Artikel




Penjelasan Hadits Tentang Dekatnya Masa


Rasulullah dengan Hari Kiamat  


 


Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam kepada Rasulullah saw, dan


aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya


kecuali Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya, dan aku bersaksi


bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Wa Ba’du:


Dari Ibnu Umar ra bahwa Nabi saw bersabda: Aku diutus saat dekatnya  hari


kiamat dengan pedang sehingga hanya Allah lah yang disembah yang tiada


sekutu bagiNya, dan dijadikan rizkiku di bawah naungan tombakku, dan


dijadiakn kehinaan dan kenistaan terhadap orang yang menyalahi perintahku,


serta barangsiapa yang menyerupai sebuah kaum maka dia termasuk dalam


golongan mereka”.1


Hadits ini mengandung hikmah yang besar, pelajaran yang bermanfaat di mana


kita seharusnya merenunginya dan berfikir tentangnya  dengan penuh tadabbur.


Hadits ini telah disyarahkan oleh Al-hafiz Ibnu Rajab Al-Hambali dalam sebuah


risalah yang kecil dan aku meringkas perkataannya di dalam tulisan ini:  


Sabda Rasulullah saw: “Aku diutus saat dekatnya hari kiamat”. Artinya  


sesungguhnya Allah mengutusku sebagai da’I agar manusia mentauhidkannya


dengan menggunakan pedang  setalah memberikan mereka berbagai hujjah,


maka orang yang tidak menerima seruan tauhid ini dengan Al-Qur’an, hujjah


dan pejelasan secara lisan maka dia harus diseur dengan pedang. Allah swt


berfirman:


                                                 


1 Musnad Imam Ahmad: 2/92





25.  Sesungguhnya kami Telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa


bukti-bukti yang nyata dan Telah kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan


neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. dan kami


ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat


bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah


mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah


tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. QS. Al


Hadid: 25


Hadits ini memberikan sebuah isyarat tentang dekatnya jarak masa antara


diutusnya Nabi saw dengan hari kiamat. Dari Anas ra bahwa sesungguhnya Nabi


saw bersabda: Aku telah diutus sementara jarak antara diriku dan hari kiamat


seperti ini”. Anas mengatakan: Dan beliau saw menggabungkan antara jari


telunjuk dengan jari tengah.2


Dan sabada Nabi saw yang mengatakan: “sehingga hanya Allah lah yang


disembah yang tiada sekutu bagiNya”, Inilah tujuan utama dan terbesar


diutusnya Rasulullah saw dan para Rasul sebelum beliau. Sebagaimana firman


Allah swt:  





25.  Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kami


wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan aku,


Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku". QS. Al-Anbiya’: 25


Allah swt berfirman:  


                                                 


2 Shahih Bukhari: 4/192 no: 6504 dan shahih Muslim: 4/2269 no: 2951


 5





36.  Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk


menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut….”. QS. Al-Nahl: 36


Bahkan itulah yang menjadi tujuan diciptakannya makhluk sebagaimana


ditegaskan di dalam firman Allah swt:  





56. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka


mengabdi kepada-Ku. Qs. Al-Dzaryiat: 56.  


Maka tidaklah Allah menciptakan mereka kecuali agar mereka beribadah kepada


Allah, dan Allah telah mengambil janji dari mereka ketika mereka dikeluarkan


oleh Allah dari tulang rusuk Adam alaihis salam, sebgaimana firman Allah swt:  





172.  Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam


dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya


berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau


Tuban kami), kami menjadi saksi". QS. Al-A’raf: 172.


Dan sabda Nabi saw yang mengatakan: (dan dijadikan rizkiku di bawah naungan


tombakku, …..). Hadits ini mengisayartkan bahwa Allah swt tidak mengutus


Nabi saw untuk mengumpulkan dunia atau menghimpunnya, dan tidak pula


bersungguh-sungguh untuk mencari sebab-sebab terkumpulnya harta dunia,


namun beliau saw diutus sebagai da’I yang menyeru kepada tauhid dengan


menggunakan pedang, maka tuntutan perkara tersebut adalah perintah untuk


membunuh semua musuh-musuh yang tidak mau menerima da’wah tauhid ini,


harta mereka boleh diambil, dibolehkan menawan para wanita dan anak


keturunan mereka, sehingga rizki beliau berasal dari apa yang beliau dapatkan


dari harta rampasan perang yang dimiliki oleh musuh-musuh beliau saw.


