Artikel

Misi Kristen Di Indonesia, Bentuk Dan 


Pengaruhnya Terhadap 


Keberagamaan Di Indonesia 





PENDAHULUAN. 


Pada dasarnya setiap komunitas memiliki keinginan kuat untuk 


memperbanyak jumlah keanggotaan dan pengikut selama 


keberadaannya dalam kancah kehidupan. Keinginan ini 


sebetulnya merupakan insting yang tertanam pada kedalaman 


jiwa masing-masing individu, mengigat bahwa manusia memang 


merupakan mahluk dengan naluri sosial yang tinggi. Jumlah yang 


banyak merupakan bagian dari wujud eksistensi dan merupakan 


data dan fakta tentang keberadaan dan hak-hak untuk memiliki 


kehidupan yang layak ditengah masyarakat manusia. Maka tak 


heran jika agama sebagai identitas yang melekat pada manusia 


juga berusaha keras untuk mengumpulkan sesama dalam ruang 


lingkup keyakinan dan kepercayaan. 





 


Islam sendiri menganggap bahwa missi untuk mengajak orang lain 


menuju pintu gerbang Islam adalah merupakan perintah Tuhan 


yang berlandaskan semangat kitab suci. Pandangan ini 


berdasarkan pada asumsi bahwa Islam adalah jalan keselamatan 


terakhir menuju Allah swt. Hanya saja, jika dibandingkan dengan 


seksama, missi dalam Islam hanyalah sebatas menawarkan dan 


tidak memiliki hak pemaksaan dan intimidasi. Penawaran di sini 


sebagai bukti bahwa kebenaran yang diyakini oleh seorang 


Muslim telah disampaikan kepada orang lain. Out put berupa 


ketertarikan dan pemilihan Islam sebagai agama tidaklah menjadi 


target utama dalam Islam. Sementara dalam Kristen, missi tidak 


sekedar menawarkan ajaran Kristen kepada pihak lain, tetapi juga 


mengadung keharusan agar objek missi benar-benar dapat 


dikatakan sebagai penganut Kristen secara formal. Dengan 


demikian, beban di pundak missonaris lebih berat dibanding 


beban da’i dalam Islam. Maka tidaklah mengherankan jika missi 


Kristen terkadang terkesan melalui cara-cara yang tidak lazim 


dilakukan oleh missionaris terhadap agama-agama lain.[1]


 Makalah ini berusaha menelusuri missi Kristen di Indonesia 


dengan berusaha menjawab pertanyaan, bagaimana bentuk missi 


Kristen di Indonesia dan pengaruhnya terhadap kehidupan 


keberagamaan. 


KRISTENISASI. 


Kata kristenisasi adalah padanan kata islamisasi. Keduanya 


mengadung upaya-upaya sistemis untuk mengajak pihak lain, baik 


kalangan internal maupun eksternal untuk menganut cara hidup 


masing-masing agama yang dipropagandakan. Namun, dari segi 


istilah, kristenisasi merupakan sebuah gerakan keagamaan yang 


yang bernuansa politik yang muncul setelah berakhirnya perang 


salib dengan tujuan menyebarkan agama Nasrani kepada semua 


komunitas manusia yang ada di dunia ketiga secara umum dan 


kepada kaum Muslim secara khusus, dengan harapan dapat 





menegaskan kekuasaan mereka terhadap bangsa-bangsa yang 


ada.[2]


 Kaum Kristen biasanya merujuk sejumlah ayat dalam Bibel 


sebagai legitimasi kewajiban menjalankan misi Kristen kepada 


bangsa-nagsa non-Kristen. Kitab markus, 16 : 15 misalnya, 


menyerukan, “pergilah ke seluruh dunia dan beritakanlah Injil 


kepada segala mahluk.” Maka baik kaum Kristen Protestan 


maupun Katolik sama menegaskan pentingnya misi dalam agama 


Kristen.[3]


 Yang pertama kali melakukan aktifitas Kristenisasi secara resmi 


adalah seorang warga Jerman bernama Raimon Lull (1890 M) 


setelah perang salib mengalami kegagalan. Raimon telah belajar 


bahasa Arab dan berkunjung ke beberapa Negara Arab sambil 


berdiskusi dengan beberapa kalangan ulama. Pada tahun 1924, 


Raymond Lull berhasil menemui Paulus V. Dia mengajukan dua 


buku yang mencakup dua rancangan Lull untuk mengkristenkan 


umat Islam.Pertama, menjadikan ilmu dan sekolahan sebagai 


sarana kristenisasi. Kedua, kristenisasi dengan kekerasan jika tidak 


dapat dicapai dengan cara halus.[4]


 Semenjak itulah missionaris Kristen mengarahkan perhatiannya 


untuk menyebarkan agama Kristen kepada negara-negara ketiga 


yang mayoritas beragama Islam. Aktifitas Kristenisasi ini 


mengalamai momentum yang cukup baik karena ketika itu 


negara-negara Muslim masih diliputi oleh kebodohan dan 


kemiskinan. Belum lagi masalah kesehatan dan kelemahan 


penguasa negeri Muslim dalam mengatasi problem interen 


mereka. 


Jika diperhatikan dengan seksama, sebenarnya negara-negara 


barat banyak mengutus missonaris ke seluruh dunia dengan 


alasan untuk pengembangan kehidupan kerohanian dan sebagai 


upaya menciptakan keselamatan dunia, sebagaimana tampak di 


Perancis. Perancis secara terbuka memerangi missionaris dalam 


konteks negaranya tetapi berusaha memanfaatkan dan 





melindungi missionaris yang berada di Negara lain. Demikian pula 


Italia yang menampakkan permusuhannya terhadap Gereja tetapi 


memperkuat politik imprealisme mereka dengan bantuan para 


missionaris. Bahkan banyak kalangan militer di Inggris yang 


menasehati negaranya untuk mengutus missonaris ke seluruh 


dunia.[5]


 Dalam aktifitas ini, missionaris sangat menyadari bahwa kaum 


Muslim memiliki keteguhan yang tinggi dalam memegang 


keyakinan yang mereka anut. Dengan demikian beragam kedala 


mereka temui di lapangan. Dengan adanya kenyataan demikian, 


upaya dan segala yang dimiliki berupa kekuatan rohani dan 


jasmani mereka persiapakan untuk melancarkan aktifitas ini. Hal 


ini tampak dalam upaya missionaris untuk menaklukkan Indonesia 


dan Negara-negara Afrika.[6]


 SEJARAH KRISTENISASI DI INDONESIA. 


