Artikel




Tauhid Uluhiah


Pendahuluan


Segala puji bagi Allah Ta’alla, Kita memuji, meminta pertolongan dan ampunan kepada -Nya. Juga meminta perlindung dari keburukan jiwa kita dan keburukan amal kita. Siapa yang Allah Ta’alla beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Dan siapa yang disesatkan -Nya, maka tidak ada yang dapat memberi petunjuk pada nya.


Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi selain Allah Shubhanahu wa ta’alla semata, yang tidak memiliki sekutu. Dan aku bersaksi bahwa Muhamad Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan utusan-Nya. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada beliau dan keluarganya sebanyak-banyaknya.


Bukan suatu yang tersembunyi bagi mereka yang memiliki sedikit saja perhatian mengenai ilmu aqidah akan pentingnya tauhid uluhiah. Ia adalah tauhid ibadah. Dan ibadah merupakan puncak keridaan dan kecintaan Allah –azza wajalla-. Ia adalah puncak teragung dan tujuan tertinggi. Karenanyalah diciptakan surga dan neraka, ditegakkan jihad antara orang-orang beriman dan kafir, diturunkan kitab-kitab suci dan para rasul.


Secara bahasa Tauhid uluhiah adalah dakwah (ajakan) para nabi dan rasul, juga yang mengikuti jejak mereka dari para ulama,


4


dai dan orang-orang saleh. Dalam pembahasan kali ini Tauhid uluhiah akan mencakup pembahasan berikut:


- Pengertian tauhid uluhiah.


- Nama-nama lain tauhid uluhiah.


- Pentingnya tauhid uluhiah.


- Dalil-dalil dan rukun-rukunnya.


- Pengertian ibadah secara etimologi (bahasa) dan terminologi (istilah).


- Beda antara ibadah dan tauhid ibadah.


- Kapan suatu ibadah diterima?


- Pentingnya ikhlas dan mutaba'ah (mengikuti tuntunan).


- Rukun ibadah.


- Mana yang lebih dominan, harap atau takut?


- Takut wajib dan takut mustahab (disukai).


- Macam-macam ibadah.


- Penghambaan makhluk kepada Allah –azza wajalla-.


- Keutamaan-keutamaan tauhid uluhiah.


- Penyebab tumbuhnya tauhid di dalam hati.


- Strategi dakwah kepada tauhid uluhiah di dalam al-Quran al-Karim.


- Hubungan antara tauhid uluhiah dan tauhid rububiah di dalam al-Quran al-Karim.


5


- Apa lawan dari tauhid uluhiah?


- Kelompok yang menyekutukan tauhid uluhiah.


Itulah yang dapat dikumpulkan dan relevansi dalam bab ini.


Saya memohon kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dengan nama-nama -Nya yang baik dan sifat-sifat -Nya yang tinggi, memberi manfaat lembaran-lembaran ini dan menjadikannya ikhlas semata untuk ridlo AllahShubhanahu wa ta’alla yang Maha Mulia.


Pengertian Tauhid uluhiah


Para ulama memberi pengertian tauhid uluhiah dengan pengertian yang hampir berdekatan. Hanya sebagiannya ada yang lebih panjang dari yang lain. Di antara pengertian itu, sebagai berikut:


1. Mengesakan Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam perbuatan-perbuatan hamba.


2. Mengesakan Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam beribadah.


3. Mengesakan Allah -ta’ala- dalam segala macam ibadah: lahir, batin, ucapan dan amalan, serta meniadakan segala peribadatan kepada selain Allah -ta’ala-, apapun wujudnya.


4. Syaikh Abdurrahman As-Sa'di -rahimahullah- memberi pengertian lengkap, menyebutkan batasan pengertian ini, tafsir dan rukunnya dengan mengatakan: "Adapun batasan, tafsir dan rukunnya, yaitu mengetahui dan mengakui dengan


