Artikel

Salafus Shalih Dan Hak-Hak


Makhluk





Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam


semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa


sallam beserta keluarga dan seluruh sahabatnya.


Al-Waqidy rahimahullah berkata: Abu Bakar bin Abi Sabrah


menceritakan kepadaku, Dari Abdul Majid bin Suhail, dari Auf bin


Harits, ia berkata: Aku mendengar Aisyah radhiyallaha ‘anha


berkata: ‘Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha memanggilku di saat


menjelang ajalnya, ia berkata: ‘Telah terjadi di antara kita sesuatu


yang biasa terjadi di antara para madu (istri), semoga Allah ta’ala


mengampuni aku dan engkau apa yang telah terjadi.’ Aku berkata:


‘Semoga Allah ta’ala mengampuni semuanya dan aku memaafkan


semua itu.’ Ia berkata: ‘Engkau telah membahagiakan aku, semoga


Allah ta’ala membahagiakan engkau.’ Dan ia juga mengutus


seseorang kepada Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha dan


mengatakan hal serupa.1


Laits bin Sa’ad dan yang lainnya berkata: ‘Seorang laki laki


menulis kepada Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu: ‘Tuliskanlah


kepadaku seluruh ilmu.’ Maka ia menulis surat jawaban kepadanya:


‘Sesungguhnya ilmu itu sangat banyak, akan tetapi jika engkau


1Siyar A’lam Nubala 2/223


3


mampu bertemu Allah ta’ala dalam kondisi beban ringan dari darah


manusia, kosong perut dari harta mereka, menahan lisan dari


kehormatan mereka, selalu bersama jama’ah mereka, maka


lakukanlah.’2


Dari Umar bin Dzar, ia berkata: Atha` bin Abi Rabah


menceritakan kepadaku. Ia berkata: Fathimah istri Umar bin Abdul


Aziz menceritakan kepadaku bahwa ia masuk kepadanya (Umar),


ternyata ia berada di tempat shalatnya, tangannya berada di


keningnya, air matanya mengalir, aku bertanya: ‘Wahai Amirul


Mukminin, apakah telah terjadi sesuatu? Ia menjawab: ‘Wahai


Fathimah, sesungguhnya aku memegang urusan umat Muhammad


shallalahu ‘alaihi wa sallam, maka aku memikirkan orang fakir yang


kelaparan, orang sakit yang tersia-sia, yang tidak punya pakaian lagi


kesusahan, orang yang teraniaya, yang tertawan, orang tua, yang


mempunyai banyak tanggungan di penjuru negeri, aku meyakini


bahwa Rabb-ku akan menanyakannya kepadaku tentang mereka


dan sesungguhnya lawanku di belakang mereka adalah Muhammad


shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka aku merasa khawatir bahwa


hujjahku tidak kuat saat bersengketa, karena itu aku merasa kasihan


terhadap diriku, maka aku menangis.’3


2Siyar 3/222


3Siyar  5/131-132


4


Dari Musa bin Uqbah, ia berkata: ‘Tatkala ‘Iyadh bin


Ghanam memegang jabatan, datangkan segolongan dari kerabatnya


kepadanya meminta silaturrahim, maka ia menemui mereka dengan


muka berseri, menampung dan memuliakan mereka. Mereka


menetap beberapa hari, kemudian mereka berbicara kepadanya


dalam hubungan kekerabatan dan mengabarkan kepadanya tentang


kesusahan yang mereka rasakan karena mengharapkan bantuannya.


Maka ia memberikan kepada setiap orang dari mereka sepuluh dinar –mereka berjumlah lima orang-, maka mereka menolaknya, marah


dan mencelanya.  


Ia berkata: ‘Wahai para anak pamanku, demi Allah, aku


tidak mengingkari hubungan kekerabatan denganmu, tidak pula


hakmu, dan tidak pula kesusahanmu. Akan tetapi, demi Allah, aku


tidak mendapatkan apa yang bisa kuberikan kepadamu kecuali


dengan cara menjual pembantuku dan menjual sesuatu yang  


kubutuhkan, maafkanlah aku.  


Mereka berkata: ‘Demi Allah, Allah ta’ala tidak


memaafkanmu, sesungguhnya engkau adalah penguasa setengah


negeri Syam, sedangkan engkau hanya memberi kepada kami


sesuatu yang tidak cukup untuk biaya pulang?  


5


Ia menjawab: ‘Apakah kalian menyuruh aku mencuri harta


Allah ta’ala? Demi Allah, sungguh aku dibelah dengan gergaji lebih


kusukai dari pada berkhianat sekeping uang atau berbuat zhalim.’


Mereka berkata: ‘Kami memaafkan engkau pada yang


engkau miliki, maka berikanlah kami pekerjaan (jabatan), kami


mengerjakan seperti yang dikerjakan orang orang kepadamu dan


kami mendapatkan manfaat seperti yang mereka dapatkan,


sedangkan engkau mengetahui kondisi kami, dan kami tidak akan


berbuat zalim terhadap sesuatu yang engkau jadikan untuk kami.  


Ia berkata: ‘Demi Allah, sungguh aku mengenal keutamaan


dan kebaikan kalian, akan tetapi bila sampai kabar kepada Umar


radhiyallahu ‘anhu bahwa aku mengangkat beberapa pejabat dari


kaumku, maka ia akan mencelaku.’


Mereka berkata: ‘Sungguh Abu Ubaidah radhiyallahu ‘anhu


mengangkat engkau, sedang engkau mempunyai hubungan


kekerabatan dengannya, ternyata Umar radhiyallahu ‘anhu


menyetujuinya, maka jika engkau mengangkat kami niscaya dia akan


menyetujuinya.’  


