Artikel




Muqodimah


Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta


salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi


wa sallam beserta keluarga dan seluruh sahabatnya.


Bukti Nyata Syi'ah Ajaran Sesat


Kebanyakan kaum muslimin mengira Syi'ah hanyalah khilafiyah


atau salah satu madzhab seperti madzhab-madzhab yang


umumnya dianut oleh kebanyakan kaum muslimin di Indonesia


seperti Syafi'i, Hambali, Maliki dan Hanafi. Padahal MUI juga telah


mengeluarkan fatwa bahwa Syi’ah adalah ajaran sesat


( download fatwa MUI tentang Syi'ah ). Simaklah perbedaan


berikut antara Islam dengan Syi'ah.


1. Pembawa Agama Islam adalah Muhammad Rasulullah


Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.


1. Pembawa Agama Syi’ah adalah seorang Yahudi bernama


Abdullah bin Saba’ Al Himyari.


[Majmu' Fatawa, 4/435]


4


2. Rukun Islam menurut agama Islam:


1. Dua Syahadat


2. Shalat


3. Puasa


4. Zakat


5. Haji


[HR Muslim no. 1 dari Ibnu Umar]


2. Rukun Islam ala agama Syi’ah:


1. Shalat


2. Puasa


3. Zakat


4. Haji


5. Wilayah/Kekuasaan


[Lihat Al Kafi Fil Ushul 2/18]


3. Rukun Iman menurut agama Islam ada 6 perkara, yaitu:


1. Iman Kepada Allah


2. Iman Kepada Malaikat


3. Iman Kepada Kitab-Kitab


4. Iman Kepada Para Rasul


5. Iman Kepada hari qiamat


6. Iman Kepada Qadha Qadar.


3. Rukun Iman ala Agama Syi’ah ada 5 Perkara, yaitu:


5


1. Tauhid


2. Kenabian


3. Imamah


4. Keadilan


5. Qiamat


4. Kitab suci umat Islam Al Qur’an yang berjumlah 6666 ayat


(menurut pendapat yang masyhur).


4. Kitab suci kaum Syi’ah Mushaf Fathimah yang berjumlah


17.000 ayat (lebih banyak 1ga kali lipat dari Al Qur’an milik


kaum Muslimin).


[Lihat kitab mereka Ushulul Kafi karya Al Kulaini 2/634]


5. Adzan menurut Agama Islam:


ı (Allōhu akbar) 4 kali


ı (Asyhadu allā ilāha illallōh) 2 kali


ı (Asyhadu anna Muhammadan rōsulullōh) 2 kali


ı (Hayya ‘alash Sholāh) 2 kali


ı (Hayya ‘alal falāh) 2 kali


ı (Allōhu akbar) 2 kali


ı (Lā ilāha illallōh) 1 kali


ı Lihat Video Adzan Agama Islam


5. Adzan Ala Agama Syi’ah:


ı (Allōhu akbar) 4 kali


ı (Asyhadu allā ilāha illallōh) 2 kali


ı (Asyhadu anna Muhammadan rōsulullōh) 2 kali


6


ı (Asyhadu anna ‘Aliyyan waliyullōh) 2 kali


ı (Hayya ‘alash Sholāh) 2 kali


ı (Hayya ‘alal falāh) 2 kali


ı (Hayya ‘alā khoiril ‘amal) 2 kali


ı (Allōhu akbar) 2 kali


ı (Lā ilāha illallōh) 2 kali


ı Lihat Video Adzan Agama Syiah


6. Islam meyakini bahwa shalat diwajibkan pada 5 waktu.


6. Agama Syi’ah meyakini bahwa shalat diwajibkan hanya pada


3 waktu saja.


7. Islam meyakini bahwa shalat Jum’at hukumnya wajib. [QS Al


Jumu'ah:9]


7. Agama Syi’ah meyakini bahwa shalat jum’at hukumnya 1dak


wajib.


8. Islam menghormaE seluruh sahabat Rasulullah dan meyakini


mereka orang-orang terbaik yang digelari Radhiallohu ‘Anhum


oleh Allah. [QS At Taubah 9:100]


8. Agama Syi’ah meyakini bahwa seluruh sahabat Rasulullah


telah kafir (Murtad) kecuali Ahlul Bait (versi mereka), salman Al


Farisi, Al Miqdad bin Al Aswad, Abu Dzar Al Ghifari.