Sesungguhnya harta tersebut diberikan oleh Allah kepada Bani Adam sebagai


 6


 sarana untuk beribadah kepada Allah dan taat kepadaNya, maka barangsiapa


yang memanfaatkan hartanya untuk kepentingan syirik  dan kufur kepada Allah


maka  maka Allah akan menguasakan RasulNya dan para pengikut beliau maka


mereka mencabut harta tersebut dan mengembalikannya kepada hamba yang


lebih utama menerimanya, yaitu mereka yang beribdah kepada Allah, bertuhid


dan taat kepadaNya, oleh sebab itulah harta rampasan perang disebut dengan


fa’I sebab dia kembali kepada orang yang lebih berhak darinya dan untuk tujuan


itulah harta itu diadakan. Allah swt berfirman:  





69.  Maka makanlah dari sebagian rampasan perang yang Telah kamu ambil itu,


sebagai makanan yang halal lagi baik,….QS. Al-Anfal: 69


Dan in adalah di antara keistimewaan yang brikan oleh Allah kepada beliau saw


dan umatnya, sesungguhnya Allah telah menghalalkan bagi mereka harta


rampasan perang.


Sabda Rasulullah saw: (dijadiakn kehinaan dan kenistaan terhadap orang yang


menyalahi perintahku). Hal ini menunjukkan bahwa kemuliaan dan ketinggian


di dunia akherat dengan mengikuti perintah Rasulullah saw, karena beliau


mengikuti perintah Allah swt. Allah swt berfirman:





8.  “padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi rasul-Nya dan bagi orang


orang mukmin,…”. QS. Al-Munafiqun: 8  





10.  Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, Maka bagi Allah-lah kemuliaan


itu semuanya. QS. Fathir: 10


Kehinaan dan kerendahan akan terjadi karena menyalahi perintah Allah. Dan


orang yang menyalahi perintah Allah dan Rasul terbagi menjadi tiga kelompok:


Petrama: Orang yang menyalahi perintah Allah dan RasulNya karena keyakinan


tidak ada kewajiban mentaati Allah dan Rasul. Seperti penolakan orang-orang


kafir dan ahli kitab yang tidak mau mentaati Rasulullah saw, maka mereka


termasuk orang-orang yang hina dan rendah. Oleh karena itulah, Allah swt


memerintahkan untuk memerangi ahli kitab sehingga mereka memberikan jizyah


dengan tangan mereka dalam keadaan hina dan dina. Begitu juga dengan orang


orang Yahudi, mereka mendapat kehinaan dan kerendahan sebab kekafiran


mereka dengan Rasulullah saw adalah kekafiran yang bersifat penentangan.


Kedua: Orang yang berkeyakinan mentaatinya lalu menentang perintahnya


dengan bermaksiat maka mereka tetap mendapat kehinaan dan kenisataan.


Al-Hasan Al-basri berkata:  sesungguhnya sekalipun mereka di injak-injak oleh


kaki keledai, dan digilas olek kaki kuda niscaya kehinaan maksiat akan tetap


melekat di dalam hati mereka, sungguh Allah pasti akan menghinakan orang


yang berkmaksiat kepadaNya”.


Imam Ahmad bin Hambal berkata: Ya Allah tinggikanlah kami dengan taat


kepadaMu dan janganlah Engkau menghinakan kami dengan bermaksiat


kepadaMu”.


Abul Ataiyah berkata dalam sebuah syairnya:


Ketahuilah sesungguhnya pada ketakwaan itulah kemuliaan dan ketinggian


Dan sungguh mencintai dunia itu sebagai sumber kehianaan dan kenistaan


Dan bukanlah ketaqwaan seseorang sebagai cermin bagi kekurangan dirinya  


Jika ia telah mewujudkan taqwa baik sedikit maupun banyak


Ketiga: Orang yang menyalahi perintah Rasulullah saw dari para pelaku syubhat,


mereka adalah pengikut hawa nafsu dan pelaku bid’ah. Maka mereka mendapat


kehinaan dan kenistaan sama seperti jauhnya mereka dari perintah Allah dan


RasulNya. Allah swt berfirman:  





 Sesungguhnya orang-orang yang menjadikan anak lembu (sebagai


sembahannya), kelak akan menimpa mereka kemurkaan dari Tuhan mereka dan


kehinaan dalam kehidupan di dunia. Demikianlah kami memberi balasan kepada


orang-orang yang membuat-buat kebohongan. QS. Al-A’raf: 152.





