Artikel

Birrul Walidain





MAKNA "AL BIRR"


Al Birr yaitu kebaikan, berdasarkan sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi


Wassallam (artinya) : "Al Birr adalah baiknya akhlaq". (Diriwayatkan oleh


Muslim dalam Shahihnya Nomor 1794).


Al Birr merupakan haq kedua orang tua dan kerabat dekat, lawan dari Al


‘Uquuq yaitu kejelekan dan menyia-nyiakan haq..


"Al Birr adalah mentaati kedua orang tua didalam semua apa yang mereka


perintahkan kepada engkau, selama tidak bermaksiat kepada Allah, dan Al


‘Uquuq dan menjauhi mereka dan tidak berbuat baik kepadanya."


(Disebutkan dalam kitab Ad Durul Mantsur 5/259)


Berkata Urwah bin Zubair mudah-mudahan Allah meridhoi mereka berdua


tentang firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala (artinya): "Dan rendahkanlah


dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan." (QS. Al Isra’ :


24). Yaitu: "Jangan sampai mereka berdua tidak ditaati sedikitpun". (Ad


Darul Mantsur 5/259)


Berkata Imam Al Qurtubi mudah-mudahan Allah merahmatinya: "Termasuk


‘Uquuq (durhaka) kepada orang tua adalah menyelisihi/ menentang


keinginan-keinginan mereka dari (perkara-perkara) yang mubah,


sebagaimana Al Birr (berbakti) kepada keduanya adalah memenuhi apa


yang menjadi keinginan mereka. Oleh karena itu, apabila salah satu atau


keduanya memerintahkan sesuatu, wajib engkau mentaatinya selama hal


itu bukan perkara maksiat, walaupun apa yang mereka perintahkan bukan


perkara wajib tapi mubah pada asalnya, demikian pula apabila apa yang


mereka perintahkan adalah perkara yang mandub (disukai/ disunnahkan).


(Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an Jil 6 hal 238).


Berkata Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah mudah-mudahan Allah


merahmatinya: Berkata Abu Bakr di dalam kitab Zaadul Musaafir


"Barangsiapa yang menyebabkan kedua orang tuanya marah dan menangis,


maka dia harus mengembalikan keduanya agar dia bisa tertawa (senang)


kembali". (Ghadzaul Al Baab 1/382).


HUKUM BIRRUL WALIDAIN


Para Ulama’ Islam sepakat bahwa hukum berbuat baik (berbakti) pada


kedua orang tua hukumnya adalah wajib, hanya saja mereka berselisih


tentang ibarat-ibarat (contoh pengamalan) nya.


4


Berkata Ibnu Hazm, mudah-mudahan Allah merahmatinya: "Birul Walidain


adalah fardhu (wajib bagi masing-masing individu). Berkat beliau dalam


kitab Al Adabul Kubra: Berkata Al Qodli Iyyad: "Birrul walidain adalah wajib


pada selain perkara yang haram." (Ghdzaul Al Baab 1/382)


Dalil-dalil Shahih dan Sharih (jelas) yang mereka gunakan banyak sekali ,


diantaranya:


1. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala (artinya): "Sembahlah Allah dan


jangan kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat


baiklah kepada kedua orang tua Ibu Bapak". (An Nisa’ : 36).


Dalam ayat ini (berbuat baik kepada Ibu Bapak) merupakan perintah, dan


perintah disini menunjukkan kewajiban, khususnya, karena terletak setelah


perintah untuk beribadah dan meng-Esa-kan (tidak mempersekutukan)


Allah, serta tidak didapatinya perubahan (kalimat dalam ayat tersebut) dari


perintah ini. (Al Adaabusy Syar’iyyah 1/434).


2. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala (artinya): "Dan Rabbmu telah


memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah


kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya". (QS. Al Isra’:


23).


Adapun makna ( qadhoo ) = Berkata Ibnu Katsir : yakni, mewasiatkan.


