Artikel




Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang





Mintalah Hanya Kepada Allah 7


Sesungguhnya segala puji hanya untuk Allah. Kita memuji,


meminta pertolongan, dan memohon ampun hanya kepada


Allah. Kita berlindung kepada-Nya dari keburukan diri dan amal


perbuatan kita. Siapa yang Allah berikan hidayah kepadanya


maka tidak akan ada satu pun yang bisa menyesatkannya. Dan


siapa yang Allah sesatkan maka tidak ada satu pun yang bisa


memberikan hidayah kepadanya. Aku bersaksi bahwa tidak ada


ilah yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah dan aku


bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan rasul-Nya.


Semoga selawat dan salam senantiasa tercurahkan untuk beliau,


keluarga, dan para sahabat semuanya. Ammā ba’du,


Sesungguhnya berdoa kepada selain Allah Subḥānahu wa Ta’ālā


terkait hal-hal yang tidak bisa dilakukan kecuali oleh Allah


‘Azza wa Jalla merupakan kesyirikan yang tersebar di tengah


umat manusia. Seperti berdoa kepada selain Allah dengan untuk


mencukupi kebutuhan, menghilangkan kesusahan, meminta


pertolongan, meminta kesehatan, rezeki, dan keturunan. Tidak


diragukan lagi bahwa ini semua merupakan tindakan yang


sangat diharamkan di dalam ajaran Islam, bahkan ini merupakan


agama orang-orang jahiliah dan termasuk perbuatan syirik


terhadap Allah ‘Azza wa Jalla.


Berikut ini akan disampaikan dalil-dalil yang menunjukkan


kebatilan perbuatan-perbuatan tersebut dilihat dari sepuluh aspek.


Pertama, Allah ‘Azza wa Jalla melarang berdoa kepada selain-Nya.


Allah Ta’ālā berfirman kepada Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam,


8 Mintalah Hanya Kepada Allah





“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi


manfaat dan tidak (pula) memberi mudarat kepadamu selain


Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka


sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang


zalim.” (Yūnus: 106).


Allah ‘Azza wa Jalla juga berfirman,





“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang-orang yang


menyembah selain Allah, (sembahan) yang tidak dapat


memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat, dan mereka


lalai dari (memperhatikan) doa mereka? Dan apabila manusia


dikumpulkan (pada hari kiamat), sesembahan itu menjadi


musuh mereka, dan mengingkari pemujaan-pemujaan yang


mereka lakukan kepadanya.” (Al-Aḥqāf: 5-6).


Allah ‘Azza wa Jalla juga berfirman,





“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah untuk Allah.


Maka janganlah kamu menyembah apa pun di dalamnya selain


Allah.” (Al-Jinn: 18).


Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang berbicara tentang hal ini.


Kedua, Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan hamba-hambaMintalah


Hanya Kepada Allah 9


Nya agar berdoa hanya kepada-Nya saja.


Allah Ta’ālā berfirman,





“Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya


akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang


yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk ke neraka


Jahanam dalam keadaan hina dina.” (Gāfir: 60).


Allah Ta’ālā juga berfirman,





“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu


(Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku


kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa


kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan


beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.” (Al-


Baqarah: 186).


Juga firman Allah Ta’ālā,





“Bukankah Dia (Allah) yang memperkenankan (doa) orang


yang dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya, dan


menghilangkan kesusahan dan menjadikan kamu (manusia)


10 Mintalah Hanya Kepada Allah


sebagai khalifah (pemimpin) di bumi? Apakah di samping Allah


ada tuhan (yang lain)? Sedikit sekali (nikmat Allah) yang kamu


ingat.” (An-Naml: 62).


Maksudnya, apakah ada selain Allah yang mampu melakukan


semua hal di atas? Jawabnya: Tidak, bahkan hanya Allah sajalah


yang mampu melakukannya.


Allah Ta’ālā juga berfirman di dalam ayat lain:





“Katakanlah, “Tuhanku menyuruhku berlaku adil.”


Hadapkanlah wajah kalian (kepada Allah) pada setiap salat,


dan sembahlah Dia dengan mengikhlaskan ibadah sematamata


hanya kepada-Nya. Kalian akan dikembalikan kepadanya


sebagaimana kalian diciptakan semula.” (Al-A’rāf: 29).


Juga firman Allah Ta’ālā,


﴿ۓ ۓ ڭ ڭ ڭ ڭ ۇ ۇ ۆ ۆۈ ۈ ٷ ۋ ۋ﴾


“Dialah Yang hidup kekal, tiada tuhan (yang berhak disembah)


melainkan Dia; maka sembahlah Dia dengan memurnikan


ibadat kepada-Nya. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta


alam.” (Ghafir: 65).


Dan firman Allah Ta’ālā,





Mintalah Hanya Kepada Allah 11


“Berdoalah kepada Tuhan kalian dengan rendah hati dan suara


yang lembut. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang


melampaui batas. Dan janganlah kalian berbuat kerusakan di


bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya


dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah


sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.” (Al-A’rāf: 55-56).


Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmiżi dari Qais bin


Al-Ḥajjāj, dari Ḥanasy Aṣ-Ṣan’āni dari Ibnu Abbās, dia berkata,


“Saya membonceng di belakang Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa


sallam, beliau bersabda,


) يا غلامُ، إنِّي مُعلِّمُكَ كلماتٍ: احفَظِ اللهَ يحفَظْكَ، احفَظِ اللهَ تجِدْه تُجاهَكَ، وإذا سألتَ


فاسألِ اللهَ، وإذا استعَنتَ فاستَعِنْ باللهِ، واعلَمْ أنَّ الأمةَ لو اجتَمعوا على أنْ ينفَعوكَ، لم


ينفَعوكَ إلَّ بشيءٍ قد كتَبه اللهُ لكَ، ولو اجتَمعوا على أنْ يضرُّوكَ، لم يضرُّوكَ إلَّ بشيءٍ


قد كتَبه اللهُ عليكَ، رُفِعتِ الأقلامُ، وجفَّتِ الصُّحُفُ(


“Hai, Nak, sesungguhnya aku akan mengajarimu beberapa


kalimat: jagalah Allah niscaya Dia akan menjagamu,


jagalah Allah niscaya kau menemui-Nya di hadapanmu. Bila


kau meminta, mintalah pada Allah, dan bila kau meminta


pertolongan, mintalah kepada Allah. Ketahuilah, sesungguhnya


seandainya umat bersatu untuk memberimu manfaat, mereka


tidak akan memberi manfaat apa pun selain yang telah


ditakdirkan Allah untukmu. Dan seandainya bila mereka bersatu


untuk membahayakanmu, mereka tidak akan membahayakanmu


sama sekali kecuali yang telah ditakdirkan Allah padamu.


Pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering


12 Mintalah Hanya Kepada Allah


(takdir telah ditetapkan).” Sanad hadis ini Jayyid (bagus). Imam


Tirmiżi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.


Ketiga, Allah ‘Azza wa Jalla menjelaskan di dalam kitab-Nya


yang mulia bahwa siapa yang berdoa kepada selain Allah maka


ia telah terjatuh ke dalam kekufuran dan kesyirikan.


Allah Ta’ālā berfirman,





“Dan barang siapa menyembah tuhan yang lain selain Allah,


padahal tidak ada suatu bukti pun baginya tentang itu, maka


perhitungannya hanya pada Tuhannya. Sungguh orang-orang


kafir itu tidak akan beruntung.” (Al-Mu`minūn: 117).


Jadi, siapa saja yang melakukan hal tersebut maka ia termasuk


orang-orang kafir sebagaimana disebutkan di dalam ayat yang


mulia ini.


Dan firman Allah Ta’ālā,





“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang-orang


yang menyembah selain Allah, (sembahan) yang tidak dapat


memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat, dan mereka


lalai dari (memperhatikan) doa mereka? Dan apabila manusia


dikumpulkan (pada hari kiamat), sesembahan itu menjadi


Mintalah Hanya Kepada Allah 13


musuh mereka, dan mengingkari pemujaan-pemujaan yang


mereka lakukan kepadanya.” (Al-Aḥqāf:5-6).


Allah ‘Azza wa Jalla menjelaskan bahwasanya tidak ada orang


yang lebih zalim (tersesat) dibandingkan orang yang melakukan


perbuatan tersebut, yaitu berdoa kepada selain Allah.


Dan firman Allah Ta’ālā,





“Katakanlah (Muhammad), ’Aku tidak kuasa menolak mudarat


maupun mendatangkan kebaikan kepadamu’.” (Al-Jinn: 20).


Keempat, Allah ‘Azza wa Jalla menjelaskan bahwa makhluk


tidak akan mampu melakukan apa pun kecuali dengan izin-


Nya, meskipun mereka memiliki kedudukan yang tinggi di


sisi Allah, karena mereka sangat membutuhkan Allah. Mereka


hanyalah manusia biasa seperti orang yang memohon kepadanya,


mereka mengalami apa yang dialami oleh manusia lain, mereka


membutuhkan makan, minum, dan juga merasakan sakit serta mati.


Allah Ta’ālā berfirman,





“Wahai manusia! Kalianlah yang memerlukan Allah; dan Allah


Dialah Yang Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu), Maha


Terpuji.” (Fāṭir: 15).


Allah Ta’ālā berfirman tentang Nabi Musa ‘alaihissalām,


14 Mintalah Hanya Kepada Allah





“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu


kebaikan (makanan) yang Engkau turunkan kepadaku.” (Al-


Qaṣaṣ: 24).


Allah Ta’ālā berfirman tentang Nabi Ibrahim ‘alaihissalām,





“Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.”


(Asy-Syu’arā`: 80).


Allah Ta’ālā menceritakan tentang Isa ‘alaihissalām dan ibunya


bahwa mereka pun manusia biasa yang juga makan dan minum:





“Al-Masih putra Maryam hanyalah seorang rasul. Sebelumnya


pun sudah berlalu beberapa rasul. Dan ibunya seorang yang


berpegang teguh pada kebenaran. Keduanya biasa memakan


makanan. Perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan ayatayat


(tanda-tanda kekuasaan) kepada mereka (Ahli Kitab),


kemudian perhatikanlah bagaimana mereka dipalingkan (oleh


keinginan mereka).” (Al-Māidah: 75).


Allah Ta’ālā berfirman,





Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang dapat menghalangMintalah


Hanya Kepada Allah 15


halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al-


Masih putra Maryam beserta ibunya dan seluruh (manusia)


yang berada di bumi?”. (Al-Māidah: 17).


Allah Ta’ālā berfirman,





“Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu


(Muhammad), melainkan mereka pasti memakan makanan dan


berjalan di pasar-pasar.” (Al-Furqān: 20).


Allah Ta’ālā berfirman tentang Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa


sallam,





“Sesungguhnya engkau (Muhammad) akan mati dan mereka


akan mati (pula).” (Az-Zumar: 30).


Dan Allah Ta’ālā berfirman,





“Dan jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap


sesuatu, ’Aku pasti melakukan itu besok pagi’, kecuali (dengan


mengatakan), “Insya Allah.” Dan ingatlah kepada Tuhanmu


apabila engkau lupa dan katakanlah, ’Mudah-mudahan


Tuhanku akan memberi petunjuk kepadaku agar aku yang lebih


dekat (kebenarannya) daripada in’i.” (Al-Kahf: 23-24).


16 Mintalah Hanya Kepada Allah


Dan Allah Ta’ālā berfirman,





Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya


seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu,


bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.


Maka barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya,


maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia


mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada


Tuhannya.” (Al-Kahfi: 110).


Bahkan Allah Ta’ālā juga mengabarkan bahwa ada beberapa


orang Nabi yang dibunuh oleh kaumnya. Allah Ta’ālā berfirman,





“Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu


(pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu


menyombong; maka beberapa orang (di antara mereka) kamu dustakan


dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh.” (Al-Baqarah: 87).


Jadi, yang ingin kami sampaikan di sini adalah bahwa berdoa


tidak boleh dilakukan kepada selain Allah, karena Dia-lah Rabb


Yang Mahakuasa atas segala sesuatu dan Dia-lah Zat yang


memonopoli hal tersebut, tidak ada yang mampu selain-Nya.


Allah Ta’ālā juga berfirman,





Mintalah Hanya Kepada Allah 17


“Sesungguhnya mereka (berhala-berhala) yang kamu seru


selain Allah adalah makhluk (yang lemah) yang serupa juga


dengan kamu. Maka serulah mereka lalu biarkanlah mereka


memperkenankan permintaanmu, jika kamu orang yang benar.”


