Artikel

Riya' Penyakit Akut yang


Mengerikan


[ Indonesia – Indonesian –





 Syaikh  Amin bin Abdullah asy-Syaqawi


Terjemah : Abu Umamah Arif Hidayatullah


Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad


2013 - 1435





Riya' Penyakit Akut yang Mengerikan


Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam


semoga tercurah kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam .


Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan


benar melainkan Allah Ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi


Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa


sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:


Termasuk dosa yang paling besar disisi Allah Shubhanahu


wa ta’alla ialah menyekutukan Dirinya dengan selain Allah azza wa


jalla. Hal itu, sebagaimana sangat tegas Allah Shubhanahu wa ta’alla


nyatakan dalam sebuah firman -Nya:





"Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka


adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung,


atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh".  (QS al-Hajj: 31).


 


Dalam surat al-Ma'un Allah Shubhanahu wa ta’alla mencela


orang-orang yang sholat, numun ditujukan bukan untuk -Nya.


Dimana Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman:





"Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (yaitu) orang


orang yang lalai dari shalatnya. orang-orang yang berbuat riya. dan


enggan (menolong dengan) barang berguna".  (QS al-Maa'un: 4-7).


 


Imam Ibnu Qoyim menjelaskan: "Dan kesyirikan ini adalah


lautan yang tak bertepi (karena begitu banyak ragamnya). Dan


sangat sedikit sekali yang bisa selamat darinya. Sehingga


barangsiapa yang menginginkan amalannya bukan untuk


mendekatkan diri kepada Allah ta'ala maka dirinya telah terjatuh


dalam lubang kesyirikan pada iradah (keinginan) serta niatnya.


Sedangkan yang dinamakan ikhlas ialah memurnikan


kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla pada ucapan, perbuatan, niat


dan keinginannya. Maka ini termasuk dari ajaran agama yang lurus,


yaitu agamanya nabi Ibrahim 'alaihi sallam, yang mana Allah


Shubhanahu wa ta’alla memerintahkan seluruh seluruh hamba -Nya


untuk beragama dengan ajaran tersebut, dan -Dia menegaskan tidak


akan menerima selain dari ajaran itu, inilah sejatinya agama Islam.


Sebagaimana dijelaskan oleh Allah ta'ala dalam firman -Nya:





"Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali


tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya, dan dia di akhirat


termasuk orang-orang yang rugi". (QS al-Imran: 85).  


Inilah milah (agamanya) nabi Ibrahim, sehingga barangsiapa yang


membencinya maka dia termasuk orang yang paling bodoh". 0F


 1


Dalam sebuah hadits disebutkan, sebagaimana yang


diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Jundub bin Abdillah


radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa


sallam pernah bersabda:





"Barangsiapa (beramal) tujuannya untuk didengar (oleh manusia)


maka Allah akan memperdengarkan padanya. Dan barangsiapa


(beramal) dengan tujuan supaya dilihat (orang) maka Allah akan


memperlihatkan padanya". HR Bukhari no: 6499. Muslim no: 2987.


 


                                                           


1 . ad-Daa'u wa Dawa'u oleh Ibnu Qoyim hal: 194.


Kalimat riya'  di ambil dari asal kata ru'yah yang artinya


seseorang menyukai jika dilihat oleh orang lain. Lalu dirinya beramal


sholeh dengan tujuan supaya mereka memujinya.


Perbedaan antara riy'a dengan sum'ah adalah kalau riya'


dari amal perbuatan yang kelihatannya dilakukan karena Allah


Shubhanahu wa ta’alla namun bathinnya berniat supaya


diperhatikan orang, seperti halnya orang yang sedang melakukan


sholat atau bersedekah. Adapun sum'ah ialah memperdengarkan


perkataannya yang secara dhohir untuk Allah Shubhanahu wa ta’alla


namun, dirinya mempunyai tujuan untuk selain -Nya, seperti halnya,


orang yang sedang membaca al-Qur'an atau berdzikir, berceramah,


serta lainnya dari amalan lisan.


Tujuan orang yang berbicara tadi adalah supaya didengar


perkataannya oleh orang lain sehingga mereka memujinya seraya


mengatakan dirinya luar biasa dalam menyampaikan materi, atau


khutbahnya sangat mengena, atau suaranya sungguh indah tatkala


membaca al-Qur'an..demikian seterusnya. 2


Adapun makna ra'allah dan sam'a dalam hadits diatas,


dijelaskan oleh beberapa ulama: 'Sesungguhnya Allah Shubhanahu


wa ta’alla akan membuka aibnya kelak pada hari kiamat'.