6


keilmuan dan yakin bahwa Allah Shubhanahu wa ta’allaadalah Tuhan Esa yang diibadahi secara hakiki dan bahwa sifat uluhiah (ketuhanan) dan maknanya tidak terdapat pada seorang pun dari makhluk dan tidak pantas disandang kecuali oleh Allah -ta’ala-. Jika mengetahui dan mengakui hal itu dengan sebenarnya, akan mengesakan -Nya dalam segala ibadahnya, yang lahir dan batin serta menegakkan syariat Islam lahiriah, seperti: shalat, zakat, puasa, haji, jihad, amar makruf nahi munkar, berbakti padaorang tua, menyambung tali kekeluargaan serta menunaikan hak-hak Allah Shubhanahu wa ta’alla dan makhluk.Juga menegakkan pokok-pokok iman: beriman kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhirat serta menyandarkan takdir baik dan buruk hanya pada AllahShubhanahu wa ta’alla.Tidak memaksudkan dari semua ibadahnya selain rida Tuhan dan mengharap pahala, sambil meneladani Rasulullah -Salallahu ‘alaihi wasallam-.Aqidahnya sesuai dengan yang ditunjukkan oleh al-Quran dan Hadis. Amal perbuatannya sebagaimana syariat Allah dan Rasul-Nya. Akhlak dan adabnya meneladani Nabi


7


Muhammad -Salallahu ‘alaihi wasallam- dalam arahan, petunjuk dan segala keadaannya."


1


Syaikh Hafidz al-Hukami -rahimahullah- berkata mengenai hal ini di dalam kitab Manzumah Sulamul Wusul Ila 'Ilmil Usul Fit Tauhid :


Ini dan yang kedua dari macam tauhid


Mengesakan Tuhan Arsy dari sekutu


Engkau mengibadahi Tuhan yang esa


Mengakui akan hak -Nya dan tidak mengingkari


Nama-Nama Lain Dari Tauhid uluhiah2


Tauhid uluhiah dinamai dengan berbagai nama, di antaranya:


1. Tauhid uluhiah, sebagaimana yang telah disampaikan. Dinamai demikian dari perspektif penyandarannya kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla atau perspektif pelaku tauhid. Karena ia dibangun di atas ikhlas dalam menuhankan dan kecintaan yang sangat kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla semata. Dan itu berkonsekuensi ikhlas dalam beribadah.


1Lihat: Al-Haqqul Wâdhihul Mubîn oleh Ibnu Sa'di hal.112-113. Dan Al-Fatâwâ as-Sa'diah oleh Ibnu Sa'di hal.10-11. As-Syaikh Abdurrahman Ibn Sa'di wa Juhuduhu Fil Aqîdah oleh Abdurrazzaq al-Abbâd hal.151-152.


2Lihat kitab Taisir Azizul Hamid Fi Syarh Kitabut Tauhid oleh Syaikh Sulaiman Ibn Abdullah hal.38


8


2. Tauhid Ibadah. Dari perspektif penyandarannya kepada pelaku tauhid yaitu hamba dan yang dikandungnya dari mengiklaskan ibadah kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla semata.


3. Tauhid Irodah (tauhid kehendak), karena ikhlas yang dikandungnya. Dinamakan juga dengan Tauhid Iradah wal Murad (tauhid kehendak dan tujuan) yang didasari atas menginginkan ridlo Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam seluruh amal.


4. Tauhidul Qosd (tauhid maksud). Karena didasari dengan mengikhlaskan maksud yang berkonsekuensi ikhlas untuk Allah semata.


5. At-Tauhid at-Talabi (tauhid permintaan), karena kandungan permintaan dan doa hamba kepada -Nya.


6. At-Tauhid al-Fi'li (tauhid perbuatan) karena kandungan perbuatan hati dan anggota tubuh.


7. Tauhid Amal, karena dibangun di atas mengikhlaskan amal kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla semata.


Urgensi Tauhid uluhiah


Tauhid uluhiah merupakan jenis tauhid terpenting. Demi merealisasikannya, diutus para rasul, diturunkan kitab-kitab suci, dihunuskan pedang jihad dan dibedakan antara mukmin dan


9


kafir.Syaikh Hafidz al-Hukami menyebutkan urgensi tauhid uluhiah dalam manzumah syairnya:


Yang karenanya Tuhan utus


Para rasul-Nya untuk menyeru pertama kali kepadanya


Karenanya diturunkan kitab yang menjelaskan


Dan membedakan yang berbeda


Allah menugasi rasul pilihan


Memerangi siapa yang berpaling dan menolaknya


Hingga agama murni untuk -Nya


Yang tersembunyi, nampak, detailnya dan jahilnya


Demikianlah umatnya telah ditugasi


Di dalam al-Quran hal itu dipaparkan


Syaikhul Islam Ibnu Taimiah -rahimahullah- berkata menjelaskan pentingnya tauhid ibadah, "Hal itu karena ibadah kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla adalah tujuan yang dicintai dan diridai -Nya, yang untuk itulah diciptakan makluk. Sebagaimana firman -Nya,





