Anjuran Untuk Mencintai dan Membenci
Karena Allah
Indonesia – Indonesian –
Muhammad bin Abdullah bin Mu’aidzir
Terjemah : Muzaffar Sahidu
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad
Anjuran Untuk Mencintai dan Membenci
Karena Allah
Segala puji bagi Allah, Dia yang mencintai orang-orang yang bertaqwa dan mengangkat
derajat orang-orang yang berbuat baik. Aku memuji Allah Yang Maha Suci yang telah menjadikan
cinta sebagai tanda kebenaran iman orang-orang yang beriman, dan sebagai bantahan atas orang
yang zalim dan dusta. Allah Subahanahu Wa Ta’ala berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar. (QS. Al-Taubah !!"#.
Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah, Yang
Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya. Dia-lah yang telah menjadikan amal yang jujur dan
perkataan yang benar sebagai tanda bagi benarnya keimanan dan sebagai pembeda antara orangorang
yang beriman dengan orang-orang yang sesat. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang
menyakiti Musa; maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan
adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah. Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah
memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang
siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang
besar. (QS. Al-Ah+ab ,"--!#.
Aku bersaksi bahwa sesungguhnya penghulu kita dan Nabi kita Muhammad adalah hamba
dan utusan Allah Subahanahu Wa Ta’ala berfirman, imam orang-orang yang bertaqwa dan suri
tauladan yang baik bagi orang-orang yang cinta lagi beramal saleh dan pelita bagi orang-orang
yang berjalan menuju Allah Subahanahu Wa Ta’ala. Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam
bersabda: “Tidak beriman salah seorang di antara kalian sehingga aku lebih dicintainya dari
anaknya, orang tuanya dan seluruh manusia”. Muttafaq alaihi.
Ya Allah sampaikan shalawat dan salam kepada hamba dan Rasul -Mu Muhammad, dan
kepada keluarga serta para shahabatnya yang memiliki pandangan yang benar dan mata hati yang
lurus, juga kepada para pengikut hingga hari kiamat.
Amma Ba’du: Wahai sekalian manusia bertaqwalah kepada Allah Subahanahu Wa Ta’ala
berfirman dan ketahuilah bahwa cinta dan benci karena -Nya adalah jalan yang jelas menuju
persaudaraan dalam Islam. Cinta dan benci karena Allah Subahanahu Wa Ta’ala inilah yang
membedakan mereka dengan yang lainnya, walau mereka berbeda warna kulit, kebangsaan,
zaman dan tempat. Itulah ikatan yang menjadi dasar bagi tegaknya persatuan mereka.
Sebagaimana hal ini dijelaskan oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, dan beliau juga
menyebutkan tentang faedahnya: Tiga perkara yang apabila terdapat pada seseorang maka dia
akan merasakan manisnya keimanan, yaitu menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai-Nya
dari selain kedua mereka berdua, tidak mencintai seseorang kecuali karena Allah dan benci
kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya dari kekufuran tersebut sebagaimana
dia benci jika dicampakkan ke dalam api neraka”. Muttafaq alaihi.
Dengannya orang-orang yang beriman akan merasakan manisnya keimanan selain
ketentraman, kenikmatan, kelezatan dan kebahagiaan hati yang tercermin dalam semangat untuk
taat kepada Allah Subahanahu Wa Ta’ala dan mengemban cobaan di dalam jalan keimanan dan
jauh dari maksiat kepada –Nya dan jiwa bersabar dengan menjauhi kemaksiatan.
Cinta karena Allah Subahanahu Wa Ta’ala akan terbukti secara nyata pada kecenderungan,
persepsi, perkataan dan perbuatan seorang muslim, sebagaimana disebutkan di dalam hadits
Rasulullah shallallahu alaiahi wa sallam: “Orang beriman yang satu dengan yang lainnya bagai
bangunan yang saling menguatkan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain”. HR.
Bukhari.
Maksudnya adalah hubungan seorang muslim dengan yang lainnya kuat dan saling
mengikat, di mana seorang muslim tidak tampak dengan prilaku ganjil yang bertentangan dengan
ajaran Islam dan tidak pula berlaku aneh dan menyelisihi sesuatu yang telah ditetapkan oleh Islam.
Hadits ini memberikan gambaran nyata tentang kekuatan hubungan seorang muslim yang satu
dengan lainnya dan kecintaannya yang benar kepada Islam dan saudaranya di dalam Islam dan
inilah makna firman Allah A++a Wa Jalla:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara”. (QS. Al-Hujurat !4#.