Berkata Al Qurthubiy : yakni, memerintahkan, menetapkan dan


mewajibkan. Berkata Asy Syaukaniy: "Allah memerintahkan untuk berbuat


baik pada kedua orang tua seiring dengan perintah untuk mentauhidkan


dan beribadah kepada-Nya, ini pemberitahuan tentang betapa besar haq


mereka berdua, sedangkan membantu urusan-urusan (pekerjaan) mereka,


maka ini adalah perkara yang tidak bersembunyi lagi (perintahnya). (Fathul


Qodiir 3/218).


3. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala (artinya): "Dan Kami perintahkan


kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang Ibu Bapanya, Ibunya telah


mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan


menyapihnya dalam dua tahun. Maka bersyukurlah kepada-Ku dan kepada


kedua orang Ibu Bapakmu, hanya kepada-Ku-lah kembalimu." (QS. Luqman :


14).


Berkata Ibnu Abbas mudah-mudahan Allah meridhoi mereka berdua "Tiga


ayat dalam Al Qur’an yang saling berkaitan dimana tidak diterima salah


satu tanpa yang lainnya, kemudian Allah menyebutkan diantaranya firman


Allah Subhanahu Wa Ta’ala (artinya) : "Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada


dua orang Ibu Bapakmu", Berkata beliau. "Maka, barangsiapa yang


bersyukur kepada Allah akan tetapi dia tidak bersyukur pada kedua Ibu


Bapaknya, tidak akan diterima (rasa syukurnya) dengan sebab itu." (Al


Kabaair milik Imam Adz Dzahabi hal 40).


5


Berkaitan dengan ini, Rasulullah Shalallahu’Alaihi Wassallam bersabda


(artinya) : "Keridhaan Rabb (Allah) ada pada keridhaan orang tua dan


kemurkaan Rabb (Allah) ada pada kemurkaan orang tua" (Riwayat Tirmidzi


dalam Jami’nya (1/ 346), Hadits ini Shohih, lihat Silsilah Al Hadits Ash


Shahiihah No. 516).


4. Hadits Al Mughirah bin Syu’bah - mudah-mudahan Allah meridhainya,


dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam beliau bersabda (artinya):


"Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kalian mendurhakai para Ibu,


mengubur hidup-hidup anak perempuan, dan tidak mau memberi tetapi


meminta-minta (bakhil) dan Allah membenci atas kalian (mengatakan)


katanya si fulan begini si fulan berkata begitu (tanpa diteliti terlebih dahulu),


banyak bertanya (yang tidak bermanfaat), dan membuang-buang harta".


(Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya No. 1757).


KEUTAMAAN BIRRUL WALIDAIN


Pertama : Termasuk Amalan Yang Paling Mulia


Dari Abdullah bin Mas’ud mudah-mudahan Allah meridhoinya dia berkata :


Saya bertanya kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam: Apakah


amalan yang paling dicintai oleh Allah?, Bersabda Rasulullah Shalallahu


‘Alaihi Wasallam: "Sholat tepat pada waktunya", Saya bertanya : Kemudian


apa lagi?, Bersabada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam "Berbuat baik


kepada kedua orang tua". Saya bertanya lagi : Lalu apa lagi?, Maka


Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : "Berjihad di jalan Allah".


(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam Shahih keduanya).


Kedua : Merupakan Salah Satu Sebab-Sebab Diampuninya Dosa


Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman (artinya): "Kami perintahkan kepada


manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya….", hingga


akhir ayat berikutnya : "Mereka itulah orang-orang yang kami terima dari


mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan kami ampuni


kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga. Sebagai


janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka." (QS. Al Ahqaf 15-16)


Diriwayatkan oleh ibnu Umar mudah-mudahan Allah meridhoi keduanya


bahwasannya seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi


Wasallam dan berkata : Wahai Rasulullah sesungguhnya telah menimpa


kepadaku dosa yang besar, apakah masih ada pintu taubat bagi saya?,


Maka bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam : "Apakah Ibumu


masih hidup?", berkata dia : tidak. Bersabda beliau Shalallahu ‘Alaihi


Wasallam : "Kalau bibimu masih ada?", dia berkata : "Ya" . Bersabda


Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam : "Berbuat baiklah padanya".


