Hikmah Puasa Ramadhan
Muhammad Ibn Syâmi Muthâin Syaibah
Terjemah : Syafar Abu Difa
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad
Hikmah Puasa Ramadhan
Segala puji bagai Allah. Salawat dan salam senantiasa tercurah kepada
Nabi terakhir, Nabi kita Muhammad, keluarganya, para sahabat dan siapa saja
yang mengambil petunjuknya hingga hari kiamat.
Adapun selanjutnya:
Sesungguhnya apa yang Allah syariatkan kepada hamba-Nya dari berbagai
ibadah memiliki hikmah yang sempurna dan paripurna. Karena Allah Maha
Bijaksana dan Maha Mengetahui akan makhluk, syariat dan balasanbalasannya.
Satu dari ibadah itu adalah puasa, yang memiliki hikmah besar, di
antaranya:
1. Puasa merupakan ibadah untuk Allah. Seorang hamba mendekatkan diri
kepada Tuhan-nya dengan meninggalkan apa-apa yang dicintai jiwa dan
nafsunya baik makanan, minuman maupun hubungan kelamin. Dari situ
nampak ketulusan iman seorang hamba, kesempurnaan penghambaannya,
kecintaannya kepada Tuhan-nya dan harapnya kepada pahala-Tuhan-nya.
Karena seseorang tidaklah meninggalkan apa-apa yang dicintainya kecuali
untuk sesuatu yang lebih agung. Karena itu saudaraku Muslim, hendaknya
engkau termasuk mereka yang berpuasa demi mengharap apa-apa yang ada
di sisi Allah dan menghinakan diri kepada-Nya dengan ibadah ini.
2. Di antara hikmah puasa: seorang hamba memperoleh ketakwaan,
sebagaimana firman Allah -ta'âla-:
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)
Ini didapatkan bila sesuai dengan puasa syar’i yang meninggalkan berbagai
pembatal puasa maupun perkataan dan perbuatan zûr (keji). Rasulullah -
shalallahu alaihi wasallam- bersabda:
"Siapa yang tidak meninggalkan perkataan keji, perbuatannya dan juga
kebodohan, Allah tidak butuh kepada makan dan minum yang
ditinggalkannya."
[HR. Al-Bukhari]
Berupayalah untuk berpuasa yang benar, bersih dari ketercemaran dan
kerancuan.
3. Orang yang puasa menyibukkan hatinya dengan pikir dan zikir. Karena bila
menuruti hawa nafsunya akan membuatnya lalai bahkan bisa mengeraskan
hati. Karena itu Nabi -shalallahu alaihi wasallam- mengarahkan untuk
meringankan makan dan minum. Al-Miqdam Ibn Ma’ad -radiallahu'anhuberkata,
aku mendengar Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- bersabda:
"Tidak ada wadah yang diisi penuh oleh anak Adam yang lebih buruk
daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam itu suapan yang dapat
menegakkan punggunya, jika dia tidak mampu, maka 1/3 untuk
makanannya, 1/3 untuk minumnya dan 1/3 untuk nafasnya. "
[HR. Ibnu Majah. Hadits sahih]
4. Orang kaya sadar akan nikmat Allah yang berlimpah kepadanya dan itu
tidak diperoleh oleh mereka yang fakir, baik makanan, minuman dan
menikah. Sehingga dia pun memuji dan bersyukur kepada Allah, ingat
kepada saudaranya yang fakir dan bersedekah kepadanya, memberinya
sesuatu dari harta Allah yang telah diberikan kepadanya. Wahai orangorang
kaya, bersedekahlah kepada orang-orang fakir pada bulan Ramadhan
mulia ini, memberilah seperti pemberian orang yang tidak takut miskin.
Bedermalah dengan harta dan kebaikan kepada saudara-saudaramu yang
membutuhkan, jadilah orang yang mensyukuri nikmat Allah. Rasulullah -
shalallahu alaihi wasallam- telah bersabda:
“Allah sungguh ridha pada hamba yang memakan makanan lalu memuji-Nya
atas makan itu atau meminum minuman lalu memuji-Nya atas minuman itu.”
[HR. Muslim]
5. Puasa menyempitkan pembuluh darah sebagai dampak dari lapar dan haus,
sehingga menyempit juga ruang setan pada tubuh. Rasulullah -shalallahu
alaihi wasallam- bersabda:
“Sesungguhnya setan masuk dalam tubuh manusia melalui pembuluh darah.”
[HR. Al-Bukhari]
Puasa juga menghancurkan dorongan hawa nafsu. Karena itu wahai para
pemuda dan semisal mereka, jadikan Hadits Nabi berikut ini sebagai
menolongmu dan amalkanlah; Rasulullah -shalallahu alaihi wasallambersabda:
"Wahai para pemuda, siapa yang sanggup dari kalian al-ba'ah (memberi
nafkah batin) hendaknya menikah, karena ia lebih dapat menundukkan
pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Jika tidak sanggup, hendaknya
berpuasa. Sesungguhnya itu dapat meredam nafsu." [HR. Syakhân]