Artikel




TANYA JAWAB TENTANG


BULAN RAMADAN UNTUK


ANAK-ANAK DAN DEWASA


Lembaga Layanan Konten Islami


dalam Berbagai Bahasa


2


3


Dengan menyebut nama Allah Yang Maha


Pengasih, Maha Penyayang


Mukadimah


Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan


bulan Ramadan dan mengkhususkannya dengan


banyak keutamaan dibandingkan bulan dan hari


lainnya. Selawat dan salam semoga senantiasa


tercurah kepada Muhammad bin Abdullah,


beserta keluarga dan para sahabatnya.


Amabakdu:


Ini adalah kumpulan tanya jawab tentang


bulan Ramadan untuk anak-anak dan dewasa. Di


dalamnya terdapat penjelasan tentang hal-hal


yang wajib, sunnah, dan yang dianjurkan dalam


menyambut bulan Ramadan yang penuh berkah.


Seorang pendidik dapat memilih pertanyaan yang


sesuai dengan anak dan usianya.


Para sahabat yang mulia -raḍiyallāhu 'anhum-


pada zaman dahulu sudah membiasakan anak-


anak mereka agar berpuasa sejak kecil, supaya


mereka terbiasa mengerjakan ketaatan ini.


Disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan


oleh Ar-Rubayyi' binti Mu'awwiż bin 'Afrā` -


raḍiyallāhu 'anhā-, ia berkata, "Rasulullah,


mengirimkan beberapa utusan pada waktu pagi,


hari Asyura ke perkampungan kaum Ansar yang


berada di sekitar Madinah, seraya menyeru,


4


«


‘Siapa saja yang hari ini berpuasa, maka


lanjutkan puasanya, dan bagi yang tidak berpuasa,


maka hendaklah ia menahan diri (dari makan dan


minum) selama sisa hari itu.’


Setelah itu, kami pun berpuasa pada hari


tersebut dan membiasakan anak-anak kecil kami


untuk berpuasa, atas kehendak Allah. Lalu kami


pergi ke masjid, dan kami buatkan mainan yang


terbuat dari bulu, jika di antara mereka ada yang


menangis ingin makan, kami berikan mainan


tersebut sampai tiba waktu berbuka puasa." (HR.


Bukhari, no. 1960 dan Muslim, no. 1136, dan lafaz


ini miliknya).


Dalam hadis ini disebutkan, bahwa para


sahabat membuat mainan untuk anak-anak


mereka, yang terbuat dari bulu, yaitu wol yang


berwarna, Jika salah satu dari mereka menangis


karena lapar, mereka memberinya mainan itu


agar terhibur sampai waktu berbuka puasa tiba.


Hal ini dilakukan untuk memotivasi dan melatih


anak-anak dalam beribadah.


Akan tetapi ada catatan penting di sini, bila


seorang anak sudah terlihat benar-benar lesu,


maka tidak seharusnya ia dipaksa untuk


menyelesaikannya. Hal ini agar tidak


menyebabkan kebencian terhadap ibadah, tidak


mendorongnya untuk berbohong, atau


5


menimbulkan dampak kesehatan yang buruk,


sebab ia belum masuk kategori mukalaf, maka hal


ini harus diperhatikan, dan tidak boleh bersikap


keras dalam menyuruhnya untuk berpuasa.


Sebagai pelengkap faedah, akan kami


paparkan permasalahan-permasalahan yang


mesti diketahui orang-orang dewasa, dan harus


dihindari saat sedang mengarahkan anak-anak


kecil; serta kami telah menandainya di tempatnya


dengan tanda kurung seperti ini: {Untuk orang


dewasa}.


Demikianlah, dan hanya kepada Allah kami


memohon agar memberikan manfaat darinya dan


menerimanya.


6


Tanya Jawab


Apa itu bulan Ramadan?


Jawab:


Bulan Ramadan adalah bulan terbaik dalam


setahun. Ia merupakan bulan kesembilan dalam


kalender hijriah, dan berpuasa di bulan ini adalah


salah satu rukun Islam yang lima.


Dari Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā-


meriwayatkan, ia berkata, Rasulullah, bersabda,





"Islam itu dibangun di atas lima perkara: bersaksi


bahwa tidak tuhan yang berhak disembah kecuali


Allah, dan bersaksi bahwa Muhammad adalah


utusan Allah, mendirikan salat, membayar zakat,


beribadah haji, dan berpuasa pada bulan Ramadan."


(HR. Bukhari, no. 8 dan Muslim, no. 16).


Apakah wajib berpuasa di bulan Ramadan?


Jawab:


Ya. Berpuasa di bulan Ramadan itu wajib,


karena ia termasuk salah satu rukun Islam.


Dalilnya, firman Allah Ta'ala,





"Wahai orang-orang yang beriman!


Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana


diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu


bertakwa." [QS. Al-Baqarah: 183].





Kata "kutiba 'alaikum" maknanya diwajibkan


atas kalian.


Dan firman Allah Ta'ala,





"Karena itu, barang siapa di antara kamu ada di


bulan itu, maka berpuasalah." [QS. Al-Baqarah: 185].


Apa yang dimaksud dengan puasa?


Jawab:


Beribadah kepada Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-


dengan menahan lapar dan dahaga serta segala


hal yang membatalkannya, sejak terbitnya fajar


hingga terbenam matahari, disertai dengan niat.


Dalilnya adalah firman Allah Ta'ala,





"Makan dan minumlah hingga jelas bagimu


(perbedaan) antara benang putih dan benang


hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah


puasa sampai (datang) malam." [QS. Al-Baqarah:


187].


8


Maksudnya, makan dan minumlah sepanjang


malam hingga jelas bagi kalian terbitnya fajar


sadik, yaitu munculnya cahaya putih fajar yang


terpisah dari kegelapan malam. Kemudian,


sempurnakanlah puasa dengan menahan diri dari


hal-hal yang membatalkan puasa, mulai dari


terbit fajar hingga matahari terbenam.


Apa saja keutamaan bulan Ramadan?


Jawab:


Keutamaannya banyak, di antaranya:


1- Al-Qur`an diturunkan di bulan Ramadan.


Allah Ta'ala berfirman,





"Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di


dalamnya diturunkan Al-Qur`an, sebagai petunjuk


bagi manusia dan penjelasan-penjelasan


mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang


benar dan yang batil)." [QS. Al-Baqarah: 185].


2- Pintu-pintu surga dibuka


3- Pintu-pintu neraka ditutup


4- Setan-setan dibelenggu dan dirantai, sehingga


tidak leluasa untuk mengganggu kaum


muslimin, seperti yang biasanya dilakukan di


bulan lain.


9


Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan,


ia berkata, Rasulullah, bersabda,





"Apabila bulan Ramadan tiba, pintu-pintu surga


dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-


setan dibelenggu." (HR. Bukhari, no. 3277 dan


Muslim, no. 1079).


5- Di dalamnya terdapat lailatulkadar, malam


yang lebih baik dari seribu bulan, bagi siapa


saja yang menghidupkannya dengan iman dan


mengharapkan pahala.


