Artikel




Jangan Kau Makan Daging Saudaramu


Segala puji hanya bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla, kami


memuji -Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada -Nya,


kami berlindung kepada -Nya dari kejahatan diri-diri kami dan


kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah


Shubhanahu wa ta’alla beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat


menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah Shubhanahu wa


ta’alla sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya


petunjuk.


Aku bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak


diibadahi dengan benar kecuali Allah Shubhanahu wa ta’alla


semata, yang tidak ada sekutu bagi -Nya. Dan aku juga bersaksi


bahwasannya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam


adalah hamba dan Rasul -Nya. Amma Ba'du:


Sungguh orang-orang beriman adalah bersaudara, satu


mukmin dengan mukmin lain bagaikan sebuah bangunan yang


saling menopang. Sedangkan ghibah (mengunjing) dan namimah


(mengadu domba) merupakan dua penyakit yang akan merusak


bangunan ukhuwah yang indah ini, yang akan merobohkan


bangunan umat, merobek-robek kebersamaan, melahirkan


persaingan hidup serta kebencian, dan juga akan merubah


4


kehidupan bermasyarakat menjadi kubangan api yang membakar


dedaunan hijau dan kering. Kalau demikian jelek efeknya, lantas


bagaimana kiranya dengan sebagian orang diantara kita yang


masih merasa santai, menganggap baik penyakit akut tersebut,


serta senang tanpa merasa sungkan untuk duduk berada dimeja


hidangan yang menghadirkan ghibah dan namimah.


Saya pernah melihat ada seseorang yang rajin sholat


serta membaca al-Qur'an didalam masjid, akan tetapi, dirinya


tidak mampu untuk menahan sehari saja dari ghibah atau


namimah, disetiap jalan yang dia lewati, atau majelis yang ia


duduk didalamnya, dengan rakusnya dia memakan kehormatan


orang lain tanpa ada perasaan risih, malu apalagi takut. Dirinya


seakan sedang berhadapan dengan hidangan makanan yang


paling lezat, dan sedang meminum minuman yang paling


menyegarkan. Bayangan awan yang menaunginya siang dan


malam hanya menukil ucapan orang katanya dan katanya,


mencela dan mengolok-olok orang lain.


Saya berkata dalam hati, 'Apakah mungkin orang


semacam ini mampu untuk memahami kalau sholat yang


ditunaikan kepada Rabbnya ternyata bertentangan dengan semua


sifat dan perilakunya tersebut'. Sesungguhnya tujuan sholat


dikerjakan adalah untuk mencegah perilaku keji dan perbuatan


5


mungkar. Apabila divisualisasikan dalam tingkah lakunya yang


mengantarkan pada hilang akal pikiran sehatnya, maka tidak ada


kebaikan didalam bacaan ayat-ayat Allah Shubhanahu wa ta’alla


kalau tanpa diikuti dengan mentadaburinya, dan tidak ada


manfaat dalam tadaburnya jika tanpa direnungi makna


kandungannya, dan tidak akan menumbuhkan ilmu kalau tanpa


dibarengi dengan amal nyata.


Sungguh dalam ghibah dan namimah merupakan


perilaku akhlak yang buruk yang akan memecah belah persatuan


umat serta merobohkan bangunan umat nan kuat. Sedangkan,


definisi ghibah adalah engkau menyebut-yebut saudaramu


dengan sesuatu yang ia benci baik dengan ucapan, isyarat, ejekan,


atau dalam bentuk tulisan. Hukumnya adalah haram dalam agama


Allah Aku bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak


diibadahi dengan benar kecuali Allah Shubhanahu wa ta’alla


semata, yang tidak ada sekutu bagi -Nya. Dan aku juga bersaksi


bahwasannya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam


adalah hamba dan Rasul -Nya. Amma Ba'du: Dimana Allah


Shubhanahu wa ta’alla secara tegas menegaskan dalam firman -


Nya:





"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan),


karena sebagian dari prasangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari


keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah


seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah


mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada


Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang".


(QS al-Hujuraat: 12).


Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah


bersabda:





"Setiap muslim atas muslim yang lain adalah haram darah, harta


dan kehormatannya". HR Muslim no: 2564.


Adapun definisi namimah adalah orang yang memindah


isi pembicaraan orang ke tengah-tengah orang dengan tujuan


ingin merusak hubungan mereka. Dan hukumnya juga sama


7


dengan ghibah yaitu haram didalam syari'at Allah azza wa jalla.


sebagaimana dijelaskan dalam firman -Nya:





"Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina,


yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah". (QS al-Qolam:


10-11).


Sedangkan Nabi kita Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam


lebih tegas lagi dalam hal ini, beliau bersabda:





"Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba". HR


Bukhari no: 6056. Muslim no: 105.


Pernah suatu ketika Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa


sallam melewati dua kuburan, setelah itu beliau berkata:





8


"Sungguh keduanya betul-betul sedang diadzab, dan tidaklah keduanya


diadzab dalam perkara besar. Adapun salah satunya diadzab karena tidak


menutupi ketika kencing, sedangkan satunya karena dirinya berjalan sambil


mengadu domba". HR Bukhari no: 218. Muslim no: 292.


Beliau juga pernah bersabda:





"Kamu akan mendapati sejelek-jelek manusia yang bermuka dua,


yang mendatangi sekelompok orang dengan muka berbeda dan


kelompok lain dengan muka yang lain". HR Bukhari no: 3494.


Muslim no: 2526.


Ketahuilah tidak ada yang lebih berbahaya dari pada


berlebihan dalam berbicara, betapa banyak dosa yang dihasilkan


oleh lisan, dan betapa besar hukuman bagi pelakunya di sisi Allah


Shalalallau ‘alaihi wa sallam Rabb semesta alam. Sungguh


berlebihan dalam berbicara seperti ghibah dan namimah, dusta


dan bohong, mengejek dan mengolok-olok, semuanya adalah


penghancur yang akan menjerumuskan pelakunya kedalam


neraka. Tidakkah kita merasa malu apabila catatan amal kita kelak


dibagikan kemudian kita mendapati catatan terbanyak hanya


pada menukil ucapan orang katanya dan katanya, atau yang


semisalnya dari ucapan-ucapan yang berlebihan yang bukan


9


termasuk perkara agama maupun membawa kebaikan pada


perkara dunia?. Sedangkan Allah ta'ala menegur kita dalam


firman -Nya:


 Œَ


"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai


pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,


semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya". (QS al-Israa': 36).


Hati, lisan dan anggota badan seluruhnya Allah


Shubhanahu wa ta’alla ciptakan untuk para hamba -Nya, oleh


karena itu jangan engkau sibukkan untuk selain ketaatan kepada -


Nya, dari ucapan maupun amal sholeh, hati yang engkau miliki,


gunakanlah untuk beriman serta mentauhidkan -Nya, lisan yang


kita punya gunakanlah untuk berdzikir, memuji, serta


mengagungkan Allah Shubhanahu wa ta’alla, dan digunakan


untuk berdakwah kepada -Nya, serta mengajari orang tentang


syari'at -Nya. Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan dalam


firman -Nya:





"Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah,


dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada -Nya


diwaktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan


malaikat -Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan


kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). dan adalah Dia Maha


Penyayang kepada orang-orang yang beriman. Salam penghormatan kepada


mereka (orang-orang mukmin itu) pada hari mereka menemui -Nya ialah:


Salam dan Dia menyediakan pahala yang mulia bagi mereka". (QS al-


Ahzab: 41-44).


Melepas pembicaraan adalah perkara yang tidak ada


batasnya, namun yang terpenting ialah digunakan untuk


membaca kitab Allah Shubhanahu wa ta’alla, yang menegaskan


dalam firman -Nya:


11





"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali


bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau


berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. dan


barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, maka


kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar". (QS an-Nisaa': 114).


Akhirnya kita memohon kepada Allah Shubhanahu wa


ta’alla, Ya Allah berilah kami petunjuk untuk menetapi budi


pekerti yang paling baik, beretika didalam ucapan dan perbuatan,


sesungguhnya tidak ada yang mampu memberi petunjuk


melainkan Dirimu.


