
Pakaian Ihram dan (Mengingat) Kain Kafan
Sesungguhnya pelajaran dan faidah haji tidak terhitung. Begitu
banyak pelajaran yang bermanfaat dan sangat berpengaruh pada jiwa.
Diantara nasehat dan pelajaran dari haji yaitu apabila seorang muslim telah
sampai ke miqat - yang Rasulullah jadikan waktu tersebut untuk mulai
berihram- orang yang berhaji kemudian melepaskan pakaiannya dan
mengenakan izar untuk bagian bawah tubuhnya, dan rida’ untuk bagian
atas tubuhnya tanpa menutup kepala. Keadaan ini menyamakan semua
jamaah haji, tidak ada perbedaan antara yang kaya dan yang miskin,
pemimpin ataupun rakyat jelata. Kesamaan pakaian ini mengingatkan kita
pada kain kafan yang mana kita semua akan mengenakannya setelah
meninggal. Semua melepaskan pakaiannya dan hanya mengenakan
lembaran kain putih yang tidak ada bedanya antara si kaya dan si miskin.
Imam Ahmad meriwayatkan dalam musnadnya dari Samurah bin
Jundub bahwa Nabi bersabda:
, ,
“Pakailah baju putih, karena itu lebih suci dan lebih baik, dan kafanilah
jenazah diantara kalian dengannya”.1
Ketika Rasulullah wafat, beliau dikafani dengan tiga lembar kain
putih dari kapas tanpa gamis maupun surban kepala. Imam Bukhari dan
Muslim meriwayatkan dari Aisyah:
,
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dikafani dengan tiga lembar kain
putih bersih dari negeri Yaman yang terbuat dari kapas, tanpa baju gamis
dan surban kepala”2.
1 Al Musnad (20154)
2 Shahih Bukhari (1264), Shahih Muslim (941)
4
Semua orang yang meninggal, siapapun dia, pasti akan seperti itu
keadaannya; dimandikan dan dilepas pakaiannya, serta dikenakan
lembaran kain putih, kemudian dishalatkan, dan dikuburkan.
Orang haji ketika ia melepaskan pakaiannya pada waktu miqat dan
mengenakan pakaian ihramnya hendaknya ia merenungkan baik-baik hal
ini. Hendaknya ia mengingat kematian yang merupakan akhir dari
kehidupan dunia dan awal dari kehidupan akhirat.
Betapa besar manfaat haji bagi seorang hamba ketika ia mengingat
kepergiannya, mengingat perpisahan dengan manusia dan kawan-kawan,
mengingat bahwa ia tidak memiliki harta apapun kecuali kain kafan, satu
satunya harta yang akan ia bawa ke alam kuburnya dan itupun pasti akan
hancur. Seorang penyair berkata:
Dari semua harta yang pernah kau kumpulkan selama hidupmu..
Hanyalah dua kain yang akan membungkus mu beserta hanuth3
Berkata penyair yang lain:
Itulah Qana’ah yang tak dapat dicari penggantinya..
Ia adalah kenikmatan dan peristirahatan jiwa
Lihatlah orang-orang yang memiliki dunia dengan seluruhnya..
Apakah ia akan beristirahat dengan tanpa kapas dan kain kafan4
Telah shahih hadits dari Nabi bahwasanya beliau bersabda:
“Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan, yakni kematian”5.
Dari Ibnu Mas’ud bahwa Nabi bersabda: “Cukuplah kematian sebagai
pengingat”.
Orang yang mengingat kematian selalu memperhatikan urusan
akhiratnya. Ia tidak akan menjadikan dunia sebagai cita-cita terbesarnya.
Mengingat kematian akan menghalangi seseorang dari berbuat maksiat ,
membuat hati yang keras menjadi lembut, menghilangkan kesenangan yang
berlebihan terhadap dunia, dan tidak mengambil pusing terhadap cobaan
cobaan di dunia.