Allah Ta'ala berfirman,





"Malam kemuliaan (lailatulkadar) itu lebih


baik daripada seribu bulan." [QS. Al-Qadr: 3].


6- Allah telah memilih bulan Ramadan dengan


mewajibkan puasa, yang merupakan salah


satu amalan terbesar dan paling mulia yang


mendekatkan hamba kepada Allah Ta'ala.


Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan,


ia berkata, Aku mendengar Rasulullah,


bersabda,





"Allah -'Azza wa Jalla- berfirman, 'Setiap


amalan anak Adam miliknya, kecuali puasa, ia


milik-Ku dan Aku sendiri yang akan memberikan


balasannya', demi Zat yang jiwa Muhammad


berada di tangan-Nya, sungguh aroma mulut


orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah


daripada aroma kasturi." (HR. Bukhari, no. 1904


dan Muslim, no. 1151).


Kata "aroma mulut orang yang berpuasa"


yakni perubahan aroma mulut.


7- Siapa yang berpuasa dan mengerjakan salat


malam di bulan Ramadan karena Allah, niscaya


dosanya yang telah lalu akan diampuni.


Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan,


ia berkata, Rasulullah, bersabda,





"Siapa yang berpuasa di bulan Ramadan karena


iman dan berharap pahala-Nya, niscaya dosa yang


telah lalu akan diampuni." (HR. Bukhari, no. 38


dan Muslim, no. 760). Dan hadis,





"Siapa saja yang mengerjakan salat malam di


bulan Ramadan karena iman dan berharap pahala-


Nya, niscaya dosanya yang telah lalu akan diampuni."


(HR. Bukhari, no. 37 dan Muslim, no. 759).


11


Kata "karena iman" yakni beriman kepada


Allah, dan meyakini bahwa puasa tersebut adalah


kewajiban yang ditetapkan oleh-Nya -Subḥānahu-.


Kata "berharap pahala-Nya" yakni meminta


pahala dan ganjaran dari Allah Ta'ala, bukan


lantaran ria atau motif lainnya yang menafikan


keikhlasan.


8- Ibadah umrah pada bulan Ramadan


pahalanya setara dengan pahala ibadah haji.


Ibnu Abbas -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan,


ia berkata, Nabi, bersabda,





"Ibadah umrah pada bulan Ramadan seperti


ibadah haji atau beribadah haji bersamaku." (HR.


Bukhari, no. 1863 dan Muslim, no. 1256).


Kata "seperti ibadah haji" yakni pahalanya


setara dengan pahala ibadah haji.


9- Seseorang yang memberi makanan berbuka


untuk orang yang puasa, maka ia juga


mendapatkan pahala yang sama dengannya.


Zaid bin Khalid Al-Juhani -raḍiyallāhu 'anhu-


meriwayatkan, ia berkata, Rasulullah, bersabda,





"Siapa yang memberi makanan untuk berbuka


kepada orang yang berpuasa, maka ia akan


12


mendapatkan pahala seperti pahala orang yang


berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang


yang berpuasa sedikit pun." (HR. Tirmizi, no. 807


dan Ibnu Majah, no. 1746).


10- Allah membebaskan hamba-hamba dari


neraka di setiap malam di bulan Ramadan.


Jabir bin Abdullah -raḍiyallāhu 'anhumā-


meriwayatkan, ia berkata, Nabi, bersabda,





"Sesungguhnya Allah membebaskan hamba-


hamba dari neraka pada setiap waktu berbuka,


dan hal itu terjadi di setiap malam (bulan


Ramadan)." (HR. Ibnu Majah, no. 1643).


11- Puasa Ramadan menjadi sebab


dihapuskannya dosa-dosa yang telah lalu


sejak Ramadan sebelumnya, asalkan


seseorang menjauhi dosa-dosa besar.


Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-


meriwayatkan, ia berkata, Rasulullah, bersabda,





"Salat lima waktu, salat Jumat ke Jumat berikutnya,


Ramadan ke Ramadan berikutnya, adalah penghapus


dosa-dosa di antara keduanya, selama menjauhi dosa-


dosa besar." (HR. Muslim, no. 233).


13


Dosa-dosa besar memerlukan taubat yang


khusus. Secara umum, dalil-dalil menunjukkan


bahwa bulan Ramadan adalah bulan ibadah,


kebaikan, kemurahan hati, rahmat, ampunan, dan


pembebasan dari neraka.


Apa saja keutamaan-keutamaan puasa?


Jawab:


Berikut ini beberapa keutamaan puasa:


1- Allah sendiri yang akan memberikan


balasannya secara khusus, berbeda dengan


amalan-amalan lainnya.


Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan-,


ia berkata, Nabi, bersabda,





"Setiap amalan anak Adam miliknya, kecuali


puasa, sungguh itu milik-Ku dan Aku sendiri yang


akan memberikan balasan kepadanya." (HR.


Bukhari, no. 1904 dan Muslim, no. 1151).


2- Puasa sebagai tameng, yakni perisai dan


pelindung dari neraka.


Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan-,


ia berkata, Nabi, bersabda,





"Puasa itu adalah tameng." (HR. Bukhari, no.


1904 dan Muslim, no. 1151).


14


3- Aroma mulut orang yang berpuasa, meskipun


tercium tidak sedap, lebih harum di sisi Allah


daripada aroma kasturi.


Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan-,


ia berkata, Nabi, bersabda,





"Dan demi Zat yang jiwa Muhammad berada di


tangan-Nya, sungguh aroma mulut orang puasa


lebih wangi di sisi Allah pada hari Kiamat daripada


aroma kasturi." (HR. Bukhari, no. 1894 dan


Muslim, no. 1151).


4- Orang puasa memiliki dua kebahagiaan.


Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan-,


ia berkata, Nabi, bersabda,





"Orang puasa memiliki dua kebahagiaan: bahagia


saat berbuka dan bahagia saat bertemu Tuhannya."


(HR. Bukhari, no. 1904 dan Muslim, no. 1151).


5- Ada surga yang pintunya tidak akan dimasuki


kecuali orang-orang yang berpuasa.


Sahl -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari


Nabi,, bahwa beliau bersabda,


15





"Sesungguhnya di surga ada satu pintu yang


disebut Ar-Rayyān, Pada hari Kiamat, orang-orang


yang berpuasa akan masuk melalui pintu itu, tidak


ada seorang pun selain mereka yang akan


memasukinya. Dikatakan, ‘Di mana orang-orang


yang berpuasa?’ Maka mereka pun berdiri dan


tidak ada seorang pun selain mereka yang akan


memasukinya. Setelah mereka masuk, pintu itu


ditutup, sehingga tidak ada lagi yang bisa


memasukinya." (HR. Bukhari, no. 1896 dan


Muslim, no. 1152).


6- Doa orang puasa tidak akan tertolak.


Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-


meriwayatkan, ia berkata, Rasulullah, bersabda,





"Ada tiga jenis doa yang tidak akan ditolak: -di


antara mereka- orang yang berpuasa sampai ia


berbuka." (HR. Tirmizi, no. 3598).