6


Ia menjawab: ‘Sesungguhnya kedudukanku di sisi Umar


radhiyallahu ‘anhu bukan seperti kedudukan Abu Ubaidah


radhiyallahu ‘anhu.’ Maka mereka pergi sambil mencelanya.4


Sulaiman at-Taimy berkata: Ahnaf berkata: ‘Ada tiga


perkara padaku yang tidak kusebutkan kecuali bagi orang yang ingin


mengambil pelajaran: ‘Aku tidak pernah datang ke pintu sulthan


(penguasa) kecuali diundang, aku tidak pernah masuk di antara dua


orang sehingga keduanya memasukkan aku di antara mereka dan


aku tidak pernah menyebutkan seseorang setelah berdiri dari sisiku


kecuali dengan kebaikan.’5


Dan darinya pula: ‘Aku bukanlah seorang yang santun, akan


tetapi aku berusaha agar selalu santun.’6


Al-Ashma’i berkata: dari Mu’tamir bin Hayyan, dari Hisyam


bin Uqbah saudara Dzii-rimmah, ia berkata: ‘Aku menyaksikan Ahnaf


bin Qais saat datang kepada satu kaum dalam masalah darah. Maka


ia berbicara padanya, dan ia berkata: ‘Ajukanlah tuntutan.’ Mereka


berkata: ‘Kami menuntut dua diyat.’ Ia berkata: ‘Itu bagi kalian.’


Maka tatkala mereka diam, ia berkata: ‘Aku memberikan kepada


kalian apa yang kalian minta, dengarkanlah: ‘Sesungguhnya Allah


4Sifat Shafwah 1/660-670.


5Siyar 4/92


6Referensi yang sama.


7


ta’ala memutuskan dengan satu diyat, sesungguhnya Nabi


shallallahu ‘alaihi wa sallam memutuskan dengan satu diyat, dan


sesungguhnya bangsa Arab saling memberi di antaranya satu diyat,


dan kalian pada hari ini mengajukan tuntutan. Saya khawatir bahwa


besok kalian akan dituntut, maka manusia tidak ridha darimu kecuali


seperti yang kamu contohkan.’ Mereka berkata: ‘Kembalikanlah ia


(tuntutan) kepada satu diyat.’7


7Siyar 4/93


8





Salaf Dan Jihad Fi Sabilillah


[


Muqodimah


Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam


semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa


sallam beserta keluarga dan seluruh sahabatnya. Dari Hammad bin


Salamah, ia berkata: Ali bin Zaid menceritakan kepada kami, dari


Ibnu Musayyab, ia berkata: ‘Shuhaib radhiyallahu ‘anhu datang


berhijrah dan diikuti oleh beberapa orang, maka ia turun dari


tunggangannya dan menyiapkan anak panahnya dan berkata:


‘Sungguh kamu mengetahui bahwa aku adalah salah seorang


pemanah ulung, demi Allah, kalian tidak bisa sampai kepadaku


sehingga aku melemparkan setiap panah yang ada padaku,


kemudian aku memukul kalian dengan pedangku. Jika kamu


menghendaki aku menunjukkan hartaku kepadamu dan kalian


membiarkan aku pergi? Mereka menjawab: ‘Kami setuju.’ Maka


tatkala ia datang kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa


sallam, beliau bersabda:


 


“Perdagangan mendapat keuntungan wahai Abu Yahya.’ Dan turun


ayat:





 Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya


karena mencari keridhaan Allah, dan Allah Maha Penyantun


kepada hamba-hamba -Nya. (QS. al-Baqarah:207)





 Dari al-Waqidy, ia berkata: Abdullah bin Nafi’ menceritakan


kepada kami, dari bapaknya, dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu, ia


berkata: ‘Aku melihat ‘Ammar radhiyallahu ‘anhu di hari perang


Yamamah berada di atas batu besar dan ia berteriak: ‘Wahai kaum


muslimin, apakah dari surga kalian berlari? Aku Ammar bin Yasir,


mari datang kepadaku! Aku melihat telinganya yang telah terpotong


bergerak-gerak dan ia berperang dengan gagah berani.’


 1F


 2


 Ibnul Jauzy rahimahullah berkata dalam biografi Sa’ad bin


Khaitsamah radhiyallahu ‘anhu: Panggilannya adalah Abu Abdillah,


salah seorang Nuqaba` Anshar, menghadiri Bai’at Aqabah yang


terakhir bersama tujuh puluh orang. Tatkala Rasulullah Shallallahu


1Siyar A’lam Nubala` 2/23. Hadits tersebut diriwayatkan al-Hakim dalam


Mustadrak 3/397, Thabaqat Ibnu Sa’ad 3/171, dan ath-Thabrani dalam al


Kabir  8/43, dan Abu Nu’aim dalam al-Hilyah 1/151-152.


2Siyar A’lam Nubala` 1/422.


4


‘alaihi wa sallam memanggil manusia (umat Islam) menuju perang


Badar, bapaknya yang bernama Khaitsamah radhiyallahu ‘anhu


berkata kepadanya: ‘Salah seorang dari kita harus ada yang tinggal


(tidak pergi), maka biarkanlah saya pergi dan tinggallah engkau


bersama istrimu.’ Sa’ad enggan menerima usulan bapaknya dan ia


berkata: ‘Kalau bukan urusan surga niscaya aku lebih


mengutamakan engkau, sesungguhnya aku mengharapkan mati


syahid pada diriku.’ Maka keduanya melakukan undian, lalu keluar


bagian Sa’ad, kemudian ia berangkat dan terbunuh secara syahid di


Badar.  Abu Bakar bin Thahir menceritakan hal itu kepada kami. Ia


berkata: al-Jauhary menceritakan kepada kami. Ia berkata: Ibnu


Haiwah menceritakan kepada kami. Ia berkata: Ibnu Ma’ruf


menceritakan kepada kami. Ia berkata: Ibnu Fahm mengabarkan


kepada kami. Ia berkata: Muhammad bin Sa’ad menceritakan


kepada kami. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberi rahmat


dan meridhainya, dan mengumpulkan kita dalam golongannya dan


golongan para sahabatnya.’3


Dari Tsabit al-Bunany, dari Ibnu Abi Laila, bahwa Ibnu Ummi


Maktum radhiyallahu ‘anhu berkata: ‘Wahai Rabb-ku, turunkanlah


ayat pemberian uzur kepadaku, lalu turun ayat:


3Shifat Shafwah 1/468.





 yang tidak mempunyai uzur (an-Nisaa`: 95).  





