Berbakti Kepada Kedua Orang Tua
Segala puji bagi Allah, Pencipta bumi dan langit, Yang Maha Mengetahui segala perkara
baik yang rahasia dan tersembunyi, Yang Maha Tahu segala yang dirahasiakan dan niat, Maha
Mengetahui segalah sesuatu, rahmat dan kasih saying‐Nya meliputi segala sesuatu. Dialah Yang
Maha Menundukkan segalah makhluk dengan kemahaperkasaan dan KemahabijaksaanNya. Dia
mengetahui apa‐apa yang ada di hadapan mereka dan apa‐apa yang ada di belakang mereka dan
mereka tidak mampu mengetahui Zat‐Nya, Dia tidak mampu dijangkau oleh mata, tidak berubah
oleh zaman dan masa dan segala sesuatu di sisiNya dengan kadar yang telah ditentukanNya.
Aku bersyukur kepada Allah dan segala puji bagi‐Nya. Sesungguhnya Dia adalah Zat Yang
Maha Baik lagi Maha Penyayang.
“Tuhanmu telah menetapkan atas diri‐Nya kasih sayang (yaitu) bahwasanya barang siapa yang
berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertobat setelah
mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” QS. Al‐An’am: 54
Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah,
Yang Maha Esa, yang tiada sekutu bagiNya, Yang Maha memaafkan, Maha Kuasa, Mengampuni
dosa‐dosa yang agung:
“Yang Mengampuni dosa dan Menerima tobat lagi keras hukuman‐Nya; Yang mempunyai karunia.
Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Hanya kepada‐Nya lah kembali (semua
makhluk)”. QS. Gafir: 3
4
Ya Allah curahkanlah shalawat dan salam kepada hambaMu, RasulMu Muhamad, keluarga,
seluruh shahabatnya, dan seluruh orang yang membela dan memuliakannya sehingga hari kiamat.
Amma Ba’du: Wahai sekalian manusia: Sesungguhnya hati ini telah dibentuk dan jiwa telah
diciptakan untuk mencintai orang yang telah berbuat baik kepadanya, diri manusia merasa
bergantung kepada orang yang telah berjasa baik kepadanya. Dan tidak ada yang lebih baik atau
lebih besar jasanya setelah Allah terhadap seorang manusia yang melebihi kedua orang tua. Oleh
sebab itulah, Allah Ta’ala menyebutkan hak‐hak kedua orang tua dan perintah berbuat baik serta
menjaga mereka, secara berbarengan dengan perintah beribadah kepadaNya dan ikhlas kepada
Allah semata. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan‐Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu‐bapa ، karib‐kerabat, anak‐anak yatim, orang‐orang miskin,
tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang‐orang yang sombong dan membangga‐banggakan
diri”. QS. Al‐Nisa’: 36
Maka di dalam ayat disebutkan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan para
hambaNya untuk selalu beribadah hanya kepadaNya bukan kepada selain Allah, lalu Allah
mewasiatkan para hamba‐Nya untuk berbuat baik dan menyayangi kedua orang tua. Sebab
mereka berdua telah berbuat baik kepada sang anak sejak awal pertumbuhan anak dengan segala
bentuk kebajikan dan tindakan baik kedua orang tua tersebut memberikan pengaruh nyata dalam
perutumbuhan anak, di mana sang anak berkembang, kesadaran muncul sampai pada usia
dewasa. Kedua orang tua telah mengerhakan segala upaya dan kebaikan. Oleh karena itulah, Allah
Subhanahu Wa Ta’ala tidak memuji sikap merendah diri dan tidak menerimanya dari siapapun dari
hambaNya terhadap orang lain kecuali terhadap orang tua. Allah Yang Maha Tinggi berfirman:
5
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik‐baiknya. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua‐duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu ،maka sekali‐kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap
mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". Tuhanmu lebih
mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang‐orang yang baik, maka sesungguhnya
Dia Maha Pengampun bagi orang‐orang yang bertobat. QS. Al‐Isro’: 23‐25.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu‐bapaknya; ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah‐tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun. Bersyukurlah kepada‐Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada‐Kulah
kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang
tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka
janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah
jalan orang yang kembali kepada‐Ku, kemudian hanya kepada‐Kulah kembalimu, maka Kuberitakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. QS. Luqman: 14‐15.
6
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya
mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).
Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah
dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk
mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan
supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan
(memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan
sesungguhnya aku termasuk orang‐orang yang berserah diri". Mereka itulah orang‐orang yang
Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahankesalahan
mereka, bersama penghuni‐penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah
dijanjikan kepada mereka. QS. Al‐Ahqaf: 15‐16.
Wahai para hamba Allah! Bertaqwalah kepada Allah dan waspadalah terhdap durhaka dan
kebencian kepada orang tua sebab hal itu akan mengakibatkan kemurkaan Allah. Dari Ibnu Umar
semoga Allah meredhai keduanya berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
Keredhaan Allah terletak pada keredhaan kedua orang tua dan kemurkaan Allah terletak pada
kemurkaan kedua orang tua”. HR Al‐Turmudzi dan dishahihkannya.
Perhatikanlah sebuah riwayat dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang
menggambarkan tentang siksaan yang akan dirasakan oleh mereka yang durhaka kepada kedua
orang tuanya: Tiga orang yang tidak akan masuk surga…di antara mereka adalah orang yang
durhaka kepada kedua orang tua”.
Dan di dalam riwayat Jabir bin Abdullah radhiallahu anhuma bahwa Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda: Wahai sekalian kaum muslimin! Jauhilah sikap durhaka kepada kedua orang
7
tua, sesungguhnya bau surga itu akan didapatkan dari jarak seribu tahun perjalanan. Demi Allah!
Orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya tidak akan pernah mendapatkan bau surga”.
Wahai seklaian orang‐orang yang beriman!, takutlah kepada Allah dan sadarilah hakikat
dan makna yang ditunjukkan oleh peringatan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ini.
Renungkanlah kitab Allah dan petunjuk Nabi kalian dan selaimlah segala apa yang terdapat
padanya berupa ilmu dan petunjuk serta fungsinya yang efektif dalam menyembuhkan penyakit
hati. Keduanya adalah obat dan penawar yang sangat bermanfaat. Keduanya adalah sebab utama
dalam mendapatkan kebahagiaan dan kepemimpinan di dunia dan akherat.
Dan berbuatlah dengan sungguh‐sungguh tanpa melampaui batas dan janganlah
mengharapkan balasan dari perbuatan baik yang pernah kalian lakukan terhadap bapak‐bapak dan
ibu‐ibu kalian, dan penuhilah perintah Allah dan Rasul‐Nya yang mewasiatkan untuk berbuat baik
kepada kedua orang tua baik saat hidup atau setelah mereka berdua meninggal.
Telah datang seorang laki‐laki kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan berkata:
Apakah cara untuk berbuat baik kepada kedua orang tua setelah mereka berdua meninggal
dunia?. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab: Ya, dengan berdo’a untuk mereka
berdua, menunaikan janji kedua mereka serta menyambung silatur rahmi yang tidak bisa
disambung kecuali dengan mereka berdua serta memuliakan teman mereka berdua”. HR. Abu
Dawud.
Prkatikkanlah apa yang telah kalian dengar, manfaatkanlah apa yang telah kalian pahami,
jika suatu bencana melanda maka sumbangkanlah hartamu bukan jiwamu, dan jika bencana itu
telah lewat maka anugrahkanlah jiwamu bukan agamamu. Sesunguhnya orang yang merugi adalah
orang yang rugi dalam urusan agamanya dan orang yang binasa adalah orang yang binasa dalam
urusan agamanya, sesungguhnya tidak ada kesengsaraan setelah seseorang menang dengan
surga, dan tidak ada manfaat kekayaan bagi mereka yang memasuki neraka. Semoga Allah
memberikan keberkahannya bagiku dan bagi kalian semua di dalam Al‐Qur’an yang mulia, dan
Allah memberikan manfaat bagiku dan bagi kalian dengan ayat‐ayat Allah Yang Maha Bijaksana
yang tertera di dalamnya. Hanya inilah yang bisa aku katakan dan aku memohon ampunan bagi
diriku dan bagi kalian serta seluruh kaum muslimin kepada Allah yang Maha Mulia dari segala
dosa. Mohonlah ampun kepadaNya dan bertaubatlah kepada Allah, sebab Dia adalah Zat Yang
Pengampun lagi Maha Penyayang.