“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS.adz-Dzariyat:56)


10


Dan dengannya diutus semua rasul, sebagaimana ucapan Nabi Nuh dalam firman Allah:





“…Ia berkata, ‘Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya.’…” (QS.al-A'raf:59)


–sampai pada perkatannya- :


Dan menjadikannya karakteristik para malaikat dan nabi. Firman -Nya,





“Dan kepunyaan–Nya lah segala yang di langit, di bumi dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” (QS.al-Anbiya:19-20)


Allah Shubhanahu wa ta’alla mencela mereka yang menyombongkan diri. Firman -Nya,





“Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah -Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.’” (QS.Ghafir:60)


Juga medeskripsikan hamba-Nya dengan penghambaan kepada -Nya. Firman -Nya,





“(Yaitu) mata air (dalam surga) yang diminum oleh hamba-hamba Allah, yang mereka dapat memancarkannya dengan sebaik-baiknya.” (QS.al-Insan:6)


Dan firman -Nya,





"Dan hamba-hamba Tuhan yang Mahapenyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila


12


orang-orang jahil menyapa mereka, mereka ucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan." (QS.al-Furqan:63)


3


Dalam riwayat yang lain beliau -rahimahullah- juga menyebutkan, "Ketahuilah bahwa kefakiran hamba terhadap Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam mengibadahi -Nya tanpa menyekutukan -Nya dengan sesuatu pun, tidak bisa diserupakan dengan apa pun, namun dari sebagian sisi seperti kebutuhan jasad terhadap makan dan minum, meskipun di antara keduanya amat banyak perbedaan.


Sesungguhnya hakikat hamba, hati dan rohnya tidak akan baik kecuali dengan menuhankan Allah Shubhanahu wa ta’alla yang tidak ada tuhan selain -Dia. Tidak akan tenang di dunia kecuali dengan mengingat -Nya. -Dia akan menemui siapa yang berupaya sungguh-sungguh menuju -Nya. Mau tidak mau sudah pasti akan menemui -Nya. Dan tidak ada kebaikan kecuali dengan bertemu dengan -Nya.


Jika hamba mendapat kelezatan dan kesenangan dari selain AllahShubhanahu wa ta’alla, itu tidak akan abadi, hanya berpindah dari satu jenis ke jenis yang lain, dari seorang ke orang yang lain, dan nikmat yang dirasakan hanya pada sebagian waktu dan keadaan


3Kitab Al-Ubudiah oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiah hal.39-40, penerbit Maktabah Islami.


13


tertentu. Tak jarang yang menikmati dan mencicipi kelezatan tidak merasakan kenikmatan dan kelezatan tersebut, bahkan hanya akan menyakiti saja. Keberadaan kelezatan itu justru memudaratkannya.


Adapun dari Tuhan-nya, dia akan mendapatkannya dalam segala kondisi dan setiap saat. Dimana pun berada (keagungan) Tuhan selalu bersamanya. Karenanya imam kita Nabi Ibrahim al-Khalil mengatakan,





"Saya tidak suka kepada yang tenggelam."3F4


Dan dalam ayat yang paling agung4F5 di dalam al-Quran menyebutkan:





"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan -Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)…" (QS.al-Baqarah:255)5F6


Beliau -rahimahullah- juga berkata, "Tidak ada di alam raya ini yang dapat mengayomi, menenangkan dan beroleh kenikmatan


4(QS.al-An'am:76)


5Dikenal dengan nama ayatul kursi –pent.


6Majmu' al-Fatawa Lisyaikhil Islam Ibnu Taimiah I/24,25.


14


saat bertawajuh kepada selain Allah Shubhanahu wa ta’allayang Maha Suci. Siapa yang beribadah kepada selain -Nya, meskipun mencintainya, mendapat kasih dunia dan merasakan sebersit kelezatan, namun itu merusaknya, bahkan kerusakannya lebih besar dari nikmat makanan beracun."