Berdasarkan kutipan Lukman al-Hakim dari buku Sejarah Gereja 


Katolik di Indonesia, permulaan perkembangan agama Kristen di 


Indonesia sebagaimana ditunjukkan oleh Y Bakker terjadi pada 


pertengahan abad ke-7 dengan didirikannya episkopat Syria di 


Sumatra. Tetapi hasil krsitenisasi mulai tampak sejak dilakukannya 


secara gencar oleh orang-orang Portugis, terutama di Maluku 


pada abad ke-16. [7]


 Setelah itu, Organisasi dagang Belanda (VOC) 


yang didirikan pada tanggal 1602 memang dak memiliki nuansa 


politik yang berusaha menciderai Islam. Namun ketika diminta 


untuk menyebarkan nilai-nilai Kristen di tanah jajahan, maka tidak 


ada cara lain kecuali mengikuti cara yang telah diperaktekkan oleh 


Portugis sebelumnya berupa pemaksaan.[8]


 Sebagai perwujudannya, sebagaimana dituturkan oleh Aqib 


Suminto dalam Poli k Islam Hindia Belanda, pada tahun 1661 


VOC melarang umat Islam melaksanakan ibadah haji. Kebijakan ini 


merupakan realisasi anjuran Bogart, seorang Katolik ekstrim di 





parlemen Belanda. Dalam asumsi Bogart, para jemaah haji 


tersebut sangat berbahaya secara politis. Karena itu, melarang 


perjalanan ibadah haji jauh lebih baik ketimbang menembak mati 


para haji itu. C. Guillot dalam Kiai Sadrach: Riwayat Kristenisasi di 


Jawamenuturkan bahwa pada awalnya pusat penyebaran Kristen 


adalah Maluku. Banyak orang Maluku yang menjadi tentara yang 


kemudian dikirim ke kawasan-kawasan utama militer Belanda di 


Jawa, seperti Batavia, Semarang, dan Surabaya. Mereka itulah 


yang pertama kali membentuk jemaah Kristen pribumi. 


Berbeda dengan  di atas, terdapat  analisa lain yang menganggap 


bahwa orang Kristen pertama yang sampai ke Nusantara  adalah 


pada abad 12 masehi. Yang mana, ia singgah di Sumatra Utara. 


Setelah itu missionaris yang bernama Fransiskan Ordorikus 


menyusul dan berusaha mengelilingi pulau Sumatra dan Pulau 


Jawa. Kemudian datang setelahnya missionaris Katolik yang 


sangat mashur yang bernama Fransiskus Oksafiarus pada tahun 


1546 masehi. Ia memulai missinya di Ambon kemudian 


memperluasnya hingga mencakup Maluku Utara. Kemudian 


setelahnya datanglah orang-orang Belanda yang beragama 


Protestan ke pulau ini dan berusah menyaingi penganut Katolik. 


Namun kemudian perkembangan agama Protestan banyak terjadi 


di Nusa Tenggara Timur. Hal ini terjadi pada abad ke-17 hingga 


abad ke-18 masehi. Pada tahun 1904 M balah Fan Leis ke 


Yogyakarta dan berusaha mendirikan sekolah Kanisius yang 


berpusat di da’erah Muntilan dan Mendut.[9]


 Keterkaitan antara kolonialisme dengan kristenisasi sebetulnya 


sangat sulit untuk dinafikan. Namun demikian tokoh-tokoh 


Kristen di Indonesia seperti TB Simatupang biasanya tidak setuju 


tentang adanya keterkaitan tersebut. Mereka menganggap bahwa 


misionaris sema sekali tidak terkait dengan ambisi duniawi para 


kolonialis. Penyebaran Kristen lebih disebabkan oleh kuasa Alkitab 


dan bukan semata-mata disebabkan oleh orang-orang Kristen. 


Namun anggapan semcam itu sulit diterima mengingat fakta-fakta 





sejarah bantuan dan sikap politik kaum kolonialis terhadap misi 


Kristen sangatlah nyata.[10]


 Setelah Indonesia Merdeka, Indonesia menjadi sasaran misi 


Kristen dari segenap penjuru dunia. Beragam media digunakan 


seperti film, kaset, buku-buku, kapal-kapal penginjil yang 


mengitari pantai-pantai dan kepulauan seperti Lombok, 


Sumbawa, Sulawesi dan Kalimantan. Di daerah luar Jawa seperti 


NTT dan Kalimantan misi Kristen telah memiliki pemancar radio 


dan pesawat terbang cesna. Bahkan pada wilayah-wilayah 


tertentu , mereka mendirikan landasan pesawat khusus dengan 


izin dari Depertemen Perhubungan.[11]


 Demikianlah sehingga agama Kristen berkembang di Indonesia 


terutama pada momen jatuhnya Sukarno pada peristiwa 


pemberontkan G 30 S PKI pada tahun 1965. Orang-orang Kristen 


memanpaatkan kesempatan ini dengan memasukkan para 


tawanan komunis ke dalam agama Kristen dengan beralasan 


bahwa para pelaku penyembelihan adalah orang-orang Islam. 


Sehingga mereka tidak bisa menyelamatkan diri kecuali dengan 


beralih keyakinan. 


TARGET KRISTENISASI 


Tujuan utama Kristenisasi sebenarnya adalah membongkar 


keyakinan yang dianut oleh kaum Muslim dan berusaha 


mengalihkan mereka dari sikap tegas dalam memegang keyakinan 


Islam sebagai pola hidup dan pola keyakinan. Jalan yang ditempuh 


untuk maksud tersebut berupa Kristenisasi dan penjajahan. Tetapi 


kemudian mendapatkan penetangan yang luar biasa dari pihak 


Muslim sehingga Samuel Zwemer menegaskan kepada missonaris 


untuk menguatkan semangat mereka dengan megatakan, “Tujuan 


Kristenisai di negara-negara Muslim yang ditugaskan kepada 


kalian oleh Negara-negara Kristen bukanlah bermaksud untuk 


memasukkan kaum Muslim ke dalam agama Kristen. Karena hal 





demikian merupakan kehormatan dan hidayah buat mereka. 