(Al-A’rāf: 194).


Allah Ta’ālā juga berfirman,





“Wahai manusia! Telah dibuat suatu perumpamaan. Maka


dengarkanlah! Sesungguhnya segala yang kamu seru selain


Allah tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun


mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu


merampas sesuatu dari mereka, mereka tidak akan dapat


merebutnya kembali dari lalat itu. Sama lemahnya yang


menyembah dan yang disembah.” (Al-Ḥajj: 73).


Allah Ta’ālā juga berfirman,





“Dan orang-orang yang berkata, ‘Ya Tuhan kami, jauhkanlah


azab Jahannam dari kami, karena sesungguhnya azabnya itu


membuat kebinasaan yang kekal’.” (Al-Furqān: 65).


Kelima, Allah ‘Azza wa Jalla mengabarkan bahwa para nabi


dan rasul yang mulia ‘alaihimussalām dan orang-orang saleh,


18 Mintalah Hanya Kepada Allah


bahkan para malaikat tidak pernah berdoa kepada selain Allah


‘Azza wa Jalla dalam segala urusan dan keadaan mereka. Oleh


karena itu, kita wajib mengikuti dan meneladani mereka.


Allah Ta’ālā berfirman tentang Nabi-Nya Yunus ‘alaihissalām


ketika beliau berada di dalam perut ikan:





“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika dia pergi


dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami


tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan


yang sangat gelap, ’Tidak ada tuhan (yang berhak disembah)


melainkan Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk


orang-orang yang zalim.’ Maka Kami kabulkan (doa)nya dan


Kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan demikianlah Kami


menyelamatkan orang-orang yang beriman.” (Al-Anbiyā`: 87-88).


Dan firman Allah Ta’ālā,





“Dan (ingatlah kisah) Zakaria, ketika dia berdoa kepada


Tuhannya, ’Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan aku hidup


seorang diri (tanpa keturunan) dan Engkaulah ahli waris


yang terbaik.’ Maka Kami kabulkan (doa)nya, dan Kami


Mintalah Hanya Kepada Allah 19


anugerahkan kepadanya Yahya, dan Kami jadikan istrinya


(dapat mengandung). Sungguh, mereka selalu bersegera dalam


(mengerjakan) kebaikan, dan mereka berdoa kepada Kami


dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang


khusyuk kepada Kami.” (Al-Anbiyā: 89-90).


Allah Ta’ālā berfirman tentang Nabi-Nya Ayyub ‘alaihissalām


ketika beliau berdoa kepada Allah,





“Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya,


‘(Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal


Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang


penyayang.’ Maka Kami kabulkan (doa)nya, lalu Kami lenyapkan


penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya


kepadanya, dan (Kami lipat gandakan jumlah mereka), sebagai


suatu rahmat dari Kami, dan untuk menjadi peringatan bagi


semua yang menyembah Kami.” (Al-Anbiyā: 83-84).


Allah Ta’ālā juga berfirman di dalam ayat lain,





“(Malaikat-malaikat) yang memikul `Arsy dan (malaikat) yang


20 Mintalah Hanya Kepada Allah


berada di sekelilingnya bertasbih dengan memuji Tuhannya dan


mereka beriman kepada-Nya serta memohonkan ampunan untuk


orang-orang yang beriman (seraya berkata), ‘Ya Tuhan kami,


rahmat dan ilmu yang ada pada-Mu meliputi segala sesuatu,


maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan


mengikuti jalan (agama)-Mu dan peliharalah mereka dari azab


neraka. Ya Tuhan kami, masukkanlah mereka ke dalam Surga


`Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka, dan orang


yang saleh di antara nenek moyang mereka, istri-istri, dan


keturunan mereka. Sungguh, Engkaulah Yang Mahaperkasa,


Mahabijakasana’.” (Gāfir:7-8).


Di dalam hadis sahih yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbās


raḍiyallāhu ‹anhu, ia berkata bahwa Rasulullah ṣallallāhu


‹alaihi wa sallam bersabda pada hari peperangan badar,





“Ya Allah, aku meminta jaminan dan janji-Mu. Ya Allah, jika


Engkau mau, Engkau tidak akan disembah lagi setelah hari


ini.” Maka Abu Bakar raḍiyallāhu ‘anhu memegang pundak


beliau seraya berkata, “Cukup wahai Rasulullah.” Maka beliau


keluar sambil membacakan ayat,





“Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur


ke belakang.” (Al-Qamar: 45).


Al-Ḥāfiẓ Ibnu Ḥajar raḥimahullāh dalam Fatḥul Bāri dan


Mintalah Hanya Kepada Allah 21


juga Imam Aṭ-Ṭabrāni raḥimahullāh meriwayatkan dari Ibnu


Mas’ūd raḍiyallāhu ‘anhu, ia berkata, “Kami belum pernah


mendengar orang yang mencari sesuatu yang hilang seperti


halnya Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam berdoa kepada


Rabbnya pada peperangan Badar dengan mengucapkan,





‘Ya Allah, aku meminta jaminan kepadamu sebagaimana yang


telah Engkau janjikan kepadaku’.”


Keenam, bahwasanya alam semesta beserta segala isinya adalah


milik Allah Ta'ālā dan di bawah kekuasaan-Nya.


Oleh karena itu, hanya Dia-lah Zat yang wajib untuk tempat


berdoa, karena seluruh kerajaan adalah kerajaan-Nya, semua


makhluk adalah makhluk-Nya, dan semua perintah adalah


perintah-Nya.


Allah Ta'ālā berfirman,





“(Yaitu) Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas `Arasy.


Milik-Nyalah apa yang ada di langit, apa yang ada di bumi,


apa yang ada di antara keduanya, dan apa yang ada di bawah


tanah.” (Ṭāha: 5-6).


Allah Ta'ālā juga berfirman,





22 Mintalah Hanya Kepada Allah


“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa;


kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy. Dia mengetahui apa


yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar dari dalamnya,


apa yang turun dari langit dan apa yang naik ke sana. Dan


Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha


Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Al-Ḥadīd: 4).


