Artikel

Salafus Shalih:  


Berbuat Baik Kepada Teman





Muqodimah


Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam


semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa


sallam beserta keluarga dan seluruh sahabatnya.


Al-Khathib rahimahullah berkata: ‘Umar bin Ibrahim dan


Abu Muhammad al-Khallal mengabarkan kepada kami. Mereka


berkata: Ismail bin Muhammad bin Ismail al-Khatib menceritakan


kepada kami, Ia berkata: ‘Ahmab bin Hasan al-Muqri menceritakan


kepada kami. Ia berkata: Aku mendengar Abdullah bin Ahmad ad


Dauraqi. Ia berkata: Aku mendengar Muhammad bin Ali bin Hasan


bin Syaqiq. Ia berkata: Aku mendengar bapakku berkata: Abdullah


bin Mubarak rahimahullah, apabila tiba waktu haji, saudara


saudaranya dari penduduk Marwu berkumpul, mereka berkata:


‘Kami menemani engkau.’ Ia berkata: ‘Berikan kepadaku nafkah


kamu.’ Lalu ia mengambil nafkah (ongkos perjalanan) mereka,


meletakkannya di peti dan menguncinya, kemudian menyewakan


(kenderaan) untuk mereka, mengeluarkan mereka dari Marwu ke


Baghdad. Ia terus memberi nafkah untuk mereka, memberi makan


kepada mereka yang enak dan makanan ringan yang paling baik.


Kemudian ia mengeluarkan mereka dari Baghdad dengan pakaian


dan penampilan terbaik, hingga mereka sampai di kota Madinah, ia


3


berkata kepada setiap orang dari mereka: ‘Apakah keluarga kalian


minta dibelikan oleh- oleh dari kota Madinah? Ia berkata: iya hadiah


ini dan itu. Kemudian ia mengeluarkan mereka ke kota Makkah.


Tatkala ia selesai melaksanakan ibadah haji, ia berkata kepada setiap


orang dari mereka: ‘Apakah keluarga kalian minta dibelikan oleh


oleh dari kota Mekkah? Maka ia berkata: iya hadiah ini dan itu, lalu


ia membelikan untuk mereka, kemudian ia mengeluarkan mereka


dari kota Mekkah. Maka ia terus memberi nafkah untuk mereka


hingga sampai kota Marwu. Lalu ia memperbaiki rumah mereka.


Setelah tiga hari, ia melaksanakan walimah dan memberi pakaian


untuk mereka. Ketika mereka selesai makan dan merasa senang, ia


minta diambilan peti, lalu ia membukanya dan memberikan kepada


setiap orang dari mereka ikatan uangnya yang tertulis nama


pemiliknya.1


Dari Zaid bin Aslam, dari bapaknya, ia berkata: Ibnu Umar


radhiyallahu ‘anhu berkata: Wahai Abu Khalid 2, saya melihat Amirul


Mukminin (Umar ibnul Khattab radhiyallahu’anhu) selalu


bersamamu, tidak seorang pun yang selalu bersamanya dari teman


temanmu. Ia tidak keluar untuk safar kecuali engkau selalu


bersamanya, ceritakanlah kepadaku tentang hal itu.’ Ia menjawab:


1Siyar A’lam Nubala` 8/385-386.


2Abu Khalid adalah Aslam, Maula (budak yang dimerdekakan) Umar bin


Khaththab radhiyalllahu ‘anhu.


4


‘Ia (amirul mukminin) bukanlah orang yang paling utama mendapat


naungan (maksudnya, selalu bersama sama dalam segala hal), ia


membantu menyiapkan perbekalan kami dan menyiapkan


perbekalannya sendirian. Kami telah selesai pada satu malam, ia


telah membantu menyiapkan perbekalan kami dan ia menyiapkan


perbekalannya dan membaca sya’ir bahar rajaz:


Janganlah malam membuatmu berduka  -  berikanlah


pakaian dan sorban untuknya


Jadilah engkau bersama Nafi’ dan Aslam   -  dan layanilah


orang banyak sehingga engkau dilayani.3  


Dari Mush’ab bin Ahmad bin Mush’ab, ia berkata: ‘Abu


Muhammad al-Marwazi datang ke kota Baghdad dalam perjalanan


menuju Makkah dan aku ingin menemaninya. Aku datang


kepadanya dan meminta ijin kepadanya untuk menemainya namun


ia tidak mengijinkan pada tahun itu. Kemudian ia datang pada tahun  


kedua dan ketiga, aku datang kepadanya, memberi salam dan


bertanya kepadanya. Ia berkata: ‘Kamu boleh ikut dengan syarat:


salah seorang dari kita adalah amir (pemimpin) yang tidak boleh


3 Siyar A’lam Nubal` 4/99. Saya katakan: Semoga Allah ta’ala memberi


rahmat kepada Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu, ia tidak cukup hanya


melayani teman temannya saja, namun ia berbuat baik kepada bekas bekas


budaknya dan melayani mereka di saat safar, padahal merekalah


seharusnya yang melayaninya.


5


ditentang oleh yang lain.’ Aku berkata: ‘Engkaulah amir. Ia


menjawab: Tidak, tetapi engkaulah amir.’ Aku berkata: ‘Engkau lebih


utama dan lebih tua.’ Ia berkata: ‘Aku terima, tapi engkau jangan


membantah aku.’ Aku berkata: ‘Ya.’ Aku berangkat bersamanya.


Apabila tiba waktu makan, ia mengutamakan aku. Apabila aku


menentang, ia berkata: ‘Bukanlah sudah kusyaratkan bahwa engkau


tidak boleh membantah? Begitulah seterusnya kami, sehingga aku


menyesal menyertainya karena telah menyusahkan dirinya.


Pada satu ketika, kami kehujanan dan kami sedang


berjalan, ia berkata kepadaku: Wahai Abu Ahmad, carilah miil


(penunjuk jarak) 4.’ Kemudian ia berkata kepadaku: ‘Duduklah di


dasarnya.’ Lalu ia menyuruhku duduk di dasarnya dan tangannya


memegang mail sambil berdiri menunduk atasku, dan atasnya ada


pakaian yang sudah basah menaungiku dari hujan sehingga aku


berangan angan tidak keluar bersamanya karena telah


merugikannya. Seperti inilah kebiasaannya sehingga memasuki kota


Makkah, semoga Allah memberi rahmat kepadanya.5


4Maksudnya: pergilah ke miil yang terdekat. Mail adalah batu yang berdiri


tegak dibuat untuk para musafir –terutama di jalan Makkah- sebagai


petunjuk dan mengetahui jarak. Jarak di antara satu miil dengan yang lain


adalah sejauh mata memandang.


5Sifat Shafwah 4/148-149.


6


Bilal bin Sa’ad meriwayatkan dari orang yang melihat Sa’ad


bin Abdullah at-Tamimy di negeri Romawi, dan ia memiliki baghal


yang ia menungganginya secara bergantian dan membawa para


muhajirin secara bergantian. Bilal berkata: Adalah ia, bila


memperhatikan orang yang berperang ia ingin menemainya, apabila


ia melihat rombongan yang disukainya, ia mensyaratkan kepada


mereka bahwa ia melayani mereka, ia mengumandangkan azan, dan


memberi nafkah kepada mereka sebatas kemampuannya.6


6Lihat Siyar A’lam Nubala 4/17.


7



Tulisan Terbaru

Sejarah dan Pola Gera ...

Sejarah dan Pola Gerakan Kristenisasi

Sebab-sebab Terhapus ...

Sebab-sebab Terhapusnya Berkah