Segala puji hanya untuk Allah Shubhanahu wa ta’alla yang telah memuliakan tauhid beserta para pembela dan pengusungnya, menghinakan perbuatan syirik serta para pelakunya. Saya bersaksi bahwasannya tidak ada ilah yang berhak di sembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla, tidak ada sekutu baginya. Dan saya juga bersaksi bahwa Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan Allah Shubhanahu wa ta’alla. Sholawat serta salam dan keberkahan semoga selalu tercurah kepada beliau, keluarga serta para sahabatnya.
Allah Shubhanahu wa ta’alla Ta'ala berfirman:
قال الله تعالى: ﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدٗا ٧٠ يُصۡلِحۡ لَكُمۡ أَعۡمَٰلَكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا عَظِيمًا﴾ [البقرة: 70-71]
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar". (QS al-Ahzaab: 70-71).
Kaum muslimin…
Pada saat ini, begitu terasa ujian yang sedang menimpa umat, cobaan yang di bebankan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla kepada umat ini, semakin hari semakin bertambah, dan terus bertambah musibah yang di alami oleh saudara kita sesama muslim di belahan barat dan timur, yang sudah tidak asing lagi di kalangan kita semua.
Saudaraku seakidah…
Sesungguhnya umat Islam -dan umat ini sedang dalam ujian serta fitnah yang sangat besar- sangat membutuhkan kepada pemahaman sempurna terhadap sejarah kemulian para pendahulu kita salafus shalih radhiyallahu 'anhum, sebuah potret sejarah yang mengandung kejayaan umat, mengantarkan perjalanan hidup di atas manhaj yang benar dan petunjuk yang lurus. Sungguh sebuah sejarah yang penuh dengan pelajaran, yang mengenyangkan jiwa, memperbaiki perilaku, menyinari akal, memberi pelajaran dan ibroh, yang mampu memompa semangat serta menguatkan cita-cita, dan memecut keinginan. Sejarah untuk di ambil sebagai pelajaran oleh umat, guna mempersiapkan diri meraih kembali puncak-puncak kejayaan, menilik tempat-tempat yang bisa mendatangkan pertolongan Allah Shubhanahu wa ta’alla, dan pendorong kekukuhan umat.
Saudaraku kaum muslimin…
Pada zaman Umar al-Faruq radhiyallahu 'anhu, seorang khalifah yang Rasyid (mendapat petunjuk), penaklukan demi penaklukan negeri kafir terus berlanjut, sebuah kepemimpinan yang mengantarkan kepada kebahagian dan kesejahteraan umat manusia, serta ketentraman pada setiap lini kehidupan.
Diantara sekian banyak penaklukan yang dapat di capai oleh kaum muslimin pada saat itu adalah di taklukannya negeri Syam, yang masuk padanya dapat direbutnya kota al-Quds dari tangan penjajah, sebuah penaklukan yang memiliki peran penting dalam barisan umat. Sedangkan penaklukan itu sendiri, terjadi pada tahun ke enam belas Hijriyah.
Kaum muslimin rakhimakumullah…
Sungguh dengan di taklukannya kota ini, di dalamnya membawa sebuah pelajaran yang sangat agung serta ibroh yang mulia bagi kita semua, di antara pelajaran yang dapat kita petik dari penaklukan ini yaitu; Bahwa suatu keharusan bagi kaum muslimin adalah mempunyai rasa percaya diri yang tinggi serta merasa lebih mulia dengan agamanya, percaya kepada Rabbnya. Dengan tidak mengeyampingkan ajaran tauhid, bertawakal kepada -Nya, menyerahkan segala usaha dan upaya guna meraih ketakwaan kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla, dan tunduk didalam bingkai ketaatan kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam. Maka, inilah kaidah dan pondasi yang bisa mengantarkan kepada kemuliaan dan kejayaan umat, inti dari sarana untuk meraih pertolongan -Nya, serta segera di angkatnya bencana dan ujian serta ditolaknya segala bentuk fitnah.