2 . I'anatul Mustafid bii Syarh Kitabut Tauhid karya Syaikh Sholeh al


Fauzan 2/90.


6


Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh


Imam Ahmad dalam musnadnya, dari Abu Hindun ad-Daari


radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Nabi Muhammad Shalallahu


'alaihi wa sallam pernah bersabda:





 "Barangsiapa yang berdiri karena riya' dan sum'ah, maka Allah akan


membuka serta memperlihatkan aibnya kelak pada hari kiamat". HR


Ahmad 37/7 no: 22322.


Dan riya' ini bisa terjadi, ada kalanya ketika seseorang


menginginkan supaya dipuji dan disanjung sama orang lain, bahkan


bisa terjadi manakala dirinya berusaha menghindar dari celaan


mereka. Seperti halnya, seseorang yang memperbagusi sholatnya


supaya tidak dikatakan sholatnya ngebut, cepat sekali. Atau ingin


menguasai kepunyaan orang lain.


Yang membenarkan hal tersebut adalah hadits yang


dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Musa al-Asy'ari


radhiyallahu 'anhu, beliau bercerita:





 "Rasulallah shalallahu 'alaihi wa sallam pernah ditanya tentang


seseorang yang berangkat ke medan jihad karena pemberani, atau


karena membela negerinya, atau supaya dilihat orang, manakah


ketiga orang tersebut yang telah berjihad dijalan Allah? Maka beliau


menjawab: "Barangsiapa yang berjihad supaya kalimat Allah


menjadi tinggi maka dialah orang yang berjihad dijalan Allah". HR


Bukhari no: 2810. Muslim no: 1904.


Perkataan penanya: "Karena pemberani". Maksudnya


dirinya berangkat jihad supaya dikenal dan dikenang sebagai


seorang pemberani. Adapun ucapannya: "Berperang untuk


membela". Maksudnya perangnya bertujuan untuk membela


keluarga, atau kabilah, kerabat, atau temannya.


Atau kemungkinan kedua maksud ucapannya bisa diartikan


berperang untuk membela diri dari mara bahaya. Sedangkan


ucapannya: "Berperang supaya dilihat". Maksudnya supaya dilihat


kedudukannya dimata manusia. Orang pertama jelas, adapun orang


8


kedua karena dirinya sum'ah sedangkan yang terakhir karena riya',


maka semuanya tercela. 3


Dan riya' ini sejatinya adalah syirik yang tersembunyi.


Seperti diterangkan dalam sebuah hadits, yang diriwayatkan oleh


Ibnu Khuzaimah dari Mahmud bin Labid radhiyallahu 'anhu, beliau


menceritakan: "Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah keluar


dari rumahnya, lalu bersabda:





 "Wahai manusia, hati-hatilah kalian dari kesyirikan yang


tersembunyi". Maka para sahabat bertanya: "Wahai Rasulallah, apa


kesyirikan yang tersembunyi itu? Beliau menjawab: "Seseorang yang


berdiri mengerjakan sholat, lalu dirinya memperbagusi sholat


dengan sungguh-sungguh tatkala ada manusia yang melihat


kepadanya. Itulah yang dinamakan syirik yang tersembunyi". HR


Ibnu Khuzaimah 2/67 no: 937. Dinyatakan hasan oleh al-Albani


dalam shahih Targhib wa Tarhib 1/119 no: 31.


3


 . Fathul Bari 6/28.


9


Hanya saja dinamakan riya' dengan perbuatan syirik yang


tersembunyi, dikarenakan pelakunya menampakan dimata orang


lain amalannya untuk Allah Shubhanahu wa ta’alla, namun dirinya


mempunyai tujuan untuk selain -Nya atau bahkan untuk yang


disekutukan. Dan dirinya memperbagusi sholat untuknya, sedangkan


niat, tujuan serta amalan hati itu tidak ada yang mengetahuinya


melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla.4


Bahaya Riya':


Riya' juga termasuk syirkun asghar (syirik kecil).