 Maka setelah itu ia berperang dan berkata: ‘Serahkan bendera


perang kepadaku, sesungguhnya aku seorang yang buta, tidak bisa


kabur (dari medan perang) dan letakkanlah posisiku di antara dua


barisan.’


 4


 3F


 Hammad bin Salamah berkata: Tsabit mengabarkan kepada


kami, ia berkata: Sesungguhnya Shilah rahimahullah berada dalam


satu peperangan dan ia bersama anaknya, ia berkata: ‘Wahai


anakku, majulah, berperanglah.’ Maka ia menyerang, berperang


hingga terbunuh syahid. Kemudian Shilah rahimahullah maju lalu


terbunuh syahid. Maka para wanita berkumpul di sisi istrinya,


Mu’adzah. Maka ia berkata: ‘Selamat datang jika kalian datang


untuk memberi ucapan selamat kepadaku, jika kalian datang bukan


untuk tujuan itu maka pulanglah.’


 4F


 5


 Dari Asma` binti Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:


Ketika Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bergerak


hijrah meninggalkan Makkah, Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu


membawa serta semua hartanya –lima ribu atau enam ribu-,


4Siyar A’lam Nubala` 1/364.


5Siyar A’lam Nubala` 3/498.


6


datanglah kepadaku kakekku Abu Quhafah dan ia sudah buta, ia


berkata: ‘Sesungguhnya ini (Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu) telah


menyakiti kalian dengan harta dan jiwanya.’ Aku menjawab: ‘Sekali


kali tidak dan ia telah meninggalkan untuk kami kebaikan yang


sangat banyak.’ Lalu aku mencari batu-batu lalu kuletakkan di celah


celah rumah dan kututupi dengan kain, kemudian aku mengambil


tangannya dan kuletakkan di kain, aku berkata: ‘Ini yang dia


tinggalkan untuk kami.’ Ia (Abu Quhafah radhiyallahu ‘anhu)


berkata: ‘Kalau memang ia meninggalkan ini untuk kalian maka tidak


mengapa.’6


Dari ‘Ashim bin Bahdalah rahimahullah, dari Abu Wa`il


rahimahullah, ia berkata: ‘Ketika Khalid (bin Walid) radhiyallahu


‘anhu hampir wafat, ia berkata: ‘Aku mencari kematian di medan


perang (sebagai syahid) namun tidak ditaqdirkan untukku seperti itu


kecuali hanya meninggal di atas kasurku. Tidak ada satu amalku yang


lebih kuharapkan setelah tauhid dari pada satu malam yang kulewati


dan aku sedang bersiap-siap menantikan subuh, saat langit


menaungiku, hingga kami menyerang orang orang kafir.’ Kemudian


ia (Khalid radhiyallahu ‘anhu) berkata: ‘Apabila aku wafat maka


lihatlah senjata dan kudaku, jadikanlah ia sebagai bekal dalam jihad


fi sabilillah.’ Tatkala ia wafat, Umar radhiyallahu ‘anhu datang


6Siyar A’lam Nubala` 2/290.


7


 


8


melayat jenazahnya, ia berkata: ‘Tidak mengapa keluarga Khalid


radhiyallahu ‘anhu menangisi Khalid dengan air mata mereka selama


tidak merobek baju dan meratapi disertai suara yang keras.’7


Dari Ibnu Uyainah rahimahullah, dari Ibnu Abi Khalid, dari


maula Khalid bin Walid radhiyallahu ‘anhu, bahwa Khalid berkata:


‘Tidak ada satu malam yang dihadiahkan pengantin kepadaku


melainkan lebih aku cintai malam yang sangat dingin membeku


dalam satu pasukan yang bersiap siap menyerang musuh di pagi


harinya.’8


Dari Hammad bin Salamah rahimahullah, dari Tsabit, dari


Anas radhiyallahu ‘anhu: ‘Sesungguhnya Ummu Sulaim radhiyallahu


‘anha memegang khanjar (jenis senjata tajam). Abu Thalhah


radhiyallahu ‘anhu berkata: ‘Ya Rasulullah, Ummu Sulaim ini


memang khanjar? Ia (Ummu Sulaim radhiyallahu ‘anha) berkata: ‘Ya


Rasulullah, jika ada seorang musyrik yang mendekatiku niscaya aku


akan merobek perutnya.’9


Dari Kharijah bin Zaid bin Tsabit rahimahullah, dari


bapaknya, ia berkata: ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam


mengutusku dalam perang Uhud mencari Sa’ad bin Rabi’


radhiyallahu ‘anhu. bersabda kepadaku:  


                                                           


7 Siyar A’lam Nubala` 1/381


8 Siyar A’lam Nubala` 1/375


9 Siyar A’lam Nubala` 2/304


‘Jika engkau melihatnya, sampaikanlah salamku


kepadanya, dan katakan kepadanya: ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi


wa sallam bertanya kepadamu: ‘Bagaimana engkau mendapatkan


dirimu?’ Maka aku berkeliling di antara orang orang yang terbunuh,


aku menemukannya saat napas terakhirnya, dan ditubuhnya ada


tujuh puluh luka sayatan pedang. Lalu aku mengabarkan kepadanya.