Di kisahkan dalam sejarah, Setelah berhasil menguasai negeri ini dan kedudukannya berubah menjadi di bawah kekuasaan Umar radhiyallahu 'anhu, maka beliau memerintahkan Mu'awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu 'anhum 'ala Shohabah 'ajma'in, untuk ekspedisi menaklukan negeri berikutnya, dan sebelumnya beliau memberikan surat wasiat kepadanya, yang isinya antara lain; Amma Ba'du: "Saya jadikan dirimu sebagai panglima dalam ekspedisi ini, maka laksanakan perintah ini, berangkatlah ke Qoisaariyah, mintalah pertolongan hanya kepada Allah Azza wa jalla dan perbanyaknya mengucapkan; 'Laa haula walaa quwata ilaa billahil 'Aliyil 'Adhim' (Tiada daya dan upaya melainkan dari Allah Shubhanahu wa ta’alla yang Maha Tinggi lagi Maha Agung)."
Dan para Sahabat, mereka adalah orang-orang yang sangat paham betul dengan makna kalimat yang terkandung didalamnya. Di antara kelanjutan wasiat beliau adalah; 'Allah Shubhanahu wa ta’alla adalah satu-satunya Rabb kita, kita serahkan segala urusannya hanya kepada -Nya, tempat untuk mengharap dan mengadu, dan -Dia lah sebaik-baik tempat mengadu dan meminta pertolongan". Maka Mu'awiyah pun berangkat –Sembari membawa makna yang sangat agung ini dari wasiat-wasiat Umar – yang pada akhirnya Allah Shubhanahu wa ta’alla memenangkan mereka dan dapat menguasai negeri tersebut.
Tatkala Umar mengunjungi kota Syam, di saat penaklukan-penaklukan ini sedang terjadi, dalam keadaan naik keledainya dan kedua kakinya berada di satu sisi, Abu Ubaidah radhiyallahu 'anhu berkata kepadanya: "Wahai Amirul mu'minin, sekarang engkau akan bertemu dengan para pembesar Romawi". Maka terucaplah dari Umar sebuah ucapan yang sangat mashur: "Sesungguhnya Allah Shubhanahu wa ta’alla telah memuliakan kalian dengan Islam, kalau sekiranya kalian berusaha untuk mencari kemulian dari selain Allah Shubhanahu wa ta’alla, maka -Dia pasti akan menghinakan kalian". Kemudian beliau berkhutbah dengan khutbah yang ringkas namun sangat agung isinya, yang kaya makna dan petuah, di antara isi khutbahnya adalah: "Barangsiapa di antara kalian yang merasa senang dengan kebaikannya, dan merasa sedih dengan kejelekannya, maka di adalah seorang mukmin". Sebuah kalimat yang harus menjadi pegangan hidup dalam masyarakat muslim.
Di antara sikap Umar al-Faruq radhiyallahau 'ahu yang ada pada saat itu, yaitu menulis surat kepada Abu Ubaidah untuk berangkat jihad di tengah-tengah penaklukan-penaklukan tersebut, seraya berkata: "Keselamatan semoga tercurah atas kalian, sesungguhnya saya memuji kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla baik dalam keadaan sembunyi maupun terang-terangan, dan saya peringatkan kalian semua dari perbuatan maksiat kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla Ta'ala, saya juga peringatkan dan melarang kalian agar jangan sampai menjadi orang-orang yang tersirat dalam firman -Nya:
قال الله تعالى: ﴿ قُلۡ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمۡ وَأَبۡنَآؤُكُمۡ وَإِخۡوَٰنُكُمۡ وَأَزۡوَٰجُكُمۡ وَعَشِيرَتُكُمۡ وَأَمۡوَٰلٌ ٱقۡتَرَفۡتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٞ تَخۡشَوۡنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرۡضَوۡنَهَآ أَحَبَّ إِلَيۡكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٖ فِي سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّىٰ يَأۡتِيَ ٱللَّهُ بِأَمۡرِهِۦۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَٰسِقِينَ ﴾ [سورة التوبة : 24]
"Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, sanak keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul -Nya dan dari berjihad di jalan -Nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan -Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik." (QS at-Taubah: 24).
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada penutup para Nabi dan Imamnya para utusan. Alhamdulillahi rabil 'alaimin".
Sebuah wasiat yang ringkas namun penuh makna. Maka tatkala surat ini di bacakan di hadapan kaum muslimin, tidak ada seorang pun melainkan meneteskan air matanya karena menangis.