Sebagaimana dipaparkan dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh


Imam Ahmad dalam musnadnya dari sahabat Mahmud bin Labid


radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Nabi Muhammad Shalallahu


‘alaihi wa sallam pernah bersabda:





 "Sesungguhnya tidak ada yang paling aku khawatirkan atas kalian


dari pada syirik kecil". Para sahabat bertanya: "Apa syirik kecil itu


wahai Rasulallah? Beliau berkata: "Riya'. Allah ta'ala kelak akan


berkata pada hari kiamat apabila manusia telah menerima balasan


selaras amalannya masing-masing: 'Pergilah kalian kepada orang


orang yang kalian berbuat riya' padanya ketika didunia, lalu lihatlah


apakah kalian menjumpai disisinya balasan?!  HR Ahmad 39/39 no:


2363.


Artinya amalan orang yang berbuat riya' itu hilang, di mana


kelak pada hari kiamat mereka disuruh untuk mendatangi orang


orang yang dirinya berbuat riya' padanya ketika didunia, lalu


dikatakan padanya: 'Lihatlah apakah kalian mendapati


ganjarannya". Maksudnya mereka-mereka yang kalian berusaha


untuk memperbagusi amalan dihadapannya ketika didunia, apakah


kalian mendapati disisi mereka pahala?!.  


Seorang penyair berkata dalam qosidahnya:


Tiap orang akan mengetahui seluruh perbuatannya


Jika sampai di sisi Allah yang Maha Mengetahui


11


 


12


Dampak terburuk dari perbautan riya' ini adalah akan


memasukan pelakunya ke dalam neraka. Sebagaimana di tegaskan


dalam hadits Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang


diriwayatkan oleh Imam Muslim. Bahwa Nabi Muhammad


Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:





"Sesungguhnya orang pertama yang akan dihukumi kelak pada hari


kiamat ialah seseorang yang mati syahid. Dirinya dihadapkan


kepada Allah, lalu diperlihatkan nikmat sebagai balasannya, dan


iapun mengakuinya. Kemudian dia ditanya: "Apa yang engkau


kerjakan? Dia menjawab: "Aku terbunuh dijalan Mu sampai kiranya


aku mati syahid". Allah menyanggah: "Dusta kamu. Akan tetapi


engkau berjihad supaya dikatakan pemberani, dan kamu telah


mendapatkan". Lantas orang tersebut diperintahkan supaya diseret


wajahnya hingga dicemplungkan ke dalam neraka.


Kemudian seseorang yang mempelajari ilmu lalu


mengajarkannya, dan membaca al-Qur'an. Dirinya didatangkan


menghadap Allah, lalu diperlihatkan nikmat-nikmat yang akan


diperolehnya, dan ia pun mengakuinya. Kemudian dia ditanya: "Apa


yang engkau dulu kerjakan? Ia menjawab: "Aku belajar ilmu lalu


mengajarkan pada orang lain. Dan aku membaca al-Qur'an untuk


Mu". Allah menyanggah: "Dusta kamu, akan tetapi, engkau belajar


ilmu supaya dikatakan sebagai orang yang alim, dan engkau


membaca al-Qur'an supaya dikatakan qori' (ahli membaca al


Qur'an), dan kamu telah memperolehnya. Kemudian dirinya


diperintahkan supaya diseret wajahnya hingga dimasukkan ke


dalam neraka.


Kemudian seseorang yang telah dilapangkan oleh Allah dan


dikasih berbagai macam jenis harta seluruhnya. Dirinya didatang


kepada Allah, lalu diperlihatkan nikmat-nikmat yang akan


diperolehnya, dan ia pun mengakuinya. Kemudian dia ditanya: "Apa


yang dulu engkau kerjakan? Dia menjawab: "Tidak ada yang aku


lewatkan satu sarana pun yang Engkau cintai supaya berinfak


didalamnya melainkan pasti aku berinfak padanya untuk Mu". Allah


menyanggah: "Dusta kamu, akan tetapi, engkau melakukannya


supaya dikatakan dermawan, dan engkau sudah mendapatkannya".


Kemudian diperintahkan supaya dirinya diseret wajahnya lalu


dilemparkan ke dalam neraka". HR Muslim no: 1905.


Al-Hafidh Ibnu Rajab menjelaskan: "Orang yang pertama


kali dicemplungkan ke dalam neraka dari kalangan orang yang


bertauhid diantara hamba Allah Shubhanahu wa ta’alla adalah


orang yang berbuat riya' di dalam amalannya. Yang terdepan ialah


orang alim, mujahid, dan penderma yang semuanya beramal karena


bertujuan riya'.