7Beliau juga berkata, "Ketahuilah, bahwa siapa saja yang mencintai sesuatu selain AllahShubhanahu wa ta’alla, pasti disakiti oleh yang dicintainya, dan itu menjadi sebab penyiksaannya."8


Dan berkata, "Siapa yang mencintai sesuatu selain AllahShubhanahu wa ta’alla, penderitaan akan didapatinya, saat masih bersamanya atau tidak. Jika tidak bersamanya, tersiksa dengan perpisahan dan kepiluan. Jika bersamanya, rasa sakit yang dialami akan lebih banyak ketimbang kenikmatannya. Hal ini sudah maklum dengan realita.


Setiap yang mencintai sesuatu yang bukan karena AllahShubhanahu wa ta’alla, kerugiannya lebih banyak dari pada manfaatnya. Segala sesuatu menjadi bencana baginya. Berbeda dengan apa-apa yang karena Allah Shubhanahu wa ta’alla, itu adalah kesempurnaan dan keindahan bagi hamba.


7Majmu' al-Fatawa Lisyaikhil Islam Ibnu Taimiah I/24.


8Majmu' al-Fatawa Lisyaikhil Islam Ibnu Taimiah I/28.


15


Makna ini sebagaimana yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad -Salallahu ‘alaihi wasallam-, bahwa beliau bersabda,





"Dunia terlaknat dan terlaknat apa-apa yang ada padanya, kecuali zikrullah dan ketaatan." 8F9


Syaikh Ibnu Sa'di berkata menjelaskan pentingnya macam tauhid ini, "Tauhid ini adalah asal yang paling agung secara mutlak, paling lengkap, paling utama, dan paling wajib, demi memperbaiki manusia. Karenanyalah jin, manusia dan makluk lain diciptakan. Diwajibkan untuk menegakkannyasyariat. Keberadaannya membuat baik dan ketiadaannya menjadikan rusak. Seluruh ayat-ayat al-Quran berisi perintah untuk menunaikan hak tauhid ini, melarang dari kebalikannya, menegakkan hujah atasnya, menjelaskan mengenai balasan bagi pelakunya di dunia dan akhirat atau mengklasifikasi antara mereka dengan orang-orang musyrik."9F10


9HR.at-Tirmudzi no.2322, Ibnu Majah no.4112. at-Turmudzi berkata, hasan gharib. Dihasankan oleh al-Albani di dalam Sahih al-Jâmi' no.3414.


10Lihat Al-Qowaidul Hassan Lit Tafsîril Qurân oleh Ibnu Sa'di hal.192.


16


Yang juga menunjukkan akan pentingnya tauhid uluhiah, bahwa diterimanya amal bergantung padanya. Ia mengandung seluruh macam (jenis) tauhid dan semuanya masuk ke dalamnya. Siapa yang meyakininya berarti dia telah meyakini juga tauhid rububiah dan asma wasifat. Siapa yang mencukupkan dengan selainnya, belum masuk ke dalam agama Islam.


Dalil-Dalil Tahuhid Uluhiah


Nampak sekali dalil-dalil dari al-Quran dan Hadis, dan beragam indikasi mengenai wajibnya mengesakan Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam ibadah. Terkadang datang dengan nas al-Quran yang memerintahkan untuk mentauhidkan (mengesakan) -Nya dengan perintah langsung, terkadang datang menjelaskan tujuan penciptaan jin dan manusia, terkadang datang menjelaskan tujuan diutusnya rasul dan diturunkannya kitab-kitab suci, terkadang datang sebagai peringatan menyelisihinya, terkadang datang menjelaskan pahala mereka yang mengamalkannya di dunia dan akhirat, terkadang menjelaskan balasan bagi yang meninggalkan, tidak memedulikan, menjaga jarak dan memeranginya.


Di antara dalil-dalil al-Quran dan Hadis mengenai adanya pengesaan Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam beribadah. Firman Allah -ta’ala-,





"Katakanlah: ‘Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu


oleh Tuhan-mu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan -Nya


dengan sesuatu pun…" (QS.al-An'am:151)


Firman -Nya:


Dan Tuhan-mu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain -Dia…" (QS.al-Isra':23)


Firman -Nya:





"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada -Ku." (QS.ad-Dzariat:56)


Firman -Nya:





"…dan janganlah kamu mengadakan Tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah)." (QS.al-Isra':39)


Firman -Nya:





"Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah


Kami meminta pertolongan." (QS.al-Fatihah:5)