Tetapi tugas kalian adalah mengeluarkan mereka dari Islam 


sehingga mereka menjadi mahluk yang tidak memiliki hubungan 


dengan Tuhan dan tidak memiliki afiliasi terhadap nilai-nilai etika 


yang menjadi landasan utama kehidupan berbagai bangsa.[12]


 SARANA DAN METODE KRISTENISASI 


Sarana dan metode yang dijalankan missionaris di Indonesia 


sangatlah beragam. Di antara media dan metode yang digunakan 


di banyak Negara adalah : 





Pendidikan dengan beragam bentuknya mulai dari TK 


hingga perguruan tinggi. 


Seminar, ceramah dan kegiatan olah raga. 


Penerbitan buku-buku dan pendirian percetakan 


modern. 


Koran, majalah dan terbitan khusus. 


Pendirian rumah sakit, tempat-tempat hiburan dan 


pondokan anak yatim. 


Bantuan kemanusian dan hadiah, utamanya ketika 


terjadi bencana alam dan krisis ekonomi. 


Gerakan politik. 


Untuk mengenal program Kristenisasi di Indonesia, yang pertama 


dilakukan adalah mengenal lembaga Kristenisasi yang memiliki 


peranan utama dalam memperluas cakupan missinya di 


Indonesia. Doulus World Mission Indonesia[13]


 adalah sebuah 


lembaga yang berusaha memperluas cakupan penganut Kristen 


kepada lebih dari 125 kelompok mayarakat terbelakang di 


pedalaman. Berangkat dari program ini, Doulus berusaha 


mendirikan sekolah tinggi bernama Sekolah Tinggi Teologi Doulus 


yang dijadikan sebagai sarana untuk menyiapkan sebanyak 2.500 


missionaris 


Kristen. 


Berdasarkan pada program yang 


direncanakan, Doulus berharap dapat menyelesaikan missi ini 





pada tahun 2000 M.[14]


 Tetapi pada kenyataannya, masyarakat 


Indonesia makin terlihat bersemangat mepelajari Islam, terutama 


pasca jatuhnya soeharto dari tampuk kekuasaan pada tahun 


1998. 


Berdasarkan penelitian lembaga ini, di Indonesia terdapat lebih 


dari 250 suku terasing yang belum tersentuh oleh Kasih Yesus dan 


nilai-nilai Kristen. Karena itulah, lembaga ini menyiapkan program 


khusus bagi masing-masing suku terasing tersebut, di antaranya : 


• Proyek Yeriko 2000 untuk Jawa Barat. 


• Proyek Karapan 2000 untuk Madura dan Jawa Timur 


secara umum. 


• Proyek andalas 2000 untuk Sumatra Utara. 


• Proyek Mandau 2000 untuk Kalimantan. 


• Proyek Baju Bungku 2000 untuk Sulawesi Tenggara. 


• Proyek Cenderawasih 2000 untuk Irian Jaya. 


• Proyek Sriwijaya 2000 untuk Riau, Sumatra. 


METODOLOGI KRISTENISASI DI INDONESIA 


Beragam cara yang dilakukan oleh missionaris dalam rangka 


menarik hati pemeluk Islam di Indonesia. Di antara metode yang 


digunakan dalam missi ini berdasarkan sejumlah penelusuran 


adalah : 


1. Membagun Gereja di Lingkungan Muslim. 


Langkah ini merupakan cara lama yang masih 


dipraktekkan oleh missonaris untuk proyek Kristenisasi di 


Indonesia. Hanya saja resistensi yang ditampakkan oleh 


warga sekitar terhadap proyek pendirian Gereja menjadi 


masalah setiap kali hal ini dilakukan. Salah satu contoh 


adalah proyek pendirian Gereja terbesar di Asia Tenggara 


yang direncanakan oleh Jems Riyadi di daerah 


10 


Kemayoran, Jakarta Pusat. Gereja ini dinamakan Gereja 


Pembaharuan Injil. Setelah bangunan Gereja mulai 


tampak, kelompok Muslim di Kemayoran mengadakan 


pertemuan khusus dan menyapakati beberapa langkah 


untuk menyetop pembangunan Gereja. Salah satunya 


adalah mengirim surat kepada Gubernur sebanyak tiga 


kali, tetapi hal tersebut tidak mendapatkan respon dari 


pemerintah setempat. Melihat sikap warga yang 


menolak proyek, pihak Kristen berusaha mendekati 


warga dengan membagikan alat perlengkapan shalat dan 


hewan kurban ketika tiba hari Idul Adha serta kunjungan 


ke beberapa pesantren. Hanya saja warga merasakan 


bahwa itu merupakan bentuk sogokan agar mereka tidak 


menolak kehadiran Gereja, sehingga cara ini tidaklah 


berhasil menghadang langkah warga untuk menolak 


pembangunan Gereja tersebut.[15]


 Hal serupa juga terjadi di Depok, Jawa Barat ketika Gereja Sallom 


berhasil didirikan. Panitia berusaha mendatangkan jamaah dari 


da’erah lain untuk mengadakan acara di Gereja Sallom. Setiap 


minggu berbagai kegiatan ramai di adakan di Gereja sehingga 


beberapa warga sekitar mulai tertarik dengan kegiatan yang 


mereka lakukan. Keberadaan Gereja pun lambat laun mulai 


menimbulkan sikap antipati warga sehingga mereka melakukan 


sikap yang tidak baik terhadap Gereja tersebut di kemudian 


hari.[16]


 2. Menciderai Kehormatan Wanita Muslimah. 


Metode ini merupkan cara terbaru yang dilakukan oleh 


pihak missionaris di Indonesia. Pada awalanya cara ini 


ditujukan 


kepada putri-putri dari tokoh-tokoh 


keagamaan yang disegani oleh masyarakat. Sebagai 


contoh, seorang da’i bernama H Kasep dinodai 


11 


kehormatan putrinya oleh salah seorang missionaris 


yang mengaku telah beragama Islam. Sehingga pada 


akhirnya sang gadis bunuh diri karena tidak bisa 


menaggung rasa malu akibat kejadian tersebut. 