Ia berkata: ‘Sampaikan salamku kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi


wa sallam dan kepadamu, katakan kepada beliau: ‘Ya Rasulullah,


aku menemukan aroma surga.’ Dan katakan kepada kaumku


kalangan Anshar: ‘Tidak ada maaf bagimu di sisi Allah subhanahu wa


ta’ala jika ada ujung pisau yang sampai kepada Rasulullah


Shallallahu ‘alaihi wa sallam (maksudnya, sampai membunuh atau


melukai beliau). Lalu ia menghembuskan nafas terakhirnya. Semoga


Allah meridhainya.10


Dari Abdullah bin Mu`awiyah al-Jumahy, ia berkata: Abdul


Aziz bin Qusmaly menceritakan kepada kami, ia berkata: Dhirar bin


‘Amr menceritakan kepada kami, dari Abu Rafi’, ia berkata: ‘Umar


radhiyallahu ‘anhu mengerahkan pasukan ke arah Romawi, maka


mereka (bangsa Romawi) menawan Abdullah bin Huzafah


radhiyallahu ‘anhu dan membawanya kepada raja mereka, mereka


berkata: ‘Sesungguhnya orang ini termasuk sahabat Muhammad


10 Siyar A’lam Nubala`1/319.


9


Shallallahu ‘alaihi wa sallam.’ Ia (raja) berkata kepadanya: ‘Apakah


engkau mau masuk agama Kristen dan aku memberikan kepadamu


setengah kerajaanku? Ia berkata: ‘Jika engkau memberikan


kepadaku semua kerajaan yang engkau miliki dan semua kerajaan


Arab niscaya aku tidak akan kembali dari agama Muhammad


Shallallahu ‘alaihi wa sallam walau sekejap matapun.’ Ia (raja)


berkata: ‘Kalau begitu aku akan membunuhmu.’ Ia menjawab:


‘Terserah engkau.’ Maka ia menyuruh untuk menyalibnya dan ia


berkata kepada para pemanah: ‘Bidikkan panah dari jarak dekat


pada badannya.’ Dan ia memberikan tawaran lagi kepadanya, dan ia


(Abdullah bin Hudzafah radhiyallahu ‘anhu) menolak, maka ia


menurunkannya. Lalu ia meminta panci besar yang kemudian


dituangkan air padanya hingga panas membakar. Dan ia memanggil


dua orang tawanan dari kaum muslimin, lalu ia menyuruh salah


seorang darinya lalu dilemparkan kedalamnya, dan ia (raja)


menawarkan agama Kristen kepadanya, dan ia menolak. Kemudian


ia menangis. Lalu dikabarkan kepada raja bahwa ia menangis, maka


ia mengira bahwa sesungguhnya ia sedang bersedih, maka ia


berkata: ‘Apakah gerangan yang membuat engkau menangis? Ia


berkata: ‘Ia hanyalah satu jiwa yang dilemparkan sesaat lalu pergi.


Maka aku menginginkan bahwa jiwaku sejumlah rambutku yang


dilemparkan di api karena Allah Shubhanahu wa ta’ala.’ Maka orang


10


yang zhalim itu berkata: ‘Apakah engkau mau mengecup kepalaku


dan aku melepaskan engkau? Abdullah radhiyallahu ‘anhu berkata


kepadanya: ‘Dan semua tawanan? Ia menjawab: ‘Ya.’ Maka ia


mengecup kelapanya. Dan ia (Abdullah bin Hudzafah radhiyallahu


‘anhu) datang (setelah dilepaskan) bersama para tawanan kepada


Umar radhiyallahu ‘anhu, lalu menceritakan semuanya kepadanya.


Maka Umar radhiyallahu ‘anhu berkata: ‘Sudah sepantasnya setiap


muslim mengecup kepala Ibnu Hudzafah dan saya memulainya,


maka ia mengecup kepalanya.11  


Dari Hammad bin Salamah, dari Tsabit dan Ali bin Zaid, dari


Anas radhiyallahu ‘anhu: ‘Sesungguhnya Abu Thalhah radhiyallahu


‘anhu membaca ayat:  





 Berangkatlah kamu baik dalam keadaan ringan ataupun merasa


berat, ... (QS. at-Taubah:41)


﴿


 Ia berkata: ‘Allah Shubhanahu wa ta’ala menyuruh kita berangkat,


Dia menyuruh kita, orang tua dan kaum muda, siapkanlah untukku.’


Anak-anaknya berkata: ‘Semoga Allah Shubhanahu wa ta’ala


memberi rahmat kepadamu, sesungguhnya engkau telah berperang


di masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, di masa Abu Bakar


11 Siyar A’lam Nubala`1/14


11


radhiyallahu ‘anhu dan di masa Umar radhiyallahu ‘anhu, dan kami


berperang sekarang sebagai pengganti engkau. Ia (Anas radhiyallahu


‘anhu) berkata: ‘Maka ia berperang di lautan, lalu wafat, maka


mereka tidak menemukan pulau untuk menguburkannya kecuali


setelah tujuh hari, maka jasadnya tidak berubah.’12


Dari Khalid bin Abdullah, dari Muhammad bin Amr, dari


bapaknya, dari kakeknya, ia berkata: ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu


‘anhu berkata: ‘Keluar satu pasukan dari kaum muslimin dan aku


adalah pemimpin mereka hingga kami singgah di Iskandariyah. Salah


seorang pembesar mereka berkata: ‘Datangkanlah seorang laki-laki


kepadanya, aku ingin berbicara dengannya dan ia berbicara


denganku.’ Aku berkata: ‘Tidak ada yang keluar menemuinya selain


aku. Maka aku keluar ditemani penerjemah dan seorang


penerjemah bersamanya, hingga diletakkan dua mimbar.’ Ia


bertanya: ‘Siapakah kalian? Aku menjawab: ‘Kami adalah bangsa


arab, dari ahli syirik dan kekerasan, kami adalah pengurus Baitullah.


Kami adalah manusia yang paling sempit wilayah nya dan paling


rakus dalam kehidupan. Kami memakan bangkai dan darah.