Apa hikmah dan faedah puasa?


Jawab:


Puasa memiliki banyak hikmah yang agung


dan mulia, di antaranya:


16


1- Hikmah terbesar yang Allah Ta'ala sebutkan


adalah bahwa puasa sebagai sarana


mewujudkan ketakwaan, dan takwa adalah


menjalankan perintah Allah Ta'ala serta


meninggalkan segala yang Dia larang.


Allah Ta'ala berfirman,





"Wahai orang-orang yang beriman!


Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana


diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu


bertakwa." [QS. Al-Baqarah: 183].


2- Puasa melatih manusia untuk bersabar,


sedangkan kesabaran adalah inti dari segala


urusan.


Kesabaran ada tiga jenis: bersabar dalam


menjalankan ketaatan kepada Allah sehingga bisa


dikerjakan, bersabar untuk tidak bermaksiat


kepada Allah sehingga bisa ditinggalkan, dan


bersabar terhadap takdir-Nya.


3- Di antara faedah puasa Ramadan,


menampakkan peribadahan kepada Allah -


'Azza wa Jalla- di seluruh lapisan masyarakat.


Anda mendapati seluruh kaum muslimin dari


timur hingga barat mengerjakan puasa secara


serentak pada bulan ini.


17


4- Membiasakan diri untuk mengerjakan


ketaatan dan ibadah, terutama puasa.


5- Membiasakan diri agar bisa meninggalkan


sesuatu karena Allah Ta'ala.


6- Orang puasa merasakan nikmat Allah Ta'ala


yang diberikan kepadanya, di antaranya


nikmat makanan dan minuman.


7- Puasa menjadikan seseorang merasakan apa


yang dialami orang-orang yang lemah, fakir,


dan miskin serta timbul rasa kasih sayang


kepada mereka; karena ia mengalami rasa


lapar.


8- Puasa melemahkan pengaruh dan gangguan


setan.


9- Puasa melatih diri untuk ikhlas dan


murāqabah (merasa diawasi oleh-Nya).


Tidak ada yang dapat mencegah orang yang


berpuasa untuk makan atau minum kecuali


kesadarannya bahwa Allah Ta'ala senantiasa


mengawasinya.


10- Puasa bisa menyehatkan dan menguatkan


tubuh, sebagaimana telah ditetapkan oleh


para dokter.


Apa saja yang membatalkan puasa?


Jawab:


1- Makan dan minum dengan sengaja pada siang


hari bulan Ramadan; berdasarkan firman


Allah Ta'ala,


18





"Kemudian sempurnakanlah puasa sampai


(datang) malam." [QS. Al-Baqarah: 187].


Adapun orang yang makan atau minum karena


lupa, maka puasanya tetap sah, dan ia harus


segera menahan diri (berhenti makan atau


minum) jika ia teringat atau diingatkan bahwa ia


sedang berpuasa, sebagaimana sabda beliau,,





"Siapa yang lupa saat berpuasa, lalu makan


atau minum, hendaklah ia melanjutkan puasanya,


karena sesungguhnya Allah yang telah memberi


makan dan minum kepadanya." (HR. Bukhari, no.


1933 dan Muslim, no. 1155).


2- Muntah secara sengaja, yaitu mengeluarkan


apa yang ada di dalam perut berupa makanan


atau minuman melalui mulut dengan sengaja;


sedangkan jika muntah itu terjadi tanpa


disengaja dan keluar tanpa kehendaknya,


maka hal itu tidak mempengaruhi puasanya.


Hal ini berdasarkan sabda Nabi,,





"Siapa yang muntah tanpa sengaja, maka tidak


ada kewajiban menggantinya, adapun siapa yang


muntah dengan sengaja, maka ia wajib mengganti


puasanya." (HR. Tirmizi, no. 720).


19


Kata "muntah tanpa disengaja" yakni ingin


segera muntah dan tidak tertahankan untuk


keluar tanpa disengaja.


3- Murtad dan kafir, karena menafikan


peribadahan. Hal ini berdasarkan firman-Nya


Ta'ala,





“Sungguh jika engkau menyekutukan (Allah),


niscaya akan terhapuslah amalmu." [QS. Az-


Zumar: 65].


4- Bekam, yaitu mengeluarkan darah melalui kulit.


Hal itu berdasarkan sabda Nabi,,





"Orang yang membekam dan yang dibekam


telah batal (puasanya)." (HR. Abu Daud, no. 2367).


Dan yang serupa dengan bekam adalah donor


darah.


Adapun darah yang keluar karena luka,


mencabut gigi, atau mimisan, maka hal itu tidak


membatalkan puasa; karena bukan termasuk


bekam dan tidak serupa dengannya.


5- {Untuk orang dewasa}. Puasa akan batal


karena jimak atau onani (masturbasi).


6- {Untuk orang dewasa} Keluar darah haid dan


nifas. Manakala seorang wanita melihat darah


haid atau nifas, ia berbuka puasa (batal puasa)


20


dan wajib menggantinya; hal ini berdasarkan


sabda beliau, mengenai kondisi wanita,





"...Bukankah jika mengalami haid, ia tidak salat


dan tidak puasa." (HR. Bukhari, no. 304).


7- Apa pun yang serupa dengan makan dan


minum: seperti suntik atau infus.


Apa saja sunah-sunah puasa?


Jawab:


Orang yang berpuasa dianjurkan dan


disunahkan untuk memperhatikan beberapa hal


berikut dalam puasanya:


1- Sahur.


Ini berdasarkan sabda beliau,,





"Makan sahurlah kalian, karena dalam


makanan sahur terdapat keberkahan." (HR.


Bukhari, no. 1923 dan Muslim, no. 1095).


Sahur dapat dilakukan dengan makan yang


banyak atau sedikit, bahkan dengan seteguk air.


Waktu sahur dimulai sejak pertengahan malam


sampai terbitnya fajar.


2- Mengakhirkan makan sahur.


Hal ini berdasarkan hadis Zaid bin Ṡābit -


raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata,





"Kami makan sahur bersama Rasulullah,,


kemudian kami beranjak salat." Aku bertanya,


"Berapakah tempo waktu antara keduanya (sahur


dan terbit fajar)?" Dia menjawab, "Sekitar lima puluh


ayat." (HR. Bukhari, no. 575 dan Muslim, no. 1097).


Kata "lima puluh ayat" maksudnya jarak waktu


antara sahur dan azan salat Fajar (Subuh) kira-kira


cukup untuk membaca lima puluh ayat. Dalam hal


ini, terdapat anjuran untuk mengakhirkan sahur


hingga mendekati waktu fajar.


3- Menyegerakan berbuka.


Orang yang berpuasa disunahkan agar segera


berbuka saat matahari terbenam. Ini berdasarkan


hadis Sahl bin Sa'ad -raḍiyallāhu 'anhu-, ia


berkata, Rasulullah, bersabda,





"Manusia akan senantiasa dalam kebaikan,


selama mereka menyegerakan berbuka (puasa)."


(HR. Bukhari, no. 1957 dan Muslim, no. 1098).