Kejadian berwal dari tahun 1420 H ke ka seorang pemuda sering 


bertandan ke rumah sang gadis. Sejak itu kebersamaan keduanya 


makin terlihat mesra. Sang gadis beserta ayahnya tidak 


mengetahui kalau sang pemuda adalah seorang Kristen. Satu hari 


sang ayah menawarkan kepada pemuda tersebut agar hubungan 


dengan putrinya diresmikan melalui pernikahan. Tetapi sang 


pemuda mengajukan syarat agar acara pernikahan dilakukan di 


Gereja. Sejak saat itulah sang gadis kecewa dan hanya mengurung 


diri di kamar, hingga suatu ketika ia ditemukan meningal di ruang 


kamarnya dengan sebotol racun serangga.[17]


 Di tempat lain, seorang missionaris mengaku telah menjadi 


Muslim lalu mempersunting seorang gadis Muslimah yang 


berjilbab. Pada malam pertama perkawinannya, ia menugaskan 


salah seorang sahabatnya untuk mengambil gambar hubungan 


suami istri yang dilakukan pada malam itu. Setelah usia 


perkawinan berjalan beberapa bulan, sang suami meminta 


istrinya memilih antara masuk Kristen atau foto-foto hasil 


hubungannya pada malam pertama tersebut disebarkan ke 


halayak ramai. Sang istri pun tidak memiliki pilihan lain kecuali 


masuk Kristen demi menjaga kehormatannya.[18]


 Kejadian serupa juga terjadi di Jakarta Timur. Seorang missionaris 


menikahi seorang gadis yang bernama Fatma. Setelah keduanya 


mendapatkan dua momongan, sang missionaris membuka 


kedoknya dan memaksa istrinya untuk memeluk agama Kristen. 


Setelah beberapa hari kejadian tersebut berlalu, sang missionaris 


ketahuan kedoknya. Ia ternyata salah satu alumni dari sekolah 


tinggi teologi yang berpusat di Jalan Proklamasi, Jakarta 


Pusat.[19]


 12 


3. Menyebarkan Narkoba. 


Penyebaran narkoba merupakan cara baru yang 


ditampilkan missionaris dalam menjaring pengikut baru. 


Cara ini mulai ditemukan hampir bersamaan dengan cara 


sebelumnya, menodai kehormatan Muslimah.  Cara ini 


terbilang ampuh, karena pengguna narkoba memiliki 


tingkat ketergantungan yang sangat besar terhadap 


obat-obatan yang mereka komsumsi dan berefek pada 


pelemahan jiwa. Sehingga pengguna dipastikan tidak bisa 


hidup kecuali dengan bantuan orang lain. Efek ini 


manarik perhatian missonaris sehingga secara tidak 


langsung, mereka mensuplai narkotika ke tempat 


nongkrong para pemuda pengangguran. Jika di 


masyarakat mulai muncul orang-orang yang memiliki 


tingkat ketergantungan obat yang tinggi, tempat-tempat 


rehabilitasi narkoba pun didirikan dengan berupaya 


menyusupkan nilai-nilai Kristen selama proses 


penyembuhan berlangsung. Setelah kesembuhan pasien, 


banyak di antara mereka yang telah menjadi pengikut 


Kristen. 


Hal demikian ditemukan oleh Harian Republika di Bandung, Jawa 


Barat. Sekolah Tinggi Teologi Doulus berusaha melakukan missi 


dengan penyebaran narkotika kepada siswa yang berumur antara 


15 hingga 18 tahun. Ke ka terjadi ketergantunga obat, pusat


pusat rehabilitasi mental pengguna narkoba didirikan sekaligus 


menawarkan agama Kristen kepada para pasien.[20]


 Demikan pula dengan peristiwa yang dialami oleh salah seorang 


siswa sekolah Muhammadiyah di Semarang.  Pada awalnya ia 


disuguhi narkoba oleh salah seorang oknum sehingga ia menjadi 


pengguna. Setelah keadaannya demikian, ia diobati di salah satu 


rumah sakit Kristen. Beberapa hari kemudian tampilan sang siswa 


mulai berubah dari sebelumnya sering memakai baju koko, 


13 


dengan tampilan yang lebih gaul dan dengan tanda salib di 


lehernya.[21]


 4. Mengkristenkan Pasien Muslim. 


Di antara metode ampuh yang dikembangkan oleh 


missionaris adalah mendirikan rumah sakit Kristen di 


berbagai belahan dunia Muslim. Rumah sakit seperti ini 


telah mencapai 213 buah pada tahun 1421 


H.[22]


 pendirian rumash sakit demikian memang atas 


nama missi kemanusiaan, tetapi tidak bisa dipungkiri 


bahwa ia terkadang menjadi tempat terjadinya missi 


terselubung kepada pasien non Kristen. Betapa banyak 


kita dengar pasien dari kalangan ekonomi lemah 


direhabilitasi di rumah sakit-rumah sakit Kristen lalu 


dikemudian hari mereka berganti identitas keagamaan. 


Bahkan tidak cukup dengan pendirian rumah sakit-rumah 


sakit, missionaris juga berusaha membagikan brosur


brosur yang berisi ajaran ajaran Kristen serta adab-adab 


dalam Kristen bagi orang sakit kepada pasien Muslim. 


Hal demikian terjadi di rumah sakit Advent di Bandung. 


Missionaris mengumpulkan pasien Muslim lalu mengadakan do’a 


bersama atas kesembuhan mereka kepada tuhan yesus. Di 


samping itu, mereka juga memberikan layanan gratis bagi mereka 


yang telah meninggal dunia keluarganya, tetapi tidak memiliki 


kemampuan untuk membayar beban biaya rumah sakit. 


Cara seperti ini juga pernah dialami oleh seoraang tokoh Islam 


papan atas, Bapak Muhammad Natsir. Ketika menjelang 


kedatangan ajalnya, ia didtangi oleh missionaris dan menawarkan 


agama Kristen kepadanya. Padahal sang missinaris sangat 


mengetahui bahwa Natsir adalah seorang tokoh yang sangat kuat 


menentang uapaya Kristenisasi di Indonesia. Tetapi mereka 


14 


berpura-pura tidak tahu dan berusaha melakukan kegiatan 


mereka.[23]


 5. Kesaksian Palsu yang Dilakukan oleh Oknum yang 


Mengaku Murtad dari Islam. 