Beliau juga pernah menulis sebuah wasiat kepada Sa'ad bin Abi Waqash radhiyallahu 'anhu dan orang-orang yang bersama dia dari pasukan yang ada, beliau mengatakan: "Amma Ba'du; Sesungguhnya saya menyuruh kepadamu serta orang-orang yang ada di sekelilingmu dari para pasukan agar senantiasa bertakwa kepada Allah Azza wa jalla pada setiap keadaan, karena sesungguhnya ketakwaan kepada -Nya merupakan sebaik-baik benteng untuk melawan musuh, dan tameng yang paling kuat di dalam peperangan. Dan saya juga memerintahkan kepadamu dan orang-orang yang ada, dari para pasukan, agar menjadi orang-orang yang sangat berhati-hati dengan perkara maksiat, melebihi sikap kehati-hatian kalian dari serangan musuh, sesungguhnya dosa-dosa yang di lakukan oleh pasukan lebih saya takuti atas kalian dari pada musuh-musuhmu, (ketahuilah) hanya saja kaum muslimin di tolong oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla di karenakan perbuatan maksiat yang di lakukan oleh musuh kalian kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla Ta'ala".
Dan perhatikanlah, di sana, dalam buku-buku sejarah yang berbicara kepada kita perjalanan anak manusia, salah satu di antara mereka yang telah mengikuti metode ini dan menjadikanya sebagai metode hidupnya adalah Sholahudin al-Ayubi, di mana di kisahkan bahwasannya beliau di dalam peperangan yang beliau lakukan selalu bersedekah (pada fakir miskin) secara sembunyi-sembunyi, lantas di dalam sujud sholatnya ia berdo'a: "Wahai Rabbku, sungguh telah habis usaha yang dapat saya berikan untuk bisa menolong agama -Mu, tidak ada yang tersisa dari hamba -Mu melainkan ikhlas kepada -Mu, berpegang teguh kepada agama -Mu, dan bersandar kepada keutamaan -Mu, Engkaulah tempat meminta pertolongan dan sebaik-baik penolong". Berkata salah seorang ulama yang hidup sezaman dan melihat beliau: "Sungguh saya pernah melihat beliau dalam keadaan sujud sedangkan air matanya mengalir deras, sampai membasahi jenggot dan tempat sujudnya".
Mereka semua adalah sosok kaum yang sangat sedikit sekali berbicaranya namun banyak menyimpan ilmu, banyak bersedekah serta ikhlas di dalam amalannya, maka Allah Shubhanahu wa ta’alla mewariskan kepada mereka kemulian dan kemenangan di dunia dan akhirat kelak, adapun sekarang, kita sangat jarang sekali mendapati, di mana ada di kalangan umat ini yang mau meniti pada manhaj yang lurus dan jalan yang lurus ini!
Sedangkan jawabannya maka sudah bisa di tebak di dalam akal pikiran kita, yang tidak samar lagi kecuali bagi orang yang lalai, kita hanya bisa mengadu kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla, Laa haula walaa quwata ilaa billah. Mana wacana dan opini yang biasa di lontarkan oleh politikus, atau penulis, kritikus, yang mau menyeru umat sebagaimana halnya Umar dan para Sahabat Rasulullah Shalallahu 'alahi wa sallam serta orang-orang yang mau mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat kelak.
Saudaraku kaum muslimin…
Di antara pelajaran-pelajaran mulia dan ibroh yang penuh barokah ini adalah; Bahwa umat Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam termasuk di antara tanda-tanda wujudnya mereka adalah adanya umat yang lebih mengutamakan perkara akhirat daripada perkara dunianya, bukan umat yang senang hidup mewah dan boros, senang bersendau gurau dan bermain-main, namun, umat ini adalah umat yang hidup di atas semangat tinggi, serta menerapkan makna yang tinggi yaitu merealisasikan peribadahan hanya kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dan memurnikan tauhid kepada -Nya, menjadikan dunia ini sebagai ladang amal shaleh agar bisa di petik hasilnya di akhirat kelak, bukan menjadikan dunia sebagai tujuan utama sebagaimana yang menjadi ambisi kebanyakan umat manusia pada hari ini.