(Diriwayatkan oleh Tirmidzi didalam Jami’nya dan berkata Al ‘Arnauth :


6


Perawi-perawinya tsiqoh. Dishahihkan oleh Ibnu Hibban dan Al Hakim.


Lihat Jaami’ul Ushul (1/ 406).


Ketiga : Termasuk Sebab Masuknya Seseorang Ke Surga


Dari Abu Hurairah, mudah-mudahan Allah meridhoinya, dia berkata : Saya


mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: "Celakalah dia,


celakalah dia", Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam ditanya : Siapa wahai


Rasulullah?, Bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam : "Orang yang


menjumpai salah satu atau kedua orang tuanya dalam usia lanjut kemudian


dia tidak masuk surga". (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya


No. 1758, ringkasan).


Dari Mu’awiyah bin Jaahimah mudah-mudahan Allah meridhoi mereka


berdua, Bahwasannya Jaahimah datang kepada Rasulullah Shalallahu


‘Alaihi Wasallam kemudian berkata : "Wahai Rasulullah, saya ingin


(berangkat) untuk berperang, dan saya datang (ke sini) untuk minta nasehat


pada anda. Maka Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :


"Apakah kamu masih memiliki Ibu?". Berkata dia : "Ya". Bersabda Rasulullah


Shalallahu ‘Alaihi Wasallam : "Tetaplah dengannya karena sesungguhnya


surga itu dibawah telapak kakinya". (Hadits Hasan diriwayatkan oleh Nasa’i


dalam Sunannya dan Ahmad dalam Musnadnya, Hadits ini Shohih. (Lihat


Shahihul Jaami No. 1248)


Keempat : Merupakan Sebab keridhoan Allah


Sebagaiman hadits yang terdahulu "Keridhoan Allah ada pada keridhoan


kedua orang tua dan kemurkaan-Nya ada pada kemurkaan kedua orang


tua".


Kelima : Merupakan Sebab Bertambahnya Umur


Diantarnya hadit yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik mudah-mudahan


Allah meridhoinya, dia berkata, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam


bersabda : "Barangsiapa yang suka Allah besarkan rizkinya dan Allah


panjangkan umurnya, maka hendaklah dia menyambung silaturrahim".


Keenam : Merupakan Sebab Barokahnya Rizki


Dalilnya, sebagaimana hadits sebelumnya.


http://sofyan.phpnet.us/index.php/adab/738--adab-birrul-waalidainberbakti-


kepada-kedua-orang-tua.html


ADAB BIRRUL WAALIDAIN


(BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA)


7


Kedua orang tua adalah manusia yang paling berjasa dan utama bagi diri


seseorang. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memerintahkan dalam berbagai


tempat di dalam Al-Qur'an agar berbakti kepada kedua orang tua. Allah


menyebutkannya berbarengan dengan pentauhidan-Nya Azza wa Jalla dan


memerintahkan para hamba-Nya untuk melaksanakannya sebagaimana


akan disebutkan kemudian.


Hak kedua orang tua merupakan hak terbesar yang harus dilaksanakan


oleh setiap Muslim. Di sini akan dicantumkan beberapa adab yang


berkaitan dengan masalah ini. Antara lain hak yang wajib dilakukan semasa


kedua orang tua hidup dan setelah meninggal. Dengan pertolongan Allah


saya akan sebutkan beberapa adab tersebut, antara lain:


HAK-HAK YANG WAJIB DILAKSANAKAN SEMASA ORANG TUA MASIH


HIDUP


Di antara hak orang tua ketika masih hidup adalah:


1. Mentaati Mereka Selama Tidak Mendurhakai Allah


Mentaati kedua orang tua hukumnya wajib atas setiap Muslim. Haram


hukumnya mendurhakai keduanya. Tidak diperbolehkan sedikit pun


mendurhakai mereka berdua kecuali apabila mereka menyuruh untuk


menyekutukan Allah atau mendurhakai-Nya.