Penomena menarik yang banyak terjadi dikalangan 


intelektuan non Muslim adalah ketertarikan mereka 


terhadap Islam yang diawali dengan rasa keingintahuan 


tentang makna kehidupan. Pengembaraan intelektual 


pun mereka lakukan dengan mencari jawaban dari 


berbagai agama, termasuk agama-agama abrahamaik 


selain Islam. Mereka menghindari Islam karena stigma 


media massa yang seolah telah menenmpatkan Islam 


sebagai agama kekerasan dan anti perempuan. Tetapi 


karena jawaban yang mereka temui selama pencarian 


tidaklah memuaskan dahaga intelektual mereka, 


sehingga Islam pun dilirik. Ketika mereka mulai banyak 


membaca literatul Islam, terutama terjemahan al-Qur’an, 


umumnya mereka tersadar bahwa ternyata Islam adalah 


jawaban dari berbagai kegelisahan yang mereka alami 


selama ini. Setelah mereka menemukan jawaban, 


pengakuan tentang proses yang mereka lalui hingga 


menemukan Islam mereka tulis atau umumkan kepada 


media Islam sehingga tidak sedikit menginspirasi non 


Muslim lainnya, bahkan termasuk orang Muslim sendiri 


untuk lebih mendalami Islam. Hal ini menimbulkan efek 


yang luar biasa kepada masyrakat. 


Melihat cara demikian banyak menarik perhatian masyarakat 


kaum beragama, terutama non Muslim, oknum dari pihak Kristen 


pun berusaha melakukan hal serupa. Sekali pun hal demikian 


sering kali didesain sendiri dan tidak mereperesentasikan keadaan 


sebenarnya. Mereka kemudian menulis kisah serupa pada 


15 


beberapa majalah atau selebaran atau pada buku-buku tertentu 


dengan harapan dapat melakukan upaya tandingan terhadap apa 


yang terjadi pada intelektual non Muslim ketika memutuskan 


Islam sebagai pilihan.[24]


 Cara demikian mulai ditemukan di Indonesia pada tahun1974. 


Yang pertama melakukannya adalah seseorang yang bernama 


Kemas Abu Bakar. Pada awalnya, ia mengaku sebagai jebolan 


universitas Islam di Bandung dan pernah tercatat sebagai salah 


satu dewan juri pada penyelenggaraan MTQ tingkat Internasional. 


Ia berusaha menafsirkan al-qur’an berdasarkan kehendaknya 


semata kemudian menyebarkannya ke masyarakat dalam bentuk 


kaset. Tetapi setelah diadakan investigasi oleh kalangan Muslim 


ternyata terbukti ia melakukan kebohongan karena tidak mampu 


mendemonstrasikan kekmampuannya membaca al-qur’an. 


Karena ndakan ini ia dipenjara di Surabaya selama 8 tahun.[25]


 Di Jakarta pun kasus serupa ditemukan. Seseong bernama Yusuf 


Maulana mengaku murtad dari Islam dan masuk ke agama 


Kristen. Ia mengaku anak dari seorang dai terkenal, Qasim 


Nurseha. Karena pengakuan demikian, khotbah-khotbahnya di 


Gereja cepat beredar dengan menceritakan sebab-sebab ia 


memilih Kristen sebagai agamanya. Setelah dilakukan investigasi 


oleh kalangan Muslim terbukti bahwa ia bukanlah anak dari 


Qasim Nurseha, sebagaimana pengakuannya selama ini. 


Setelah itu, kasus di Bandung dengan motif yag sama juga 


ditemukan. Ada seseorang mengaku saudara kandung dari Buya 


Hamka (Haji Abdul Karim Wadud Amrullah). Ia mengaku bernama 


Wili Abdul Wadud Karim Amrullah. Setelah pengakuannya 


tersebut, ia menjadi orang yang sangat terkenl di Bandung. 


Bahkan banyak dari kalangan kaum Muslim mulai terpropokasi 


dengan pengakuannya. Tetapi setelah investigasi dilakukan 


dengan seksama oleh kalangan Muslim terbukti ia hanya pembual 


layaknya pendahulu-pendahulunya.[26]


 16 


Beberapa orang yang terhitung menyatakan diri murtad dari Islam 


dan beralih profesi sebagai missinaris Kristen di antaranya adalah: 


• Purnama Winangun yang dijuluki sebagai haji Amos. 


• Hajjah Kristina Fatimah yang disebut Tini Rustini. 


• Rudi Muhammad Nurdin. 


• Matius. 


• Muhammad Sholihin. 


6. Missi Kristen Atas Nama Bantun Kemanusiaan. 


Sebenarnya hal ini merupakan cara lama yang selalu 


digunakan oleh missonaris untuk malakukan missinya. 


Cara ini dianggap cocok untuk negeri-negeri Muslim 


mengingat kemiskinan menjadi penomena umum di 


banyak Negara Muslim. Jika dipetakan secara kasar, 


benua afrika yang nota bene banyak berpenduduk 


Muslim, banyak menjadi target utama cara ini. Kelaparan 


yang terjadi di mana-mana akibat perang yang 


berkanjangan menjadi lahan subur bagi missionaries 


untuk menjalankan aksinya. Analisa bahwa kemiskinan 


menjadi penyebab utama keberhasilan missi Kristen 


sangatlah relevan.[27]


 Apalagi jika dibuktikan dengan 


temuan-temuan lapangan, terutama ketika terjadi 


bencana alam pada level tinggi sehingga mengundang 


keterlibatan donor asing. Biasanya, mengalirnya dana 


kemanusian selalu dibarengi dengan missi sampingan 


yang melibatkan kepercayaan tertentu. 


Cara seperti ini misalnya ditemukan di Tangerang. Yaitu sebuah 


pemberian beasiswa kepada 6 desa yang bertetangga dengan 


Lippo Karawaci, sebuah kawasan mewah di Tangerang. Sponsor 


utama beasiswa ini adalah Jems Riyadi, pemiliki bank Lippo. Pada 


ke-6 desa tersebut terdapat 26 SD dengan jumlah total siswa 


sebanyak kurang lebih 10.000. Semuan murid-murid tersebut 


17 


diberikan beasiswa sebagai wujud bantuan kemanusiaan. 


Berdasarkan temuan Majalah Media Da’wah, salah satu media 


Islam yang memiliki kepedulian terhadap perkembangan missi 


Kristen di Indonesi, bahwa para murid yang berada antara kelas 1 


hingga kelas 3 masing-masing mendapatkan beasiswa sebesar Rp 


1.179.000 per tahun.  Adapun murid-murid yang berada dalam 


bimbingan khusus mereka tentu mendapatkan lebih dari nilai 


sebelumnya, yaitu Rp 1.539.000 per siswa per tahun. Hal yang 


tidak bisa dipungkiri adalah bahwa masyarakat miskin yang 


berada pad ke-6 desa tersebut merasa sangat terbantu dengan 


program demikian. Sekali pun, pada kenyataannya terdapat 


sekitar 500 lebih siswa yang ak f mengiku berbagai kegitan di 


Gereja. Sementara di pihak lain, orang tua mereka tidak memiliki 


kemampuan untuk mencegah praktek demikian karena telah 


merasakan bantuan besar tersebut.[28]


 Pada lingkup lebih luas, terjadinya Tsunami di Aceh menjadi 


momen penting bagi kaum missionaries untuk melakukan aksi 


mereka. 