Tatkala Umar berkunjung ke Syam beliau berkata kepada Abu Ubaidah radhiyallahu 'anhum 'ala ash-Shahabah, -beliau merupakan salah satu panglima kaum muslimin- dalam penaklukan Syam: "Bawalah kami ke tempat tinggalmu". Ia berkata: "Apa yang akan engkau lakukan, wahai Umar? Tidaklah yang engkau inginkan melainkan akan membikin dirimu menangis". Tatkala Umar masuk kedalam rumah, beliau tidak melihat perabotan apapun, lantas beliau bertanya keheranan: "Mana perabotan rumahmu wahai Abu Ubaidah? Saya tidak mendapati kecuali ada karpet lusuh, periuk, dan sedikit air, kamu seorang panglima, apa kamu punya makanan? Maka Abu Ubaidah berdiri menuju bawah tangga lalu mengambil remukan roti. Umar pun menangis melihat kondisinya. Abu Ubaidah berkata kepadanya: "Saya sudah bilang padamu, bahwa kamu pasti akan menangis kasihan kepadaku wahai Amirul mukminin, cukup bagiku sesuatu yang bisa menegakkan tulang punggung". Lantas Umar berkata –beliau adalah seorang yang sangat zuhud, wara' dan sangat sederhana kehidupannya-: "Dunia telah menipu kami semua, kecuali kamu wahai Abu Ubaidah".
Mereka adalah generasi terbaik dari kalangan umat ini, yang tidak mengenal dunia, kekuasaan, kedudukan, keindahan, kekayaan, dan rongsokannya –sebagaimana kebanyakan orang pada hari ini-.
Lihatlah pada kisahnya pedang Allah Shubhanahu wa ta’alla, Khalid bin Walid ini. Dirinya adalah orang yang pertama kali mengetahui surat dari Umar yang diperuntukan untuk Abu Ubaidah, isi suratnya mengabarkan tentang berita wafatnya Abu Bakar Shidiq radhiyallahu 'anhu dan pujian untuk dirinya dari Umar serta menggantikan kepemimpinannya dengan Abu Ubaidah di negeri Syam. Surat ini membawa pesan pencopotan Khalid dari jabatan gubernur dan perintah untuk membantu gubernur baru, karena dirinya sangat di butuhkan sekali bantuannya oleh Abu Ubaidah. Tatkala Khalid bin Walid mengetahui hal tersebut, ia bergegas menemui Abu Ubaidah dan berdiskusi dengannya, sebuah perbincangan yang agung dan penuh adab, tinggi kedudukannya, yang menunjukan keikhlasan yang luar biasa besarnya dan kejujuran yang sempurna. Khalid berkata kepadanya: "Wahai Abu Ubaidah, semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla mengampunimu. Telah datang kepadamu surat dari Amirul mukminin dengan penunjukan dirimu sebagai pemimpin, kenapa engkau tidak memberitahuku sebelumnya, sehingga dirimu masih sholat di belakangku, sedangkan pemimpin adalah pemimpinmu juga?". Maka Abu Ubaidah berkata kepadanya: "Demikian juga engkau wahai Khalid semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla mengampunimu. Saya enggan untuk memberitahumu sampai sekiranya engkau mengetahui sendiri dari orang lain, saya tidak mau membuatmu terburu-buru sampai semuanya selesai, sehingga pada nantinya saya segera memberitahumu –Insya Allah-". Abu Ubaidah mengatakan: "Bukanlah kekuasaan dunia yang saya inginkan, dunia bukanlah tujuan saya bekerja, karena sebagaimana kita lihat, semuanya pasti akan fana dan sirna. Kita hanyalah saudara seiman yang tunduk terhadap perintah Allah Shubhanahu wa ta’alla Ta'ala, tidak ada cela bagi seseorang yang di gantikan oleh saudaranya dalam agama bukan dunianya, namun Amirul mukminin mengetahui bahwa dirinya harus memilih mana dari keduanya yang lebih sedikit membawa fitnah dan terjatuh ke dalam kekeliruan yang akan menghancurkan dirinya, kecuali orang yang di jaga oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla, dan sangatlah sedikit golongan mereka".