[Ar Raudhoh Minal Kafi Karya Al Kulaini 8/245-246]


9. Islam meyakini bahwa Abu Bakar adalah orang terbaik dari


umat ini setelah Rasulullah, kemudian setelahnya Umar bin Al


7


Khatthab, lalu Utsman bin ‘Affan, lalu ‘Ali bin Abi Thalib.


9. Agama Syi’ah meyakini bahwa orang terbaik setelah


Rasulullah adalah Ali bin Abi Thalib, adapun Abu Bakar dan


Umar bin Al Khatthab adalah dua berhala Quraisy yang


terlaknat.


[Ajma'ul Fadha'ih karya Al Mulla Kazhim hal. 157].


10. Islam meyakini bahwa Abu bakar adalah orang yang paling


berhak menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah.


10. Agama Syi’ah meyakini bahwa orang yang paling berhak


menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah adalah Ali bin Abi


Thalib.


11. Islam meyakini bahwa Abu Bakar adalah khalifah pertama


yang sah.


11. Agama Syi’ah memposisikan Abu Bakar sebagai perampas


kekhalifahan dari ‘Ali bin Abi Thalib


12. Islam meyakini bahwa Mu’awiyah bin Abi Sufyan, ‘Amr bin Al


‘Ash, Abu Sufyan termasuk sahabat Rasulullah


12. Agama Syi’ah meyakini bahwa mereka pengkhianat dan


telah kafir (Murtad) dari Islam.


13. Tata shalat agama Islam Lihat Videonya


8


13. Tata shalat agama Syiah Lihat Videonya


Perhatian: Semua yang kami sampaikan ini bersumberkan dari


kitab-kitab yang mereka jadikan rujukan dan sebagiannya dari


situs resmi mereka.


Lihat video Lainnya tentang Kesesatan syiah videosyiah.com


Semoga tulisan tentang Bukti Syi'ah Bukan Islam yang singkat ini


bisa menyadarkan kaum muslimin akan bahaya Syi’ah dan Syi’ah


adalah agama kafir (Sumber)


Ketika Umat Islam Dibantai Syi’ah


9


Ketika Ummat Islam di Suriah dibantai rezim Syi’ah, dan ketika


Ummat Islam di Iran dibantai dan mengalami perlakuan


diskriminatif oleh para penguasa Syi’ah, saat itu pula di Indonesia


misionaris Syi’ah leluasa menjajakan paham sesatnya di radio,


surat kabar, televisi, hingga ke perguruan tinggi Islam seperti UIN


dan IAIN.


Kalangan Syi’ah itu tidak perlu menunggu jadi mayoritas lebih


dulu untuk menjadi penguasa di suatu kawasan, karena dalam


posisi sebagai minoritas pun mereka bisa merebut kekuasaan dari


tangan kaum Sunni (Ahlus Sunnah wal Jama’ah). Salah satu


sebabnya, mereka ditopang kekuatan negara-negara kafir yang


memusuhi Islam.


Itulah sebabnya, meski di Indonesia penduduk berpaham Syi’ah


merupakan minoritas, namun mereka terlihat berani, tidak lagi


malu-malu dan tidak lagi berta’qiyah. Kasus Sampang yang terjadi


pada 29 Desember 2011 lalu, menunjukkan hal itu. Secara akal,


bila tidak ada kasus Sampang, boleh jadi kewaspadaan Ummat


Islam terhadap gerakan Syi’ah yang sudah sedemikian berani dan


10


nekat, tidak bangkit ke permukaan.


ADA FENOMENA yang paradoks, ketika Ummat Islam di Suriah


dibantai rezim Bashar Assad (kelahiran Damaskus, 11 September


1965) yang berpaham Syi’ah Nushairiyah; dibantai di Iran yang


merupakan pusatnya paham sesat Syi’ah, bahkan di Teheran


ibukota Iran tidak ada satu pun masjid Sunni (Ahlus Sunnah wal


Jama’ah); di Indonesia yang konon berpaham Ahlussunnah wal


jama’ah ini, para misionaris Syi’ah justru leluasa


mempropagandakan bahwa Syi’ah itu bagian dari Islam, atau


merupakan salah satu madzhab dalam Islam.