3 Ramuan dan wangi-wangian yang khusus dibuat untuk jenazah –pent.
4 Lihat bait-bait ini dalam At Tadzkirah oleh Al Qurthubi (I/28)
5 Sunan At Tirmidzi (2307) Dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Al Jami’ (1210)
5
Sesungguhnya kain kafan yang dimasukkan kedalam kubur bersama
seseorang tidak akan bermanfaat baginya sedikitpun dan kain itu akan
hancur. Padahal kain kafan adalah satu-satunya harta dunia yang ia bawa
masuk bersamanya ke dalam kubur. Hal yang bermanfaat baginya hanyalah
amal shalihnya. Telah shahih hadits dalam Shahihain dari Anas bin Malik
dari Nabi bahwasanya beliau bersabda:
“Orang yang mati akan diiringi ke kubur nya oleh tiga hal. Dua akan pulang
kembali dan satu akan tetap bersamanya. Tiga hal yang mengiringi orang
yang mati adalah keluarganya, hartanya dan amalnya. Keluarga dan
hartanya akan kembali pulang, sedangkan amalnya tetap bersamanya."6
Sama-sama kita ketahui bahwa manusia itu pasti hidup bersama
keluarga dan harta yang ia miliki. Kedua hal ini pasti akan
meninggalkannya dan ia pun akan meninggalkan keduanya. Berbahagialah
orang-orang yang dapat menjadikan kedua hal tersebut sebagai pertolongan
kepada kebaikan dan ketaatan. Adapun orang-orang yang menyibukkan diri
dengan keluarga dan hartanya dari mengingat Allah maka sungguh ia telah
merugi. Sebagaimana orang-orang Arab berkata:
“Harta dan keluarga Kami telah merintangi Kami, Maka mohonkanlah
ampunan untuk kami”7
Allah berfirman:
6 Shahih Bukhari (2514), Shahih Muslim (2960). Lihat Penjelasan hadits ini dalam risalah yang dikarang oleh Al
Hafidzh Ibnu Rajab yang dicetak dengan judul “Juz’un fiihil Kalaam ‘Ala Haditsi Yatba’ul Mayyita Tsalatsun”
7 Al Fath : 11
6
“janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat
Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang
yang merugi.”8
Keluarga dan harta yang ditinggalkan tidak akan bermanfaat bagi
orang yang meninggal selain doa dan permohonan ampun dari keluarganya
dan semua harta yang pernah ia sedekahkan dengan kedua tangannya
sendiri. Allah berfirman:
“ (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang
orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,”9
Allah juga berfirman:
“ dan Sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri
sebagaimana kamu Kami ciptakan pada mulanya, dan kamu tinggalkan di
belakangmu (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepadamu”10
Semua yang manusia miliki berupa harta dan keluarga akan ia
tinggalkan di belakangnya. Tidak akan bermanfaat sedikit pun semua itu
kecuali doa dari keluarganya atau nafkah yang pernah ia berikan. Di dalam
Shahih Muslim disebutkan sebuah hadits dari Abu Hurairah bahwasanya
Rasulullah bersabda:
8 Al Munafiqun : 9
9 Al Munafiqun : 88-89
10 Al An’am : 94
7
“Apabila seorang manusia meninggal maka terputuslah amalnya kecuali tiga
hal: Sedekah jariyah atau anak yang shalih yang mendo’akannya atau ilmu
yang bermanfaat”.11
Keluarga terkadang ada yang mendoakan, ada pula yang tidak
mendoakan. Harta yang dahulu pernah ia miliki menjadi tidak berguna
selain yang ia sedekahkan dengan kedua tangannya. Maka itu akan masuk
sebagai amal yang akan menemaninya dalam kuburnya. Adapun harta yang
selainnya baik sedikit ataupun banyak akan diwariskan ke keluarganya
bukan untuk dirinya. Itu dilakukan sebagai balasan bagi orang yang
menjaganya.
Di dalam Shahih Muslim dari Rasulullah, beliau bersabda:
Anak Adam berkata: “Hartaku, hartaku”, Allah berfirman: “Apakah engkau
memiliki harta wahai anak Adam kecuali apa yang engkau telah makan dan
habis, atau engkau pakai lalu rusak, atau engkau sedekahkan lalu engkau
berlalu membawanya”12
Di dalam Shahih Bukhari dari Nabi, beliau bersabda:
“Siapakah di antara kalian yang harta pewarisnya lebih dicintainya daripada
harta dirinya sendiri?. Para shahabat berkata: Wahai Rasulullah, tidak ada
seorangpun di antara kita kecuali hartanya lebih dicintainya. Beliau
bersabda: Sesungguhnya harta miliknya yang sebenarnya adalah apa yang
telah dipersembahkan (sebagai amal shaleh) sementara harta pewarisnya
adalah apa yang ditinggalkan”13
Allah berfirman:
11 Shahih Muslim (1631)
12 Shahih Muslim (2958)
13 Shahih Muslim (6442)
8
“Barangsiapa yang kafir Maka Dia sendirilah yang menanggung (akibat)
kekafirannya itu; dan Barangsiapa yang beramal saleh Maka untuk diri
mereka sendirilah mereka menyiapkan (tempat yang menyenangkan),”14
Sebagian orang Salaf berkata: “maksudnya tempat yang
menyenangkan di dalam kubur ”. Artinya, amal shalih akan menjadikan
kubur orang yang beramal shalih tempat yang menyenangkan. Meskipun
tidak ada perhiasan dunia yang menyertainya seperti kasur dan bantal.
Bahkan amalnyalah yang akan menjadi kasur dan bantal untuknya.15
Di dalam hadits dari Nabi, beliau bersabda: Jibril berkata kepadaku:
“Wahai Muhammad, hiduplah sesukamu karna kau akan mati, berbuatlah
sesukamu karena akan ada balasannya, cintailah siapa saja yang kamu
suka, karna kau pasti akan berpisah dengannya, dan berbuatlah sesukamu,
karena kau pasti akan dibalas sesuai perbuatanmu”16
Kita memohon kepada Allah urusan yang baik, balasan kebaikan yang
bagus, dan petunjuk kepada apa-apa yang Allah cintai dan ridhai.
14 Ar Rum: 44
15 Lihat risalah yang dikarang oleh Al Hafidzh Ibnu Rajab :“Juz’un fiihil Kalaam ‘Ala Haditsi Yatba’ul Mayyita
Tsalatsun” (hal. 40)
16 Diriwayatkan oleh Ath Thayalisi (1862), Al Hakim (IV/325). Dihasankan oleh Al Albani dalam Shahih Al
Jami’ (4355)