
Puasa Mengajarkan Mencintai Orang Miskin
Puasa mengajarkan kita untuk bisa mencintai orang
miskin. Apa buktinya? Ketika puasa kita merasakan rasa lapar dan
dahaga padahal itu jarang kita temui di kehidupan kita sehari-hari.
Biasa kita makan yang enak, minum yang memuaskan. Namun
saat puasa, perut kita merasakan keroncongan. Diri merasakan
lemas. Itu semua keadaan yang dirasakan pula oleh orang miskin.
Intinya, kita diajarkan untuk bisa merasakan apa yang mereka
derita. Tujuannya, supaya kita pun bisa mencintai mereka
sepenuh hati.
Lihat saja doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau
benar-benar ingin mencintai orang miskin.
(Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mudah melakukan
kebaikan dan meninggalkan kemungkaran serta aku memohon
3
pada-Mu supaya bisa mencintai orang miskin, ampunilah (dosa
dosa)ku, rahmatilah saya, jika Engkau menginginkan untuk
menguji suatu kaum maka wafatkanlah saya dalam keadaan
tidak terfitnah. Saya memohon agar dapat mencintai-Mu,
mencintai orang-orang yang mencintai-Mu dan mencintai amal
yang dapat mendekatkan diriku kepada cinta-Mu)”. (HR. Tirmidzi
no. 3235 dan Ahmad 5: 243. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini shahih). Doa ini menunjukkan bahwa mencintai orang
miskin termasuk amalan baik.
Mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka akan
memudahkan hisab seorang muslim pada hari kiamat.Dari Abu
Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa menghilangkan satu kesusahan dunia dari seorang
mukmin, Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di
hari Kiamat. Dan barangsiapa yang memudahkan kesulitan orang
yang dililit hutang, Allah akan memudahkan atasnya di dunia dan
akhirat ” (HR. Muslim no. 2699).
Mencintai orang miskin termasuk dalam wasiat Rasul
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah berwasiat pada Abu Dzar Al Ghifari di mana Abu
Dzar berkata,
“Kekasihku (Rasulullah) shallallahu ‘alaihi wa sallam berwasiat
kepadaku dengan tujuh hal: (1) supaya aku mencintai orang
orang miskin dan dekat dengan mereka, (2) beliau
memerintahkan aku agar aku melihat kepada orang yang berada
di bawahku dan tidak melihat kepada orang yang berada di
atasku, (3) beliau memerintahkan agar aku menyambung
silaturahmiku meskipun mereka berlaku kasar kepadaku, (4) aku
dianjurkan agar memperbanyak ucapan laa hawla wa laa
quwwata illa billah (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan
pertolongan Allah), (5) aku diperintah untuk mengatakan
kebenaran meskipun pahit, (6) beliau berwasiat agar aku dak
takut celaan orang yang mencela dalam berdakwah kepada Allah,
dan (7) beliau menaseha ku agar dak meminta-minta sesuatu
pun kepada manusia” (HR. Ahmad 5: 159. Syaikh Syu’aib Al
Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Memperjuangkan kehidupan orang miskin termasuk
jihad di jalan Allah. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Orang yang membiayai kehidupan para janda dan orang-orang
miskin bagaikan orang yang berjihad fii sabiilillaah.” –Saya
(perawi) kira beliau bersabda-, “Dan bagaikan orang yang shalat
tanpa merasa bosan serta bagaikan orang yang berpuasa terus
menerus” (HR. Muslim no. 2982).
Menolong orang miskin akan mudah memperoleh rizki
dan pertolongan Allah, serta akan mudah mendapatkan barokah
do’a mereka. Dalam hadits disebutkan bahwa Sa’ad menyangka
bahwa ia memiliki kelebihan dari sahabat lainnya karena
melimpahnya dunia pada dirinya, lantas Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Kalian hanyalah mendapat pertolongan dan rezeki dengan
sebab adanya orang-orang lemah dari kalangan kalian” (HR.
Bukhari no. 2896).
Dalam lafazh lain disebutkan bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah menolong ummat ini dengan sebab orang
orang lemah mereka di antara mereka, yaitu dengan doa, shalat,
dan keikhlasan mereka” (HR. An Nasai no. 3178. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Mencintai orang miskin akan membuahkan sifat
tawadhu’ dan qona’ah. Orang yang mencintai si miskin akan
memberikan pengaruh baik pada dirinya yaitu semakin tawadhu’
(rendah diri) dan selalu merasa cukup (qona’ah) karena ia selalu
memperhatikan bahwa ternyata Allah masih memberinya
kelebihan materi dari yang lainnya. Inilah sifat mulia yang
diajarkan Islam pada umatnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah
harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang
berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu
akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu” (HR.
Muslim no. 2963).
Semoga bermanfaat.
8