 Para pelaku bid’ah dan pengikut hawa nafsu  adal orang-orang yang membuat


kebohongan atas Allah. Dan bid’ah mereka berkembang menjadi besar jika


mereka banyak membuat kedustaan atas Allah swt. Allah swt berfirman:


4 ‘‹sŠ=ù %!# βθ 9$ƒ† ã ν÷ & β& Νκ:ŠÁ? πΖFù ρ& Νκ:Áƒ >#‹ã ΟŠ9& ∩∉⊂∪   


63.  Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan


ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. QS. Al-Nur: 63


Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata: Di antara bentuk kehinaan yang


paling besar karena menyalahi perintah Rasulullah saw adalah meninggalkan


berjihad terhadap musuh-musuh Allah, maka barangsiapa yang menempuh


jalan Rasulullah saw dalam berjihad maka dia akan mulia dan barangsiapa yang


meninggalkan jihad padahal dia mampu melakukannya maka dia akan terhina.


Dari Ibnu Umar ra bahwa Nabi saw bersabda: Jika kalian berjual beli dengan


cara al-inah, rela dengan tanaman dan meninggalkan berjihad maka Allah akan


menguasakan kepada  kalian kehinaan yang tidak akan dicabut oleh Allah dari


kalian kecuali jika kalian kembali kepada agama kalian”.3


Nabi saw pernah melihat besi cangkul untuk bercocok tanam, maka Nabi saw


bersabda: Tidaklah dia memasuki rumah suatu kaum kecuali kaum tersebut


akan dirasuki kehinaan”  (maksudnya adalah jika suatu kaum disibukan dengan


urusan dunia seperti bercocok tanam dan yang lainnya. Pent.) -. Maka


barangsiapa yang meninggalkan sunnah Nabi saw dalam berjihad padahal dia


mampu melakukannya, lalu sibuk mengurusi dunia sekalipun dengan jalan yang


halal, maka dengannya dia akan merasakan kehinaan, lalu bagiamana jika umat


ini meninggalkan jihad karena sibuk mengejar dunia dengan cara yang haram”.4


Dan Sabda Rasulullah saw yang mengatakan: (barangsiapa yang menyerupai


sebuah kaum maka dia termasuk dalam golongan mereka). Hadits ini


menjelaskan dua perkara:


Pertama: Menyerupai orang-orang buruk, seperti orang-orang kafir, fasik dan


pelaku maksiat, dan Allah telah mencela mereka yang menyerupai mereka dalam


keburukan mereka. Allah swt berfirman:


                                                 


3 Sunan Abi Dawud 3/275 no: 3462


4 Syarah Hadits: Yatba’ul Mayyita tsalatsatun, Ibnu Rajab Al-hambali





 69.  “…dan kamu Telah menikmati bagian kamu sebagaimana orang-orang yang


sebelummu menikmati bagiannya, dan kamu mempercakapkan (hal yang batil)


sebagaimana mereka mempercakapkannya…”QS. Al-Taubah: 96.


Dan Nabi saw telah melarang umatnya menyerupai orang-orang musyrik dan


ahli kitab. Beliau melarang  medirikan shalat pada saat terbitnya matahari dan


pada saat tenggelamnya, beliau saw melarang mencukur jenggot dan


mengucakan salam kepada orang Yahudi dan Nashrani dan larang-larangan


yang lainnya.


Kedua: Menyerupai orang-orang yang baik dan bertaqwa. Perbuatan ini baik dan


dianjurkan, oleh karena itulah dianjurkan bagi kita untuk mengikuti Nabi saw


dalam perkataan, perbuatan dangerak-gerik beliau. Dan inilah tuntutan cinta


yang benar kepada Nabi saw sebab seseorang akan dibangkitkan bersama orang


yang dicintainya, dan harus mengikuti perbuatan orang yang cintai sekalipuan


orang yang mencintai tersebut lebih rendah derajatnya di sisi Allah dari orang


yang dicintainya.


Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam dan shalawat serta salam


kepada Nabi kita Muhammad, kepada keluarga dan seluruh para shahabatnya.


9



Tulisan Terbaru

Perjalanan Hidup SA’D ...

Perjalanan Hidup SA’D BIN MU’ADZ r.a

Kejadian-kejadian pen ...

Kejadian-kejadian penting yang terjadi setelah Fathu Makkah sampai Rasulullah saw. Wafat. Bagian 1 Oleh: DR. Mustafa as Siba’i.

Peperangan Rasulullah ...

Peperangan Rasulullah saw. Bagian 3 Oleh: DR. Mustafa as Siba’i.

Peperangan Rasulullah ...

Peperangan Rasulullah saw. Bagian 1 Oleh: DR. Mustafa as Siba’i.