Membuang Waktu


Waktu ibarat wadah yang digunakan untuk menampung


amal perbuatan kita, dan amal tersebut hanya terklasifikasi


menjadi dua, adakala amal yang bermanfaat dan yang kedua amal


yang membahayakan. Adapun manusia berperan sebagai alat


yang melakukan pekerjaan amal tersebut. Dan membuang waktu


pada perkara yang tidak penting itu lebih besar keberadaanya dari


12


pada kematian. Hal itu,disebabkan karena manusia yang


meninggal dunia itu hanya rugi pada keduniaannya saja, akan


tetapi, gara-gara menyia-yiakan waktu mengantarkan dirinya


pada dua kerugian, didunia merugi diakhirat juga merugi.


Sehingga juah-jauh hari Allah Shubhanahu wa ta’alla


telah mewanti-wanti kita dengan perintah -Nya agar kita selalu


menjaga waktu, dengan menyibukkan pada pekerjaan amal


sholeh, bisa dengan sholat, atau puasa, berhaji, berbuat


kebajikan, berdzikir, bersyukur, beramal, jihad, dan mencari


nafkah atau yang lainnya. Allah Shubhanahu wa ta’alla


menegaskan dalam firman -Nya:





"Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, ibadatku, hidupku dan matiku


hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagi -Nya; dan


demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang


pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (QS al-An'aam: 162-163).


Pada suatu ketika aku pernah melihat ada orang yang


mencabik-cabik waktunya dengan cara yang terburuk, dirinya rela


berkorban, baik fisik maupun pikiran untuk sesuatu yang tidak


13


berfaedah sama sekali, tidak pula membawa kebaikan


didalamnya, yaitu nongkrong dipinggir jalan, sambil menyapu


bersih pemandangan orang yang lewat dihadapannya,


menanggalkan kehormatan, melepas lidah, pendengaran serta


matanya pada perkara yang diharamkan oleh Allah tabaraka wa


ta'ala. Allah Shubhanahu wa ta’alla mengingatkan hal itu dalam


firman -Nya:





"Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya, maka syaitan itu


adalah teman yang paling buruk". (QS an-Nisaa': 38).


Aku berkata dalam hati, "Adapun orang semacam ini


apakah mampu untuk memahami dirinya sendiri, bisa terbangun


dari tidur panjang kelalaiannya, kemudian menginvestasikan sisa


umurnya untuk beramal sholeh, dan segala perkara yang mampu


mendekatkan diri kepada Rabbnya, dan mencari sesuatu yang


bisa membawa manfaat untuk dunia dan akhiratnya? Sungguh


dirinya termasuk dari kalangan yang diseru oleh Allah


Shubhanahu wa ta’alla dalam firman -Nya:


14





"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai


pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,


semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya". (QS al-Israa': 36).


Demikian pula masuk dalam firman -Nya:





"Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua, tentang apa


yang telah mereka kerjakan dahulu". (QS al-Hijr: 92-93).


Dan juga firman -Nya:





"Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah


Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan".


(QS al-Hajj: 77).


Kenapa ayat-ayat semacam ini hilang lafadh, makna,


buah serta ancamannya dalam benaknya?


15


Tanaman apa yang sedang ia tanam kalau kehidupannya saja


semacam ini? kemudian apa yang bisa diharapkan kelak setelah


kematiannya? Dan bagaimana raut mukanya ketika harus


bertemu dengan Rabbnya kelak? Apakah dengan ini manusia


diciptakan? Tentu tidak, karena Allah Shubhanahu wa ta’alla


menegaskan dalam firman -Nya:





"Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu


secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada


Kami? Maka Maha Tinggi Allah, raja yang sebenarnya, tidak ada Tuhan


selain Dia, Tuhan (yang mempunyai) 'Arsy yang mulia". (QS al-


Mukminuun: 115-116).