Firman -Nya:





"Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu


melainkan Kami wahyukan kepadanya: 'Bahwasanya tidak ada


Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah Aku olehmu


sekalian." (QS.al-Anbiya':25)


Firman -Nya:





"Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu'…" (QS.an-Nahl:36)


Dari Hadist yang diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim dan selain keduanya, dari Mu'adz Ibn Jabal -radiallahu ‘anhu-, dia berkata, "Aku dibonceng Nabi Muhammad -Salallahu ‘alaihi wasallam- naik keledai, beliau berkata, 'Wahai Mu’adz, apakah engkau tahu apa hak Allah Shubhanahu wa ta’alla atas hamba dan apa hak hamba atas -Nya? Aku jawab, 'Allah Shubhanahu wa ta’alla dan Rasulnya lebih mengetahui.' Nabi bersabda, 'Hak Allah Shubhanahu wa ta’alla atas hamba adalah mengibadahi -Nya dan tidak menyekutukan -Nya dengan sesuatu pun, sedangkan hak hamba atas Allah Shubhanahu wa ta’alla adalah tidak mengazab siapa pun yang tidak menyekutukan -Nya dengan sesuatu pun.' Aku katakan, "Tidakkah aku sampaikan kabar gembira ini kepada orang-orang?" Beliau menjawab, 'Jangan beritahu, (khawatir) mereka akan bergantung kepadanya.'"10F11


11HR.al-Bukhari VIII/164, Muslim I/58, at-Turmudzi V/26.


21


Rukun (pilar) Tauhid uluhiah12


Tauhid uluhiah tegak dengan tiga rukun (pilar), yaitu:


1. Tauhidul Ikhlas (tauhid keiklasan). Dinamakan juga tauhidul murad (mengesakan Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam kehendak). Tidak semestinya seorang hamba menghendaki selain satu kehandak saja, yaitu Allah Shubhanahu wa ta’alla, tidak tercampuri dengan kehendak lainnya.


2. Tauhidus Shidq (mengesakan ketulusan). Dinamakan juga tauhid irodatul 'abdi (mengesakan Allah dalam kehendak hamba). Yang demikian itu dengan mencurahkan upaya dan energinya dalam mengibadahi Tuhan-nya.


3. Tauhidut Thariq (mengesakan cara), yaitu mengikuti Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi wasallam-.


Ibnul Qoyyim -rahimahullah- berkata dalam nadham syairnya:


"esa", yaitu Allah. Inilah tauhidul murad (mengesakan dalam maksud).


12Lihat kitab As-Syikh Abdurrahman Ibn Sa'di Wa Juhuduhu Fi Taudihil Aqidah hal.152 dan kitab Al-As Ilah Wal Aj Wibah Al-Usuliah Alal Aqidah Al-Washitiah oleh as-Syaikh Abdul Aziz as-Salman hal.42-43.


22


"jadikan satu", dalam determinasi, ketulusan dan keinginanmu.


Inilah tauhidul irodah (mengesakan kehendak).


"dalam satu", meneladani Rasulullah -Salallahu ‘alaihi wasallam- yang


merupakan sabil hak dan iman. Inilah tauhidut thariq.13


Dalil yang menunjukkan akan tiga rukun tersebut banyak sekali. Yang termasuk dalil ikhlas, firman Allah -ta’ala-:





"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus…" (QS.al-Bayinah:5)


Dalil as-Sidq (ketulusan) firman Allah -ta’ala-:





"…padahal jika mereka benar-benar (beriman) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka." (QS.Muhamad:21)


Firman Allah -ta’ala-:


13Lihat kitab Syarah Aqidah an-Nuniah oleh Ibnul Qoyyim, Syarh Syaikh Muhammad Khalil Harrâs II/134.





"Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar." (QS.at-Taubah:119)


Dalil al-mutaba'ah (meneladani), firman Allah -ta’ala-:





"Katakanlah: 'Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,


niscaya Allah mengasihi kalian….'" (QS.Ali Imran:31)


Siapa yang padanya tergabung tiga hal tersebut,maka ia telah memperoleh segala kesempurnaan, kebahagiaan dan keselamatan. Tidak lengkap kesempurnaan seorang hamba melainkan jika kurang dari salah satunya.


