan binatang sembelihan dalam haji tamattu boleh


berpuasa, tayamum sebagai ganti wudhu ketika tidak ada air atau


ketika tidak mampu untuk berwudhu ... dan lainnya diantara


keringanan yang banyak tidak diamalkan kecuali jika terdapat


kesulitan dalam melaksanakan perintah yang sebenarnya.


Dan perlu kita perhatikan, bahwa keringanan-keringanan ini


adalah syari'at Allah Shubhanahu wa ta’alla dan sunnah Rasulullah


Shalallahu ‘alaihi wa sallam (dengan izin -Nya). Dan tidak


diperbolehkan seorang muslim manapun, untuk mendatangkan


8


(mengada-ada) keringanan (dalam masalah agama) tanpa dalil,


karena hal ini adalah termasuk mengadakan perkara baru dalam


agama yang tidak berdasar. Dan perhatikanlah wahai saudaraku


sesama muslim (surat Al-Baqarah ayat 185), yang menceritakan


tentang puasa dan keringanan berbuka bagi orang yang sakit atau





 "Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki


kesukaran bagimu" [Al baqarah/2 : 185]


Makna ini menerangkan makna mudah (menurut Allah Shubhanahu


wa ta’alla), yang maknanya adalah keringanan itu datangnya dari sisi


Allah Shubhanahu wa ta’alla saja, tiada sekutu bagi -Nya. Atau


(keringanan itu) dari syariat Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam


dengan wahyu dari Allah -Nya. Ayat ini juga menerangkan bahwa


makna mudah itu dengan mengikuti hukum Allah Shubhanahu wa


ta’alla (yang tiada sekutu bagi -Nya) dan mengikuti syariat -Nya.


Inilah yang berkenaan dengan hadits yang pertama tadi.


Adapun hadits yang kedua dan tiga, maka pengambilan dalil yang


dilakukan oleh orang-orang yang mengikuti hawa nafsu serta


9


 


10


menyelisihi syariat (dengan kedua hadits itu) adalah batil, dan


termasuk merubah sabda Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa


sallam dari makna yang sebenarnya, dan keluar dari makna yang


dimaksud.


Tafsir kedua hadits yang lalu berhubungan dengan para da'i


yang menyeru kepada agama Islam. Dalam kedua hadits itu


Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam memantapkan kaidah


penting dari kaidah-kaidah dasar dakwah kepada Allah Shubhanahu


wa ta’alla, yaitu berdakwah dengan lemah lembut dan tidak kasar.


Maka dakwah para dai yang sepatutnya disampaikan pertama kali


kepada orang-orang kafir adalah Syahadat, lalu Shalat, Puasa, Zakat.


Kemudian (hendaknya) mereka menjelaskan kepada manusia


tentang sunnah Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam, lalu


menerangkan amal perbuatan yang wajib, yang sunnah dan yang


makruh. Jika melihat suatu kesalahan yang disebabkan karena


kebodohan atau lupa, maka hendaklah bersabar dan mendakwahi


manusia dengan penuh kasih sayang dan kelembutan serta tidak


kasar. Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman.





"Maka disebabkan rahmat dari Allah -lah kamu berlaku lemah


lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati


kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu" [Ali


Imran/3 : 159]


Sesudah memahami hadits-hadits itu, dan penjelasan makna


keringanan dan kemudahan. Maka saya berkata kepada orang-orang


yang merubah dan mengganti makna-makna hadits-hadits tersebut


(karena ingin mengenyangkan hawa nafsu mereka dengan


perbuatan itu) :  


"Bertaqwalah kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dan


ikutilah apa yang diperintahkan kepada kalian, dan jauhilah larangan  -Nya, dan tahanlah (diri kalian) dari merubah sunnah Rasulullah


Shalallahu 'alaihi wa sallam, dan takutilah suatu hari yang kalian


dikembalikan kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla lalu setiap jiwa


akan disempurnakan dengan apa yang ia usahakan. Dan takutlah


kalian jangan sampai diharamkan dari mendatangi telaga Nabi


Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam lantaran kalian mengganti


agama Allah Shubhanahu wa ta’alla dan merubah sunnah Rasulullah


Shalallahu ‘alaihi wa sallam ". Saya mengharapkan dari Allah


Shubhanahu wa ta’alla yang Maha Hidup dan Maha Berdiri sendiri


agar memberi petunjuk kepada kita dan kaum muslimin seluruhnya


untuk mengikuti Al-Qur'an dan Sunnah Nabi -Nya, dan agar Allah


Shubhanahu wa ta’alla mengajarkan kepada kita ilmu yang


11


bermanfaat, dan memberi manfaat dari apa yang -Dia ajarkan, serta


memelihara kita dari kejahatan perbuatan bid'ah dan


penyelewengan, serta kejahatan mengubah dan mengganti (syariat


Allah).





 12



Tulisan Terbaru

Shalawat Kepada Nabi, ...

Shalawat Kepada Nabi, Keutamaan Serta Faidahnya