Para misionaris Syi’ah itu seolah tidak terusik oleh fakta


kekejaman kalangan Syi’ah di Suriah dan di Iran yang membunuhi


Ummat Islam. Para misionaris itu tetap saja menjajakan


kebohongan bahwa Syi’ah dan ahlussunnah wal jama’ah itu samasama


Islam yang layak hidup berdampingan, jangan membesarbesarkan


perbedaan, Syi’ah itu Islam juga, tuhannya Allah,


nabinya Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan sebagainya.


Padahal iblis juga mengakui Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa.


Namun iblis mengingkari perintah Allah dan wahyu-Nya yang


disampaikan kepada Muhammad Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa


Sallam.


Artinya, dari segi tauhid, iblis justru terlihat lebih baik dari


kalangan Ahmadiyah yang menjadikan Mirza Ghulam Ahmad


sebagai nabi setelah Muhammad Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa


Sallam; juga lebih baik dari sekte Syi’ah bathiniyah yang


mempertuhankan Ali bin Abi Thalib ra. Salah satu materi bid’ah


yang diprakarsai Syi’ah bathiniyah adalah peringatan maulid Nabi.


Di Indonesia, peringatan maulid Nabi menjadi program “wajib” di


kalangan yang menyebut dirinya ahlussunnah wal jama’ah.


11


Bahkan, mereka tidak hanya ‘mewajibkan’ peringatan maulid,


tetapi mencibir Ummat Islam yang menolak peringatan maulid


dengan sebutan wahabi.


Fakta kekejaman penguasa Syi’ah di Suriah dapat diperoleh dari


Wahid Shaqr. Menurut juru bicara Gerakan Perubahan Nasional


Suriah ini, selama satu tahun revolusi Suriah berlangsung, lebih


dari 15 ribu warga sipil muslim Suriah gugur oleh serangan militer


rezim Bashar Assad. Sebelumnya, menurut ustadz Ghiyath Abdul


Baqi Asyuraiqi asal Suriah ketika berkunjung ke Indonesia Februari


lalu, sejak revolusi yang terjadi pada 15 Maret 2011, rezim Syi’ah


Nushairiyah Bashar Assad menghancurkan wilayah pemukiman


penduduk Sunni (Ahlus Sunnah wal Jama’ah) dengan tank, roket,


dan serangan bom.


Bahkan serangan militer yang brutal itu juga ditujukan kepada


sejumlah masjid yang di dalamnya masih berlangsung


pelaksanaan ibadah shalat. Akibat serangan itu, selama satu


tahun revolusi, terdapat belasan ribu Ummat Islam tewas di


tangan rezim Syi’ah ini, sedangkan sekitar 5.000 jiwa lebih lainnya


menderita luka-luka serius hingga ringan.


Masih menurut ustadz Ghiyath Abdul Baqi Asyuraiqi, Ummat


Islam yang lolos dari lubang maut serangan brutal tersebut,


dimasukkan ke dalam penjara. Jumlahnya mencapai 100.000


lebih. Sebagian lainnya mengungsi ke Lebanon, Turki, Jordan,


Arab Saudi dan negara-negara lainnya, yang jumlahnya mencapai


lebih dari 500 ribu jiwa.


Di Suriah, komunitas Syi’ah adalah minoritas. Ketika mereka


menguasai kekuatan politik dan militer, maka warga Islam Sunni


(Ahlus Sunnah wal Jama’ah) yang jumlahnya mencapai 80 persen


12


dari total penduduk Suriah yang mencapai 20 juta jiwa ini pun


menjadi sasaran pembantaian. Menurut catatan, sekitar 10


persen penduduk Suriah adalah penganut Syi’ah Nushairiyah


(yang sedang berkuasa), lima persen Syi’ah bathiniyah, dan lima


persen lainnya penganut Nashrani.