Definisi ibadah secara etimologi dan terminologi


 Definisi ibadah secara etimologi: merendah dan tunduk. Dikatakan unta muabad yakni tunduk. Jalan muabad yakni tertundukkan, ditundukan oleh kaki.Juga perkataan Tharfah Ibn al-Abd dalam karya mualaqnya yang terkenal, medeskripsikan untanya:





Berlomba unta pacu dan saling menyusul


Langkah demi langkah di atas jalan muabbad 13 F


14


Perkataannya: "di atas jalan muabad", yakni di atas jalan yang tertundukkan karena seringnya dilalui.


 Definisi ibadah secara terminologi:


secara terminologi ibadah didefinisikan dengan banyak definisi:


1. Syaikhul Islam Ibnu Taimiah -rahimahullah- mendefinisikan: segala nama yang meliputi apa saja yang dicintai dan diridai AllahShubhanahu wa ta’alla, dari ucapan, amal batin dan lahiriah.


2. Ibnul Qoyyim mendefinisikan: ibadah adalah kesempurnaan cinta bersama kesempurnaan kepatuhan. Dia menyebutkan dalam an-Nuniah:





Mengibadahi ar-Rahman puncak cintanya


Bersama ketundukan hamba-Nya,


keduanya merupakan dua kutub 14 F


15


14Syarhul Mu’alaqât al-Asyr oleh Zuzni hal.97.


15Al-Kafiah as-Syafiah lil Intishar Lil Firqotin Najiah hal.32.


25


3. As-Syaikh Ibnu Sa'di -rahimahullah- mendefinisikan dengan banyak definisi, di antaranya:


"Ibadah merupakan roh dan hakikatnya adalah merealisasikan cinta dan kepatuhan kepada AllahShubhanahu wa ta’alla. Kecintaan yang utuh dan kepatuhan yang sempurna kepada -Nya, itulah hakikat ibadah. Manakala ibadah luput dari dua hal itu atau salah satunya, ia bukanlah ibadah. Hakikat ibadah adalah ketundukan dan mengiba kepada -Nya, dan hal itu tidak terjadi kecuali dengan mencintai -Nya dengan kecintaan penuh yang dikuti seluruh kecintaan.16


Didefinisikan dengan definisi kedua, dengan berkata: ibadah dan penghambaan kepada Allah Shubhanahu wa ta’allaadalah nama yang mencakup segala yang dicintai dan diridai -Nya, dari keyakinan, amal hati dan lahiriah. Segala yang mendekatkan kepada Allah Shubhanahu wa ta’alladari aksi perbuatan dan meninggalkan adalah ibadah. Karenanya, seorang yang meningalkan maksiat karena Allah Shubhanahu wa


16Lihat kitab Al-Haqul Wâdhihatul Mubayyin hal.59-60.


26


ta’allatengah beribadah, mendekat kepada Tuhan-nya dengan aksi itu.


17


Yang perlu diingatkan, bahwa ibadah diungkapkan untuk dua hal:18


4. Pekerjaannya (aktivitas), yang merupakan aksi ibadah.


1. Objek aksi, yaitu ibadah yang dilakukan atau qurbah (yang dijadikan sarana pendekat).


Contoh: shalat. Aktivitas shalat adalah ibadah, bentuknya perbuatan shalat, dan shalat yang tengah dilakukan itu sendiri ibadah, sarana pendekat.Atas dasar ungkapan kedua, ibadah didefiniskan sebagaimana yang didefinisikan oleh Syaikul Islam Ibnu Taimiah, sedang dengan ungkapan pertama didefinisikan menurut definisi kedua dan ketiga.


2. Adapun definisi keempat yang merupakan definisi Syaikh Ibnu Sa'di, mencakup kedua pengungkapan tersebut, baik aktivitas maupun objeknya.Yang juga menjadi definisi ibadah: ia adalah amal-amal saleh sukarela yang dilakukan untuk Allah -ta’ala- serta


17Syaikh Abdurrahman as-Sa'di wa Juhudihi fi Taudhihil Aqidah hal.162.


18Lihat kitab Qoulul Mufid Ala Kitabut Tauhid oleh Syaikh Muhamad Soleh al-Utsaimin I/X.


27


mengesakan -Nya dengan hal itu.