7. Kristenisasi Dengan Menggunakan Simbol-Simbol Islam. 


Metode ini merupakan cara terbaru yang dipraktekkan 


missonaris di Indonesia. Bahkan cara ini dilakukan secara 


masif dan agresif. Media yang digunakan seperti 


pelaksanaan ritual Kristen dengan dengan tampilan yang 


Islami. Misalnya perayaan natal dengan menampilkan 


pakaian adat betawi yang sangat kental nuansa Islamnya. 


Selain itu, missionaries juga melakukan penyebaran 


bulletin-bulletin yang mirip dengan bulletin da’wah yang 


memuat ayat-ayat al-qur’an disertai dengan ayat-ayat 


bible serta analisa yang mengunggulkan ajaran Kristen 


atas pandangan Islam tentang masalah-masalah 


tertentu. Hal lain yang juga tidak luput dari penyebaran 


18 


missi denga cara ini adalah penerbitan buku-buku yang 


menampilkan judul-judul yang sangat bernuansa Islam. 


Orang Muslim banyak tertipu dengan cara-cara sperti ini, karena 


ketidakmampuan mereka membedakan antara Islam sebagai 


aksesoris dengan ritual keagamaan yang murni Kristen. Cara ini 


makin membingungkan masyarakat dengan adanya terjemahan 


bible yang berbahasa Arab dan kajian yang dilakukan di Gereja 


yang mirip bentuk masjid. Sementara para peserta kajian 


memakai pakaian layaknya seorang santri  dan para peserta 


membaca kitab bible berbahasa Arab layaknya orang yang sedang 


membaca al-qur’an dengan cara tartil. 


A. Perayaan Natal dengan Tampilan Islami. 


Cara seperti ini pernah dilakukan oleh pihak Kristen pada hari 


sabtu, 25 desember 2003. Mereka melakukan perayaan natal di 


Gereja ortodoks yang bernama Santovatius di Jakarta. Dalam 


perayaan ini mereka menampilkan peserta yang berbusana Islami 


mulai dari laki-laki, perempuan dan anak kecil. Bahkan acara 


inidissirkan secara langsung oleh salah satu televise swasta 


terkemuka di negeri ini dan disaksikan oleh banyak pemirsa di 


seluruh tanah air. Seperti yang diduga oleh pihak pelaksana 


sendiri, acara ini menui protes keras dari banyak pemirsa. Bahkan 


protes yang berbentuk ancaman dan terror sempat beredar 


sebagai wujud resitensi ummat Muslim di Indonesia terhadap 


acara-acara yang berpotensi mengancam hubungan antar ummat 


beragama di negeri ini.[29]


 Cara-cara demikian sebenarnya tida 


hanya terjadi sekali dan dua kali saja. Bahkan adanya upaya 


pembacaan bible berbahasa Arab dengan mengikuti metode 


tilawatil Qur’an dengan nada tertentu juga masuk dalam kategori 


ini. Belum lagi tata cara ibadah yang dipereaktekkan oleh Kristen 


Syria dengan meniru tata cara shalat dalam Islam. Semua 


fenomena tersebut merupakan metode penyebaran agama yang 


19 


kurang menghargai aspek toleransi yang dibangun dalam lingkup 


keindonesiaan dan keragaman. 


B. Penyebaran buku-buku Kristen yang menyerupai tampilan 


buku-buku Islam. 


Para penulis beserta judul-judul yang sempat beredar di tengah 


masyarakat adalah sebagai berikut : 


1. 


Karangan Purnama Winangun yang dikenal dengan nama 


Haji Amos. 


Beberapa tulisan Purnama yang ditemukan beredar di 


tengah masyakat adalah seperti, Upacara lbadah Haji, Ayat


ayat Al Qur’an Yang Menyelamatkan, Isa Alaihis Salam 


Dalam Pandangan Islam, dan Riwayat Singkat Pustaka 


Peninggalan Nabi Muhammad saw. 


2. 


3. 


Karangan Danu Kholildinata yang dikenal dengan nama 


Amin 


Barkah. 


Kristus dan Kristen di Dalam Al-Qur’an (Al Masih Wal 


Masihiyun Fil Quur’an). 


Karangan Hamran Amri. 


Allah Sudah Pilihkan Saya Kasih Buat Hidup Baru Dalam 


Yesus Kristus, Keilahian Yesus Kristus dan Allah Tritunggal 


Yang Esa, Dengan Kasih Kita Jawab, Jawaban Atas Buku 


Bible Qur’an dan Science, Dialog Tertulis Islam-Kristen, 


Surat bari Mesir, Siap Sedia Menjawab Tantangan Benteng 


Islam, Sebuah Memori Yang Tak Terlupakan, dll. 


4. 


Karangan Muhammad Nurdin. 


Ayat-Ayat Penting Di Dalam Al-Qur’an, Keselamatan Di 


Dalam Islam, Selamat Natal Menurut Al Qur’an, Kebenaran 


Yang Benar (As Shodiqul Mashduuq), Rahasia Allah Yang 


Paling Besar (Sirrullahil Akbar), Telah Kutemukan Rahasia 


20 


Allah Yang Paling Besar, Ya Allah Ya Ruhul Qudus Aku 


Selamat Dunia dan Akhirat, Wahyu Tentang Neraka, Wahyu 


Keselamatan Allah, dan lain-lain. 


5. 


Terbitan yayasan pusat Kristen Nehemia. 


Kerudung Yang Dikoyak, oleh Gulshan Ester; Seorang Gadis 


Kristen Mempertanggungjawabkan Imannya, oleh Nita; 


Apakah Al Qur’an Benar-benar Wahyu Allah, oleh Ev. J. 


Litik; Kebenaran Firman Allah, oleh Pdt. M. Matheus; Lima 


Alasan Pokok Tentang Isi Al Qur’an Yang Menyebabkan 


Saya Beralih Dari Islam ke Kristen, oleh Ev. J. Litik; dll. 