Jadi, kalangan Syi’ah itu tidak perlu menunggu jadi mayoritas


lebih dulu untuk menjadi penguasa di suatu kawasan, karena


dalam posisi sebagai minoritas pun mereka bisa merebut


kekuasaan dari tangan kaum Sunni (Ahlus Sunnah wal Jama’ah).


Salah satu sebabnya, mereka ditopang kekuatan negara-negara


kafir yang memusuhi Islam.


Itulah sebabnya, meski di Indonesia penduduk berpaham Syi’ah


merupakan minoritas, namun mereka terlihat berani, tidak lagi


malu-malu dan tidak lagi berta’qiyah. Kasus Sampang yang terjadi


pada 29 Desember 2011 lalu, menunjukkan hal itu. Kalau Edak


ada kasus Sampang, boleh jadi kewaspadaan Ummat Islam


terhadap gerakan Syi’ah yang sudah sedemikian berani dan nekat,


tidak bangkit ke permukaan.


Dari Radio Sampai UIN IAIN


Gerakan Syi’ah tidak melulu berupa program terstruktur dari


sebuah lembaga berbadan hukum yang jelas-jelas menyatakan


dirinya Syi’ah, tetapi bisa disisipkan di lembaga-lembaga yang


terlanjur diidentifikasi sebagai lembaga bukan Syi’ah oleh


masyarakat. Misalnya, di Radio Silaturahim (Radio Rasil) yang


memposisikan diri sebagai radio dakwah Islam, ternyata di


sebagian acaranya, ada propaganda paham sesat Syi’ah.


Terutama acara yang dibawakan oleh ustadz Husen Alatas dan


13


ustadz Zen Al-Hady.


Di sejumlah masjid yang secara kultural lebih dekat ke NU


(Nahdlatul Ulama), ada kalanya bisa ditemukan materi khotbah


Jum’at yang mengandung propaganda paham sesat Syi’ah, dan


hal tersebut tidak disadari oleh jama’ah maupun pengurusnya.


Begitu juga dengan televisi RI maupun swasta, karena pemilik dan


pengelola program keagamannya awam, maka mereka seringkali


tidak menyadari sedang ditunggangi oleh para misionaris Syi’ah


untuk mengkampayekan paham sesat Syi’ah. Bahkan TVRI


beberapa tahun yang lalu pernah kecolongan selama Ramadhan


menyiarkan materi Syi’ah, sehingga pihak MUI (Majelis Ulama


Indonesia) menurut salah seorang ketua MUI, menyatakan


keberatannya.


UIN alias IAIN yang selama ini suka disebut sebagai lembaga


pendidikan tinggi Islam yang juga melahirkan paham liberal


bahkan neo-komunisme, juga bisa dirasakan adanya gerakan


Syi’ah di dalamnya. Misalnya, melalui sejumlah disertasi maupun


tesis yang berbau Syiah. Bahkan, ada disertasi dan tesis yang


justru mempromosikan konsep Nikah Mut’ah ynag sudah


diharamkan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.


Misalnya, salah satu tesis karya Munawar, SHI dari IAIN/UIN


Sunan Kalijaga Jogjakarta, 13 Desember 2006, berjudul Nikah


Mut’ah Sebuah Alternatif Solusi Perzinaan. Dari UIN Sunan


Kalijaga Jogjakarta, setidaknya bisa ditemui belasan karya tulis


(tesis dan disertasi) yang berbau Syi’ah. Di UIN Alaudin Makassar,


bisa ditemui sekitar lima karya tulis yang berbau Syi’ah. (lihat,


Astaghfirullah… Sejumlah disertasi dan tesis di UIN IAIN Indonesia


berbau Syiah, bahkan ada yang promosi Nikah Mut’ah)


14


Menurut informasi Nugon di suatu milis yang anggotanya para


intelektual Muslim di dalam negeri maupun luar negeri, di UIN


Syarif Hidayatullah Jakarta, pada masa tertentu yang namanya


tesis atau skripsi harus cenderung kepada paham Mu’tazilah,


Syi’ah atau Sepilis. “Kalau lurus, lempeng, ndak laku, sulit diapproved


untuk diuji, dan sulit lulus. Koko ane dulu mengajukan


skripsi yang cukup brilian menurut ane, yaitu perbandingan


Shakespeares vs Dongeng 1001 Malam. Mau dibedah dari segi


sastra. Tapi lama sekali tidak ditanggapi oleh dosen


pembimbingnya. Walhasil terpaksa ganti haluan, cari topik skripsi


yang ringan-ringan, baru di-approved.”