19 Definisi ini pun mencakup dua ungkapan di atas.


Beda antara ibadah dan tauhid ibadah


Perbedaan keduanya Nampak sekali. Ibadah merupakan objek atau perbuatan, sedangkan tauhidnya adalah penujuan yang hanya untuk Allah Shubhanahu wa ta’alla semata, tanpa menyekutukan.


Kapan suatu ibadah diterima?


Ibadah tidak diterima kecuali jika terkandung dua syarat:


1. Ikhlas untuk AllahShubhanahu wa ta’alla.


2. Mengikuti tuntunan Rasulullah -Salallahu ‘alaihi wasallam.


Syaikhul Islam Ibnu Taimiah -rahimahullah- berkata, "Kopulasi din atas dua dasar: janganlah kita beribadah selain kepada Allah Shubhanahu wa ta’alladan jangan mengibadahinya kecuali dengan yang disyariatkan. Janganlah kita mengibadahi -Nya dengan bid'ah (yang dibuat-buat), sebagaimana firman Allah -ta’ala-,


19Lihat kitab Ubudiâtul Kâinat lirobbil Âlamîn oleh Farid at-Tuni hal.25.





"…Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya." (QS.al-Kahfi:110)


Dan itu merupakan realisai syahadatian: persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi selain Allah Shubhanahu wa ta’alladan persaksian bahwa Muhamad adalah Rasul utusan -Nya.


Pada yang pertama: agar jangan beribadah kecuali hanya kepada -Nya, sedang kedua: bahwa Muhamad Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan sebagai mubalig-Nya. Wajib atas kita membenarkan apa yang dikabarkannya dan mentaati perintahnya."19F20


Siapa yang ingin mengibadahi AllahShubhanahu wa ta’alla, ia harus memenuhi dua syarat tersebut. Lisan halnya mengatakan: "Akan aku lakukan apa pun yang engkau inginkan."Al-Fudhail Ibn 'Iyadh -rahimahullah- mengomentari firman Allah -ta’ala-:





"…Supaya -Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya…." (QS.al-Mulk:2)


20Al-Ubudiah hal.170.


29


Dengan mengatakan, "Jadikan ikhlas dan benar." Orang-orang bertanya, "Wahai Abu Ali, apa maksud 'Jadikan ikhlas dan benar?' Dia menjawab, "Sesungguhnya jika amal itu ikhlas tapi tidak benar, tidak diterima. Jika benar tapi tidak ikhlas, juga tidak diterima, sampai menjadi ikhlas dan benar. Ikhlas dengan menjadikannya hanya untuk Allah Shubhanahu wa ta’alla, sedang benar dengan melakukannya berdasarkan Sunah (Hadis)."21


Jika tidak terpenuhi kedua syarat tersebut atau salah satunya, ibadah menjadi batal. Penjelasannya dengan permisalan berikut: Jika seseorang shalat untuk selain Allah Shubhanahu wa ta’alla dan dengan tata cara yang tidak diajaran Rasulullah Shlallahu ‘alaihi wasallam, sungguh ibadahnya tertolak. Mengapa? Karena kedua syaratnya tidak terpenuhi. Demikian juga jika shalat sebagaimana tata cara shalat Rasulullah Shlallahu ‘alaihi wasallam, dengan tata cara yang lengkap, tetapi ditujukan kepada selain Allah Shubhanahu wa ta’alla, sungguh menjadi batal ibadahnya, mengapa?


Karena tidak terpenuhinya ikhlas. Allah Shubhanahu wata’ala berfirman:


21Ibid hal.76





"…seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan." (QS.al-An'am:88)


Dan firman -Nya:





"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan -Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki -Nya…." (QS.an-Nisa:48)21F22


Demikian juga jika shalat untuk Allah Shubhanahu wa ta’alla, tetapi tidak dengan tata cara yang diajarkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, dengan membuat tata cara sendiri, batallah ibadahnya. Karena tidak terpenuhinya mengikuti tuntunan. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, sebagaimana terdapat dalam hadis mutafak alaih,22Dalam naskah aslinya (QS.an-Nisa:48) disebutkan lebih dulu dari (QS.al-An’am:88). Sengaja dibalik urutannya agar terasa lebih mengena pendalilannya –pent.


 



Tulisan Terbaru

Menjaga Shalat dan Kh ...

Menjaga Shalat dan Khusyuk dalam Melaksanakannya

Menjampi Air Termasuk ...

Menjampi Air Termasuk Ruqyah Yang Syar'i