4- Berbuka dengan beberapa butir ruṭab (kurma


muda), jika tidak ada, bisa dengan beberapa


butir kurma kering, dan jika tidak ada, bisa


dengan beberapa teguk air.


22


Ini berdasarkan hadis Anas bin Mālik -


raḍiyallāhu 'anhu-,





"Dahulu Rasulullah, biasanya berbuka dengan


beberapa butir ruṭab (kurma basah) sebelum salat,


bila tidak ada ruṭab, maka dengan beberapa butir


kurma kering, jika tidak ada juga, dengan


beberapa teguk air." (HR. Abu Daud, no. 2356).


Kata "beberapa teguk" yakni minum tiga kali


tegukan.


Apabila sedang di suatu tempat, lalu tiba waktu


berbuka, namun tidak mendapati apa pun yang


bisa dikonsumsi, maka dia boleh niat berbuka


dalam hati, dan itu sudah mencukupi.


5- Berdoa saat berbuka dan di sepanjang hari


puasa. Ini berdasarkan sabda beliau,,





"Ada tiga (orang) yang doa mereka tidak


tertolak: (doa) pemimpin yang adil, orang puasa


saat berbuka, dan orang yang terzalimi." (HR.


Tirmizi, no. 3598).


6- Memperbanyak sedekah, membaca Al-Qur`an,


memberi berbuka kepada orang yang berpuasa,


dan melakukan segala amal kebaikan.


23


Ibnu 'Abbās -raḍiyallāhu 'anhumā-


meriwayatkan, ia berkata,





"Rasulullah, manusia yang paling dermawan,


dan menjadi lebih dermawan di bulan Ramadan


saat bertemu Jibril. Beliau bertemu dengan Jibril


setiap malam di bulan Ramadan, saling mengkaji


Al-Qur`an. Sungguh Rasulullah, lebih dermawan


dalam melakukan kebaikan melebihi hembusan


angin." (HR. Bukhari, no. 6 dan Muslim, no. 2308).


7- Bersungguh-sungguh mendirikan salat


malam, terkhusus di sepuluh hari terakhir


bulan Ramadan.


Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- meriwayatkan, ia


berkata,





"Dahulu, saat masuk sepuluh hari (terakhir


Ramadan), Nabi, mengencangkan sarungnya,


menghidupkan malamnya, dan membangunkan


keluarganya." (HR. Bukhari, no. 2024 dan Muslim,


no. 1174).


Kalimat "masuk sepuluh hari" yakni sepuluh


hari terakhir dari bulan Ramadan.


24


Kalimat "mengencangkan sarungnya"


merupakan kiasan untuk bersiap-siap beribadah


dengan lebih sungguh-sungguh, melebihi hari


biasanya.


Kalimat "menghidupkan malamnya" yakni


menghabiskan waktu malam dengan begadang


(tidak tidur) untuk mengerjakan salat, dan


melakukan ketaatan-ketaatan lainnya.


Kalimat "membangunkan keluarganya" yakni


membangunkan mereka untuk mengerjakan salat


malam.


8- Melakukan umrah.


Ini berdasarkan sabda beliau,,





"Jika tiba bulan Ramadan, maka umrahlah,


sebab ibadah umrah di bulan itu setara dengan


ibadah haji." (HR. Bukhari, no. 1782 dan Muslim,


no. 1256).


9- Mengucapkan "Aku sedang berpuasa" jika ada


orang yang mencelanya, selalu bertutur kata


baik dengan manusia, dan tidak berbicara


dengan perkataan buruk.


Ini berdasarkan sabda beliau,,





"Apabila di antara kalian berpuasa, jangan


berkata rafas dan jangan bertindak bodoh. Jika


ada orang yang mencelanya atau berbuat kasar


kepadanya, hendaklah ia berkata, "Aku sedang


berpuasa, aku sedang berpuasa." (HR. Bukhari, no.


1904 dan Muslim, no. 1151).


Kalimat "jangan berkata rafas" yakni tidak


mengucapkan kata-kata kotor.


Kalimat "tidak bertindak bodoh," bodoh di sini


lawan dari kebijaksanaan dan kebenaran, baik


dalam ucapan maupun perbuatan.


10- Orang yang puasa disunahkan mengucapkan


doa berikut setelah berbuka,





"Żahabaẓ-ẓama`u wabtallatil 'urūqu wa ṡabatal


ajru insyā allāh."


Artinya: "Telah hilang dahaga, urat-urat sudah


basah, dan pahala pun diraih dengan kehendak


Allah." (HR. Abu Daud, no. 2357).


Apa saja yang dimakruhkan dalam puasa?


Jawab:


Bagi orang yang berpuasa, makruh hukumnya


melakukan beberapa hal yang bisa menyebabkan


puasanya batal atau pahalanya berkurang, yaitu:


1- Berlebihan dalam berkumur dan istinsyāq


(menghirup air ke dalam hidung saat berwudu).


26


Karena dikhawatirkan air akan masuk ke


dalam perutnya; berdasarkan sabda beliau,,





"Hiruplah air ke dalam hidung dengan kuat,


kecuali kamu sedang berpuasa." (HR. Abu Daud,


no. 2366).


2- Menelan dahak, yaitu air liur atau lendir yang


ingin diludahkan; karena itu bisa sampai ke


dalam perut, dan memberi kekuatan pada


tubuh, selain ia juga kotor dan berbahaya


lantaran menelannya.


3- Mencicipi makanan tanpa ada kebutuhan.


Jika seseorang membutuhkannya -seperti


orang yang masak, ia butuh mencicipi rasa


asin atau yang semisalnya- maka tidak


masalah, asalkan berhati-hati agar tidak ada


sesuatu yang masuk ke tenggorokannya.


4- Banyak tidur di siang hari dan membuang-


buang waktu, melakukan aktivitas dan


berbicara yang tidak berfaedah. Yang harus


dilakukan adalah memanfaatkan waktu siang


untuk mengerjakan ketaatan.


5- {Untuk orang dewasa}, mencium bagi orang


yang nafsunya bergejolak, dan termasuk


kalangan yang tidak bisa menahan nafsu.


Maka makruh bagi orang yang berpuasa untuk


mencium istrinya; sebab bisa menyebabkan


nafsu syahwatnya bergejolak sehingga dapat


27


membatalkan puasanya dengan keluar mani


atau jimak. Namun, jika ia merasa aman dari


hal-hal yang dapat merusak puasanya, maka


tidak mengapa.


6- {Untuk orang dewasa}, memikirkan aktivitas


jimak atau berbicara tentang hal-hal yang


membangkitkan syahwat.


Apa hukum berbuka puasa pada bulan


Ramadan tanpa uzur?


Jawab:


Apabila seorang muslim tidak berpuasa satu


hari saja pada bulan Ramadan tanpa uzur, ia wajib


bertobat kepada Allah dan memohon ampun dari-


Nya; karena ini termasuk dosa dan kemungkaran


besar. Selain bertaubat dan memohon ampun, ia


wajib mengganti puasa sebanyak hari yang ia


batalkan setelah bulan Ramadan.