Itu menunjukan bahwa perbuatan riya' termasuk kategori


perbuatan syirik, dan itu dikarenakan orang yang berbuat riya' tidak


mengetahuinya melainkan kebodohannya akan ke agungan Sang


Pencipta". 5


Catatan:


Dalam hal ini ada dua catatan penting yang harus diperhatikan:


5 . Kalimatul Ikhlas hal: 39.


14


Pertama: Bahwa senangnya seorang hamba manakala dipuji oleh


orang lain sedangkan dirinya sama sekali tidak bermaksud supaya


dipuji, maka keikhlasan dirinya tidak aib sama sekali. Selagi dirinya


memulai amalannya dengan ikhlas, dan keluar dari ibadah itupun


rasa ikhlasnya terus mengirinya.


Dalilnya adalah sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam


Muslim dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu, beliau berkata:





 "Pernah dikatakan kepada Rasulallah shalallahu 'alaihi wa sallam:


'Bagaimanakah menurutmu dengan seseorang yang beramal


kebajikan lalu dirinya dipuji oleh manusia? Beliau menjawab: "Itu


termasuk kabar gembira yang disegerakan bagi seorang mukmin".


HR Muslim no: 2642.


Ibnu Rajab menjelaskan: "Apabila ada orang yang beramal


suatu amalan karena Allah Shubhanahu wa ta’alla secara ikhlas


kemudian -Dia menempatkan padanya pujian yang baik dihati orang


yang beriman dengan sebab amalannya tersebut, kemudian dirinya


merasa bahagia dengan karunia dan rahmat serta kabar gembira


15


yang diberikan Allah Shubhanahu wa ta’alla padanya, maka hal


tersebut tidak mengganggu keikhlasannya". 6


kedua: Seorang mukmin tidak meninggalkan suatu ibadah karena


orang lain. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah menuturkan: "Bagi


seseorang yang sudah punya kebiasan yang masyru' (disyari'atkan)


semisal sholat dhuha, atau sholat malam, atau yang lainnya. Maka


dirinya sholat dimanapun dirinya berada. Dan tidak sepatutnya dia


meninggalkan kebiasaan baiknya tersebut dikarenakan sedang


berada dihadapn orang, dimana Allah Shubhanahu wa ta’alla


mengetahui dari hatinya kalau dirinya mengerjakan secara ikhlas


tatkala sendirian, dan hal itu tentunya sambil dibarengi usahanya


untuk selamat dari perbuatan riya' serta perusak keikhlasannya". 7


Kesimpulannya:


Bahwa perbuatan riya' akan menghapus amal ibadah,


penyebab murkanya Allah Shubhanahu wa ta’alla, laknat serta


dibenci oleh -Nya. Perbuatan riya' termasuk dosa besar yang


menghancurkan, bagian dari syirik kecil yang tidak akan diampuni


pelakunya jika sampai meninggal, bahkan dirinya terancam adzab


6 . Jami'ul Ulum wal Hikam 1/83.


7 . Majmu Fatawa 2/263.


16


 


17


dan siksa sesuai dengan ukurannya. Allah Shubhanahu wa ta’alla


menjelaskan akan hal itu dalam firman -Nya:





"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia


mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa


yang dikehendaki -Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah,


Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar".  (QS an-Nisaa':


48).


 


Sehingga sepantasnya bagi seorang muslim untuk


meninggalkan sekuat tenaga perbuatan riya' ini. berusaha


semampunya untuk menghilangkan dalam dirinya, kemudian


mengikhlaskan amal ibadahnya karena Allah Shubhanahu wa ta’alla,


baik dalam ucapan, perbuatan, keinginan serta segala urusannya.


Dimana Allah Shubhanahu wa ta’alla mengatakan dalam firman


Nya:



 





"Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan


matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu


bagi -Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan


aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada


Allah)". (QS al-An'am: 162-163).


Akhirnya kita tutup kajian kita dengan mengucapkan segala


puji hanya bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla Rabb seluruh makhluk.


Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah curahkan kepada


Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam , kepada keluarga


beliau serta para sahabatnya.


18



Tulisan Terbaru

Salafus Shalih dan Me ...

Salafus Shalih dan Menjaga Waktu

Safar, Definisi Dan H ...

Safar, Definisi Dan Hukumnya