Lalu Abu Ubaidah menyerahkan surat wasiat Umar kepada Khalid. Apa yang di perbuat oleh Khalid? Beliau berada di bawah kepemimpinan Abu Ubaidah selama kurang lebih empat tahun, dan tidak pernah di ketahui bahwa dirinya mangkir dari perintah pemimpinnya walau pun hanya satu kali. Namun, dirinya selalu memenuhi perintahnya sampai pada peperangan besar dan penting yang sangat genting sekalipun. Khalid berkata kepadanya: "Ini adalah bagian saya, dan saya akan menyelesaikannya insya Allah". Maka Abu Ubaidah mengatakan: "Saya malu kepadamu wahai Abu Sulaiman". Lantas Khalid menjawab: "Kalau sekiranya saya di perintah oleh anak kecil yang datang dari Waliyul 'amr pasti saya akan taati titahnya, bagaimana mungkin saya akan menyelisihimu, sedangkan engkau adalah orang yang lebih dulu beriman daripada saya dan lebih dulu masuk Islam, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam telah menamai dirimu sebagai 'al-Amiin'?". Kemudian Khalid bersaksi bahwa dirinya telah menjadikan jiwa dan raganya untuk berjihad dan tidak menyelisihi perintah pemimpin selama-lamanya.
Semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla meridhoi al-Faruq Umar bin Khatab tatkala dirinya menulis surat untuk seluruh penjuru negeri Islam yang berisi pernyataanya: "Sesungguhnya saya mencopot Khalid (dari kepemimpinanya) bukan karena kebencianku padanya bukan pula karena dirinya khianat, akan tetapi, manusia telah terfitnah dengan Khalid, dan saya khawatir mereka menyerahkan segala urusan kepadanya, dan mereka akan di uji olehnya".
Sebuah pelajaran tauhid, yang para Sahabat dapatkan dari sistem pendidikan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam–beliaulah pendidik tauhid yang sejati-, kemudian Umar mengatakan kepada Khalid: "Wahai Khalid. Demi Allah, sungguh dirimu bagi saya mempunyai kemuliaan, dan engkau adalah orang yang saya cintai". Beliau melanjutkan: "Saya berbuat seperti halnya orang berbuat namun tidak seperti apa yang kamu lakukan, tidak ada yang di lakukan oleh seorang hamba melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla lah yang menciptakannya".
Ketika Abu Ubaidah memegang tampuk kepemimpinan Qonnisiriin beberapa lama setelah di copotnya Khalid dari jabatannya, Berkata Umar –tatkala negeri tersebut dapat di taklukan oleh Khalid-, Umar berkata kepadanya: "Khalid telah menjadi amir dengan sendirinya, Khalid telah menjadi amir dengan sendirinya. Semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla merahmati Abu Bakar, semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla merahmati Abu Bakar, dirinya lebih mengetahui keadaan ar-Rijal (orang) dari pada saya". Khalid menjawab sembari memuji Umar: "Adalah Umar, beliau adalah orang yang selalu menginginkan wajah Allah Shubhanahu wa ta’alla pada setiap langkah dan keputusannya". Hal ini tidaklah mengherankan, mereka adalah para Sahabat Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam, sebuah sekolahan yang memberikan buah indahnya pada tiap keadaan dan zaman.
Di antara salah satu pendidikan dan pelajaran terbaik yang bisa kita ambil dari mereka adalah; apa yang telah di tulis oleh para sejarawan bahwa Sholahudin al-Ayubi –Siapa yang tidak kenal dirinya, beliau adalah orang yang banyak menaklukan negeri kafir-, dirinya tidak pernah meninggalkan di dalam simpanannya uang kecuali satu dinar dan tiga puluh enam dirham, dan tidak mempunyai harta selain itu, baik istana megah maupun rumah mewah.
Mereka adalah orang-orang yang menjadikan seluruh hidupnya berjalan di bawah timbangan syari'at, merealisasikan ketakwaan serta ketundukan penuh kepada Allah Azza wa jalla. Orang-orang yang selalu berhubungan bersama Allah Shubhanahu wa ta’alla Jalla wa 'ala serta merasa mulia dengan agamanya, mereka meraih kemenangan dengan sebab bertawakal kepada -Nya. Di mana keadaan umat pada hari ini, yang ada hanyalah perselisihan, bermusuhan, karena kekuasaan dan ingin menjadi seorang pemimpin, sebagaimana tidak samar lagi bagi seorangpun.