Allah Subhanahu wa TA'ala berfirman:


"Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku


sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu


mengikuti keduanya..." (QS. Luqman: 15)


Tidak boleh mentaati makhluk untuk mendurhakai Allah, Penciptanya,


sebagaimana sabda Rasululah shallallahu 'alaihi wa sallam:


"Tidak ada ketaatan untuk mendurhakai Allah. Sesungguhnya ketaatan itu


hanya dalam melakukan kebaikan." (HR. Bukhari no. 4340, 7145, 7257,


dan Muslim no. 1840, dari Ali radhiyallahu 'anhu)


Adapun jika bukan dalam perkara yang mendurhakai Allah, wajib mentaati


kedua orang tua selamanya dan ini termasuk perkara yang paling


diwajibkan. Oleh karena itu, seorang Muslim tidak boleh mendurhakai apa


saja yang diperintahkan oleh kedua orang tua.


2. Berbakti dan Merendahkan Diri di Hadapan Kedua Orang Tua


Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman:


8


"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua


orang tua ibu bapaknya..." (QS. Al-Ahqaaf: 15)


"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan


sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang tua ibu bapak..." (QS.


An-Nisaa': 36)


Perintah berbuat baik ini lebih ditegaskan jika usia kedua orang tua


semakin tua dan lanjut hingga kondisi mereka melemah dan sangat


membutuhkan bantuan dan perhatian dari anaknya. Allah Subhanahu wa


Ta'ala berfirman:


"Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kami jangan menyembah


selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan


sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya


sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah


kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan janganlah kamu


membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.


Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih


sayang dan ucapkanlah: 'Wahai, Rabb-ku, kasihilah keduanya sebagaimana


mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.'" (QS. Al-Israa': 23-24)


Di dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:


"Sungguh merugi, sungguh merugi, dan sungguh merugi orang yang


mendapatkan kedua orang tuanya yang sudah renta atau salah seorang dari


mereka kemudian hal itu tidak dapat memasukkannya ke dalam Surga."


(HR. Muslim no. 2551, dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu)


Di antara bakti terhadap kedua orang tua adalah menjauhkan ucapan dan


perbuatan yang dapat menyakiti kedua orang tua, walaupun dengan isyarat


atau dengan ucapan 'ah'. Termasuk berbakti kepada keduanya ialah


senantiasa membuat mereka ridha dengan melakukan apa yang mereka


inginkan, selama hal itu tidak mendurhakai Allah Subhanahu wa Ta'ala,


sebagaimana yang telah disebutkan.


3. Merendahkan Diri Di Hadapan Keduanya


Tidak boleh mengeraskan suara melebihi suara kedua orang tua atau di


hadapan mereka berdua. Tidak boleh juga berjalan di depan mereka, masuk


dan keluar mendahului mereka, atau mendahului urusan mereka berdua.


Rendahkanlah diri di hadapan mereka berdua dengan cara mendahulukan


segala urusan mereka, membentangkan dipan untuk mereka,


mempersilakan mereka duduk di tempat yang empuk, menyodorkan bantal,


janganlah mendului makan dan minum, dan lain sebagainya.


4. Berbicara Dengan Lembut Di Hadapan Mereka


Berbicara dengan lembut merupakan kesempurnaan bakti kepada kedua


9


orang tua dan merendahkan diri di hadapan mereka, sebagaimana firman


Allah Subhanahu wa Ta'ala:


"...Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya


perkataan 'ah' dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah


kepada mereka perkataan yang mulia." (QS. Al-Israa': 23)


Oleh karena itu, berbicaralah kepada mereka berdua dengan ucapan yang


lemah lembut dan baik serta dengan lafazh yang bagus.


5. Menyediakan Makanan Untuk Mereka


Menyediakan makanan juga termasuk bakti kepada kedua orang tua,


terutama jika ia memberi mereka makan dari hasil jerih payah sendiri. Jadi,


sepantasnya disediakan untuk mereka makanan dan minuman terbaik dan


lebih mendahulukan mereka berdua daripada dirinya, anaknya, dan


istrinya.


6. Meminta Izin Kepada Mereka Sebelum Berjihad dan Pergi Untuk


Urusan Lainnya


Izin kepada orang tua diperlukan untuk jihad yang belum ditentukan.


Seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa


sallam dan bertanya: "Ya, Raslullah, apakah aku boleh ikut berjihad?"


Beliau balik bertanya: "Apakah kamu masih mempunyai kedua orang tua?"


Laki-laki itu menjawab: "Masih." Beliau bersabda: "Berjihadlah (dengan cara


berbakti) kepada keduanya." (HR. Bukhari no. 3004, 5972, dan Muslim no.


2549, dari Ibnu 'Amr radhiyallahu 'anhu)


Seorang laki-laki mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan


berkata: "Aku datang membai'atmu untuk hijrah dan tinggalkan kedua


orang tuaku menangisi (kepergianku). Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa


sallam bersabda: "Pulanglah dan buatlah mereka tertawa sebagaimana


kamu telah membuat mereka menangis." (HR. Abu Dawud no. 2528, an-


Nasa-i, VII/143, Ibnu Majah no. 2782, dari Ibnu 'Amr radhiyallahu 'anhu.


Lihat kitab Shahiih Abi Dawud no. 2205)


Seorang laki-laki hijrah dari negeri Yaman lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa


sallam bertanya kepadanya: "Apakah kamu masih mempunyai kerabat di


Yaman?" Laki-laki itu menjawab: "Masih, yaitu kedua orang tuaku." Beliau


kembali bertanya: "Apakah mereka berdua mengizinkanmu?" Laki-laki itu


menjawab: "Tidak." Lantas, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:


"Kembalilah kamu kepada mereka dan mintalah izin dari mereka. Jika


mereka mengizinkan, maka kamu boleh ikut berjihad, namun jika tidak,


maka berbaktilah kepada keduanya." (HR. Ahmad, III/76; Abu Dawud no.


2530; al-Hakim, II/103, 103, dan ia menshahihkannya serta disetujui oleh


Adz-Dzahabi dari Abu Sa'id radhiyallahu 'anhu. Lihat kitab Shahihh Abu


Dawud no. 2207)


10


Seorang laki-laki berkata kepada beliau: "Aku membai'at anda untuk


berhijrah dan berjihad semata-mata hanya mengharapkan pahala dari Allah


Subhanahu wa Ta'ala." Beliau bersabda kepada laki-laki tersebut: "Apakah


salah satu kedua orang tuamu masih hidup?" Laki-laki itu menjawab:


"Masih, bahkan keduanya masih hidup." Beliau kembali bersabda: "Apakah


kamu ingin mendapatkan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta'ala?" Lakilaki


itu menjawab: "Ya." Kemudian, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam


bersabda: "Kembalilah kamu kepada kedua orang tuamu dan berbaktilah


kepada keduanya." (HR. Muslim no. 2549, dari Ibnu 'Amr radhiyallahu


'anhu)


7. Memberikan Harta Kepada Orang Tua Menurut Jumlah Yang mereka


Inginkan


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda kepada seorang


laki-laki ketika ia berkata: "Ayahku ingin mengambil hartaku." Nabi


shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kamu dan hartamu milik ayahmu."


(HR. Ahmad, II/204, Abu Dawud no. 3530, dan Ibnu Majah no. 2292, dari


Ibnu 'AMr radhiyallahu 'anhu. Hadits ini tertera dalam kitab Shahiihul


Jaami no. 1486)


Oleh sebab itu, hendaknya seseorang jangan bersikap bakhil (kikir)


terhadap orang yang menyebabkan keberadaan dirinya, memeliharanya


ketika kecil dan lemah, serta telah berbuat baik kepadanya.


8. Membuat Keduanya Ridha Dengan Berbuat Baik Kepada Orang-orang


yang Dicintai Mereka


Hendaknya seseorang membuat kedua orang tua ridha dengan berbuat baik


kepada para saudara, karib kerabat, teman-teman, dan selain mereka.


Yakni, dengan memuliakan mereka, menyambung tali silaturrahim dengan


mereka, menunaikan janji-janji (orang tua) kepada mereka. Akan


disebutkan nanti beberapa hadits yang berkaitan dengan masalah ini.