8
Khutbah Kedua
Segala puji bagi Allah atas segala kebaikanNya. Aku panjatkan syukur kepada Allah atas
segala taufiq dan anugrah‐Nya, aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain
Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah
hamba dan RasulNya, semoga Allah mencurahkan shalawat dan salam kepadaNya, kepada
keluarga dan para shahabatNya serta kepada seluruh orang yang mengikuti beliau sehingga hari
kiamat.
Ama Ba’du. Wahai sekalian para hamba Allah bertaqwalah kepadaNya, dan ketahuilah
bahwa tidak pantas bagi seorang yang berakal yang telah mengetahui keutamaan berbakti kepada
kedua orang tua, akibatnya yang terpuji baik di dunia atau di akherat lalu dia berpaling darinya
dan tidak menjalankannya, atau justru bertindak durhaka kepada kedua mereka dan memutuskan
hubingan dengan mereka berdua. Sungguh, Allah Ta’ala telah melarang bertindak durhaka kepada
kedua orang tua saat kedua orang tua dalam kondisi yang sangat lemah, di mana sangat sulit bagi
seorang anak berbakti pada keduanya dalam keadaan tersebut.
Allah Ta’ala berfirman:
“…Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua‐duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu maka sekali‐kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah"
dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah:
"Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku
waktu kecil". QS. Al‐Isro’: 23‐24
Dalam kondisi tua, kedua orang tua berada dalam kendisi lemah badan dan akal bahkan
bisa jadi hiadup dalam usia tua renta, yaitu usia yang bisa menimbulkan kemarahan dan
kebosanan terhadap kedua orang tua. Dalam kondisi ini, Allah melarang sang anak bertindak
marah walau sedikit terhadap kedua orang tua dan bahkan Allah memerintahkan untuk berkata
perkataan yang mulia, dan seorang anak harus merendahkan diri dengan penuh kasih sayang,
maka dia berbicara dengannya dengan suara yang merendahkan dirinya di hadapan orang tua,
9
memperlakukan kedua orang tua dengan perlakuan seorang pembantu yang merendah di
hadapan majikannya, sebagai bentuk kasih sayang dan berlaku baik kepada kedua orang tua, lalu
dia berdo’a kepada Allah agar mereka berdua dicrahkan kasih sayang sebgaimana kedua orang tua
telah berkasih sayang kepada anaknya saat masih bayi, dan dalam konidisi sangat membutuhkan,
pada saat kecl itulah mereka berdua mendidiknya.
Hanya ini yang bisa aku sampaikan, ucapkanlah shalawat dan salam kepada Nabi
Muhammad, pembawa berita gembira dan ancaman sebagaimana Allah memmerintahkan hal
yang demikian itu di dalam kitabNya yang mulia.
Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:
Sesungguhnya berbakti pada kedua orang tua merupakan kewajiban utama bahkan termasuk kewajiban yang paling utama, dimana Allah Shubhanahu wa ta’alla menggandeng langsung dengan perintah untuk beribadah kepada -Nya semata, yang tiada sekutu bagi -Nya. Seperti yang telah kia ketahui bersama yaitu dalam sebuah ayat dalam kitab -Nya, Allah ta'ala berfirman:
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan -Nya dengan sesuatu apapun. dan berbuat baiklah kepada dua orangtua". (QS an-Nisaa': 36).
Dalam kesempatan lain, Allah ta'ala juga berfirman dengan redaksi yang sama, namun lebih spesifik, yaitu perintah untuk
4
beribadah kepada -Nya lalu digabungkan agar berbakti pada kedua orang tua:
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (QS al-Israa': 23-24).
5
Dan Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam juga mengabarkan pada kita selaku umatnya, bahwa berbuat baik pada kedua orang tua itu lebih baik dari amalan jihad di jalan -Nya. Sebagaimana dalam kabar yang shahih yang sampai pada kita. Yaitu sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu, beliau berkata:
"Aku pernah bertanya kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah ta'ala? Beliau menjawab: "Sholat tepat pada waktunya". Kemudian amalan apa lagi? Tanyaku kembali. Beliau menjawab: "Berbuat baik pada kedua orang tua". Lalu apa lagi? Tambahku lagi. Beliau bersabda: "Berjihad dijalan Allah". HR Bukhari no: 527. Muslim no: 85.