Di UIN Alaudin Makassar, konon tokoh Syi’ah Jalaluddin Rakhmat


menempuh program untuk gelar doctor di sana, namun diprotes


oleh para tokoh Islam. Maka dalam wisuda ke-61 periode


Desember 2011, yang berlangsung pada hari Kamis tanggal 29


Desember 2011, di Auditorium UIN Alauddin Rektor UIN


Alauddin, Prof Dr H A Qadir Gassing HT MS, menjelaskan, UIN


Alaudin Makassar tidak memberi gelar doktor kepada Jalaluddin


Rakhmat (Kang Jalal), namun Kang Jalal sendiri yang mendaftar


secara resmi melalui program doktor by research.


Sikap petinggi UIN Alaudin Makassar yang toleran dan akomodatif


terhadap Jalaluddin Rakhmat yang selama ini jelas-jelas berpaham


Syi’ah menunjukkan bahwa gerakan Syi’ah memang berani dan


terang-terangan. Selama ini Jalaluddin Rakhmat melalui sejumlah


tulisannya mengkafirkan sahabat Nabi.


Misalnya, dalam Buletin al Tanwir Yayasan Muthahhari, IJABI


Jabar bekerjasama dengan IJABI Sulsel, Edisi Khusus No. 298. 10


Muharram 1431 H. hal. 3, Kang Jalal mengatakan bahwa para


sahabat merobah-robah agama. Di halaman berikutnya, Kang


15


Jalal mengatakan bahwa para sahabat murtad.


Sedangkan melalui tulisannya berjudul Al Mushthafa (Manusia


Pilihan yang Disucikan), Bandung: Simbiosa Rekatama Media,


2008. hal. 24, Kang Jalal mengatakan bahwa Muawiyah tidak


hanya fasik bahkan kafir, tidak meyakini kenabian. Kemudian di


halaman 73, Kang Jalal mengatakan bahwa ia (Muawiyah)


bersama dengan Abu Sufyan dan Amr bin ash telah dilaknat oleh


Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.


***


Begitulah faktanya, ketika Ummat Islam di Suriah dibantai rezim


Syi’ah, ketika Ummat Islam di Iran dibantai dan mengalami


perlakuan diskriminatif oleh para penguasa Syi’ah, sementara itu


di Indonesia misionaris Syi’ah leluasa menjajakan paham sesatnya


di radio, suratkabar, televisi, hingga ke perguruan tinggi. Ketika


tokoh-tokoh penyesat berpaham sesat Syi’ah kian berani,


pantaskah tokoh Islam ahlussunnah wal jama’ah justru cari aman,


pura-pura tidak tahu, atau justru berbalik arah mendukung


Syi’ah? (Oleh: Hamzah Tede dan Hartono Ahmad Jaiz-Sumber)


Syi'ah Bukan Islam, tapi Ordo Sesat! Kesesatannya Diakui Ulama


Dunia, MUI, NU & Depag


YOGYAKARTA (voa-islam.com) - Majelis Mujahidin (MM)


menyesalkan pernyataan oknum pimpinan Majelis Ulama


Indonesia (MUI) Pusat, Umar Syihab yang menuntut diakui


eksistensinya sebagai penganut agama Islam. Pernyataan ini


memperkeruh suasana dengan mendompleng insiden Sampang


16


(29/12/2011) sebagai momentum untuk merehabilitasi kesesatan


ordo Syi’ah. Demikian rilis MM yang diterima voa-islam.com,


Kamis (5/1/2012).


“Kasus pembakaran padepokan ordo Syi’ah oleh warga


masyarakat Nangkerang, Sampang, Madura, digunakan sebagai


momentum rehabilitasi kesesatan Syi’ah oleh tokoh-tokoh Syi’ah


di Indonesia. Dalam kasus ini, Syi’ah memposisikan diri sebagai


pihak yang teraniaya dan dizalimi, bukan saja oleh umat Islam tapi


juga Negara,” ujar Majelis Mujahidin dalam rilis yang


ditandatangani oleh Al-Ustadz Muhammad Thalib (Amir), Irfan S.