Sungguh tidak ada kebahagian hakiki melainkan dengan


mengikuti kebenaran. Dan langit dan bumi diciptakan dengan


kebenaran maka wajib bagi kita mengetahui tentang kebenaran


ini kemudian kita mengamalkan kebenaran tersebut serta


mendakwahkan pada orang lain. Allah Shubhanahu wa ta’alla


menegaskan tentang keutamaan berdakwah dalam firman -Nya:


16





"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada


Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku


termasuk orang-orang yang menyerah diri?". (QS Fushshilat: 33).


Sesungguhnya Islam telah memberikan skema hidup bagi


tiap muslim, dengan sebuah metode untuk bisa menghabiskan


seluruh waktunya, yang penuh dengan amal sholeh, dengan tidak


meninggalkan satu peluangpun bagi setan untuk menjadikan


kehidupan manusia bersendau gurau serta menjadi boneka


syahwatnya.


Yaitu dimulai dari sholat lima waktu, sholat-sholat sunah,


amal sholeh, menyuruh pada yang ma'ruf dan mencegah


perbuatan mungkar, dakwah kepada -Nya, mengajari orang


tentang syari'at -Nya, berpuasa, mencari rizki halal, berdzikir,


berjihad dan lain sebagainya. Dan Allah Shubhanahu wa ta’alla


menegaskan dalam firman -Nya:





"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali


orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati


supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi


kesabaran". (QS al-Ashr: 1-3).


Sesungguhnya pohon yang rindang tidak akan merelakan


benalu dan hama tanaman tumbuh dan menyerangnya. Maka


hendaknya kita bersegera untuk beramal sholeh, sesungguhnya


hal itu dapat mengalahkan kejelekan melalui izin Allah azza wa


jalla. Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan dalam firman -


Nya:





"Dan dirikanlah sholat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada


bagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang


baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. itulah


peringatan bagi orang-orang yang ingat". (QS Huud: 114).


Sesungguhnya hati apabila dipenuhi dengan kebenaran


niscaya kejelekan tidak akan mempunyai tempat didalamnya.


Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan melalui firman -Nya:


18





"Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap".


Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. Dan Kami


turunkan dari al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orangorang


yang beriman dan al-Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang


yang zalim selain kerugian". (QS al-Israa': 81-82).


Dua hal, waktu dan umur yang pasti berlalu, dan diriku jikalau


tidak engkau sibukkan untuk kebaikan niscaya dirimu akan


tersibukkan dengan kebatilan. Allah Shubhanahu wa ta’alla


menegaskan dalam firman -Nya:





"Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan


kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya


beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah


orang yang mengotorinya". (QS asy-Syams: 7-10).


Ketahuilah sesungguhnya amal perbuatan sangatlah


banyak, jauh terbentang dan balasannya menunggu disana,


19


apakah pernah kita sadari hal itu? Kalau seandainya kita paham,


apakah sudah ada amal nyata? Karena setiap insan akan


memperoleh balasan selaras dengan amalannya. Allah


Shubhanahu wa ta’alla menegaskan dalam firman -Nya:





"Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah


diusahakannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya).


kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling


sempurna". (QS an-Najm: 39-41).


Ketahuilah bahwa siang dan malam adalah dua harta karun dari


harta karunnya Allah ta'ala, maka perhatikanlah oleh setiap kalian


dengan apa akan engkau isi harta karun tersebut.


Ketika siang menyapa maka itu adalah tamumu maka


muliakanlah dirinya. Karena jika seandainya engkau mampu


menjamunya dengan baik maka ketika dirinya pergi dia akan


memujimu. Namun, kalau sekiranya engkau berlaku buruk


padanya maka dia akan pergi dengan umpatan dan celaan,


demikian pula malam dia adalah tamumu. Oleh karena itu Allah


Shubhanahu wa ta’alla menegaskan dalam firman -Nya:





"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga


yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang


bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu


lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan


mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat


kebajikan". (QS al-Imraan: 133-134).


Ya Allah, berilah taufik kepada kami agar mudah


mengerjakan amal sholeh, dan jauhkanlah kami dari perbuatan


keji dan dosa, serta jadikan kami sebagai hamba-hamba pilihan.



Tulisan Terbaru

Keutamaan Puasa Enam ...

Keutamaan Puasa Enam Hari Syawal Shawal