9. Memenuhi Sumpah Kedua Orang Tua


Apabila kedua orang tua bersumpah kepada anaknya untuk suatu perkara


tertentu yang di dalamnya tidak terdapat perbuatan maksiat, maka wajib


bagi seorang anak untuk memenuhi sumpah keduanya karena itu termasuk


hak mereka.


10. Tidak Mencela Orang Tua atau Tidak Menyebabkan Mereka Dicela


Orang Lain


11


Mencela orang tua dan menyebabkan mereka dicela orang lain termasuk


salah satu dosa besar. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:


"Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela orang tuanya." Para


Sahabat bertanya: "Ya, Rasulullah, apa ada orang yang mencela orang


tuanya?" Beliau menjawab: "Ada. Ia mencela ayah orang lain kemudian


orang itu membalas mencela orang tuanya. Ia mencela ibu orang lain lalu


orang itu membalas mencela ibunya." (HR. Bukhari no. 5973 dan Muslim


no. 90, dari Ibnu 'Amr radhiyallahu 'anhu)


Perbuatan ini merupakan perbuatan dosa yang paling buruk.


Orang-orang sering bergurau dan bercanda dengan melakukan perbuatan


yang sangat tercela ini. Biasanya perbuatan ini muncul dari orang-orang


rendahan dan hina. Perbuatan seperti ini termasuk dosa besar sebagaimana


yang telah disebutkan.


11. Mendahulukan Berbakti Kepada Ibu Daripada Ayah


Seorang laki-laki pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa


sallam: "Siapa yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?"


Beliau menjawab: "Ibumu." Laki-laki itu bertanya lagi: "Kemudian siapa


lagi?" Beliau kembali menjawab: "Ibumu." Laki-laki itu kembali bertanya:


"Lalu siapa lagi?" Beliau kembali menjawab: "Ibumu." Lalu siapa lagi?"


tanyanya. "Ayahmu," jawab beliau." (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no.


2548)


Hadits di atas tidak bermaksud lebih mentaati ibu daripada ayah. Sebab,


mentaati ayah lebih didahulukan jika keduanya menyuruh pada waktu yang


sama dan dibolehkan dalam syari'at. Alasannya, ibu sendiri diwajibkan


untuk taat pada suaminya, yaitu ayah anaknya. Hanya saja, jika salah


seorang dari mereka menyuruh berbuat taat dan yang lain menyuruh


berbuat maksiat, maka wajib untuk mentaati yang pertama.


Maksud lebih mendahulukan berbuat baik kepada ibu, yaitu lebih bersikap


lemah-lembut, lebih berperilaku baik, dan memberikan sikap yang lebih


halus daripada ayah. Hal ini apabila keduanya berada di atas kebenaran.


Sebagian salaf berkata: "Hak ayah lebih besar dan hak ibu patut untuk


dipenuhi."


Demikian penjelasan umum hak-hak orang tua semasa mereka masih


hidup.


HAK-HAK ORANG TUA SETELAH MEREKA MENINGGAL DUNIA


Di antara hak orang tua setelah mereka meninggal adalah:


12


1. Menshalati Keduanya


Maksud menshalati di sini adalah mendo'akan keduanya. Yakni, setelah


keduanya meninggal dunia, karena ini termasuk bakti kepada mereka. Oleh


karena itu, seorang anak hendaknya lebih sering mendo'akan kedua orang


tuanya setelah mereka meninggal daripada ketika masih hidup. Apabila


anak itu mendo'akan keduanya, niscaya kebaikan mereka berdua akan


semakin bertambah, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa


sallam:


"Apabila manusia sudah meninggal, maka terputuslah amalannya kecuali


tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang


mendo'akan dirinya." (HR. Muslim no. 1631 dari Abu Hurairah radhiyallahu


'anhu)


2. Beristighfar Untuk Mereka Berdua


Orang tua adalah orang yang paling utama bagi seorang Muslim untuk


dido'akan agar Allah mengampuni mereka karena kebaikan mereka karena


kebaikan mereka yang besar. Allah Subhanahu wa TA'ala menceritakan


kisah Ibrahim Alaihissalam dalam Al-Qur'an:


"Ya, Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku..." (QS.