Awwas (Ketua), dan M. Shabbarin Syakur (Sekretaris).


Sebagai sebuah ordo agama, jelas Thalib, Syi’ah dinyatakan sesat


dan bukan bagian dari Islam, karena keyakinan serta doktrinnya


yang menghina Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan para


shahabat. Indoktrinasi Syi’ah menyatakan bahwa: Imam Syi’ah


maksum dan derajatnya lebih tinggi dari Rasulullah, Al-Qur’an


yang ada sekarang palsu, para shahabat Nabi semuanya pendusta


karena itu semua hadits shahih dalam kitab hadits kaum Muslimin


dianggap palsu. Dan mereka menganggap para khalifah selain


Ali karramallahu wajhah adalah para perampas kekuasaan


kekhalifahan. Dan yang paling menjijikkan, mereka melakukan


mut’ah alias kawin kontrak.


Oleh karena itu, lanjut Thalib, para ulama Islam sepakat


memvonis Syi’ah bukan Islam. Di antara ulama besar yang


menyatakan demikian adalah: Imam Ahmad bin Hambal, Imam


Malik, Imam Syafi’i, Al-Bukhari, Abu Hamid Muhammad Al-


Muqaddasi, Ibnu Katsir, Ibnu Taimiyah dll. Abu Zur’ah Ar-Razi


mengatakan: “Bila Anda melihat seseorang mencela salah seorang


shahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, maka


17


ketahuilah orang tersebut adalah zindiq. Karena ucapannya itu


berakibat membatalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.”


Selain itu, Majelis Mujahidin juga mengungkap konsensus


lembaga dan ormas Islam Indonesia yang menyatakan bahwa


ajaran Syi’ah sesat dan menyesatkan. Rakernas MUI 4 Jumadil


Akhir 1404 H/7 Maret 1984 M di Jakarta, MUI telah


merekomendasikan perlunya umat Islam bangsa Indonesia


waspada terhadap menyusupnya paham Syi’ah yang memiliki


perbedaan-perbedaan pokok dengan ajaran Islam Ahlu Sunnah


(pengikut Qur’an dan Sunnah).


PBNU pernah mengeluarkan surat resmi Nomor: 724/A. II.


03/10/1997, 12 Rabiul Akhir 1418 H/14 Oktober 1997 M yang


ditandatangani Rais Aam KH. M. Ilyas Ruhiat dan Katib Aam KH.


M. Drs. Dawam Anwar. Mengingatkan kepada bangsa Indonesia


agar tidak terkecoh oleh propagandis-propagandis Syi’ah, dan


perlunya umat Islam bangsa Indonesia mengetahui perbedaan


prinsipil ajaran Syi’ah dengan Islam.


Departemen Agama RI (sekarang Kemenag RI) telah


mengeluarkan Surat Edaran Nomor: D/BA. 01/4865/1983, 5


Desember 1983 tentang, “Hal ihwal Mengenai Golongan Syi’ah”


menyatakan bahwa ajaran Syi’ah tidak sesuai bahkan


bertentangan dengan ajaran Islam.


Karenanya, Majelis Mujahidin menegaskan bahwa Syi’ah adalah


bukan Islam tapi ordo sesat, dan orang yang menyatakan Syi’ah


tidak sesat, berarti dia adalah orang sesat. “Bahwa Syi’ah bukan


dari golongan Islam. Siapa saja yang tidak menganggap Syi’ah


sesat berarti dia sesat,” ujar Thalib. [Desastian - Sumber]


18


Fatwa MUI Tentang Syi’ah


Majelis Ulama Indonesia dalam Rapat Kerja Nasional bulan


Jumadil Akhir 1404 H./Maret 1984 M merekomendasikan tentang


faham Syi’ ah sebagai berikut :


Faham Syi’ah sebagai salah satu faham yang terdapat dalam dunia


Islam mempunyai perbedaan-perbedaan pokok dengan mazhab


Sunni (Ahlus Sunnah Wal Jamm’ah) yang dianut oleh Umat Islam


Indonesia.