6. 


Cetakan yayasan Jalan Rahmat. 


Sejarah Naskah Al Qur’an dan Alkitab, oleh John Gilchrist; 


Sulitkah Menjadi Orang Kristen, oleh Abdul Masih; Siapakah 


Kristus Selayaknya Menurut Anda, oleh Abdul Masih; Sudah 


Kutemukan, oleh Iskandar Jadeed; Benarkah Al kitab 


Dipalsukan, oleh Iskandar Jadeed; Injil Barnabas Suatu 


Kesaksian Palsu, oleh Iskandar Jadeed; Kesempurnaan 


Taurat dan Injil, oleh Iskandar Jadeed; Bagaimana Supaya 


Dosa Diampuni, oleh Iskandar Jadeed; Bagaimana Kita 


Berdoa, oleh Iskandar Jadeed; Kri stus Menurut Islam dan 


Kristen, oleh John Gilchrist, Benarkah Nabi Isa Disalib, oleh 


John Gilchrist; Allah Itu Esa di Dalam Tritunggal Yang Kudus, 


oleh Zachariah Butrus; Selidikilah, Anda Pasti Selamat, oleh 


Sultan Muhammad Paul. 


7. 


Brosur, kaset dan kaligrafi. 


Brosur-brosur sperti: Brosur Dakwah Ukhuwah, Brosur 


Shirathal Mustaqim, Brosur Jalan Al Rachmat, dll. Kaligrafi 


dan kalender tulisan Arab yang berisikan ayat-ayat Injil 


tentang ketuhanan Yesus. Kaset: Kaset tilawatul Injil, Dzat 


dan Sirat Allah (ceramah Pendeta Kemas Abubakar Mashur 


Yusuf Roni), Kesaksian murtadin Muhammad Imran, 


21 


Kesaksian murtadin Ikhwan Luqman, Kesaksian murtadin 


Pdt. Akmal Sani, Kesaksian murtadin Lies Saodah, Kesaksian 


murt adin Haji Ahmad Maulana yang mengaku-ngaku 


putera KH. Kosim Nurzeha, dll.[30]


 PENGARUH KRISTENISASI DI INDONESIA. 


Melihat penetrasi yang dilakukan oleh missonaris maka bisa 


dipastikan bahwa efek yang ditimbulkan dalam rangka perluasan 


dukungan dan pemeluk di Nusantara mengalami kenaikan secara 


signifikan dalam berbagai sektor kehidupan. Beberapa aspek yang 


hendak dipaparkan di sini adalah : 


• Aspek Politik. 


Aspek penting yang menjadi fokus utama missi Kristen pada 


banyak Negara Islam adalah aspek perpolitikan. Aspek ini menjadi 


penting mengingat beragam bentuk aturan lahir melalui 


mekanisme politik. Hal ini ditegaskan dalam sebuah hasil 


Muktamar Nasional Wali Gereja di Jakarta pada tahun 1976 M. 


Dalam hasil keputusan muktamar tersebut tercatat : Adalah 


merupakan kewajiban bagi kita komunitas Kristen untuk 


memastikan bahwa arah perpolitikan Negara tetap mengarah dan 


berkiblat ke Barat, terutama kepada Amerika Serikat. Kalian harus 


mengetahui bahwa Golkar dan pemerintahannya berkiblat ke 


Amerika. Inilah alasan mengapa kita mengarahkan para pengikut 


Kristen agar berafiliasi kepada Golkar dan berupaya untuk 


memenangkannya pada setiap Pemilu. Selayaknyalah para 


pengikut Kristen mengetahui bahwa Golkar adalah partai Kristen. 


Dialah yang bertanggung jawab penuh terhadap kesuksesan missi 


Kristen hingga batas-batas yang kita saksikan sekarang di 


Indonesia. Kita juga harus terus dapat memastikan bahwa media 


cetak Indonesia, siaran radio, dan Televisi menyiarkan tentang 


hal-hal yang kontroversi seputar Islam dan menyebarkan beragam 


22 


fitnah terhadap barisan kaum Muslim agar mereka terpropokasi 


untuk melakukan pertengkaran sesama mereka. Adu dombalah, 


cerai beraikan, kuasai dan aturlah mereka sedemikian rupa. Itulah 


strategi dan taktik kita untuk dapat menundukkan kaum Muslim 


di Indonesia. Kita harus memanfaatkan beragam Koran dan media 


lainnya yang berada di bawah kendali kita untuk menyebarkan 


propaganda yang dapat mengoyak kesatuan kaum Muslim di 


Indonesia.[31]


 Hal ini sebanarnya sangat jelas mengingat peran politik mereka 


sangat kuat dalam bentangan sejarah Negara Indonesia. Salah 


satu peran politik kaum Kristen di Indonesia adalah masalah sila 


pertama dalam Pancasila. Pada awal pembentukannya, bunyi sila 


pertama adalah ketuhanan yang Maha Esa dengan kewajiban 


melaksanakan syari’at Islam bagi pemeluknya. Namun karena 


resistensi dari warga Indonesia bagian timur yang merupakan 


reperesentasi agama Kristen, penghapusan kata yang mengadung 


kewajiban melaksanaan syari’ah bagi pemeluk agama Islam pun 


dihapus. Yang menjadi masalah di sini bukanlah terkait 


penghapusan tersebut, tetapi terkait tentang betapa jangkaun 


politis kaum Kristen di Indonesia memang kuat.[32]


 Di sisi lain, terelpasnya Timor Timur dari wilyah kesatuan Republik 


Indonesia juga berindikasi kuatnya peran politik kaum Kristen di 


Indonesia. Hal ini tentu tidak lepas dari peranan penting yang 


dimainkan oleh Uskup Belo dalam upaya penyebaran informasi 


subyektif tentang upaya-upaya licik ABRI untuk mengislamkan 


penduduk Timur Timor. Propaganda Uskup Belo tentang kondisi 


Kristen yang mengalami degradasi akibat upaya islamisasi yang 


dipelopori oleh ABRI tersebut berlangsung cukup lama. Sekali pun 


bukti lapangan menegaskan kondisi sebaliknya. Selama Timor 


Timur berada dalam wilayah NKRI pertumbuhan penduduk 


Kristen mengalami kenaikan secara signifikan.  Hal tersebut 


terbuk karena sensus penduduk pada tahun 1972 menunjukkan 


jumlah penganut Kristen berjumlah sekitar 187.540 jiwa dari 


23 


jumlah total penduduk setempat yang mencapai 674.550 jiwa. 


