MERASAKAN KEIMANANNYA TURUN DAN
BERAT DALAM BERIBADAH
Saya seorang yang taat beragama sejak beberapa tahun yang
lalu. Namun sejak sepuluh bulan yang lalu saya merasa akal dan
hati saya telah tercabut keimanan dan kemauannya. Perasaan
ini sangat menyiksa saya, sehingga saya berkata dalam hati
bahwa saya terkena gangguan setan atau semacam itu dan
akan hilang apabila masuk bulan Ramadan. Namun ternyata hal
itu tidak hilang, sehingga saya harus bersusah payah melakukan
shalat malam dan berupaya memperbanyak bacaan Al-Quran
walaupun persaan ragu-ragu tersebut selalu muncul. Kini
kondisi saya semakin menurun, baik dari sisi sosial, intelektual,
keluarga maupun agama. Hingga kin saya berada dalam azab
karena sebab ini. Saya merasa bahwa saya tidak akan
mendapatkan lagi iman yang sudah tercabut dari diri saya dan
bahwa saya akan mengalami suul khatimah (akhir kehidupan
yang buruk). Saya tidak tahu apa yang sesungguhnya menimpa
saya dan apa solusi dan terapinya dan apakah keimanan saya
akan kembali seperti semula atau saya akan mati dengan akhir
yang buruk serta mendapatkan azab Allah. Terakhir, jangan
lupakan saya dalam doa anda.
3
Alhamdulillah
Saudaraku seakidah, hendaknya harapan anda kepada Allah
Ta’la tetap besar. Jangan sampai setan mendapatkan jalan
menggoda anda dengan berputus asa dari rahmat Allah nan
luas yang diberikan kepada para hamba-Nya yang beriman.
Perasaan yang anda alami, bahwa akhir anda tidak sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh Allah Azza Wajalla,
sesungguhnya dari bisikan dan godaan yang dihembuskan setan
kepada hamba Allah untuk menebarkan fitnah agar dia lari dari
agamanya. Dia mendatangi hamba yang saleh dan memberikan
was-was bahwa amalan telah gugur atau dia beramal untuk
selain Allah dan memperlihatkan amalannya kepada orangorang
agar mereka menyangka hal itu merupakan suatu
kebaikan. Semuanya ini merupakan metode setan yang terulang
terhadap hamba Allah, khususnya bagi orang yang terlihat
padanya dampak istiqomah dan kebaikan –saya menyangka
anda termasuk di antara golongan itu dan saya tidak
metazkiyah seorang pun kepada Allah- untuk menghalangi
mereka dari hal itu semoga kita dilindungi oleh Allah darinya.
4
Akan tetapi anda wahai saudaraku, dituntut untuk semakin
berharap dan memohon kepada Allah yang (dapat)
mengampuni semua dosa dan mengabulkan hamba yang
berlindung dengan perlindungannya dan meminta pertolongan
dengan kedudukan-Nya kerena Dia adalah Maha Pengasih,
Maha Memaafkan dan Maha Kasih.
Hendaknya anda perlu memperbanyak amal sholeh, dengan
bacaan Al-Qur’an, bersadaqah, mengingat Allah, bersilaturahim
dan lainnya. Kelemahan yang anda rasakan, juga sama
dirasakan oleh orang lain. Ini masalah biasa, berapa banyak
orang yang dahulunya dijadikan contoh dalam ketinggian
samangatnya, kemudian semangatnya menurun pada rentan
waktu lama. Kemudian semangatnya kembali karena
keutamaan dari Allah.
Ingatlah sabda Nabi sallallahu’alaihi wa sallam:
“Sesungguhnya pada segala sesuatu itu ada masasemangat.
Dan pada kesemangatan itu ada (massa) kemalasan. Kalau
5
orang yang dalam kondisi malas dapat menjaga keseimbangan (amalannya). Maka semoga mendapatkan kemenangan. Kalau dia (terlalu semangat dalam beramal sampai terkenal) dan ditunjuk. Maka dia jangan dimasukkan (golongan orang saleh).” (HR. Tirmizi, no. 2453 dihasankan oleh Al-Albany dalam Shahih Tirmizi, 1995)
Maksud dari kalimat ‘Inna Likulli Syain Syirroh' maksudnya sangat menjaga sesuatu dengan semangat dan berkeinginan melakukan kebaikan.
Kalimat 'Likulli Syirroh Fatrah' adalah disini (ada waktu) lemah dan tenang.
'Fain Shohibuhu saddada wa qoroba' maksudnya pemilik semangat amalannya tengah dan menjauhi dua kubu berlebih-lebihan dalam semangan dan terlalu turun dalam kelemahan.
'Faarjuhu' adalah harapan kemenangan darinya, karena kemungkinan dia dapat konsisten di tengah-tengah. Dan amalan yang paling disenangi Allah adalah yang paling langgeng.
'Wain Usyiro Bil Ashobi’ maksudnya bersemangat dan berlebihan dalam beramal sehingga sampai menjadi terkenal
6
dalam beribadah dan zuhud. Dan jadi orang terkenal yang ditunjuk
'Fala Ta’udduhu' maksudnya jangan dihitung dan dimasukkan golongan orang-orang saleh karena dia (melakukan dengan) riya’. Tidak dikatakan jangan diharapkan, hal itu memberi isyarat bahwa terjatuh dan tidak memungkinkan mendapatkan apa yang telah terlewatkan.
(Kitab Tuhfatul Ahwadzi)
Perhatikan hadits ini, dan hubungkan dengan realita anda dan realita kebanyakan orang selain anda. Maka akan ada kemiripan yang jelas. Dalam hadits ini ada penjelasan yang terang bahwa seseorang dapat melewati fase semangat sekali, penerimaan yang kuat dan keinginan kuat yang sangat tinggi. Tiba-tiba melemah dan berikutnya semangat dan responnya menurun. Kalau sudah sampai pada fase ini, maka hendaknya dia harus sangat menjaga untuk tetap melakukan kewajiban dan menjauhi yang diharamkan. Kalau dia melakukan hal itu, maka ada harapan kemenangan dan kesinambungan. Kalau dia terjerumus yang dilarang, dan meninggalkan kewajiban, maka sungguh dia telah terjatuh dan merugi.
7
Maka hendaknya anda memperbanyak kembali kepada Allah, memohon ampunan-Nya, dan meminta kepada-Nya (agar bisa tetap) konsisten sampai meninggal dunia. Sebagaimana kami mewasiatkan kepada anda agar menjauhi yang diharamkan. Semoga Allah mengampuni dosa anda dan memudahkan urusan anda.
Sempai berjumpa lagi wassalam .