Perbedaan itu di antaranya :


1. Syi’ah menolak hadis yang tidak diriwayatkan oleh Ahlu


Bait, sedangkan Ahlu Sunnah wal Jama’ah tidak


membeda-bedakan asalkan hadits itu memenuhi syarat


ilmu mustalah hadis.


19


2. Syi’ah memandang “Imam” itu ma ‘sum (orang suci),


sedangkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah memandangnya


sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kekhilafan


(kesalahan).


3. Syi’ah tidak mengakui Ijma’ tanpa adanya “Imam”,


sedangkan Ahlus Sunnah wal Jama’ ah mengakui Ijma’


tanpa mensyaratkan ikut sertanya “Imam”.


4. Syi’ah memandang bahwa menegakkan


kepemimpinan/pemerintahan (imamah) adalah


termasuk rukun agama, sedangkan Sunni (Ahlus Sunnah


wal Jama’ah) memandang dari segi kemaslahatan umum


dengan tujuan keimamahan adalah untuk menjamin dan


melindungi da’wah dan kepentingan umat.


5. Syi’ah pada umumnya tidak mengakui kekhalifahan Abu


Bakar as-Siddiq, Umar Ibnul Khatab, dan Usman bin


Affan, sedangkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengakui


keempat Khulafa’ Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Usman dan


Ali bin Abi Thalib).


Mengingat perbedaan-perbedaan pokok antara Syi’ah dan Ahlus


Sunnah wal Jama’ah seperti tersebut di atas, terutama mengenai


perbedaan tentang “Imamah”(pemerintahan)”, Majelis Ulama


Indonesia menghimbau kepada umat Islam Indonesia yang


berfaham Ahlus Sunnah wal Jama’ah agar meningkatkan


kewaspadaan terhadap kemungkinan masuknya faham yang


didasarkan atas ajaran Syi’ah


Ditetapkan : Jakarta, 7 Maret 1984 M


4 Jumadil Akhir 1404 H


20


KOMISI FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA


Ketua Sekretaris


Ttd Ttd


Prof. K.H. Ibrahim Hosen, LML H. Musytari Yusuf,


LA


(Untuk mendownload, silahkan klik disini )


21


Pernyataan Pers Majelis Mujahidin: Syi’ah Bukan Islam


KASUS pembakaran padepokan ordo Syi’ah oleh warga


masyarakat Nangkerang, Sampang, Madura, 29 Desember 2011


lalu, digunakan sebagai momentum rehabilitasi kesesatan Syi’ah


oleh tokoh-tokoh Syi’ah di Indonesia.


Dalam kasus ini, Syi’ah memposisikan diri sebagai pihak yang


teraniaya dan dizalimi, bukan saja oleh umat Islam tapi juga


Negara. Bahkan melalui berbagai pernyataan simpatisan Syi’ah,


mereka menuntut diakui eksistensinya sebagai penganut agama


Islam, seperti dinyatakan salah seorang pimpinan MUI Pusat,


Umar Syihab:


“MUI tidak pernah menyatakan bahwa Syiah itu sesat. Syiah


dianggap salah satu mazhab yang benar sama halnya dengan ahli


sunnah wal jama'ah, ialah mazhab yang benar, dan kedua mazhab


22


tersebut sudah ada sejak awal Islam," katanya di sebuah acara TV.


Sebagai sebuah ordo agama, Syi’ah dinyatakan sesat dan bukan


bagian dari Islam, karena keyakinan serta doktrinnya yang


menghina Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan para shahabat.


Indoktrinasi Syi’ah menyatakan bahwa: Imam Syi’ah maksum dan


derajatnya lebih tinggi dari Rasulullah, Al-Qur’an yang ada


sekarang palsu, para shahabat Nabi semuanya pendusta karena


itu semua hadits shahih dalam kitab hadits kaum Muslimin


dianggap palsu. Dan mereka menganggap para khalifah selain Ali


karramallahu wajhah adalah para perampas kekuasaan


kekhalifahan. Dan yang paling menjijikkan, mereka melakukan


mut’ah alias kawin kontrak.