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
(QS. Al-Hujurat !6#.
Para ulama salaf benar-benar memahami makna ini dan merekapun mengamalkannya
dalam kehidupan mereka yang nyata baik pada sisi kehidupan pribadi atau kehidupan
bermasyarakat, dan mereka hidup memperjuangkan cinta karena Allah Subahanahu Wa Ta’ala
sehingga memuji mereka pada firman-Nya:
Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Ansar# sebelum
(kedatangan# mereka (Muhajirin# mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan
mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada
mereka (orang Muhajirin#; dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin#, atas diri mereka
sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu#. (QS. Al-Hasyr "#.
Maksudnya adalah walaupun mereka dalam keadaan kefakiran atau butuh pada apa yang telah
mereka korbankan karena cinta kepada Allah Subahanahu Wa Ta’ala untuk saudara yang seiman.
Dari Ibnu Umar radhiallah anhuma berkata: Sungguh kami melihat di masa Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam di mana tidak ada seorangpun yang lebih berhak menerima uang dinar
dan uang dirham yang dimilikinya selain saudaranya semuslim”. Dimanakah letak posisi kita dalam
urusan cinta antara sesama muslim karena Allah Subahanahu Wa Ta’ala jika dibanding dengan
para shahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pada zaman sekarang ini?.
Sungguh suatu kepalsuan tentang realita pahit yang mengungkapkan tentang riya’, penipuan dan
kebohongan serta kelicikan kita di mana kita melibatkan saudara kita seiman dalam lubang
kehancuran dan kebinasan. Seperti inilah kenyataannya, selama cinta tidak didasarkan karena
Allah Subahanahu Wa Ta’ala maka dia menjadi bumerang bagi pelakunya walau masa percintaan
cukup lama dan saling memberikan manfaat di dunia, sebab akhir kehidupannya di akherat kelak
adalah kehancuran. Allah Subahnahu Wa Ta’ala berfirman:
Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain
kecuali orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-7ukhruf ,-#.
Di dalam sebuah hadits disebutkan: Tujuh golongan orang yang akan mendapat naungan Allah
Subahanahu Wa Ta’ala di hari kiamat pada hari tidak ada naungan kecuali naungan Allah…di
antara yang disebutkan adalah dua orang lelaki yang saling mencintai karena Allah Subahanahu
Wa Ta’ala, berkumpul karena Allah Subahanahu Wa Ta’ala dan berpisah karena-Nya”.
Disebutkan di dalam riwayat Ibnu Abbas radhillahu anhuma pada saat beliau ditanya
tentang orang beriman dan tanda-tandanya: Barangsiapa yang saling mencintai karena Allah
Subahanahu Wa Ta’ala, marah karena Allah Subahanahu Wa Ta’ala, memberi karena Allah
Subahanahu Wa Ta’ala dan tidak memberi karena -Nya maka dengan hal itu imannya telah
sempurna”. HR. Abu Dawud. Maksudnya adalah Allah Subahaahu Wa Ta’ala akan memberikan
hamba -Nya kemenangan, dukungan dan bantuan dari Allah Subahanahu Wa Ta’ala karena
adanya rasa saling mencintai karena -Nya. Dan seorang hamba tidak akan merasakan manisnya
keimanan walau shalat dan puasanya banyak, hingga dia melakukan hal tersebut karena -Nya.
Sebagaimana saling mencintai karena Allah Subahanahu Wa Ta’ala dianjurkan maka sama
halnya dengan benci harus didasarkan karena -Nya, maka seorang muslim harus membenci orangorang
yang memusuhi Allah Subahanahu Wa Ta’ala dan Rasul -Nya, dan orang yang menyimpang
dari ajaran -Nya serta memusuhi para kekasih Allah Subahanahu Wa Ta’ala dan para hamba -Nya
yang shaleh. jika suasana ini terbentuk maka tidak boleh seorangpun dari kaum muslimin sengaja
berlaku baik kepada orang lain dan diam terhadap kemaksiatan saudaranya agar kemaksiatan
tersebut tidak menyebar. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Tolonglah
saudaramu baik dia +alim atau di+alimi”. HR. Bukhari.
