Ajaran Sesat Syi’ah: Mati Tidak
Pernah Mut’ah Kemaluan Buntung
Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta
salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi
wa sallam beserta keluarga dan seluruh sahabatnya.Al-
Hamdulillah, segala puji milik AllahShubhanahu wa ta’alla, Rabb
semesta alam.Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah –
Shallallahu 'alaihi wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Kesesatan ajaran Syi’ah akan nampak nyata bagi orang
yang berpikir cerdas dan kritis. Hal ini karena banyaknya ajaran
Syi’ah yang menyimpang dari tuntunan Al-Qur'an dan Sunnah
Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam ditambah sesuatu
yang tidak bisa diterima akal sehat dan fitrah lurus. Salah satunya,
syariat Syi’ah tentang nikah Mut’ah. Di mana nikah ini, sejatinya,
adalah bentuk pelegalan terhadap zina (pelacuran). Atau bahasa
kasarnya, pelacuran atas nama agama.
Nikah mut’ah menjadi syariat paling primadona bagi
pemeluk Syi’ah Rafidhah. Ajaran syi’ah yang sangat diagungkan.
Dia menjadi daya tarik sendiri bagi pemuja syahwat untuk
bergabung dengan sekte sempalan besutan si Yahudi, Abdullah
bin saba’. Ini terutama di kalangan mahasiswa dan pemuda.Dalam
ajaran Syi’ah, bermut’ah menjadi salah satu ajaran inti & jalan
4
utama meningkatkan derajat iman. Pahalanya sangat besar. Dan
bahkan menjadi sarana kuat penghapusan kesalahan dan
pengampunan dosa.
Disebutkan dalam Manhaj al-Shadhidin (kitab Syi'ah),
karya Fathullah al-Kaasyaani (hal 356), dari imam al-Shadiq,
"bahwa mut'ah adalah bagian dari agamaku dan agama nenek
moyangku. Barangsiapa yang mengamalkannya berarti ia
mengamalkan agama kami, dan yang mengingkarinya berarti
mengingkari agama kami, bahkan dia bisa dianggap beragama
dengan selain agama kami. Anak yang dilahirkan dari perkawinan
mut'ah lebih utama daripada anak yang dilahirkan melalui nikah
yang tetap. Dan orang yang mengingkari nikah Mut'ah ia kafir dan
murtad."
Dalam Tafsir Manhaj al-Shadiqiin (2/493), As-Sayyid
Fathullah Al-Kaasyaani menyebutkan hadits palsu berkaitan
derajat yang diperoleh seorang Syi’i yang bermut’ah,
"Barangsiapa melakukan nikah mut'ah satu kali maka derajatnya
seperti Al-Husain, barangsiapa melakukannya dua kali maka
5
derajatnya seperti Al-Hasan, barangsiapa melakukannya tiga kali
maka derajatnya seperti Ali bin Abi Thalib, dan barangsiapa
melakukannya sebanyak empat kali maka derajatnya seperti
aku."
Pada redaksi lain disebutkan,
"Barang siapa yang bermut'ah sekali maka ia akan aman dari
kemurkaan Allah (Al-Jabbaar), barang siapa yang bermut'ah dua
kali maka ia akan bersama al-Abroor (kaum sholeh di surga), dan
barang siapa yang bermu'tah tiga kali maka ia akan ikut
merapatiku di surga."
Al-Thibrisi, dalam kitabnya Mustadrak al-Wasa-il, Kitab al-Nikah,
hal. 452, menjelaskan tentang keutamaan dan pahala yang
diperoleh orang yang melakukan mut'ah. (Riwayat no. 17257), dia
menyandarkan riwayat tersebut kepada imam Al-Baqir: "Jika dia
melakukannya (mut'ah) karena Allah 'Azza wa Jalla dan
menyelisihi si fulan, maka tidaklah ia mengucap satu ucapan
kecuali Allah Shubhanahu wa ta’allamencatatnya sebagai satu
6
kebaikan untuknya. Jika ia menyetubuhinya, Allah Shubhanahu
wa ta’allaakan mengampuni dosanya. Jika ia mandi, Allah
Shubhanahu wa ta’allamemberi ampunan untuknya sejumlah air
yang membasahi kepalanya, yaitu sebanyak rambutnya."
Pada riwayat (No. 17259) yang bersumber dari al-Baqir, ia
berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
"Ketika aku diisra'kan ke langit, Jibril menemuiku, lalu berkata:
'Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla
berfirman: "Sesungguhnya aku telah mengampuni orang-orang
yang melakukan nikah mut'ah dari kalangan wanita".
(ini juga disebutkan dalam kitab Man Laa yahdhuruhu al-Faqiih,
karya Ibnu baabawaih al-Quumi yang bergelar al-Shadduq: 3/463)
Ancaman Mati Tidak Pernah Mut’ah
Selain mengiming-imingi pahala besar dalam nikah
mut’ah, Syi’ah juga menakut-nakuti bagi siapa yang enggan
melakukan mut’ah. Diantaranya dengan menyuguhkan riwayat
7
palsu yang diatasnamakan sabda imam, dalam Tafsir Manhaji al-
Shadiqiin, milik Al-Kaasyaani (2/489):
“Barang siapa yang keluar dari dunia dan belum melakukan
mut'ah maka ia akan datang pada hari kiamat dalam kondisi
buntung/terpotong kemaluannya.”
Riwayat ini juga dijadikan sebagai ejekan terhadap Ahlus Sunnah,
di mana orang Syi’ah menyebut kaum muslimin (Ahlus Sunnah)
akan dibangkitkan dalam kondisi buntung tanpa kemaluan. Ini
berkonsekusensi mereka tidak masuk surga dan dihinakan di
sana, karena menolak nikah mut’ah. Setiap orang yang tidak
mengakui nikah mut’ah dan tidak pernah melakukan mut’ah
maka ia akan mendapat murka Allah Shubhanahu wa ta’alladan
siksa-Nya.
Kita bersyukur kepada Allah Shubhanahu wa
ta’allakarena tidak dijadikan bagian dari pengikut kelompok sesat
pemuja syahwat ini. Jika diikuti ajarannya, maka akan
menyebabkan kehinaan dunia dan akhriat.
[PurWD/voa-islam.com]