Adalah Ubadah bin Shaamit radhiyallahu 'anhu pernah berdiri di tengah-tengah pasukan kaum muslimin tatkala tengah mengepung Qoisaariyah sembari memberi semangat serta nasehat kepada mereka sambil mengatakan: "Wahai umat Islam, sungguh diriku adalah orang yang paling berumur dan sudah banyak menghabiskan usia di antara kalian, dan Allah Shubhanahu wa ta’alla telah mentakdirkan diriku untuk masih hidup sampai saat ini, berperang bersama-sama kalian. Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan -Nya, tidak ada yang membawaku untuk berada diantara kalian untuk memerangi orang-orang kafir melainkan agar mereka mau memberikan kebebasan bagi kita (untuk menyebarkan agama Allah Shubhanahu wa ta’alla), dan Allah Shubhanahu wa ta’alla akan memberi kemenangan kita atas mereka. Apa yang membawa kalian untuk memerangi mereka, kenapa tidak menghabiskan mereka?". Kemudian beliau menjelaskan pada mereka yang menjadi kekhawatiranya atas mereka, beliau berkata: "Sungguh demi Allah, saya khawatir atas kalian dua perkara, kalian berkhianat dan kalian enggan untuk menasehati di dalam peperangan ini".
Maka pada akhirnya mereka pun mendapat pertolongan dan kemenangan atas orang-orang kafir dengan sebab kejujuran dan keikhlasan. Dengan penuh percaya diri dan kemauan yang keras, kecintaan yang murni untuk Allah Shubhanahu wa ta’alla dan Rasul -Nya.
Pelajaran lain yang masih bisa kita petik; Bahwa kaum muslimin yang bertauhid tidak mempunyai istilah putus asa, tidak pula terjepit pada kalimat patah semangat sama sekali, selagi mereka mau berpegang teguh dengan Allah Shubhanahu wa ta’alla dan mau bertawakal kepada -Nya, yang mereka pahami bahwa yang namanya gelap malam pasti akan diiringi dengan cerahnya cahaya pagi, kesusahan akan di akhiri dengan kesenangan, kesulitan akan di gantikan dengan kemudahan. Walaupun keadaan mereka berada dalam kesulitan yang luar biasa dan kesulitan makanan yang mengitarinya, namun mereka dengan keimanannya tetap naik menanjak, dan dengan rasa tawakalnya yang tinggi, terhadap Rabbnya meraka bahagia.
Amr bin al-Ash pernah menulis surat dan mengirimnya kepada Umar yaitu tatkla beliau mampu menaklukan al-Quds, salah satu isinya, mengabarkan kepadanya tentang kemenangan yang di raih kaum muslimin dan meminta pendapatnya berkaitan keadaan para panglima Romawi yang cerdik dan bisa mengatasi musuh-musuhnya, dan mengabarkan bahwa mereka mempunyai pasukan yang sangat besar di Palestina dan Ilia. Maka Umar pun membalas suratnya dan mengatakan dengan kata-kata emas yang menumbuhkan keimanan penuh dan percaya kepada Allah Azza wa jalla; "Sungguh mereka (panglima Romawi) telah memulai peperangan ini melawan para panglima Arab, maka lihatlah oleh kalian siapa yang akan mendapat pertolongan Allah Shubhanahu wa ta’alla". Dan peperangan tersebut adalah peperangan yang pada akhirnya Amr bin al-Ash mendapat pertolongan Allah Shubhanahu wa ta’alla dan mampu mengalahkan mereka, dan dengan kemenangan tersebut membuka jalan bagi kaum muslimin untuk menuju Palestina.