Sebagian kami menyerang yang lain. Kami telah menjalani hidup


terburuk yang pernah dialami umat manusia. Hingga keluar (diutus)


pada kami seorang laki-laki yang bukan terbesar dari kami pada saat


12 Siyar A’lam Nubala`2/34


12


itu dari sisi kemuliaan dan bukan pula yang paling kaya. Ia berkata:


‘Aku adalah utusan Allah Shubhanahu wa ta’ala kepada kalian.’ Ia


menyuruh kami sesuatu yang tidak pernah kami  kenal dan melarang


kami dari apa apa yang ada pada kami. Maka kami mendustakannya


dan menolaknya. Sehingga datang kepada kami satu kaum yang


bukan dari kami (maksudnya kaum Anshar), mereka berkata: ‘Kami


membenarkan engkau dan kami memerangi orang yang memerangi


engkau, maka ia (Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam) keluar


(hijrah) kepada mereka, dan memeranginya. Lalu ia mengalahkan


kami. Ia memerangi bangsa arab di sekitarnya maka ia mengalahkan


mereka. Jikalau bangsa Arab yang di belakangku mengetahui


kehidupan yang ada padamu niscaya tidak ada seorang pun kecuali


datang kepadamu.’ Maka ia tertawa, kemudian berkata:


‘Sesungguhnya rasul kamu adalah benar. Sungguh telah datang


kepada kami para rasul sama seperti itu dan kami mengamalkannya,


sehingga muncul para raja pada kami, maka mereka mengamalkan


(mengatur negara) dengan hawa nafsu mereka, meninggalkan


perintah para nabi mereka. Maka jika kamu melaksanakan perintah


nabimu niscaya tidak ada seorang pun yang memerangi kalian


kecuali kamu akan mengalahkannya. Dan apabila kamu melakukan


seperti yang kami lakukan, lalu kamu meninggalkan perintah


13


nabimu, niscaya kamu tidak lebih banyak jumlahnya dan tidak lebih


kuat dari pada kami.’


 13


12F


 Dan dari biografi Abu Aqil Abdurrahman bin Tsa’labah


radhiyallahu ‘anhu –dia seorang veteran perang Badar dan


menghadiri semua peperangan bersama Rasulullah Shallallahu


‘alaihi wa sallam-. Ibnu Jauzy rahimahullah meriwayatkan dari Ja’far


bin Abdullah bin Aslam, ia berkata: ‘Tatkala di hari perang Yamamah


dan manusia berbaris, orang yang pertama kali terluka adalah Abu


Aqil, dia terkena anak panah yang menancap di antara dua


pundaknya dan ulu hatinya. Maka panah dikeluarkan dan di awal


siang dan ia dibawa ke perkemahan. Maka tatkala berkecamuk


peperangan, kaum muslimin berlarian dan melewati perkemahan


mereka, sedangkan Abu Aqil terbaring lemah karena lukanya,


terdengarlah teriakan Ma’an bin Ady radhiyallahu ‘anhu: ‘Wahai


kaum Anshar! Takutlah kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla,


takutlah kepada -Nya dan seranglah musuh kalian.’ Abdullah bin


Umar radhiyallahu ‘anhu berkata: ‘Maka bangkitlah Abu Aqil ingin


mendatangi kaumnya, aku berkata kepadanya: ‘Sesungguhnya ia


(Ma’an) berkata: 'Wahai kaum Anshar! Tidak termasuk orang yang


terluka.’ Abu Aqil radhiyallahu ‘anhu berkata: ‘Aku termasuk kaum


Anshar dan aku memenuhi penggilan sekalipun harus merangkak.’


13 Siyar A’lam Nubala`3/70-71.


14


Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu berkata: ‘Maka Abu Aqil meneguhkan


jiwanya dan mengambil pedang dengan tangan kanannya, kemudian


ia berseru: ‘Serangan seperti hari perang Hunain, berkumpullah,


semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla memberi rahmat kepada


kalian, majulah! Maka kaum muslimin memasang perangkap


terhadap musuh mereka hingga kaum muslimin menggempur


musuh mereka di perkebunan, maka berkecamuklah peperangan di


antara kami dan mereka.


Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu berkata: ‘Maka aku melihat


Abu Aqil yang sudah terpotong tangannya dan terluka di pundaknya


kemudian jatuh dan tersungkur di atas tanah, ia terluka dengan


empat belas luka, yang membawanya kepada kematian. Selain


beliau dari pihak musuh Allah Shubhanahu wa ta’ala pun ada yang


terbunuh yaitu Musailamah. Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu berkata:


‘Maka aku berdiri di samping Abu Aqil dan ia terbaring di akhir


napasnya, aku berkata: ‘Wahai Abu Aqil! Ia menjawab: ‘Labbaik,


dengan suara lemah lagi pelan- untuk siapakah kemenangan?’ Aku


berkata: ‘Bergembiralah, musuh Allah Shubhanahu wa ta’ala sudah


terbunuh (Musailamah).’ Maka ia mengangkat telunjuknya ke langit


sembari memuji Allah Shubhanahu wa ta’ala kemudian wafatlah dia.


Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu berkata: ‘Lalu aku


mengabarkan kepada Umar radhiyallahu ‘anhu semua ceritanya


15


setelah aku datang (ke Madinah). Maka ia berkata: ‘Semoga Allah


Shubhanahu wa ta’ala memberi rahmat kepadanya, ia senantiasa


terus berusaha mendapat mati syahid dan mencarinya, sekalipun ia –seperti yang engkau ketahui- termasuk sahabat Nabi Muhammad


Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terbaik dan terdahulu masuk


Islam.14


Dari biografi Watsilah bin Asqa` radhiyallahu ‘anhu: dari


Muhammad bin Sa’ad, ia berkata: ‘Watsilah radhiyallahu ‘anhu


datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan shalat


Subuh bersama beliau, dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam


apabila selesai shalat, beliau berpaling dan menyalami sahabatnya.


Tatkala dekat dengan Watsilah, beliau bertanya: ‘Siapakah gerangan


engkau? Maka ia mengabarkan kepada beliau, beliau bersabda:


‘Apakah gerangan yang menyebabkan kedatanganmu? Ia


menjawab: ‘Saya datang untuk melakukan bai’at.’ Rasulullah


Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Pada sesuatu yang engkau


sukai dan engkau benci? Ia menjawab: ‘Ya.’ Beliau bertanya: ‘Pada


sesuatu yang engkau mampu? Ia menjawab: ‘Ya.’15


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang bersiap siap


pada saat itu menuju Tabuk, maka Watsilah keluar menemui


14 Sifat Shafwah 1/466-467.


15 Lihat: Thabaqat Ibnu Sa’ad 1/232.


16


keluarganya, lalu ia bertemu bapaknya, Asqa’, maka tatkala ia


melihat kondisinya, ia bertanya: ‘Apakah engkau telah


melakukannya (maksudnya masuk Islam)? Ia menjawab: ‘Ya.’


