BAGAIMANA SESEORANG MENGOBATI
DIRINYA KETIKA ADA AJAKAN RIYA
Setiap kali saya melakukan sesuatu kebaikan, saya memandang ke
orang-orang agar mereka mengapresiasikan pekerjaanku. Dengan
kata lain, saya melakukan agar dilihat orang (riya). Saya tahu kalau
riya tidak diboehkan dalam Islam, akan tetapi bagaimana caranya
agar terlepas dari riya dan perasaan semacam ini?
Alhamdulillah
Bagi orang yang berkeinginan untuk melepaskan dari riya
hendaknya mengikuti jalan ini dalam mengobati dirinya,
diantaranya adalah:
1. Menghadirkan pengawasan Allah Ta’ala kepada seorang
hamba. Yaitu kedudukan ‘Ihsan’ yang disebutkan oleh Nabi
sallallahu alaihi wa sallam dalam hadits Jibril yaitu anda
beribadah kepada Allah seakan-akan anda melihat-Nya. Kalau
tidak tidak dapat melihatnya, maka dia (pasti) melihat anda.”
(HR. Muslim, no. 97) Barangsiapa yang merasa diawasi oleh
Allah pada setiap amalannya, maka akan sepele baginya semua
pandangan orang dan lahir rasa pengagungan dan ketakutan
kepada Allah Ta’ala.
2. Memohon pertolongan kepada Allah Ta’ala agar
menjauhi riya.
Allah Ta’ala berfirman tentang orang-orang mukmin, "Hanya
kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami
memohon pertolongan" (QS. Al-Fatihah: 5)
Yang bermanfaat dalam masalah ini adalah meminta
pertolongan kepada Allah dalam doanya. Nabi sallallahu alaihi
wa sallam, beliau bersabda:
“Wahai manusia takutlah kamu semua dari syirik. Karena ia
lebih tersembunyi dibandingkan langkah semut. Lalu ada yang
bertanya kepada beliau, “Wahai Rasulullah, bagaimana kita
membentenginya, sementara ia lebih lembut dari langka
semut?" Maka beliau bersabda: “Katakanlah ‘Ya Allah,
sesungguhnya kami berlindung kepada Engkau dari
mensekutukan-Mu dengan sesuatu yang kami ketahui dan kami
memohon ampun kepada-Mu dari apa yang tidak kami
ketahui.” (HR. Ahmad, 4/403. Dishahihkan oleh Syekh Al-Albany
dalam Shahih Al-Jami: 3731)
3. Mengetahui dampak riya dan hukumnya di akhirat. Sebab
ketidaktahuan tentang hal ini mengakibatkan seseorang
terjerumus di dalamnya. Hendaklah diketahui bahwa riya dapat
menghapuskan amal dan mendapatkan kemurkaan Allah. Orang
yang berakal tentu tidak bersedia diri berlelah-lelah dengan
beramal tanpa mendapatkan pahala. Bagaimana lagi kalau hal
itu mendapatkan kemurkaan dan kemarahan Allah.