Yakni bahwa persentase mereka pada tahun 1972 adalah 27,8 %. 


Lalu pada tahun 1994 jumlah penganut Kristen mencapai 722.789 


jiwa dari jumlah total penduduk sekitar 783.086 jiwa. Ini berarti 


bahwa prosentase ummat Kristen berada pada kisaran 92,3 % 


sementara kaum Muslim hanya berjumlah 3,1 % saja.[33]


 • Aspek Kemasyarakatan. 


Dalam aspek ini, pertumbuhan jumalah kaum Kristen di Indonesia 


dan terjadinya penurunan  persentase penganut agama Islam 


secara umum merupakan bukti nyata. Ada sebuah analisa yang 


menganggap bahwa hal tersebut terjadi sebagai akibat dari 


keberhasilan KB yang digencarkan oleh pemerintah terhadap 


masyarakat. Di sisi lain, menguatnya missionaries dalam 


menjalankan aktifitasnya juga ditengarai sebagai factor lain. 


Kedua alasan tersebut adalah sisi pandang yang dikemukakan 


oleh MUI dan sebagai temuan yang juga diperkuat oleh 


Deperetemen Agama.[34]


 Berdasarkan Survey Antar Sensus 


(Supas) yang pernah dilakukan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) pada 


tahun 1990 ditemukan fakta bahwa ddari 200 juta jiwa penduduk 


Indonesia, prosentase umat Islam mencapai 87, 3 %. Sementara 


ummat Kristen berjumlah 9,6 % (Portestan 6 % dan Katolik 3,6 %), 


Hindu 1,8 %, Budha 1% dan agama lain 0,3 %.[35]


 Selain hal di atas, fenomena libur Nasional  pekanan bagi semua 


aktifitas formal yang ditetapkan pada hari Minggu juga dianggap 


sebagai bagian dari pengaruh Kristen di Indonesia.[36]


 Tetapi 


asumsi demikian dianggap berlebihan mengingat perkembangan 


jumlah masjid terutama di wilyah perkantoran dan di kota-kota 


besar di Indonesia banyak diilhami oleh kebutuhan untuk 


melaksanakan ibadah shalat lima waktu dan terutama shalat 


jum’at di tempat kerja. Jika kemudian libur nasional dikaji ulang 


dan disepakati pada harui jum’at, lalu karena pertimbangan yang 


sama kaum Kristen di Indonesia meminta permbangunan gereja 


24 


di lingkungan kerja tentu juga akan menjadi permsalahan baru. 


Belum lagi jika kita melihat fenomena perkembagan keislaman 


yang kini tumbuh dengan baik di kalangan professional 


perkantoran yang mengandalkan sisa-sisa waktu yang ada untuk 


melakukan kajian keislaman pekanan dengan mendatangkan nara 


sumber ahli. 


Tetapi jika pada kenyataannya bahwa ummat Kristen 


memanfaatkan media televise dalam rangka penyampaian nilai


nilai kristiani kepada pemirsa yang baisanya dilakukan pada hari 


Minggu mungkin sedikit memiliki relevansi. Menginagat hari 


minggu sebagai hari liburan biasanya dimanfaatkan oleh banyak 


keluarga untuk duduk di depan tv. Tetapi sebagaimana kita 


saksikan setelah terjadinya reformasi, tampilnya ustadz kondang, 


terutama KH Gymnastiar juga mengambil bentuk yang sama. 


Sehingga penomena demikian sesungguhnya tidaklah bisa 


dipandang bias hanya karena adanya kemiripan semata. 


• Aspek Pendidikan. 


Salah seorang missionaries pernah berkata, sebagimana dikutip 


oleh Kholidi dari buku Re-Thingking Mission “sekolah-sekolah 


yang dikelola oleh missi Kristen di seluruh Negara haruslah 


memiliki tujuan  yang sama. Yag paling pokok adalah sekolah


sekolah haruslah berfungsi sebagai sarana utuk menciptakan 


pendeta-pendeta gereja. Sehingga materi-materi sekuler yang 


diambil dari buku-buku Barat dan diajarkan langsung oleh guru


guru dari Barat, harus membawa pola pemikiran Kristen.”[37]


 KESIMPULAN. 


Berdasarkan paparan di atas, kristenisasi sebagai lawan kata dari 


islamisasi adalah merupakan upaya untuk mengembangkan 


ajaran Kristen terhadap kalangan internal maupun kalangan 


eksternal. Dalam batasan demikian, missi Kristen dainggap tidak 


bermasalah karena itu merupakan perwujudan dari hak masing


25 


masing agama untuk mengekspresikan dirinya kepada 


mayskarakar luas. Permasalahan terjadi ketika missi tersebut 


disertai dengan cara-cara yang tidak lazim, sebagaimana 


ditunjukkan dalam makalah, seperti pendirian gereja di kawasan 


yang tidak memiliki jumlah pengikut hingga jumlah tertentu, 


sebagimana telah disepakati bersama. 


Cara-cara seperti menciderai kehormatan muslimah, bantuam 


kemanusian yang disertai missi terselubung, penyebaran narkoba, 


pelaksanaan ibadah Kristen dengan tampilan yang berwajah 


islami merupakan bagian dari tata cara yang berada di luar etika 


keagamaan yang disandang oleh masing-masing agama. Jika 


dirunut lebih jauh maka akar permaslahan sesungguhnya terkait 


denga toleransi adalah adanya pihak tertentu dari kalangan 


beragama yang melanggar kode etik penyiaran agama sehingga 


menimbulkan reaksi dari pihak lain. 


Sedangkan terkait dengan pengaruh missi Kristen di Indonesia 


maka aspek politik memiliki sisi yang kuat di tambah dengan efek 


yang besar terhadap aspek pendidikan dan kemasyarakatan. 


Wallahu a’lam. 



Tulisan Terbaru

Mutiara Nasehat Umar ...

Mutiara Nasehat Umar Al-Faruq  radhiyallahu ‘anhuiyallahu ‘anhu 

Mutiara Nasehat Abu U ...

Mutiara Nasehat Abu Ubaidah   radhiyallahu ‘anhu 

Mutiara Nasehat Abu B ...

Mutiara Nasehat Abu Bakar ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu 

Musibah Umat Yang Mem ...

Musibah Umat Yang Memilukan