Ibrahim: 41)


3. Menunaikan Janji Kedua Orang TUa


Hendaknya seseorang menunaikan wasiat kedua orang tua dan


melanjutkan secara berkesinambungan amalan-amalan kebaikan yang


dahulu pernah dilakukan keduanya. Sebab, pahala akan terus mengalir


kepada mereka berdua apabila amalan kebaikan yang dulu pernah


dilakukan dilanjutkan oleh anak mereka.


4. Memuliakan Teman Kedua Orang Tua


Memuliakan teman kedua orang tua juga termasuk berbuat baik pada orang


tua, sebagaimana yang telah disebutkan. Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu


pernah berpapasan dengan seorang Arab Badui di jalan menuju Makkah.


Kemudian, Ibnu Umar mengucapkan salam kepadanya dan


mempersilakannya naik ke atas keledai yang ia tunggangi. Selanjutnya, ia


juga memberikan sorbannya yang ia pakai. Ibnu Dinar berkata: "Semoga


Allah memuliakanmu. Mereka itu orang Arab Badui dan mereka sudah


biasa berjalan." Ibnu Umar berkata: "Sungguh dulu ayahnya teman Umar


bin al-Khaththab dan aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi


wa sallam bersabda: "Sesungguhnya bakti anak yang terbaik ialah seorang


anak yang menyambung tali persahabatan dengan keluarga teman ayahnya


setelah ayahnya tersebut meninggal." (HR. Muslin no. 2552 dari Ibnu Umar


radhiyallahu 'anhu)


13


5. Menyambung Tali Silaturahim Dengan Kerabat Ibu dan Ayah


Hendaknya seseorang menyambung tali silaturahim dengan semua kerabat


yang silsilah keturunannya bersambung dengan ayah dan ibu, seperti


paman dari pihak ayah dan ibu, bibi dari pihak ayah dan ibu, kakek, nenek,


dan anak-anak mereka semua. Bagi yang melakukannya, berarti ia telah


menyambung tali silaturahim kedua orang tuanya dan telah berbakti


kepada mereka. Hal ini berdasarkan hadits yang telah disebutkan dan


sabda beliau shallallahu 'alaihi wa sallam:


"Barang siapa ingin menyambung silaturahim ayahnya yang ada di


kuburannya, maka sambunglah tali silaturahim dengan saudara-saudara


ayahnya setelah ia meninggal." (HR. Ibnu Hibban no. 433 dari Ibnu Umar


radhiyallahu 'anhu. Hadits ini tertera dalam kitab Shahiihul Jaami' no.


5960)


Demikianlah akhir dari adab berbakti kepada kedua orang tua yang telah


dimudahkan Allah kepadaku untuk menuliskannya, yang seluruhnya


berjumlah enam belas adab. Walhamdulillaahi Rabbil 'aalamiin.*


Referensi tambahan: Shahiih Muslim (IV/1974) dan halaman setelahnya,


Fathul Baari (X/414) dan halaman setelahnya, al-Ihsan bi Tattiibi Shahiih


Ibni Hibban (I/315) dan halaman setelahnya, al-Aadaab karya al-Baihaqi


(hlm.5) dan halaman setelahnya, al-Aadaab asy-Syar'iyyah karya Ibnu


Muflih (I/433) dan halaman setelahnya, Ihyaa' Uluumuddin karya al-Ghazali


(II/216) dan halaman setelahnya, Birrul Waalidain karya ath-Thurthusi, dan


lain-lain.


Dikutip langsung dari Ensiklopedi Adab Islam Menurut AL-Qur'an dan As-


Sunnah, Jilid I, karya Syaikh 'Abdul 'Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada, terbitan


Pustaka Imam Asy-Syafi'i, cetakan pertama Agustus 2007, hlm. 171-179).


Sumber: salafy.or.id



Tulisan Terbaru

Menjaga Shalat dan Kh ...

Menjaga Shalat dan Khusyuk dalam Melaksanakannya

Menjampi Air Termasuk ...

Menjampi Air Termasuk Ruqyah Yang Syar'i