Oleh karena itu, ulama Islam menyatakan bahwa Syi’ah bukan


Islam. Di antara ulama besar yang menyatakan demikian adalah:


1) Imam Ahmad bin Hambal, 2) Imam Malik, 3) Imam Syafi’i, 4) Al-


Bukhari, 5) Abu Hamid Muhammad Al-Muqaddasi, 6) Ibnu Katsir,


7) Ibnu Taimiyah dll. Abu Zur’ah Ar-Razi mengatakan: “Bila Anda


melihat seseorang mencela salah seorang shahabat Rasulullah


Saw, maka ketahuilah orang tersebut adalah zindiq. Karena


ucapannya itu berakibat membatalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.”


Selain itu, ormas Islam Indonesia juga menyatakan ajaran Syi’ah


sesat dan menyesatkan. Rakernas MUI 4 Jumadil Akhir 1404 H/7


Maret 1984 M di Jakarta, MUI telah merekomendasikan perlunya


umat Islam bangsa Indonesia waspada terhadap menyusupnya


paham Syi’ah yang memiliki perbedaan-perbedaan pokok dengan


ajaran Islam Ahlu Sunnah (pengikut Qur’an dan Sunnah).


PBNU pernah mengeluarkan surat resmi Nomor: 724/A. II.


03/10/1997, 12 Rabiul Akhir 1418 H/14 Oktober 1997 M yang


23


ditandatangani Rais Aam KH. M. Ilyas Ruhiat dan Katib Aam KH.


M. Drs. Dawam Anwar. Mengingatkan kepada bangsa Indonesia


agar tidak terkecoh oleh propagandis-propagandis Syi’ah, dan


perlunya umat Islam bangsa Indonesia mengetahui perbedaan


prinsipil ajaran Syi’ah dengan Islam.


Departemen Agama RI (sekarang Kemenag RI) telah


mengeluarkan Surat Edaran Nomor: D/BA. 01/4865/1983, 5


Desember 1983 tentang, “Hal ihwal Mengenai Golongan Syi’ah”


menyatakan bahwa ajaran Syi’ah tidak sesuai bahkan


bertentangan dengan ajaran Islam.


Berdasarkan alasan dan fakta di atas, maka sebagai institusi


penegak Syari’ah Islam, Majelis Mujahidin menyampaikan


pernyataan syar’iyah sebagai berikut:


1. Bahwa Syi’ah bukan dari golongan Islam. Siapa saja yang


tidak menganggap Syi’ah sesat berarti dia sesat.


2. Pemerintah, MUI dan ormas Islam supaya melakukan


penelitian tuntas terhadap ajaran-ajaran Syi’ah


berdasarkan kitab-kitab induk mereka, tanpa terkecoh


dengan perbuatan, aktifitas, maupun taqiyah pengikut


Syi’ah. Sehingga perbedaan paham ataupun


penyimpangan ajarannya dapat diketahui secara publik.


3. Supaya pemerintah segera menyelesaikan kasus


pembakaran padepokan ordo Syi’ah di Madura secara


menyeluruh dan adil dengan melakukan investigasi


secara cermat sebab-sebab terjadinya peristiwa


tersebut.


4. Majelis Mujahidin mengusulkan diadakan perdebatan


ilmiah dengan para pentolan Syi’ah, guna menguji


pengakuan kebenaran maupun kebatilan ajaran Syi’ah.


24


Jika mereka tidak mau merespon usulan ini, hal itu


mengindikasikan adanya iktikad yang tidak baik,


menyembunyikan penyimpangan dan permusuhannya


terhadap Islam dan kaum Muslimin.


Jogjakarta, 4 Januari 2012


Lajnah Tanfidziyah Majelis Mujahidin Indonesia (MMI)


Irfan S Awwas (Ketua) M. Shabbarin Syakur (Sekretaris)


Sumber: hidayatullah.com



Tulisan Terbaru

Menjaga Shalat dan Kh ...

Menjaga Shalat dan Khusyuk dalam Melaksanakannya

Menjampi Air Termasuk ...

Menjampi Air Termasuk Ruqyah Yang Syar'i