Allah Ta'ālā berfirman,





“Jika kamu menyeru mereka, mereka tidak mendengar


seruanmu, dan sekiranya mereka mendengar, mereka juga tidak


memperkenankan permintaanmu. Dan pada hari kiamat mereka


akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat


memberikan keterangan kepadamu seperti yang diberikan oleh


(Allah) Yang Mahateliti.” (Fāṭir: 14).


Dalam ayat lain Allah Ta'ālā berfirman,


﴿پ پ﴾


“Allah tempat meminta segala sesuatu.” (Al-Ikhlāṣ: 2).


Aṣ-Ṣamad artinya Dialah tempat bergantung seluruh makhluk


dalam meminta segala kebutuhan mereka.


Ketujuh, Allah Ta'ālā menyebutkan tentang para nabi dan


rasul-Nya 'alaihimuṣṣalātu was sallām bahwa mereka memohon


sesuatu kepada Allah, namun terkadang Allah tidak mengabulkan


doa mereka, dan keinginan mereka tidak tercapai, sebagaimana


Mintalah Hanya Kepada Allah 23


firman Allah Ta'ālā tentang Nabi-Nya, Muhammad ṣallallāhu


'alaihi wa sallam,





“Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk


kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk


kepada orang yang Dia kehendaki." (Al-Qaṣaṣ: 56).


Dan Allah Ta'ālā berfirman,





“(Sama saja) engkau (Muhammad) memohonkan ampunan bagi


mereka atau tidak memohonkan ampunan bagi mereka. Walaupun


engkau memohonkan ampunan bagi mereka tujuh puluh kali, Allah


tidak akan memberi ampunan kepada mereka." (At-Taubah: 80).


Dan firman Allah Ta'ālā,





“Tidak pantas bagi Nabi dan orang-orang yang beriman


memohonkan ampunan (kepada Allah) bagi orang-orang


musyrik, sekalipun orang-orang itu kaum kerabat-(nya), setelah


jelas bagi mereka, bahwa orang-orang musyrik itu penghuni


neraka Jahannam." (At-Taubah: 113).


Allah Ta'ālā berfirman tentang Nabi Ibrahim 'alaihissalām,





24 Mintalah Hanya Kepada Allah


“Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk


bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah


diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi


Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim


berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang


yang sangat lembut hatinya lagi penyantun." (At-Taubah: 114).


Dan kita mengetahui bahwa Allah Ta'ālā tidak mengabulkan doa


Nabi Ibrahim 'alaihissalām dalam hal ini.


Allah Ta'ālā berfirman tentang Nabi Nuh 'alaihissalām,





“Dan Nuh memohon kepada Tuhannya sambil berkata, ’Ya


Tuhanku, sesungguhnya anakku adalah termasuk keluargaku,


dan janji-Mu itu pasti benar. Engkau adalah hakim yang paling


adil.’ Dia (Allah) berfirman, ’Wahai Nuh! Sesungguhnya dia


bukanlah termasuk keluargamu, karena perbuatannya sungguh


tidak baik, sebab itu jangan engkau memohon kepada-Ku sesuatu


yang tidak engkau ketahui (hakikatnya). Aku menasihatimu agar


(engkau) tidak termasuk orang yang bodoh.’ Dia (Nuh) berkata,


’Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu untuk


memohon kepada-Mu sesuatu yang aku tidak mengetahui


(hakikatnya). Kalau Engkau tidak mengampuniku, dan (tidak)


Mintalah Hanya Kepada Allah 25


menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku termasuk orang


yang rugi’." (Hūd: 45-47).


Bagaimana mungkin mereka berdoa kepada selain Allah Ta'ālā.


Perhatikan pula apa yang terjadi pada peperangan Uhud! Kaum


muslimin yang dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad


ṣallallāhu 'alaihi wa sallam berperang melawan orang-orang


musyrik dan kaum muslimin ingin mengalahkan mereka.


Namun, hal itu tidak bisa mereka wujudkan meskipun mereka


telah berusaha untuk mewujudkannya. Allah 'Azza wa Jalla


menurunkan banyak ayat di dalam surah Āli 'Imrān yang


mengandung pelajaran dan nasihat untuk kaum muslimin


tentang sebab kekalahan mereka pada peperangan tersebut.


Perhatikan pula apa yang terjadi terhadap Ali bin Abi Ṭālib


raḍiyallāhu 'anhu pada peperangan Ṣiffīn! Ali raḍiyallāhu 'anhu


berusaha sekuat tenaga mengalahkan pihak lawannya, tetapi ia


tidak berhasil melakukannya.


Dan perhatikan pula apa yang terjadi terhadap Ḥusain raḍiyallāhu


'anhumā! Ia telah berperang mempertahankan dirinya, tetapi ia


dan ahli bait tidak mampu mempertahankan dirinya sehingga


akhirnya ia pun terbunuh.


Ke manakah orang-orang yang meminta doa kepada Ali dan


Ḥusain dan tidak berdoa kepada Allah 'Azza wa Jalla? Mereka


tidak mampu menolong diri mereka sendiri atau menolak apa


yang telah ditakdirkan Allah akan menimpa mereka dan ahli


26 Mintalah Hanya Kepada Allah


bait mereka. Ini adalah suatu perkara yang tidak mungkin bisa


dibantah oleh akal sehat, dan kejadian konkret yang tidak bisa


ditolak. Ali dan Ḥusain raḍiyallāhu 'anhumā berlindung kepada


Allah Ta'ālā dan berdoa kepada-Nya tatkala mereka berdua


berada dalam kesusahan. Oleh karena itu, siapa saja yang


mengaku cinta kepada mereka berdua maka dia wajib mengikuti


dan mencontoh mereka dalam berdoa kepada Allah.


Bahkan, ada beberapa kejadian yang dilakukan oleh sebagian


orang di Baitullah, dekat Ka'bah, ketika dia ingin berdiri, dia


mengucapkan, "Ya Ali!" Salah seorang ulama yang mendengar


doanya tersebut bertanya kepadanya, "Seandainya engkau bertamu


ke rumah seseorang dan engkau membutuhkan sesuatu yang ada di


rumah itu, apakah engkau akan menemui tetangga orang tersebut


untuk meminta tolong kepadanya atau engkau langsung meminta


tolong kepada orang tersebut?” Orang tersebut menjawab, “Tentu


aku akan meminta tolong kepada pemilik rumah langsung."


Perhatikanlah, wahai para pembaca semoga Allah merahmatimu,


orang tersebut tidak mampu mengelak, dan dia mengakui


kebenaran. Oleh karena itu, Allah Ta'ālā berfirman,





“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari


jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih


dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut


Mintalah Hanya Kepada Allah 27


akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu


yang (harus) ditakuti.” (Al-Isrā`: 57).


Saya akan memberikan contoh lain yang diakui oleh logika


semua manusia. Seandainya Allah 'Azza wa Jallah memberikan


kekayaan kepada seseorang; hartanya berlimpah dan anaknya


banyak. Dia selalu berkata kepada anak-anaknya, “Jika kalian


membutuhkan uang, makanan, dan pakaian, kabarkan kepadaku!"


Namun ternyata anak-anaknya justru pergi menemui tetangganya


dan meminta kepada mereka, bukan meminta kepadanya sebagai


ayahnya. Apakah perbuatan anak-anaknya ini logis atau itu


merupakan kebodohan yang bertentangan dengan akal sehat?


Ini adalah contoh yang berkaitan antara permintaan kepada sesama


makhluk. Tentunya permintaan yang berkaitan antara makhluk


dengan Allah 'Azza wa Jalla lebih utama dari contoh di atas.


Maka dari itu, suatu kewajiban bagi setiap hamba untuk berdoa


dan memohon pertolongan hanya kepada Allah, karena Dialah


Zat yang telah menciptakannya dan Dia pula yang akan


memenuhi kebutuhan-kebutuhan hamba-Nya serta melapangkan


kesempitan-kesempitannya.


Sebagian orang berhujjah dengan mukjizat Nabi Musa


'alaihissalām terkait kesyirikan mereka dalam berdoa kepada


selain Allah, yaitu bahwasanya Nabi Musa 'alaihissalām


mampu mengeluarkan air dari batu yang dipukulnya, juga Nabi


Isa 'alaihissalām mampu menghidupkan orang yang sudah mati,


menyembuhkan buta dan penyakit sopak.


28 Mintalah Hanya Kepada Allah


Maka, untuk membantah syubhat mereka dalam berhujjah, kami


berikan jawaban berikut ini.


1. Sesungguhnya mukjizat itu hanya datang dari Allah


Allah Ta'ālā berfirman,





Dan sebagai Rasul kepada Bani Israil (dia berkata), "Aku


telah datang kepada kamu dengan sebuah tanda (mukjizat) dari


Tuhanmu, yaitu aku membuatkan bagimu (sesuatu) dari tanah


berbentuk seperti burung, lalu aku meniupnya, maka ia menjadi


seekor burung dengan izin Allah. Dan aku menyembuhkan orang


yang buta sejak dari lahir dan orang yang berpenyakit kusta.


Dan aku menghidupkan orang mati dengan izin Allah, dan aku


beritahukan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang


kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu


terdapat suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu


orang beriman.” (Āli 'Imrān: 49).


Oleh karena itu, setiap manusia wajib memohon hanya kepada


Allah yang telah memberikan mukjizat tersebut kepada para nabi.


2. Sesungguhnya para nabi 'alaihimussalām hanya berdoa


kepada Allah 'Azza wa Jalla sebagaimana yang disebutkan


di dalam ayat di atas. Oleh karena itu, maka Anda harus


meneladani mereka dalam berdoa kepada Allah. Mereka


adalah suri teladan yang baik.


29


Mintalah Hanya Kepada Allah


3.


Dalil-dalil yang telah disebutkan di atas sangat tegas melarang manusia berdoa kepada selain Allah. Bahkan untuk urusan-urusan yang sanggup dilakukan oleh manusia pun, tetap lebih utama meminta terlebih dahulu kepada Allah 'Azza wa Jalla.


Abu Ja'far Muhammad Al-Bāqir raḥimahullāhu Ta'ālā mengatakan, "Siapa yang membutuhkan keperluan dari makhluk, maka hendaknya dia meminta terlebih dahulu kepada Allah 'Azza wa Jalla.1


Kedelapan, Allah 'Azza wa Jalla memerintahkan para hamba-Nya untuk berdoa kepada-Nya dan melarang berdoa kepada selain-Nya, karena Dia menginginkan setiap hamba-Nya hanya berdoa, meminta pertolongan, dan meminta perlindungan kepada-Nya di setiap urusan mereka. Doa itu adalah ibadah yang paling dicintai Allah Ta'ālā. Jadi, siapa saja yang berdoa kepada Allah, berarti ia mengerjakan sesuatu yang dicintai Allah sambil mendekatkan diri kepada-Nya.


Dalilnya adalah hadis qudsi yang sangat agung. Nabi ṣallallāhu 'alaihi wa sallam bersabda,





“Rabb kita Tabaraka wa Ta'ālā turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir, (kemudian)


1 Kitab Al-Mustagīṡīna billāhi, karya Ibnu Basykuwal, hal. 68


30


Mintalah Hanya Kepada Allah


Dia berfirman, ‘Barang siapa berdoa kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan, barang siapa meminta kepada-Ku, niscaya akan Aku berikan, dan barang siapa memohon ampun kepada-Ku, niscaya akan Aku ampuni’.” (HR. Bukhari dan Muslim).


Hadis ini diriwayatkan oleh sekelompok sahabat, dan terdapat di dua kitab sahih, kitab-kitab sunan, dan kitab-kitab musnad. Hadis ini sahih sekaligus juga mutawatir. Imam Daruquṭni meriwayatkan sebagiannya.


Perhatikan kemuliaan Ilahi ini. Allah mengajak para hamba-Nya untuk meminta dan berdoa kepada-Nya setiap malam , padahal Dia tidak membutuhkan mereka. Oleh karena itu, setiap muslim hendaknya kemuliaan yang agung dari Allah 'Azza wa Jalla. Setiap muslim hendaknya memperbanyak doa kepada Allah, maka dia akan mendapatkan ketenteraman hati, ketenangan jiwa, dan imannya bertambah.


Allah Ta'ālā berfirman,





“Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (An-Nisā: 32).


Dalam hadis yang diriwayatkan dari Abu Idris Al-Khaulāni, dari Abu Zarr Al-Gifāri, dari Nabi ṣallallāhu 'alaihi wa sallam, yang beliau riwayatkan dari Tuhannya 'Azza wa Jalla, Allah berfirman, “Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman pada diri-Ku, dan Aku menjadikan kezaliman di


31


Mintalah Hanya Kepada Allah


antara kalian adalah haram, maka janganlah saling menzalimi. Wahai hamba-Ku, kalian semua tersesat kecuali orang yang telah Aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepada-Ku. Wahai hamba-Ku, kalian semua dalam keadaan lapar kecuali orang yang Aku beri makan, maka mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku akan memberimu makan. Wahai hamba-Ku, kalian semua dalam keadaan tidak berpakaian kecuali orang yang Aku beri pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku.” (HR. Muslim).


Abu Hurairah raḍiyallāhu 'anhu berkata, Rasulullah ṣallallāhu 'alaihi wa sallam bersabda,





"Siapa yang tidak berdoa kepada Allah, maka Allah pasti akan murka kepadanya." (HR. Tirmidzi).


Sebagian ulama menguatkan hadis ini, padahal hadis ini daif. Namun demikian, banyak sekali dalil dari Al-Qur`ān dan As-Sunnah yang mendukung makna hadis ini. Orang yang sama sekali tidak pernah meminta kepada Allah Ta'ālā, maka tidak diragukan lagi bahwa Allah Ta'ālā pasti murka kepadanya, karena pada hakikatnya ia tidak menjadikan Allah sebagai Ilah dan Rabbnya.


Bahkan berdoa itu adakalanya wajib hukumnya, seperti berdoa agar senantiasa memperoleh hidayah Allah, sebagaimana firman Allah Ta'ālā,


﴾ٹ ٹ ٹ﴿


“Tunjukilah kami jalan yang lurus.” (Al-Fātiḥah: 6).


32 Mintalah Hanya Kepada Allah


Demikian juga hukumnya berdoa meminta ampunan dari Allah


ketika duduk antara dua sujud.


Sebagian ulama menyenandungkan syair, yang berbunyi:





“Allah akan marah jika engkau tidak meminta kepada-Nya,


sedangkan manusia marah ketika mereka diminta.”


Kesembilan, selain dalil-dalil Al-Qur`ān dan As-Sunnah yang


melarang berdoa kepada selain Allah, maka fitrahnya manusia


pun juga melarangnya, karena Allah telah menciptakan fitrah


manusia itu untuk mengharap dan berdoa kepada-Nya ketika


mengalami kesempitan hidup atau dilanda musibah. Ini berlaku


untuk semua manusia, bahkan termasuk orang-orang kafir juga.


Allah Ta'ālā berfirman tentang orang-orang musyrik,





“Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di


daratan, (dan berlayar) di lautan. Sehingga ketika kamu berada


di dalam kapal, dan meluncurlah (kapal) itu membawa mereka


(orang-orang yang ada di dalamnya) dengan tiupan angin yang


baik, dan mereka bergembira karenanya; tiba-tiba datanglah


badai dan gelombang menimpanya dari segenap penjuru, dan


mereka mengira telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa


Mintalah Hanya Kepada Allah 33


dengan tulus ikhlas kepada Allah semata. (Seraya berkata),


’Sekiranya Engkau menyelamatkan kami dari (bahaya) ini,


pasti kami termasuk orang-orang yang bersyukur’." (Yūnus: 22).


Allah Ta'ālā juga berfirman tentang mereka,





“Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilang


semua yang (biasa) kamu seru, kecuali Dia. Tetapi ketika Dia


menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling (dari-Nya). Dan


manusia memang selalu ingkar (tidak bersyukur).” (Al-Isrā`: 67).


Bahkan, hewan pun diciptakan secara naluriahnya untuk


beribadah kepada Tuhan dan Penciptanya. Allah Ta'ālā berfirman


tentang hud-hud Nabi Sulaiman 'alaihissalām,





"Maka tidak lama kemudian (datanglah Hudhud), lalu ia


berkata, ’Aku telah mengetahui sesuatu yang belum engkau


ketahui. Aku datang kepadamu dari negeri Saba’ membawa


suatu berita yang meyakinkan. Sungguh, kudapati ada seorang


perempuan yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi


segala sesuatu serta memiliki singgasana yang besar. Aku


(burung Hudhud) dapati dia dan kaumnya menyembah


matahari, bukan kepada Allah’.” (An-Naml: 22-24).


34 Mintalah Hanya Kepada Allah


Perhatikanlah, bagaimana burung hudhud mengingkari orangorang


yang berdoa kepada selain Allah. Karena itu adalah naluriah


makhluk kepada Penciptanya. Allah telah memberikan fitrah


tersebut kepada seluruh makhluk-Nya, baik manusia maupun jin,


baik makhluk yang berbicara maupun yang tidak berbicara.


Kesepuluh, Sebagaimana halnya syariat dan fitrah manusia


menunjukkan kita untuk memohon hanya kepada Allah, maka


demikian juga dengan akal. Manusia dengan akalnya mengetahui


bahwa yang ia seru juga merupakan makhluk dan manusia seperti


dirinya. Jadi, bagaimana mungkin ia akan meminta pertolongan,


berlindung, memohon kesembuhan dan rezeki kepada mereka?


Allah Ta'ālā berfiman tentang Nabi-Nya ṣallallāhu 'alaihi wa sallam,





“Katakanlah (Muhammad), 'Sesungguhnya aku ini hanya


seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu,


bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.


Maka barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya,


maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia


mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada


Tuhannya’." (Al-Kahf: 110).


Di dalam ayat lain, Allah Ta'ālā juga berfirman,





Mintalah Hanya Kepada Allah 35


“Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka, 'Kami hanyalah


manusia seperti kamu, tetapi Allah memberi karunia kepada


siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Tidak


pantas bagi kami mendatangkan suatu bukti kepada kamu


melainkan dengan izin Allah. Dan hanya kepada Allah saja


hendaknya orang yang beriman bertawakal’.” (Ibrāhīm: 11).


Firman Allah Ta’ālā di dalam ayat lain,


﴿ۋ ۋ ۅ ۅ ۉ ۉ ې ې﴾


“Sesungguhnya mereka (berhala-berhala) yang kalian seru


selain Allah adalah makhluk (yang lemah) yang serupa juga


dengan kalian.” (Al-A’rāf: 194).


Bahkan, walaupun sesuatu itu mampu dilakukan oleh makhluk,


ia tetap wajib memohon kepada Allah Ta’ālā dan tidak bersandar


kepada manusia. Namun, sangat disayangkan, masih banyak


manusia yang ketika ditimpa musibah misalnya, mereka segera


pergi meminta bantuan manusia untuk meruqyahnya, padahal ia


bisa meruqyah dirinya sendiri, harusnya ini yang dilakukannya


terlebih dahulu. Setiap muslim pasti mampu membaca surah Al-


Fātiḥah, ayat kursi, surah-surah mu’awwiẓāt, dan surah-surah


atau ayat-ayat ruqyah lainnya.


Apabila seseorang melakukan ruqyah terhadap dirinya sendiri,


biasanya ia akan melakukannya secara sungguh-sungguh,


ia akan membaca dengan sepenuh hati, dan lebih kuat rasa


bergantungnya kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Ini tentu akan lebih


mudah mendatangkan kesembuhan baginya.


36 Mintalah Hanya Kepada Allah


Betapa banyak orang yang melakukan ruqyah terhadap dirinya


sendiri, lalu Allah menyembuhkannya. Di antara contoh lain


adalah sebagian orang apabila hendak mencari pekerjaan, ia justru


mencari perantara untuk memudahkannya diterima pada pekerjaan


tersebut. Tetapi dia tidak meminta pertolongan kepada Allah


terlebih dahulu agar dimudahkan memperoleh pekerjaan tersebut.


Kami akan sebutkan sebuah kisah yang pernah kami dengar dari


radio Iżā’atul Qur`ān Al-Karīm. Ada seorang lelaki yang mencari


sebuah pekerjaan, kemudian ia datang kepada pihak-pihak yang


memiliki jabatan tertentu, namun mereka justru mengacuhkannya.


Lelaki tersebut pun kecewa, lalu ia mendatangi seorang ulama agar


memberikan bantuan kepadanya. Ulama itu menasihatinya agar ia


kembali kepada Allah dengan beribadah dan berdoa kepada-Nya. Ia


ikuti nasihat ulama tersebut, kemudian ia shalat malam sampai datang


waktu fajar sambil bermunajaat kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Setelah


bermunajat, ia mendatangi orang yang ditemuinya sebelumnya untuk


mencari pekerjaan. Dia pun dengan mudah memperoleh sebuah


pekerjaan. Bahkan salah seorang pejabat yang pernah ditemuinya


pada kesempatan pertama dan dia tidak mengacuhkannya, pada hari


ini berkata kepadanya, “Ke mana saja kamu?”


Bahkan terkadang Anda mendapati ada orang yang meminta kepada


orang lain untuk mendoakan dirinya. Padahal Allah berfirman,





Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan


Aku perkenankan bagimu." (Gāfir: 60).


Mintalah Hanya Kepada Allah 37


Dan juga firman-Nya,





“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad)


tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan


permohonan orang yang berdo`a apabila dia berdo`a kepada-Ku.


Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-


Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.» (Al-Baqarah: 186).


Diriwayatkan dari seorang salaf yang bernama Aṣbag bin Zaid


Al-Warrāq, dia berkata, “Saya dan keluarga saya tidak makan


selama tiga hari. Lalu putri saya yang kecil keluar menemui


saya dan berkata, ‘Wahai Ayahku, saya lapar.‘ Maka saya pun


meninggalkannya dan pergi ke tempat berwudu. Saya berwudu


kemudian shalat dua rakaat. Saya mengangkat kedua tangan saya


berdoa. Saya lupa dengan doa terbaik yang biasa saya ucapkan.


Maka saya mengatakan, ‘Ya Allah, jika Engkau menghalangi


rezekiku, maka jangan Engkau halangi aku untuk berdoa.‘ Tiba-tiba


saya mendapat ilham untuk mengucapkan doa, ‘Ya Allah, semua


suara tunduk kepada-Mu, mimpi-mimpi tersesat (berbicara) tentang-


Mu, segala sesuatu menjadi sempit tanpa-Mu, segala sesuatu lari


dari-Mu menuju diri-Mu, setiap mukmin bertawakal kepada-


Mu. Engkau Mahatinggi dalam kemuliaan-Mu, Mahaceria dalam


keelokan-Mu, Mahatinggi dalam takdir-Mu. Wahai Tuhan, yang di


ketinggiannya tetap dekat, dan di kedekatan-Nya tetap tinggi, dalam


kekuasaan-Nya Mahakuat, curahkanlah selawat kepada Muhammad


dan keluarga Muhammad. Bukakanlah rezeki untukku dari-Mu,


38 Mintalah Hanya Kepada Allah


jangan Engkau jadikan aku suka menyebut-nyebut bahwa rezeki itu


karenaku, dan jangan jadikan aku mendapat beban dari rezeki itu di


akhirat, dengan rahmat-Mu wahai, Ya, Allah yang Maha Pemberi


rahmat.’ Kemudian aku kembali ke rumah. Ternyata putriku yang


besar datang menemuiku dan berkata, ‘Wahai Ayahku, barusan


pamanku (saudara ayah) datang membawa kantong yang berisi


dirham ini, dia juga membawa tepung dan berbagai barang dari


pasar. Paman itu berkata, ‘Sampaikan salamku kepada saudaraku.


Katakan kepadanya, jika dia membutuhkan sesuatu maka berdoalah


dengan doa yang tadi maka kebutuhanmu akan datang’.”


Kemudian Aṣbag berkata, “Demi Allah, saya tidak mempunyai


saudara laki-laki, dan saya tidak mengenal orang yang


mengucapkan perkataan tersebut, tetapi Allah Mahakuasa atas


segala sesuatu. Segala puji hanya bagi Allah.” 1


Saya katakan, “Yang menjadi pelajaran bagi kita adalah bahwa


laki-laki ini menghadap kepada Tuhannya, shalat dua rakaat,


dan menengadahkan kedua tangannya kepada-Nya, maka segera


datang solusi permasalahannya dari Allah ‘Azza wa Jalla.”


Berikut ini juga ada kisah yang disebutkan oleh Abu Muhammad


bin Ḥazm. Kisah ini dialami oleh ayahnya Ibnu Ḥazm. Dia


merupakan menteri salah seorang raja Andalus (Spanyol) yang


bernama Al-Manṣūr bin Abi ‘Āmir. Kisah ini benar-benar


terjadi. Ibnu Ḥazm mengatakan bahwa Hisyam bin Muhammad


menceritakan kepadanya dari ayahnya, bahwa dia dan Al-


Manṣūr Abi ‘Āmir Muhammad bin Abi ‘Āmir sedang berada


1 Kitab Al-Mustagīṡīna billāhi, karya Ibnu Basykuwal, hal. 63


Mintalah Hanya Kepada Allah 39


di majelis untuk masyarakat umum. Kemudian disampaikan


kepadanya sebuah ruq’ah (tulisan di kain) berisi permohonan


belas kasihan dari seorang ibu laki-laki yang dipenjara. Ibnu


‘Āmir marah kepada laki-laki tersebut karena dia melakukan


kejahatan yang dianggapnya sangat besar. Ketika dia membaca


tulisan tersebut, dia semakin marah dan berkata, “Demi Allah,


kamu telah mengingatkanku dengan anakmu itu lagi.” Dia pun


mengambil pena dan menuliskan perintah. Dia ingin menulis


perintah yuṣlab (disalib), tetapi dia menulis yuṭlaq (dibebaskan).


Diapun melemparkan tulisan tersebut kepada menterinya. Maka


ayahmu (kata Hisyam kepada Abu Muhammad) mengambil


pena dan sebuah ruq’ah (kain tempat menulis). Dia pun


menuliskan perintah, sesuai dengan apa yang ditanda tangani


raja tadi, kepada kepala polisi. Ibnu ‘Āmir berkata, “Apa yang


kamu tuliskan?” Dia menjawab, “Membebaskan si fulan.” Ibnu


‘Āmir berkata, “Siapa yang memerintahkanmu melakukan itu?”


Ayah Ibnu Ḥazm pun menyerahkan ruq’ah yang ditulis raja tadi.


Ketika dia melihat tulisannya, dia berkata, “Saya keliru tadi.”


Kemudian dia (Ibnu ‘Āmir) mencoret apa yang telah ditulisnya,


dan dia ingin menuliskan yuṣlab (disalib), tetapi dia menulis


yuṭlaq (dibebaskan). Maka ayahmu (kata Hisyam kepada Abu


Muhammad) mengambil ruq’ah tersebut. Ketika dia sudah


melihat tanda tangan raja, dia pun melaksanakan perintah


pembebasan laki-laki tersebut. Al-Manṣūr melihat apa yang


dituliskan menterinya dan berkata, “Apa yang kamu tuliskan?”


Dia menjawab, “Perintah membebaskan laki-laki tersebut.” Al-


Manṣūr semakin marah dan berkata, “Siapa yang memerintahkan


40 Mintalah Hanya Kepada Allah


hal itu?” Maka menterinya pun menyerahkan ruq’ah tadi. Al-


Manṣūr melihat tulisannya, maka dia pun mencoret tulisan


tersebut, dan dia ingin menuliskan yuṣlab (disalib), tetapi dia


menulis yuṭlaq (dibebaskan). Maka ayahmu (kata Hisyam


kepada Abu Muhammad) mengambil tulisan tersebut. Dia pun


melihat apa yang dituliskan dan menuliskan perintah sesuai


dengan apa yang dilihatnya. Al-Manṣūr berkata, “Apa yang


kamu tuliskan?” Dia menjawab, “Perintah untuk membebaskan


laki-laki tersebut. Ini adalah surat ketiga yang memerintahkan


pembebasan itu.” Ketika Al-Manṣūr menyadari ada keanehan,


maka dia berkata, “Ya, dia dibebaskan meskipun saya tidak


menginginkannya. Siapa yang dikehendaki oleh Allah untuk


bebaskan maka aku tidak kuasa untuk membunuhnya.” 1


Perhatikanlah raja tersebut. Dia ingin menuliskan perintah yuṣlab


(disalib), tetapi Allah ‘Azza wa Jalla tidak mengizinkannya,


meskipun dia sudah mengulanginya sampai tiga kali. Dia


sanggup untuk menuliskan perintah itu, tetapi huruf-huruf


tidak mau dituliskan kecuali kata yuṭlaq (dibebaskan) sebagai


ganti kata yuṣlab (disalib), hingga setelah tiga kali baru


dia menyadarinya. Maka diapun memerintahkan untuk


mengeluarkan laki-laki tersebut dari penjara dan mengatakan,


“ Siapa yang dikehendaki oleh Allah untuk bebaskan maka aku


tidak kuasa untuk membunuhnya.”


Mahabenar Allah Ta’ālā yang berfirman,


﴿ې ﯨ ﯩ ئا ئا ئە﴾


1 Al-Imam Ibnu Ḥazm, karya Aẓ-Ẓāhiri, hal. 80


Mintalah Hanya Kepada Allah 41


“Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya.”


(Al-Anfāl: 24).


Ibu laki-laki tersebut berdoa kepada Tuhannya ‘Azza wa Jalla


meminta untuk membebaskan putranya, maka Allah pun


mengabulkannya.


Abu Al-’Abbās Ahmad bin Abdul Ḥalīm mengatakan,


“Permintaan kepada makhluk untuk memenuhi kebutuhan dunia


yang tidak wajib dilakukan maka hal itu pada dasarnya tidak


wajib dan juga tidak sunah hukumnya dilakukan oleh peminta.


Namun yang diperintahkan adalah memintanya kepada Allah


Ta’ālā, mengharapkan-Nya dan bertawakal kepada-Nya.


Meminta kepada makhluk pada dasarnya adalah haram, tetapi


itu dibolehkan karena darurat. Tidak meminta kepada makhluk


karena bertawakal kepada Allah adalah lebih afdal.


Allah Ta’ālā berfirman,





“Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan),


tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya


kepada Tuhanmu-lah engkau berharap.” (Asy-Syarḥ: 7-8).


Maksudnya, berharaplah kepada Allah, bukan kepada selain-


Nya. 1 Semoga Allah memberikan taufik-Nya kepada kita.


1 Majmū‘ Fatāwā, karya Ibnu Taimiyah, hal. 1/181


IslamHouseId IslamHouseId islamhouse.com/id/


IslamHouseId





ini berisi tentang bantahan terhadap orang-orang yang menyandarkan dirinya kepada selain Allah.