Siapa saja yang diberi keringanan untuk


berbuka puasa di siang hari Ramadan serta apa


saja kewajiban yang harus dilakukannya?


Jawab:


1. Orang yang memiliki penyakit yang tidak


memungkinkannya berpuasa, musafir, wanita


hamil dan wanita menyusui -baik karena


khawatir terhadap diri sendiri atau bayinya-,


atau uzur lainnya yang membolehkan untuk


berbuka, maka ia boleh tidak berpuasa,


namun ia wajib mengqaḍa (menggantinya)


28


setelah bulan Ramadan. Ini berdasarkan


firman Allah Ta'ala,





"Maka siapa di antara kamu sakit atau dalam


perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib


mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak


berpuasa itu) pada hari-hari yang lain." [QS. Al-


Baqarah: 184].


Maksudnya, siapa di antara kalian yang sedang


sakit dengan kondisi yang puasa terasa berat


baginya, atau musafir, maka ia boleh berbuka,


Namun, setelah itu ia wajib mengganti puasa


sebanyak hari yang ditinggalkan.


2. Jika seseorang menderita penyakit yang tidak


ada harapan sembuhnya, yang bersifat


menetap dan terus-menerus, atau seperti


orang yang sudah lanjut usia yang tidak


mampu berpuasa. Orang seperti ini tidak


diwajibkan untuk mengqada puasa karena


ketidakmampuannya, namun ia diwajibkan


untuk memberikan makanan, yaitu memberi


makan seorang miskin untuk setiap hari yang


ditinggalkan, sebanyak setengah ṣā' makanan,


dan satu ṣā' sekitar tiga kilogram.


Ini berdasarkan firman Allah Ta'ala,





"Dan bagi orang-orang yang berat


menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu


memberi makan seorang miskin." [QS. Al-Baqarah:


184].


Ibnu Abbas -raḍiyallāhu 'anhumā- mengatakan


terkait ayat tersebut, "Ayat ini tidak dimansukh.


Yang dimaksud adalah laki-laki dan perempuan


yang sangat tua dan tidak mampu untuk berpuasa,


maka keduanya harus memberi makan seorang


miskin untuk setiap hari yang ditinggalkan sebagai


pengganti puasa." (HR. Bukhari, no. 4505).


Kapan seseorang mengganti puasa? Apa


konsekuensinya jika dia menundanya hingga


masuk bulan Ramadan berikutnya?


Jawab:


Siapa yang berbuka puasa di bulan Ramadan


karena uzur yang dibolehkan syariat, maka ia


wajib menggantinya sebagai bentuk ketaatan


kepada perintah Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā-,





"Dan siapa yang sakit atau dalam perjalanan


(dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya),


sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada


hari-hari yang lain." [QS. Al-Baqarah: 185].


Dan ia wajib menggantinya di tahun yang


sama, tidak boleh menundanya hingga masuk


Ramadan berikutnya. Hal ini berdasarkan


perkataan Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā-, "Dahulu


30


aku pernah mempunyai tanggungan puasa


Ramadan, dan aku tidak mampu menggantinya


kecuali pada bulan Syakban, karena sibuk dengan


urusan Rasulullah,." (HR. Bukhari, no. 1950 dan


Muslim, no. 1146).


Pernyataan, "dan aku tidak mampu


menggantinya kecuali pada bulan Syakban," ini


merupakan dalil bahwa qada itu dilakukan


sebelum masuk Ramadan berikutnya.


Akan tetapi jika seseorang menunda qada


sampai bulan Ramadan berikutnya, maka ia harus


memohon ampun kepada Allah, bertobat kepada-


Nya, serta menyesali perbuatannya, dan harus


mengganti hari tersebut; karena status qada tidak


gugur disebabkan penundaan, sehingga ia tetap


harus menggantinya walaupun setelah selesai


bulan Ramadan berikutnya.


Apa saja etika yang wajib dilakukan saat


berpuasa?


Jawab:


Kami akan sebutkan secara umum. Etika ini


dibutuhkan setiap waktu; tetapi ia menjadi lebih


ditekankan pada bulan Ramadan dan bagi orang


yang berpuasa.


1- Menjaga ketaatan dan kewajiban, di


antaranya, salat tepat waktu secara


berjamaah.


Allah Ta'ala berfirman,


31





"Sungguh, salat itu adalah kewajiban yang


ditentukan waktunya atas orang-orang yang


beriman." [QS. An-Nisa`: 103].


2- Orang yang berpuasa harus menjauhi semua


hal yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-


Nya,, antara lain: dusta, gibah, adu domba,


curang, mendengarkan musik, serta berbagai


dosa dan maksiat lainnya.


Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-


meriwayatkan, ia berkata, Rasulullah, bersabda,





"Siapa pun yang tidak meninggalkan


perkataan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak


membutuhkan orang tersebut meninggalkan


makan dan minumnya." (HR. Bukhari, no. 1903).


Kata Az-Zūr maknanya dusta dan menyimpang


dari kebenaran serta melakukan kebatilan.


Kata "Allah tidak membutuhkan" yakni Allah


Ta'ala tidak peduli dengan puasanya serta tidak


menerimanya, bukan berarti seseorang


diperintahkan untuk tidak berpuasa, tetapi


maknanya peringatan agar menjauhi perkataan


dusta.


32


Apa saja yang boleh dilakukan orang yang


berpuasa?


Jawab:


Banyak hal yang disebutkan oleh para ulama


terkait apa saja yang dibolehkan, di antaranya:


1- Mandi dan menyegarkan tubuh dengan air.


2- Menggunakan siwak.


3- Berkumur dan istinsyaq tanpa berlebihan.


4- Mengambil sampel darah untuk pemeriksaan


medis.


5- Menggunakan tetes mata dan telinga.


6- Suntikan pengobatan yang tidak bersifat nutrisi.


7- Mencicipi makanan jika diperlukan tanpa


menelannya, dengan syarat harus


meludahkannya kembali setelah itu.


8- Memakai parfum dan mencium aroma.


9- Menggunakan celak mata.


Apa keutamaan salat malam pada bulan


Ramadan?


Jawab:


Mendirikan malam bulan Ramadan yang


dikenal sebagai salat Tarawih, memiliki


keutamaan yang besar.


Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-


meriwayatkan bahwa Rasulullah, bersabda,





"Siapa saja yang mengerjakan salat malam di


bulan Ramadan karena iman dan berharap pahala-


Nya, niscaya dosanya yang telah lalu akan diampuni."


(HR. Bukhari, no. 37 dan Muslim, no. 759).


Kata "karena iman" yakni beriman kepada


Allah dan bahwa salat tersebut adalah kewajiban


yang ditetapkan oleh-Nya -Subḥānahu-.


Kata "berharap pahala-Nya" yakni meminta


pahala dan balasan dari Allah Ta'ala, tanpa ria


(pamer) atau hal-hal lain yang bertentangan


dengan keikhlasan.