Dalam kesempatan lain beliau juga menjelaskan hal yang sama, sebagaimana riwayat yang disebutkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Amr radhiyallahu 'anhuma, beliau menceritakan:
"Pernah ada seseorang yang datang kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam untuk minta di ijinkan pergi berjihad. Maka Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: "Apakah kedua orang tuamu masih hidup? Ia, jawab orang tersebut. Nabi bersabda: "Pada kedua orang tuamulah hendaknya kamu berjihad". HR Bukhari no: 3004. Muslim no: 2549.
Sedangkan dalam redaksi yang ada dalam riwayat Abu Dawud dijelaskan, Abdullah bin Amr radhiyallahu 'anhuam menceritakan: "Orang itu berkata:
"Aku datang membai'atmu untuk hijrah dan telah aku tinggalkan kedua orang tuaku menangis". Maka Nabi bersabda: "Kembalilah kepada kedua orang tuamu, lalu bikinlah dia senang sebagaimana engkau telah menjadikan keduanya menangis". HR Abu Dawud no: 2528. Dinilai shahih oleh al-Albani dalam shahih sunan Abi Dawud 2/480-481 no: 2205.
Jumhur Ulama mengatakan: "Haram hukumnya berangkat jihad jikalau kedua orang tuanya atau salah satunya melarang untuk
7
berangkat dengan catatan keduanya muslim, sebab berbakti pada keduanya hukum wajib 'ain, sedangkan jihad hukum fardhu kifayah, adapun kalau jihadnya adalah wajib bagi tiap orang maka pada saat itu tidak membutuhkan ijin keduanya lagi". 1
Seorang ayah keutamaannya, seperti disebutkan dalam riwayat Tirmidzi, seperti tengah-tengah pintu surga. Seperti dalam haditsnya Abu Darda radhiyallahu 'anhu, bawah Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Seorang ayah ialah tengah-tengah pintu surga, terserah kalau kamu ingin, sia-siakan pintu tersebut atau kamu merawatnya". HR at-Tirmidzi no: 1900. Beliau berkata hadits shahih.
Bahkan dikabarkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa allam akan merugi bagi siapa saja yang mendapati kedua orang tuanya sampai tua lalu tidak menjadikan dirinya masuk surga. Seperti dalam riwayat Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
1 , Fathul Bari 6/140-141.
"Sungguh sangat merugi", dan beliau mengucapkan tiga kali. Maka ditanyakan pada beliau: 'Siapa wahai Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam? Beliau menjawab: "Orang yang menjumpai kedua orang tuanya atau salah satunya sampai tua kemudian tidak menjadikan dirinya masuk surga". HR Muslim no: 2551.
Dan Allah Shubhanahu wa ta’alla juga telah mengabarkan dalam firman -Nya bahwa salah satu sifat yang dimiliki oleh para Nabi -Nya ialah berbakti pada orang tuanya. Seperti yang Allah Shubhanahu wa ta’alla sebutkan dalam salah satu ayat -Nya tentang Nabi -Nya Yahya, Allah ta'ala berfirman:
"Dan berbakti kepada ibuku, dan -Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka". (QS Maryam: 32).
Kemudian, hak yang ada pada seorang ibu juga sangat jelas, bahkan dijelaskan dalam hadits yang mana lebih agung dari seorang ayah, dimana kedudukannya berada setelah hak Allah Shubhanahu wa ta’alla dan Rasul -Nya. Seperti yang tercantum dalam firman -Nya:
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya". (QS Luqman: 14).
Lalu Allah Shubhanahu wa ta’alla menjelaskan alasannya kenapa, yaitu dorongan bagi anak-anaknya untuk memperhatikan wasiat yang Allah Shubhanahu wa ta’alla berikan setelahnya, yaitu dalam lanjutan ayat ini:
"Ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah". (QS Luqman: 14).
Yaitu lemah serta serba payah yang bertumpuk-tumpuk, mulai dari payahnya mengandung, ketika melahirkan kemudian merawatnya dan
"Dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kalian kembali". (QS Luqman: 14).1F2
Dalam sebuah hadits disebutkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, beliau menceritakan: "Pada suatu ketika ada seseorang yang datang kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam sembari bertanya:
"Siapakah manusia yang paling berhak untuk aku gauli dengan baik? Beliau menjawab: "Ibumu". Kemudian siapa lagi? Tanya kembali. Beliau menjawab: "Ibumu". Lalu siapa lagi? Tambah lagi. Beliau menjawab: "Ibumu". Kemudian siapa lagi? Tanya lagi orang tersebut. Nabi menjawab: "Baru ayahmu". HR Bukhari no: 5971. Muslim no: 2548.