Menolongnya sebagai orang yang zalim makasudnya adalah mencegahnya dari berbuat zalim baik
zalim terhadap dirinya sendiri dengan melakukan maksiat atau berlaku zalim atas orang lain
dengan berbuat criminal terhadap orang lain.
Wahai hamba Allah Subahanahu Wa Ta’ala, Takutlah kepada -Nya dan ketahuilah ikatan
keimanan yang paling kuat adalah saling mencintai dan membenci karena Allah Subahanahu Wa
Ta’ala, dan selama cinta dan kebencian tidak didasarkan karena Allah Subahanahu Wa Ta’ala
maka kehidupan tidak akan berjalan lurus dan dalam beberapa waktu saja dia akan hancur.
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam surga (taman-taman# dan (di
dekat# mata air-mata air (yang mengalir#. (Dikatakan kepada mereka# "Masuklah ke dalamnya
dengan sejahtera lagi aman". Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati
mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.
Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan
daripadanya. (QS. Al-hijir 9:-9;#.
Semoga Allah Subahanahu Wa Ta’ala memberikan keberkahannya bagiku dan bagi kalian
semua di dalam Al-Qur’an yang mulia, dan Allah Subahanahu Wa Ta’ala memberikan manfaat
bagiku dan bagi kalian dengan ayat-ayat Allah Yang Maha Bijaksana yang tertera di dalamnya.
Hanya inilah yang bisa aku katakan dan aku memohon ampunan bagi diriku dan bagi kalian serta
seluruh kaum muslimin kepada Allah yang Maha Mulia dari segala dosa. Mohonlah ampun
kepada-Nya dan bertaubatlah kepada Allah, sebab Dia adalah Zat Yang Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.
Khutbah kedua
Segala puji bagi Allah Subahanahu Wa Ta’ala atas segala anugrah kebaikan yang telah
diberikan oleh -Nya, dan syukur kepada -Nya atas segala karunia dan pemberian -Nya. Dan aku
bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah Subahanahu Wa Ta’ala, Yang Maha
Esa dan tiada sekutu bagi -Nya, kesaksian yang mengagungkan Allah Subahanahu Wa Ta’ala, dan
aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya, semoga Allah Subahanahu Wa
Ta’ala mencurahkan shalawat dan salam yang berlimpah kepada Nabi, para shahabat, keluarga
dan semua orang yang mengikuti beliau samapai hari kiamat…amma ba’du:
Wahai sekalian hamba Allah Subahanahu Wa Ta’ala bertaqwalah kepada -Nya dan
ketahuilah bahwa cinta ini memiliki posisi yang strategis di dalam masyarakat muslim, orang-orang
yang saling mencintai karena Allah Subahanahu Wa Ta’ala akan menempati posisi yang sangat
mulia dan menempati derajat orang yang bergelar al-siddiqin. Dari Abi Hurairah radhiallahu anhu
bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman pada hari
kiamat dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena keagunganKu, pada hari ini Aku
menaungi mereka di bawah naunganku pada hari tidak ada naungan kecuali naungan Allah. HR.
Muslim.
Dan menziarahi saudara seiman karena rasa rindu dan cinta karena Allah Subahanahu Wa
Ta’ala akan mendatangkan kecintaan kepada -Nya. Dan orang yang menjenguk orang yang sakit
atau menjenguk saudaranya karena Allah Subahanahu Wa Ta’ala akan dimasukkan ke dalam surga
-Nya, seruan datang kepadanya: Engkau akan merasakan kebaikan dalam hidupmu dan
perjalananmu dan semoga engkau mendapat surga sebagai tempat tinggal”.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Tidaklah dua orang yang saling mencintai
karena Allah kecuali orang yang paling dicintai adalah orang yang paling mencintai saudaranya”.
HR. Ibnu Hibban dan Al-Hakim.
Maka sumber cinta karena Allah Subahanahu Wa Ta’ala adalah keimanan, dan seorang
muslim mencintai saudaranya seiman karena ketaatan dan kebaikan pribadi dan akhlaknya, dan
membenci orang lain karena kemaksiatan dan kefasikannya, lalu pada saat kemaksiatan dan
kefasikan telah menghilang maka kebencianpun harus pupus sebab kebenciannya bukan pada
pribadinya namun pada prilakunya.
Inilah yang dapat aku sampaikan, dan curahkanlah shalawat dan salam kepada Nabi yang
datang membawa kabar gembira dan ancaman, sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada
kalian mengucapkan shalawat dan salam di dalam kitab suci -Nya.