Bapaknya berkata: ‘Demi Allah, aku tidak akan berbicara denganmu


selamanya.’ Lalu ia mendatangi pamannya, memberi salam


kepadanya, ia (pamannya) bertanya: ‘Apakah engkau telah


melakukannya? Ia menjawab: ‘Ya.’ Ia berkata: Maka ia (pamannya)


mencelanya dengan celaan yang lebih ringan dari bapaknya, dan ia


berkata: ‘Tidak semestinya engkau mendahului kami dalam perkara


ini.’


 Saudari Watsilah radhiyallahu ‘anhu mendengar


pembicaraannya lalu keluar menemuinya dan memberi salam


kepadanya dengan salam Islam. Watsilah radhiyallahu ‘anhu


bertanya: ‘Dari manakah salammu ini, wahai saudariku? Ia


menjawab: ‘Aku mendengar perkataanmu dan perkataan pamanmu,


lalu aku masuk Islam.’ Ia berkata: ‘Siapkanlah untuk saudaramu


perbekalan orang yang mau berperang, sesungguhnya Rasulullah


Shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah siap safar. Maka ia (saudarinya)


menyiapkan perbekalannya lalu ia menyusul Rasulullah Shallallahu


‘alaihi wa sallam yang sudah berangkat menuju Tabuk, masih tersisa


beberapa orang dan mereka hampir selesai bersiap siap dan safar.


Maka ia berseru di pasar Bani Qainuqa`: ‘Siapa yang mau membawa


saya maka untuknya bagianku (jika mendapat ghanimah). Ia berkata:


17


Dan aku adalah seorang laki-laki yang tidak mempunyai tunggangan


untuk berangkat. Ia berkata: Lalu Ka’ab bin ‘Ujrah radhiyallahu ‘anhu


memanggilku seraya berkata: ‘Aku membawamu satu waktu di


waktu malam dan satu waktu di waktu siang, maka bagianmu


untukku.’ Watsilah radhiyallahu ‘anhu berkata: ‘Ya.’ Watsilah


radhiyallahu ‘anhu berkata: ‘Semoga Allah Shubhanahu wa ta’ala


membalas kebaikanmu.’ Sungguh ia benar benar membawaku,


menambah kepadaku (dari yang dijanjikannya), aku makan


bersamanya dan ia mengangkat (barang bawaan) untukku. Sehingga


ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Khalid bin


Walid radhiyallahu ‘anhu kepada Ukaidir bin Abdul Malik di


Daumatul Jandal, Ka’ab ikut serta dalam pasukan Khalid bin Walid


radhiyallahu ‘anhu dan aku ikut serta bersamanya, maka kami


mendapatkan harta fay yang sangat banyak. Lalu Khalid radhiyallahu


‘anhu membaginya di antara kami. Maka aku mendapat enam ekor


unta yang muda, lalu aku menggiringnya hingga aku mendatangi


kemah Ka’ab bin ‘Ujrah radhiyallahu ‘anhu, aku berkata: ‘Keluarlah,


semoga Allah Shubhanahu wa ta’ala memberi rahmat kepadamu,


lihatlah unta unta muda milikmu, ambilah!’ Maka ia keluar sambil


tersenyum seraya berkata: ‘Semoga Allah Shubhanahu wa ta’ala


memberi berkah kepadamu, tidaklah aku membawamu dan aku


18


ingin mengambil sesuatu darimu (maksudnya saya ikhlas


membawamu, tanpa pamrih).


 16


15F


 Dari Abdullah bin Qais Abu Umayyah al-Ghifary


radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: ‘Kami berada dalam satu peperangan


lalu datanglah musuh mereka, tiba-tiba ada yang berteriak di tengah


manusia, lalu mereka bergerak cepat ke barisan mereka. Tiba tiba


ada seorang laki-laki di depanku, kepala kudaku di sisi ujung


kudanya, ia berbicara kepada dirinya dan berkata: ‘Wahai jiwaku,


bukanlah engkau menyaksikan peperangan ini dan ini? Lalu engkau


berkata kepadaku: ‘Istrimu dan anak anakmu,’ lalu aku taat


kepadamu dan aku pulang? Bukankah engkau menyaksikan


peperangan ini dan ini? Lalu engkau berkata kepadaku: ‘Istrimu dan


anak anakmu,’ lalu aku taat kepadamu dan aku pulang? Demi Allah,


sungguh aku memalingkan engkau kepada Allah Shubhanahu wa


ta’ala pada hari ini, Dia mengambilmu (syahid) atau membiarkanmu


(selamat).’ Aku berkata: ‘Sungguh aku akan mengawasi dia pada hari


ini.’ Lalu aku mengawasinya, pasukan Islam menyerang musuh


mereka maka ia berada di barisan pertama. Kemudian musuh


menyerang kaum muslimin maka barisan mereka terbuka, maka ia


berada di barisan penjaga (pertahanan). Kemudian pasukan Islam


menyerang musuh mereka, maka ia berada di barisan depan.


16 Sifat Shafwah 1/674-676.


19


Kemudian musuh menyerang dan pertahanan pasukan Islam


terbuka maka ia berada di barisan penjaga (pertahanan). Ia berkata:


‘Demi Allah, itulah kebiasaannya sehingga akhirnya aku melihatnya


tersungkur (syahid), maka aku menghitung di tubuhnya dan kudanya


terdapat sebanyak enam puluh tusukan atau lebih.17


Dari Ibnu Mubarak, dari as-Sirry bin Yahya, ia berkata: ‘Ala


bin Hilal menceritakan kepada kami bahwa seorang laki-laki berkata


kepada Shilah: ‘Wahai Abu Shahbaa`! Sesungguhnya aku melihat


bahwa aku diberikan satu syahid dan engkau diberikan dua syahid.