4. Di antara hadits yang paling agung terkait dengan
hukuman di akhirat bagi orang yang (beramal) agar dilihat
orang. Apa yang dikabarkan Nabi sallallahu alaihi wa sallam
kepada kita:
“Sesungguhnya Allah Tabaroka wa Ta’ala ketika hari kiamat
turun kepada para hamba untuk menetapkan keputusannya di
antara mereka. Setiap umat akan berkumpul. Orang yang
pertama kali dipangil adalah pembaca Al-Qur’an, orang yang
berperang di jalan Allah dan orang yang kaya. Allah berfirman
kepada Al-Qari (pembaca Al-Qur’an): “Bukankah Aku telah
mengajarkan kepada anda melalui apa yang diturunkan kepada
utusan-Ku." Dia menjawab, “Ya, wahai Tuhanku. (Allah)
bertanya, “Apa yang telah engkau perbuat dengan apa yang
telah anda ketahui?" Dia menjawab, “Saya dahulu shalat
dengannya siang malam." Allah membantahnya, “Engkau
bohong." Lalu para Malaikat juga mengatakan kepadanya,
“Engkau bohong." Lalu Allah berfirman, “Akan tetapi engkau
ingin dikatakan bahwa si fulan adalah qori (pandai membaca)
dan engkau telah dijuluki demikian. Kemudian didatangkan
pemilik harta (orang kaya), Allah bertanya kepadanya,
“Bukankah Aku telah melapangkan (harta) kepada engkau,
hingga engkau tidak membutuhkan seorang pun." Dia
5
menjawab, “Ya wahai Tuhanku." Allah bertanya, “Apa yang engkau lakukan terhadap apa yang telah Aku berikan kepadamu?" Dia menjawab, “Dahulu aku menyambung silaturahim dan bershadaqah dengannya." Allah membantahnya, “Engkau bohong." Dan para Malaikat mengatakan kepadanya, “Engkau bohong." Allah berkata kepadanya, “Akan tetapi engkau ingin dikatakan bahwa si fulan dermawan. Dan engkau telah dijuluki demikian." Lalu didatangkan orang yang berperang di jalan Allah. Allah bertanya kepadanya, “Kenapa engkau terbunuh?" Dia menjawab, “Anda memerintahkan untuk berjihad di jalan-Mu. Maka saya berperang sampai terbunuh." Allah membantahnya,”Anda bohong." Para malaikat juga berkata kepadanya, “Anda bohong." Allah berkata kepadanya, “Akan tetapi anda ingin dikatakan si fulan pemberani, dan engkau telah dijuluki demikian." Kemudian Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam menepuk kedua pahanya dan mengatakan, “Wahai Abu Hurairah itulah tiga makhluk Allah yang pertama kali di lemparkan ke neraka pada hari kiamat.” (HR. Tirmizi, no. 2382 dan beliau nyatakan hasan. Dishahihkan oleh Ibnu Hibban, no. 408 dan Ibnu Huzaimah, no. 2482)
5. Menghayati hukuman riya di dunia. Sebagaimana riya mendapatkan hukuman di akhirat, begitu juga ada hukuman di dunia. Yaitu Allah akan mempermalukannya dan akan diperlihatkan niatnya yang jelek kepada orang-orang. Hal itu merupakan salah satu pendapat dalam penafsiran sabda Nabi sallallahu alaihi wa sallam:
“Barangsiapa yang (beramal) ingin didengarkan (oleh orang), maka Allah akan memperdengarkannya. Dan barangsiapa yang
6
(beramal) agar dilihat (orang), maka Allah akan perlihatkan.” (HR. Bukhari, no. 6134 dan Muslim, no. 2986)
Ibnu Hajar mengatakan, “Al-Khattabi mengatakan, maksudnya adalah barangsiapa yang beramal tanpa ikhlas, hanya ingin dilihat dan didengar oleh orang, maka akan dibalas dengan hal itu. Yaitu akan dipermalukan oleh Allah dan menampakkan apa yang dia sembunyikannya.
Ada pula yang mengatakan bahwa barangsiapa yang amalannya dimaksudkan untuk mendapatkan kedudukan dan posisi dimata orang, tidak berniat karena Allah. Maka Allah jadikan perbincangan jelek di kalangan manusia bagi orang yang ingin mendapatkan posisi dan tidak mendapatkan pahala di akhirat. (Fathul Bari, 11/336)
6. Menyembunyikan ibadah dan tidak menampakkannya. Semakin seseorang tidak menampakkan ibadahnya, maka dia semakin selamat dari riya. Barangsiapa yang tujuannya ingin dipuji di tengah khalayak, maka setan sangat berusaha untuk memperlihatkan ibadahnya agar dipuji dan disanjungnya.
Ibadah yang seyogyanya disembunyikan disini adalah yang tidak diwajibkan atau disunahkan menampakkannya seperti qiyamul lail, shodaqah dan semisalnya. Bukan seperti azan, shalat berjamaah dan semisalnya dimana tidak memungkinkan dan tidak dianjurkan menyembunyikannya.
Kita memohon kepada Allah keikhlasan dalam ucapan dan perbuatan, dan semoga mengampuni kita apa sifat riya dan sum’ah yang pernah dilakukan. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad.