Artikel

Kiat Memperlakukan Buah Hati





[ Indonesia – Indonesian – ] إندونيسي


Ayip Syafruddin Abu al Faruq


Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad





Kiat Memperlakukan Buah Hati


1- Pahami anak sebagai individu yang berbeda.


Seorang anak dengan yang lainnya memiliki karakter yang berbeda.


Memiliki bakat dan minat yang berbeda pula. Karenanya, dalam


menyerap ilmu dan mengamalkannya berbeda satu dengan yang


lainnya. Sering terjadi kasus, terutama pada pasangan muda,


orangtua mengalami “sindroma” anak pertama. Karena didorong


idealisme yang tinggi, mereka memperlakukan anak tanpa


memerhatikan aspek-aspek perkembangan dan pertumbuhan anak.


Misal, anak dipompa untuk bisa menulis dan membaca pada usia 2


tahun, tanpa memerhatikan tingkat kemampuan dan motorik halus


(kemampuan mengoordinasikan gerakan tangan) anak.





“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.”


(At-Taghabun: 16)


Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi


wa sallam bersabda:





“Apabila aku melarangmu dari sesuatu maka jauhi dia. Bila aku


perintahkan kamu suatu perkara maka tunaikanlah semampumu.”


(HR. Al-Bukhari, no. 7288)


Kata م (semampumu) menunjukkan kemampuan dan


kesanggupan seseorang berbeda-beda, bertingkat-tingkat, satu


dengan lainnya tidak bisa disamakan. Ini semua karena pengaruh


berbagai macam latar belakang.


2- Memberi tugas hendaklah sesuai dengan pertumbuhan dan


perkembangan anak.





“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan


kesanggupannya.” (Al-Baqarah: 286)


3- Berusahalah untuk selalu menghargai niat, usaha dan


kesungguhan anak. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia


berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:





“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa dan harta


kalian, tapi Allah melihat kepada hati (niat) dan amal-amal kalian.”


(HR. Muslim no. 2564)


Jangan mencaci maki anak karena kegagalannya. Tapi berikan


ungkapan-ungkapan yang bisa memotivasi anak untuk bangkit dari


kegagalannya. Misal, “Abi tidak marah kok, Ahmad belum hafal surat


Yasin. Abi tahu, Ahmad sudah berusaha menghafal. Lain kali, kita


coba lagi ya.”


4- Tidak membentak, memaki dan merendahkan anak. Apalagi di


hadapan teman-temannya atau di hadapan umum. Allah Subhanahu


wa Ta’ala berfirman:





“Dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.” (An-Nisa`: 5)


5- Tidak membuka aib (kekurangan, kejelekan) yang ada pada


anak di hadapan orang lain. Dari Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu


‘anhuma, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:





“Barangsiapa menutup (aib) seorang muslim, Allah akan menutup (aib)


dirinya pada hari kiamat.” (HR. Al-Bukhari no. 2442)


6- Jika anak melakukan kesalahan, jangan hanya menunjukkan


kesalahannya semata. Tapi berilah solusi dengan memberitahu


perbuatan yang benar yang seharusnya dia lakukan. Tentunya,


dengan cara yang hikmah. ‘Umar bin Abi Salamah radhiyallahu ‘anhu


berkata:





“Saat saya masih kecil dalam asuhan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi


wa sallam, saya menggerak-gerakkan tangan di dalam nampan (yang


ada makanannya). Lantas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam


menasihatiku, ‘Wahai ananda, sebutlah nama Allah (yaitu bacalah Bismillah saat hendak makan). Makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari makanan yang ada di sisi dekatmu’.” (HR. Al-Bukhari no. 5376)


7- Tidak memanggil atau menyeru anak dengan sebutan yang jelek. Seperti perkataan: “Dasar bodoh!” Ini berdasarkan hadits Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:





“Janganlah kalian menyeru (berdoa) atas diri kalian kecuali dengan sesuatu yang baik. Karena, sesungguhnya malaikat akan mengaminkan atas apa yang kalian ucapkan.” (HR. Muslim no. 920)


8- Perbanyak ucapan-ucapan yang mengandung muatan doa pada saat di hadapan anak. Seperti ucapan:





“Semoga Allah memberkahi kalian.”


Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:





“Serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia.” (Al-Baqarah: 83)


Juga selalu mendoakan kebaikan bagi sang anak, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:





“Dan orang-orang yang berkata: ‘Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa’.” (Al-Furqan: 74)


- Berusahalah untuk senantiasa berlaku hikmah dalam menghadapi masalah anak. Tidak mengedepankan emosi. Tidak mudah menjatuhkan sanksi. Telusuri setiap masalah yang ada pada anak dengan penuh hikmah, tabayyun (klarifikasi). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:





“Dan barangsiapa yang dianugerahi al-hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak.” (Al-Baqarah: 269)


- Berusahalah bersikap adil terhadap anak-anak dan berbuat baik kepadanya.





“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (An-Nahl: 90)


- Hindari sikap-sikap dan tindakan yang menjadikan anak mengalami trauma, blocking (mogok), malas atau enggan belajar. Sebaliknya, ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar. Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:





“Permudah dan jangan kalian persulit. Gembirakan, dan jangan kalian membuat (mereka) lari.” (HR. Al-Bukhari no. 69)


Wallahu a’lam.



Tulisan Terbaru

Keutamaan Puasa Enam ...

Keutamaan Puasa Enam Hari Syawal Shawal