Dan hendaklah ia berusaha untuk melaksanakan


salat Tarawih bersama jamaah hingga imam selesai,


agar ia mendapatkan pahala salat malam yang


sempurna, berdasarkan sabda Nabi,,





"Siapa saja yang salat bersama imam hingga


selesai, maka dicatat baginya pahala salat malam


satu malam penuh." (HR. Tirmizi, no. 806).


Apa saja yang disunahkan untuk dikerjakan


pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan dan


lailatulkadar?


Jawab:


Nabi, biasanya bersungguh-sungguh pada


sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, yang tidak


Beliau lakukan pada malam-malam lainnya, serta


mencari lailatulkadar di sela sepuluh hari


34


tersebut. Kami sebutkan secara umum amalan-


amalan yang disunahkan untuk dilakukan pada


malam-malam tersebut:


1- Lebih bersungguh-sungguh pada malam-


malam tersebut.


Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- meriwayatkan, ia


berkata,





"Dahulu, saat masuk sepuluh hari (terakhir


Ramadan), Nabi, mengencangkan sarungnya,


menghidupkan malamnya, dan membangunkan


keluarganya." (HR. Bukhari, no. 2024 dan Muslim,


no. 1174).


Kata "mengencangkan ikat pinggangnya"


merupakan kiasan untuk bersiap-siap beribadah


dan berusaha lebih keras dalam beribadah,


melebihi biasanya


Dan diriwayatkan dari riwayat Aisyah juga:





"Rasulullah, bersungguh-sungguh pada


sepuluh hari terakhir, melebihi waktu lainnya."


(HR. Muslim, no. 1175).


Malam lailatulkadar terjadi pada sepuluh


malam terakhir Ramadan, maka seorang Muslim


hendaknya memanfaatkan semua malam dalam


sepuluh malam terakhir untuk meraih


35


lailatulkadar. Ibnu Abbas -raḍiyallāhu 'anhumā-


meriwayatkan, bahwa Nabi, bersabda,





"Carilah lailatulkadar pada sepuluh hari terakhir


(bulan Ramadan)." (HR. Bukhari, no. 2021).


2- Salat malam pada lailatulkadar.


Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan


dari Nabi, bahwa beliau bersabda,





"Siapa yang salat pada lailatulkadar karena


iman dan berharap pahala, niscaya dosanya yang


telah lalu akan diampuni." (HR. Bukhari, no. 1901


dan Muslim, no. 760).


3- Iktikaf di masjid.


Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- berkata,





"Nabi, biasanya beriktikaf di sepuluh hari


terakhir pada bulan Ramadan." (HR. Bukhari, no.


2033 dan Muslim, no. 1172).


Iktikaf adalah fokus beribadah di masjid,


meninggalkan kesibukan dengan banyak orang,


mengosongkan hati dari urusan duniawi dan


hanya menyibukkan diri dengan Allah -


Subḥānahu wa Ta'ālā-.


36


Bacalah Surah Al-Qadr dan jelaskan tafsirnya!


Jawab:





Bismillāhirraḥmānirraḥīm. (Dengan nama Allah


Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang).





"Innā anzalnāhu fī lailatil qadr." (1) "Wa mā


adrāka mā lailatul qadr" (2). "Lailatul qadr


khairun min alfi syahr." (3). "Tanazzalul


malā`ikatu warrūḥu fīhā bi`izni rabbihim min kulli


amr." (4). "Salāmun hiya ḥattā maṭla`il-fajr." (5).


[QS. Al-Qadr: 1-5].


Tafsirnya:





"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya


(Al-Qur`an) pada malam lailatulqadar (malam


kemuliaan)." [QS. Al-Qadr:1].


Kami telah menurunkan Al-Qur`an sekaligus


ke langit dunia, sebagaimana Kami pun mulai


menurunkannya kepada Nabi, pada


lailatulqadar di bulan Ramadan.





"Dan tahukah kamu apakah lailatulqadar


(malam kemuliaan itu?" [QS. Al-Qadr: 2].


Dan apakah kamu tahu -wahai Nabi- apa yang


ada dalam malam ini terkait kebaikan dan


keberkahan yang besar?





"Malam kemuliaan itu lebih baik daripada


seribu bulan." [QS. Al-Qadr: 3].


Malam ini adalah malam yang penuh dengan


kebaikan yang agung, lebih baik daripada seribu


bulan bagi siapa yang menghidupkannya dengan


iman dan mengharap pahala. Ini adalah malam


yang penuh keberkahan, di mana amal saleh yang


dilakukan di dalamnya lebih baik daripada amal


seribu bulan.





"Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh


(Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur


semua urusan." [QS. Al-Qadr: 4].


Para malaikat turun dan Jibril -'alahissalām-


juga turun di malam itu dengan izin Tuhan


mereka Yang Maha Suci, membawa segala urusan


yang telah Allah tetapkan untuk tahun tersebut,


baik itu rezeki, kematian, kelahiran, atau hal lain


yang telah Allah takdirkan.





"Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar."


[QS. Al-Qadr: 5].


Malam yang penuh berkah ini adalah kebaikan


seluruhnya, dari awal hingga akhirnya, sampai


terbit fajar.


Apakah yang dimaksud dengan zakat fitrah dan


apa hukumnya?


Jawab:


Dia adalah zakat yang diwajibkan dalam Islam


bertepatan dengan berbuka (berakhirnya) bulan


Ramadan.


Zakat fitrah wajib bagi setiap Muslim, baik


yang dewasa maupun anak-anak, laki-laki


maupun perempuan. Seorang Muslim


mengeluarkannya untuk dirinya sendiri serta


untuk orang-orang yang menjadi tanggungannya,


seperti istri dan anak-anaknya.


Ibnu Umar -raḍiyallāhu 'anhumā-


meriwayatkan, ia berkata,





"Rasulullah, mewajibkan zakat fitrah


sebanyak satu ṣā' kurma atau satu ṣā' gandum atas


hamba sahaya maupun orang merdeka, laki-laki


maupun perempuan, anak kecil maupun orang


39


dewasa dari kaum muslimin." (HR. Bukhari, no.


1503 dan Muslim, no. 984).


Zakat fitrah dikeluarkan dari makanan pokok


yang biasa dikonsumsi oleh penduduk setempat,


seperti beras dan sejenisnya. Waktu yang paling


utama untuk mengeluarkannya adalah pada pagi


hari raya sebelum salat Idulfitri. Namun, boleh


juga dikeluarkan satu atau dua hari sebelum hari


raya, takarannya sekitar tiga kilogram.


Apa hikmah diwajibkannya zakat fitrah?


Jawab:


Di antara hikmahnya:


1- Menyucikan orang yang berpuasa dari segala


sesuatu yang mungkin telah terjadi selama


berpuasa, seperti perkataan yang tidak


bermanfaat dan perbuatan yang tidak senonoh.


2- Memberikan kecukupan kepada orang-orang


miskin dan fakir agar mereka tidak perlu


meminta-minta pada hari raya, dan


menyenangkan hati mereka; agar hari raya


menjadi hari kegembiraan dan kebahagiaan bagi


seluruh lapisan masyarakat. Ibnu Abbas -


raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan, ia berkata,





"Rasulullah, mewajibkan zakat fitrah sebagai


penyucian bagi orang yang berpuasa dari


40


perkataan yang sia-sia dan perbuatan yang tidak


senonoh, serta sebagai makanan bagi orang-orang


miskin." (HR. Abu Daud, no. 1609).


3- Zakat fitrah sebagai bentuk rasa syukur atas


nikmat Allah terhadap hamba, karena telah


menyempurnakan puasa selama satu bulan


Ramadan dan mengerjakan salat malamnya,


serta mengerjakan amalan saleh selama bulan


yang penuh berkah ini.


4- Mendapatkan pahala dan balasan yang besar,


dengan menyerahkannya kepada yang berhak


menerimanya pada waktu yang telah


ditentukan.


Apa saja sunah-sunah pada hari raya?


Jawab:


Hari raya dalam Islam adalah wujud


kegembiraan atas karunia dan rahmat Allah.


Beberapa sunah yang dilakukan oleh umat


Muslim pada hari raya adalah sebagai berikut:


1- Mandi sebelum berangkat untuk salat Id.


Ada hadis sahih dalam Al-Muwaṭṭa` dan yang


lainnya, bahwa Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu


'anhumā- biasanya mandi pada hari Idul Fitri


sebelum berangkat ke tempat salat Id. (Muwaṭṭa`


Malik: 1/177).


2- Makan sebelum berangkat salat Idul Fitri. Jadi


tidak keluar untuk salat hingga makan


41


beberapa butir kurma. Anas bin Malik -


raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan, ia berkata,





"Rasulullah, tidak berangkat pada hari Idul


Fitri hingga beliau makan terlebih dahulu


beberapa butir kurma...beliau memakannya secara


ganjil." (HR. Bukhari, no. 953).


3- Mengucapkan takbir pada hari Idul Fitri.


Waktu takbir pada Idul Fitri dimulai sejak


malam Id -yakni waktu Magrib akhir bulan


Ramadan- hingga imam memulai salat Id.


Allah Ta'ala berfirman,





"Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya


dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang


diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur." [QS.


Al-Baqarah: 185].


4- Ucapan selamat.


Di antara etika pada hari raya adalah saling


mengucapkan selamat antar sesama, apapun


lafaznya. Seperti mengucapkan, "taqabbalallāhu


minnā wa minkum," (semoga Allah menerima


amal kami dan amal kalian) atau "'īdun Mubārak"


(semoga hari Id ini berkah), dan ucapan-ucapan


selamat lainnya yang diperbolehkan.


42


Jubair bin Nufair -raḍiyallāhu 'anhu-


meriwayatkan, ia berkata, "Saat para sahabat


Nabi, saling bertemu pada hari Id, mereka saling


mengucapkan, "tuqubbila minnā wa minka."


(Semoga amal kami dan amal kalian diterima).


(HR. Al-Maḥāmiliy, seperti yang tertera dalam


Fatḥul Bārī (2/446), dan Ibnu Hajar mengatakan,


"Sanadnya hasan.")


5- Berhias untuk menyambut dua hari raya (Idul


Fitri dan Idul Adha).


Umar bin Al-Khaṭṭab -raḍiyallāhu 'anhu-, ia


berkata,





"Wahai Rasulullah, aku melihat Aṭārid menjual


pakaian terbuat dari sutra, sekiranya Anda


membelinya lalu memakainya saat menyambut


para utusan dan hari Id?" (HR. Bukhari, no. 984


dan Muslim, no. 2068).


Nafi', ia berkata, "Sesungguhnya Ibnu Umar -


raḍiyallāhu 'anhumā- biasa mengenakan pakaian


terbaiknya pada dua hari raya." (HR. Al-Baihaqi


dalam As-Sunan Al-Kubrā, no. 6143).


6- Berangkat untuk salat Id melalui satu jalan,


dan kembali melalui jalan yang lain.


Jabir bin Abdullah -raḍiyallāhu 'anhumā-, ia


berkata,


43





"Nabi, biasanya pada hari Id melalui jalan


yang berbeda (berangkat dan pulangnya)." (HR.


Bukhari, no. 986).


Apa keutamaan puasa enam hari di bulan


Syawal?


Jawab:


Puasa enam hari pada bulan Syawal setelah


kewajiban puasa bulan Ramadan hukumnya


sunah yang dianjurkan. Di dalamnya terkandung


keutamaan yang besar dan pahalanya berlimpah;


sebab orang yang berpuasa di hari-hari tersebut


berhak mendapatkan pahala puasa selama


setahun penuh. Nabi, bersabda,





"Siapa yang puasa Ramadan, kemudian


melanjutkannya dengan puasa sunah enam hari


pada bulan Syawal, maka setara dengan puasa


setahun." (HR. Muslim, no. 1164).


Pelajaran apa yang kita dapat dari bulan


Ramadan dan apa yang akan kita lakukan


setelah Ramadan?


Jawab:


Kami akan mengakhiri dengan menjawab


pertanyaan ini. Puasa adalah sekolah terbesar


dalam Islam yang mendidik kaum muslimin, ia


44


termasuk salah satu rukun agama dan pilar utama


yang besar. Berikut ini beberapa pelajaran serta


hikmah yang bisa dipelajari seorang hamba di


sekolah puasa ini pada bulan Ramadan; agar ia


dapat terus mengamalkannya setelah Ramadan.


Pelajaran Pertama:


Bulan Ramadan mengajarkan kita untuk


bersabar. Sabar merupakan ibadah dan amal


kebaikan yang paling mulia. Tatkala seorang


hamba bersabar dari makan dan minum, maka ia


terbiasa untuk bersikap sabar yang mencakup


segala kebaikan; yaitu bersabar dalam ketaatan,


bersabar menjauhi kemaksiatan, dan bersabar


dalam menghadapi takdir yang menyakitkan.


Allah Ta'ala berfirman mengenai keutamaan


sabar,





"Hanya orang-orang yang bersabarlah yang


disempurnakan pahalanya tanpa batas." [QS. Az-


Zumar: 10].


Pelajaran Kedua:


Bulan Ramadan mengajarkan kita untuk


berserah diri kepada Allah Ta'ala dan kepada


Rasul-Nya, dalam hal menaati perintah dan


menjauhi larangan-Nya. Allah Ta'ala berfirman,


45





"Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang


mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila


Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu


ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) tentang


urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai


Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah


tersesat, dengan kesesatan yang nyata." [QS. Al-


Aḥzāb: 36].


Pelajaran Ketiga:


Bulan Ramadan mengajarkan kita untuk


bertakwa kepada Allah, dengan menahan lisan,


anggota tubuh dan hawa nafsu demi meraih rida


Allah Ta'ala. Allah Ta'ala berfirman,





"Wahai orang-orang yang beriman!


Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana


diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu


bertakwa." [QS. Al-Baqarah: 183].


Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-


meriwayatkan, ia berkata, Nabi, bersabda,





"Allah 'Azza wa Jalla berfirman, 'Puasa itu milik-


Ku, dan Aku sendiri yang akan membalasnya,


seseorang meninggalkan syahwatnya, makanannya,


minumannya demi Aku. Puasa merupakan perisai'."


(HR. Bukhari, no. 7492 dan Muslim, no. 1151).


Rasulullah, bersabda,





"Siapa pun yang tidak meninggalkan perkataan


dan perbuatan dusta, maka Allah tidak


membutuhkan orang tersebut meninggalkan


makan dan minumnya." (HR. Bukhari, no. 1903).


Pelajaran Keempat:


Bulan Ramadan mengajarkan kita tentang


ibadah dan manisnya menjalankannya; agar kita


terus melakukannya setelah Ramadan, seperti


salat malam, puasa, dan membaca Al-Qur`an.


Terkait ibadah puasa, Nabi, bersabda,





"Siapa yang berpuasa di bulan Ramadan karena


iman dan berharap pahala-Nya, niscaya dosa yang


telah lalu akan diampuni." (HR. Bukhari, no. 38


dan Muslim, no. 760).


Terkait keutamaan salat malamnya, beliau,


bersabda,


47





"Siapa saja yang mengerjakan salat malam di


bulan Ramadan karena iman dan berharap pahala-


Nya, niscaya dosanya yang telah lalu akan diampuni."


(HR. Bukhari, no. 37 dan Muslim, no. 759).


Terkait ibadah membaca Al-Qur`an, beliau,,





"Lebih dermawan lagi di bulan Ramadan saat


bertemu Jibril, dan biasanya bertemu dengannya


setiap malam di bulan Ramadan, saling mengkaji Al-


Qur`an." (HR. Bukhari, no. 6 dan Muslim, no. 2308).


Maka seorang hamba hendaknya terus


melanjutkan ibadah-ibadah ini, seperti puasa,


salat malam, dan membaca Al-Qur`an, meskipun


tidak seperti di bulan Ramadan.


Pelajaran Kelima:


Bulan Ramadan mengajarkan kita untuk selalu


merasa diawasi oleh Allah, dan memahami


kedudukan ihsan. Ihsan adalah kita beribadah


kepada Allah seolah-olah kita melihat-Nya, jika


kita tidak melihat-Nya, maka sungguh Dia melihat


kita; karena orang yang berpuasa melatih dirinya


untuk selalu merasa diawasi oleh Allah Ta'ala, lalu


ia meninggalkan keinginan nafsunya, padahal ia


48


mampu untuk melakukannya; karena ia tahu


bahwa Allah selalu melihatnya. Allah Ta'ala


berfirman,





"Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu


berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu


kerjakan." [QS. Al-Ḥadīd: 4].


Pelajaran Keenam:


Bulan Ramadan mengajarkan kita bahwa


agama kita mudah, dan Allah tidak akan


membebani seseorang di luar kemampuannya.


Siapa yang mampu berpuasa maka ia berpuasa,


dan siapa yang tidak mampu maka ia boleh


berbuka dan mengganti puasa yang


ditinggalkannya atau membayar kafarat (fidyah),


dan hal tersebut disesuaikan dengan kondisi


masing-masing. Allah Ta'ala berfirman,





"Karena itu, barang siapa di antara kamu ada


di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barang siapa


sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa),


maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang


ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.


Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak


menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu


49


mencukupkan bilangannya dan mengagungkan


Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan


kepadamu, agar kamu bersyukur." [QS. Al-


Baqarah: 185].


Pelajaran Ketujuh:


Bulan Ramadan mengajarkan kita bersedekah


serta berbuat baik kepada kaum fakir dan miskin,


serta merasakan empati terhadap mereka. Nabi,


adalah orang yang paling dermawan di bulan


Ramadan. (HR. Bukhari, no. 6 dan Muslim, no.


2308).


Dan seorang hamba saat merasakan perihnya


rasa lapar, akan timbul rasa empati kepada kaum


fakir, dan ini termasuk salah satu sifat dari


ketakwaan.


Pelajaran Kedelapan:


Bulan Ramadan mengajarkan kita betapa


luasnya ampunan, rahmat, dan karunia Allah


Ta'ala. Ia merupakan bulan yang penuh dengan


rahmat, pengampunan, dan pembebasan dari api


neraka. Di dalamnya ada lailatulqadar yang lebih


baik daripada seribu bulan; yakni lebih dari


delapan puluh tahun dan empat bulan. Allah


Ta'ala berfirman,





"Dan tahukah kamu apakah lailatulqadar


(malam kemuliaan itu)? Malam kemuliaan itu


lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu


turun para malaikat dan Rūh (Jibril) dengan izin


Tuhannya untuk mengatur semua urusan.


Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar." [QS.


Al-Qadr: 2-5].


Pelajaran Terakhir:


Apa yang akan dilakukan setelah Ramadan?


Allah adalah Tuhan di bulan Ramadan dan Tuhan


seluruh bulan dan hari. Maka seorang hamba


harus berpegang teguh pada satu prinsip utama,


tidak peduli bagaimana perubahan keadaan dan


hari yang dilalui, yaitu takwa kepada Allah 'Azza


wa Jalla.


51


Penutup


Pada bagian penutup ini, saya akan


menyebutkan beberapa referensi dan sumber


yang bermanfaat. Orang yang ingin


memperdalam pemahaman tentang puasa dan


mempelajari berbagai masalah terkait dengannya


dapat merujuk pada sumber-sumber ini.


- Buku "Dua Risalah Ringkas Terkait Zakat dan


Puasa" karya Syekh Abdul Aziz bin Bāz.


- Buku "Majālis Syahri Ramaḍān" karya Syekh


Muhammad bin Ṣāliḥ Al-'Uṡaimīn.


- Buku "Majālis Syahri Ramaḍān al-Mubārak"


dan berikutnya "Itḥāf Ahlil-Īman bi Durūsi


Syahri Ramaḍān" karya Syekh Ṣāliḥ bin Fauzān


Al-Fauzān.


- Buku "Uqūdul-Jumān fī Durūsi Syahr Ramaḍān"


karya Syekh Sa'ad bin Turki Al-Khaṡlān.


- Buku "Durūsu Syahr Ramaḍān" karya Syekh


Muhammad bin Syāmī Syaibah.


Ya Allah, sungguh Engkau Maha Pemaaf lagi


Maha Mulia, suka memberi maaf, maafkanlah


kami. Semoga Allah mencurahkan selawat serta


salam kepada junjungan kita, Muhammad,


keluarganya, dan segenap sahabatnya.





 



Tulisan Terbaru

TANYA JAWAB TENTANG B ...

TANYA JAWAB TENTANG BULAN RAMADAN UNTUK ANAK-ANAK DAN DEWASA

BEBERAPA HUKUM TERKAI ...

BEBERAPA HUKUM TERKAIT PUASA

DUA RISALAH RINGKAS T ...

DUA RISALAH RINGKAS TERKAIT ZAKAT DAN PUASA

Perjalanan Hidup SA’D ...

Perjalanan Hidup SA’D BIN MU’ADZ r.a