Dan perlu di ketahui oleh umat Islam semuanya kalau Masjidil Aqsho itu berada di bawah tangan parap penjajah dari kalangan kaum Salibis yang iri dengan kaum muslimin kurang lebih selama Sembilan puluh dua tahun lamanya sampai akhirnya dapat di taklukan kembali –segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla- melalui tangannya Sholahudin al-Ayubi sehingga dengan keutamaan –Nya, agama Allah Shubhanahu wa ta’alla bisa tegak kembali, bertawakal kepada -Nya dan merealisasikam ajaran tauhid yang murni. Manusia pun bergembira mendengar berita di taklukannya Baitul maqdis yang membahagiakan tersebut, dengan sebab apa yang mereka lihat dari adanya perubahan pada umat Islam, dan kembalinya mereka pada rasa percaya kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla, -sampai berkata Ibnu za-Zakki, beliau adalah seorang ulama- dia mengatakan: "Kemenanganmu atas kota al-Halab –dia mengatakan kepada Sholahudin- dengan pedang pada bulan Shofar memberi tanda akan datangnya kabar gembira segera di taklukannya al-Quds di bulan Rajab yang akan datang".
Dirinya merasa begitu percaya akan kekuasaan Allah Shubhanahu wa ta’alla dengan harapannya, maka dia mampu menguasai al-Quds pada bulan Rajab tahun 583 H.
Kaum muslimin, Bertakwalah kalian kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dan tempuhlah jalan yang lurus dan mendapat petunjuk ini sehingga kalian akan meraih kebahagian di dunia dan akhirat kelak.
أقول هذا القول، وأستغفر الله لي ولكم ولسائر المسلمين من كل ذنبٍ، فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم.
Khutbah kedua
Segala puji hanya bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla atas segala kemurahan -Nya, rasa syukur kita haturkan atas taufik dan nikmat-nikmat -Nya yang sangat banyak sekali. Saya bersaksi bahwasannya tidak ada ilah yang berhak di sembah melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata tidak ada sekutu bagi -Nya, dan saya juga bersaksi bahwasannya Sayyidina dan Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan Rasul -Nya, sholawat serta salam dan keberkahan atasnya kita pintakan kepada -Nya, kepada keluarga dan para sahabatnya. Amma Ba'du:
Kaum muslimin yang dirahmati Allah Ta'ala.
Saya wasiatkan kepada diri saya pribadi dan kepada kalian semua agar selalu bertakwa kepada Allah Azza wa jalla. Karena takwa merupakan wasiat Allah Shubhanahu wa ta’alla bagi kaum terdahulu dan sekarang.
Kaum muslimin…
Sesungguhnya bahaya yang sedang mengancam umat Islam pada hari ini adalah perselisihan di dalam tubuh umat serta terpecah belahnya barisan kaum muslimin. Sedangkan nash-nash dari al-Qur'an dan Sunah secara mutawatir, datang menunjukan wajibnya untuk bersatu di atas panji tauhid dan ketakwaan, serta haramnya berpecah belah dan saling berselisih. Ambillah pelajaran dari keadaan generasi pertama yang ada pada umat Islam ini, di mana ketika mereka di hadapkan pada ujian dan kesulitan maka mereka sangat bersemangat sekali untuk selalu bersatu dan berpegang serta merapat kebarisan kaum muslimin.
Lihatlah salah seorang ulama muhaqiq lagi fakih ini, beliau bernama Ali bin Thahir as-Sulami ad-Dimasqy Asy-Syami, beliau pernah menulis sebuah risalah yang di tujukan kepada umat –setelah jatuhnya Baitul Maqdis ketangan pasukan salib pada tahun 429 H- yang tertera di dalam kitabnya 'Al-Jihaad', ringkas isi risalah ini yaitu: "Apabila para pemimpin kaum muslimin enggan untuk menggiring rasa saling mendendamnya –seakan-akan perkataanya ini, ditujukan kepada para pemimpin zaman kita sekarang-, maka sesungguhnya mereka masih di atas watak jahiliyah yang tidak mencontoh kepada generasi pertama; tatkala di dalam kesulitan maka rasa saling mendendam itu hendaknya di hilangkan".
Maha Benar Allah Azza wa jalla tatkala berfirman:
قال الله تعالى : { وَأَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَا تَنَٰزَعُواْ فَتَفۡشَلُواْ وَتَذۡهَبَ رِيحُكُمۡۖ وَٱصۡبِرُوٓاْۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ }[ سورةالأنفال: 46].