2 . Khutbah Fadhilatus Syaikh Ibnu Utsaimin 5/294.
11
Diriwayatkan oleh Imam Nasa'i dan Ibnu Majah sebuah hadits dari Mu'awiyah bin Jahimah radhiyallahu'anhuma. Beliau mengkisahkan:
"Jahimah pernah datang kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam lalu bertanya: "Ya Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, sungguh aku ingin sekali berangkat jihad bersamamu, yang aku ingin mengharap wajah Allah Shubhanahu wa ta’alla dan surga dengan amalan itu. Beliau bertanya balik: "Celaka kamu, apakah ibumu masih hidup? Ia, jawabnya. Beliau berkata: "Kembalilah pada ibu lalu berbakti padanya". Dan disebutkan pada akhir hadits: "Celaka kamu, penuhilah kakinya (berbakti padanya) maka engkau akan mencium surga". HR an-Nasa'i no: 3104. Ibnu Majah no: 2781. Dinilai shahih oleh al-Albani dalam shahih sunan an-Nasa'i 2/651 no: 2908.
Mempergauli kedua orang tua dengan cara yang ma'ruf merupakan wasiat yang Allah Shubhanahu wa ta’alla cantumkan
12
dalam kitab suci -Nya, walaupun kedua orang tuanya tersebut beda agama. Agar semakin jelas perhatikan firman Allah Ta’alla berikut ini:
� � [ ١ ﴾ [ لقمان: ١٥ "Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada -Ku". (QS Luqman: 15).
Hal itu juga diterapkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam tatkala di tanya oleh para sahabatnya, disebutkan dalam shahih Bukhari dan Muslim sebuah hadits dari Asma binti Abu Bakar radhiyallahu 'anhuma, beliau menceritakan:
"Ibuku pernah datang berkunjung kepadaku sedangkan dia seorang yang masih musyrik, pada zamannya Quraisy. Maka aku datang kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam meminta pendapatnya. Saya katakan padanya: "Dan ibuku ingin untuk dikunjungi, apakah boleh aku menyambung hubungan dengannya? Beliau menjawab: "Ia, sambunglah hubungan bersama ibumu". HR Bukhari no: 2620. Muslim no: 1003.
Seberapa besar upaya, tenaga, bantuan atau apapun jenisnya dari bentuk kebaikan, tetap saja seorang anak belum mampu mengembalikan kebaikan kedua orang tua padanya. Hal itu, seperti yang disinggung dalam sebuah hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Tidak akan mungkin seorang anak mampu membalas (kebaikan) orang tuanya sampai sekiranya ia menjumpai orang tuanya menjadi hamba sahaya lalu ia membeli dan membebaskannya (baru mencukupinya)". HR Muslim no: 1510.
Cukup sebagai pemecut bagi kita untuk segera berbakti pada kedua orang tua, kalau fadhilahnya sampai menjadikan ridho Allah Shubhanahu wa ta’alla berada pada ridho kedua orang tua.
14
Sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Tirmidzi dari haditsnya Abdullah bin Amr radhiyallahu 'anhuma, beliau menceritakan: "Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Ridho Rabb berada pada ridho orang tua, dan kemurkaan Allah berada pada kemurkaan kedua orang tua". HR at-Tirmidzi no: 1899. Dinilai shahih oleh al-Albani dalam silsilah ash-Shahihah 2/44 no: 516.
Durhaka pada orang tua:
Perbuatan yang satu ini, sangatlah jauh dari ajaran Islam, sebab durhaka pada orang tua yang telah merawat kita sejak kecil termasuk dosa besar dari dosa-dosa besar yang ada, karena ia dituntut untuk berbuat baik justru sebaliknya dia sama sekali tidak menunaikan haknya serta mengingkari kebaikan yang telah diberikan padanya.
Dan cukup hal itu membikin kita ngeri, kalau Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam saja menggandeng perbuatan nista ini dengan perbuatan syirik, ini menunjukan bahwa perilaku itu termasuk dosa yang paling besar. Lebih jelasnya,
15
perhatikan sabda Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam berikut ini:
"Maukah kalian aku beritahu diantara dosa besar yang paling besar". Beliau mengulangi tiga kali. Para sahabat menjawab: "Tentu, wahai Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam". Beliau melanjutkan: "Menyekutukan Allah dan durhaka pada kedua orang tuanya". HR Bukhari no: 2654. Muslim no: 87. Dari sahabat Abu Bakrah radhiyallahu 'anhu.