Ia berkata: ‘Engkau akan mati syahid, aku dan anakku.’ Maka tatkala


di hari Yazid bin Ziyad, bangsa Turky menghadang mereka di Sijistan,


mereka kocar-kacir. Shilah berkata (kepada anaknya): ‘Wahai


anakku, pulanglah kepada ibumu.’ Ia (sang anak) berkata: ‘Wahai


bapakku, engkau menghendaki kebaikan untuk dirimu dan


menyuruh aku pulang? Ia berkata: ‘Majulah,’ maka ia maju, lalu


berperang hingga ia terluka, maka Shilah melepaskan anak panah


ia seorang pemanah ulung- untuk mempertahankan dirinya, hingga


mereka (musuh) meninggalkannya, kemudian ia berperang hingga


terbunuh syahid.’18


17 Shifat Shafwah 4/421.


18 Siyar A’lam Nubala 3/499.


20


Al-Ashma’y rahimahullah berkata: Tatkala Qutaibah bin


Muslim mengatus barisan untuk menghadapi pasukan Turky, dan


kondisi mereka sangat mengkhawatirkannya, ia bertanya tentang


Muhammad bin Wasi’. Ada yang menjawab: ‘Ia di sana, di sayap


kanan merapikan anak panahnya, mengarahkan telunjuknya ke atas


langit.’ Ia (Qutaibah rahimahullah) berkata: ‘Jemari itu lebih kusukai


dari pada seratus ribu pedang terkenal dan anak muda yang kuat.’19


Haiwah rahimahullah berkata kepada sebagian pejabat


Mesir: ‘Wahai fulan, janganlah engkau kosongkan negara kita dari


senjata. Kita berada di antara kaum Qibthy (Kristen Mesir), kita tidak


tahu kapan mereka melanggar perjanjian. Di antara bangsa Habsyi


(Etheopia), kita tidak tahu kapan mereka mengepung kita. Di antara


bangsa Romawi, kita tidak tahu kapan mereka menduduki wilayah


kita. Dan bangsa Barbar, yang kita tidak tahu kapan melakukan


pemberontakan.20


Dari Muhammad bin Imran, dari Hatim al-Asham


rahimahullah, ia berkata: ‘Kami bersama Syaqiq dan kami berbaris


menghadapi musuh yaitu bangsa Turky, pada suatu hari yang aku


tidak melihat kecuali kepala-kepala yang terputus, pedang-pedang


yang memenggal dan tombak-tombak yang menusuk. Ia (Syaqiq


19 Siyar A’lam Nubala 6/121.


20 Siyar A’lam Nubala 6/405.


21


rahimahullah) berkata kepadaku: ‘Bagaimana engkau melihat


dirimu, apakah ia seperti malam pengantin? Aku menjawab: ‘Tidak,


demi Allah.’ Ia berkata: ‘Aku melihat diriku seperti  itu.’ Kemudian ia


tidur di antara dua barisan di atas perisainya hingga mendengkur.


Lalu seorang pasukan Turky menangkapku, lalu membaringkan aku


untuk disembelih. Ketika ia mencari pisau dari sepatunya, tiba-tiba


datang anak panah liar yang membunuhnya.’21  


Adz-Dzahaby rahimahullah berkata dalam biografi Abu


Bakar an-Nablusy rahimahullah: Abu Dzarr al-Hafizh rahimahullah


berkata: ‘Abu ‘Ubaid (Syi’ah) memenjarakannya dan menyalibnya


karena berpegang terhadap sunnah. Aku mendengar ad-Daraquthny


rahimahullah menyebutkannya, menangis dan berkata: ‘Ia berkata


saat dikuliti:





 Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuzh). (QS. al


Isra`:58)


21 Siyar A’lam Nubala 9/314


﴿


 22


Abul Faraj Ibnu Jauzy rahimahullah berkata: ‘Jauhar,


pimpinan pasukan Abu Tamim penguasa Mesir (Syi’ah) menahan


Abu Bakar an-Nablusy, dan ia tinggal di rumah gubuk. Ia (Jauhar)


berkata kepadanya (Abu Bakar rahimahullah): ‘Sampai berita kepada


kami bahwa engkau berkata: ‘Apabila seorang laki-laki mempunyai


sepuluh anak panah, ia harus melemparkannya satu anak panah


kepada bangsa Romawi dan kepada kami sembilan anak panah.’ Ia


berkata: ‘Aku tidak mengatakan hal ini, akan tetapi aku berkata:


‘Apabila seseorang mempunyai sepuluh anak panah, ia harus


melemparkannya kepadamu sembilan anak panah dan


melemparkan yang kesepuluh juga kepada kalian, sesungguhnya


kalian sudah mengubah agama Allah Shubhanahu wa ta’ala,


membunuh orang-orang shalih, dan kalian mengaku mendapat nur


ilahiyaah.’ Maka ia menghunuskan pedang kemudian memukulnya,


kemudian ia menyuruh seorang Yahudi untuk mengulitinya.22


Adz-Dzahaby rahimahullah mengutip dalam biografinya


terhadap Nuruddin Zinky rahimahullah, Majduddin Ibnu Atsir


rahimahullah berkata dalam kutipan Sibth Jauzy darinya: ‘Nuruddin


tidak pernah memakai sutra dan tidak pula emas, dan melarang


orang menjual arak di negerinya. Aku berkata: Ia memakai jubah


khalifah dan kalung emas. Ia berkata: ‘Ia banyak puasa dan wirid di


22 Siyar A’lam Nubala 16/146.


23


malam dan siang hari, dan banyak main bola, maka orang fakir


mengingkarinya, lalu ia menulis surat kepadanya: ‘Demi Allah, aku


tidak bermaksud bermain, dan sesungguhnya kita berada di celah


(kota yang dikelilingi benteng). Bisa jadi mendengar suara kuda-kuda


berputar untuk menyerang dan berlari kabur sudah terbiasa.’ Dan


dihadiahkan kepadanya sorban dari Mesir yang berlapis emas, maka


ia memberikannya kepada Ibnu Hamawih, Syaikh Shufi, lalu


mengirim dengan seribu dinar.23


Adz-Dzahaby rahimahullah berkata tentang dia: Quthb an


Naisabury berkata kepadanya: Demi Allah, janganlah engkau


menjerumuskan dirimu dalam bahaya. Jika engkau terluka dalam


peperangan, tidak tersisa lagi seorang dari kaum muslimin kecuali


ikut terbunuh.’ Ia berkata: ‘Siapakah yang dipuji hingga dikatakan


seperti ini? Allah Shubhanahu wa ta’ala telah menjaga negeri


sebelum aku, tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Dia.’24  


Dari Abdurrahman bin Maghra ad-Dausy, dari seorang laki


laki dari Khuza’ah, ia berkata: ‘Tatkala manusia berkumpul di


Qadisiyah, Khansa binti ‘Amr radhiyallahu ‘anha memanggil ke


empat orang putranya, ia berkata: ‘Wahai anak-anakku,


sesungguhnya kalian masuk Islam secara tunduk dan kalian


23 Siyar A’lam Nubala 20/535.


24 Siyar A’lam Nubala 20/525.


24


berhijrah. Demi Allah, tidak tumbuh satu negeri dengan kalian,


bukan kemarau panjang yang menyebabkan kalian meninggalkan


negeri dan tidak pula sikap tamak yang merendahkan kalian. Demi


Allah yang tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Dia,


sesungguhnya kalian adalah putra seorang laki-laki, sebagaimana


kalian adalah putra seorang wanita. Aku tidak berkhianat kepada


bapak kalian, tidak mempermalukan paman kalian, aku tidak


merubah nasab kalian, tidak menginjak kehormatan kalian. Apabila


tiba besok hari –insya Allah- maka berangkatlah untuk memerangi


musuh kalian seraya memohon pertolongan kepada Allah


Shubhanahu wa ta’ala, memohon petunjuk. Apabila kalian melihat


peperangan telah menampakkan betisnya (sudah dimulai) maka


datangilah medan perang dan seranglah tentaranya, niscaya kalian


mendapat keberuntungan dengan selamat dan kemenangan serta


kemulian di negeri yang kekal.


Maka berangkatlah para pemuda tersebut dari sisinya dan


mereka taat terhadap perintahnya serta memahami nasihatnya.


Maka tatkala mereka bertemu musuh, yang pertama berlari seraya


berkata:  


Wahai saudara-saudaraku, sesungguhnya orang tua (ibu)


memberi nasihat


Ia memberi minuman kepada kita saat mengajak kita kemarin


25


Nasihat yang terang dan jelas


Maka hadapilah peperangan yang sedang berkecamuk


Sesungguhnya kamu menemukan di sisi teriakan


Dari keluarga sasan (pelatih anjing) anjing-anjing yang


menggonggong


Sungguh yakin darimu dalam peristiwa peperangan


Maka kamu di antara hidup yang shalih


Atau syahid yang mensapatkan ghanimah keuntungan


Kemudian yang berikutnya berlari mengikutinya seraya


berkata:


Demi Allah, kita tidak durhaka kepada ibu satu huruf pun


Dia telah menyuruh kita sebagai rasa cinta, belas kasih


darinya, kebaktian yang tulus dan kasih sayang


Maka segeralah ke medan perang yang sedang berkecamuk


Sehingga kamu menghalangi keluarga Kisra


Dan kamu membuka terhadap mereka dari pertahanan kamu


Sesungguhnya kita melihat kekurangan dari mereka


sebagai kelemahan


Dan membunuh mereka merupakan kemenangan dan kemuliaan.


Kemudian berlari yang berikutnya mengikutinya seraya berkata:


Engkau bukanlah untuk Khansa`, bukan untuk Akhzam,


26


Bukan untuk `Amr yang mempunyai keluhuran/ketinggian yang


terdahulu


Jika engkau tidak ziarah (mendatangi) pada keluarga Jama’


suku bangsa Ajam (non Arab)


Kumpulan keluarga Abu Sasan golongan Rustum (pemimpin  


pasukan Persia)


Dengan segala pujian bertemu dha’ghami (gemuruh


perang)


Berlalu di atas hiruk pikuk kerumunan manusia yang sangat banyak


Bisa jadi kemenangan yang segera atau ghanimah,


Atau untuk kehidupan di jalan yang mulia


Engkau mendapat keuntungan padanya dengan bagian


yang agung.


Kemudian berlari yang berikutnya seraya berkata:


Sesungguhnya orang tua (ibu) memiliki keteguhan dan


kekuatan


Pandangan yang pas dan pendapat yang benar


Dia telah menyuruh kita dengan kebenaran dan petunjuk


Sebagai nasihat darinya dan kebaktian terhadap anak


Maka songsonglah peperangan sebagai tambahan bekal


Bisa jadi sebuah kemenangan dan menguasai negeri


Atau kematian yang mewarisi hidup kekal untuk selamanya


27


Di surga Firdaus dalam kehidupan yang menyenangkan.


Maka mereka semua berperang hingga akhirnya Allah


Shubhanahu wa ta’ala memberikan kemenangan terhadap kaum


muslimin dan mereka diberikan ghanimah dua ribu, maka mereka


datang lalu meletakkannya di pangkuannya (Khansa`, ibu mereka).


Maka ia (Khansa`) membaginya di antara mereka segenggam


segenggam, maka tidak meninggalkan seorang pun dari


pemberiannya satu dirham.25


25 Sifat Shafwah 4/385-387.


28



Tulisan Terbaru

Sejarah dan Pola Gera ...

Sejarah dan Pola Gerakan Kristenisasi

Sebab-sebab Terhapus ...

Sebab-sebab Terhapusnya Berkah