Lebih mengerikan lagi, kalau dosa durhaka pada orang tua bisa sebagai penyebab pelakunya masuk ke dalam neraka. Sebagaimana dalam musnad Imam Ahmad, dimana beliau menyebutkan sebuah hadits dari Ubai bin Malik radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:
"Barangsiapa yang mendapati kedua orang tuanya, atau salah satunya. Kemudian dia masuk neraka setelah kematiannya, maka Allah Shubhanahu wa ta’alla akan menjauhkan dari -Nya dan membinasakannya". HR Ahmad 31/373 no: 19027.
Bentuk berbakti pada kedua orang tua:
Berbuat baik pada kedua orang tua caranya begitu banyak, bisa dengan berkorban menghadirkan kebaikan, berbuat baik dalam ucapan, tingkah laku, atau harta.
Contoh berlaku baik dalam ucapan: Berbicara pada keduanya dengan lemah lembut yang menunjukan penghormatannya. Sedangkan contoh dalam perilaku seperti turun langsung membantu pekerjaannya dengan badan sesuai kemampuanmu, atau membantu kebutuhan yang diperlukan oleh keduanya, meringankan kebutuhan, mentaati keduanya selagi tidak membahayakan agama atau duniamu. Adapun contoh berlaku baik dengan harta seperti memberi tiap kebutuhan yang diperlukan tanpa pamrih, tidak mengungkit-ungkit pemberiannya, namun dia mengorbankan hartanya dan merasa senang jika pemberiannya diterima dan dimanfaatkan oleh keduanya. 3
Termasuk bentuk berbuat baik pada orang tua setelah kematiannya ialah mendo'akan kebaikan pada keduanya. Seperti
3 . Khutbah Fadhilatus Syaikh Ibnu Utsaimin 5/296-297.
17
firman Allah Shubhanahu wa ta’alla yang mengkisahkan Nabi -Nya Nuh 'alaihi sallam:
"Ya Tuhanku! ampunilah aku dan ibu bapakku". (QS Nuh: 28).
Dalam sebuah hadits, dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: 'Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Jika seorang insan meninggal dunia maka terputus selurah amalnya melainkan tiga perkara, sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, dan anak sholeh yang mendo'akannya". HR Muslim no: 1631.
Bisa juga dengan bersedekah atas nama keduanya. Sebagaimana hadits yang ada dalam Bukhari dan Muslim dari Aisyah radhiyallahu 'anha, beliau menceritakan:
"Pernah ada seseorang yang berkata pada Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam: 'Sesungguhnya ibuku meninggal secara tiba-tiba, dan aku mengira kalau sekiranya sempat berbicara ia tentu ingin bersedekah, apakah ia bisa memperoleh pahala jikalau aku bersedekah atasnya? Beliau menjawab: "Ia". HR Muslim no: 1004.
Salah satu cara berbakti setelah kematian keduanya ialah menyambung hubungan baik bersama teman-temannya dulu. Diriwayatkan oleh Imam Muslim sebuah kisah dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma. Bahwa suatu ketika Abdullah bin Umar bertemu dengan seorang arab badui ditengah perjalanan safarnya ke Makah. Maka beliau memberi salam padanya, lalu memberi keledai yang sedang ia tunggangi, imamah yang sedang dipakai untuk menutupi kepalanya ia lepas lalu diberikan pada orang tersebut.
Ibnu Dinar -salah seorang yang menemaninya- berkata: 'Maka kami tanya pada beliau: 'Semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla memberi kebaikan padamu. Sesungguhnya mereka hanya orang
19
arab badui, yang sekiranya kalau diberi sudah merasa cukup walau sedikit'. Dan Abdullah bin Umar menjawab: "Sesungguhnya ayah orang ini adalah sahabat dekat Umar bin Khatab, sedangkan aku pernah mendengar langsung dari Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Sesungguhnya berbakti pada orang tua yang paling utama ialah menyambung hubungan dengan keturunan sahabat dekat ayahnya". HR Muslim no: 2552.
Akhirnya kita tutup kajian kita dengan mengucapkan segala puji hanya bagi Allah Ta’alla Rabb seluruh makhluk. Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah Shubhanahu wa ta’alla curahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau serta para sahabatnya.