Urgensi Surat Al-Fatihah dan Sebagian
Keutamaannya
Apa urgensi surat Al-Fatihah?
Alhamdulillah
Surat Al-fatihah mempunyai urgensi yang agung dan
keutamaan yang banyak, diantaranya adalah:
- Ia termasuk rukun shalat. Shalat tidak sah kecuali
dengannya. Diriwayatkan oleh Bukhari, 756 dan Muslim, 394
dari Ubadah bin Somit radhiallahu anhu sesungguhnya
Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak (sah) shalat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul
Kitab (Al-Fatihah).”
An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Hadits ini
(menunjukkan) kewajiban membaca Al-Fatihah dan itu
merupakan keharusan. Shalat tidak sah kecuali dengan
membacanya. Lain halnya, jika orang tersebut tidak mampu. Ini
adalah mazhab Malik, Syafii dan mayoritas para ulama dari
kalangan para shahabat, tabiin dan (generasi) setelahnya."
- Dia merupakan surat paling mulia dalam Al-Qur’an.
Diriwayatkan oleh Tirmizi, no. 2875 dan dishahihkannya. Dari
Abu Hurairah radhiallahu anhu sesungguhnya Rasulullah
sallallahu alaihi wa sallam berkata kepada Ubay bin Ka’b:
“Apakah engkau suka aku ajarkan kepadamu surat yang
belum diturunkan di Taurat, Injil, Zabur tidak juga dalam Al-
Furqan sepertinya?" Dia menjawab, “Ya. Wahai Rasulullah."
Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Bagaimana
anda membaca dalam shalat?" Beliau menjawab, “Membaca
Ummul Qur’an (Al-Fatihah).” Maka Rasulullah sallallahu’alaihi
wa sallam bersabda, “Demi jiwaku yang ada ditangan-Nya.
Tidak diturunkan dalam Taurat, Injil, Zabur tidak juga dalam Al-
Furqan (surat) semisalnya.” (Dishahihkan Al-Albany dalam
Shahih Tirmizi)
- Dia adalah Assab’ul Matsani (tujuh ayat yang diulangulang).
Allah berfirman dalam Al-Qur’an: “Dan sesungguhnya
Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulangulang
dan Al Quran yang agung.” (QS. Al-hijr: 87)
Diriwayatkan oleh Bukhari, no. 4474 dari Abu Said bin Al-
Mualla, "Sesungguhnya Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam
bersabda kepadanya:
“Aku akan ajarkan kepadamu suatu surat yang paling utama
dalam Al-Qur’an sebelum engkau keluar dari masjid." Kemudian
beliau memegang tanganku. Ketika ingin keluar (masjid) saya
katakan kepada beliau, “Tidakkah engkau mengatakan kepada
saya akan mengajarkan kepadaku surat yang paling agung
dalam Al-Qur’an?" Beliau menjawab, “Al-Hamdulillahi
rabbil’alamin (Al-Fatihah), dia adalah As-Sab’ul Matsani (tujuh
ayat yang diulang-ulang) dan Al-Qur’anul Azim yang
diberikannya.”
Al-Hafidz berkata, “Ada perbeda dalam maknanya,
dikatakan ‘Al-Matsani’ karena diulang pada setiap rakaat. Ada
yang mengatakan karena memuji kepada Allah Ta’ala, atau,
karena dikhususkan untuk umat ini, dimana (tidak diturunkan)
pada umat sebelumnya.’
- Di dalamnya menggabungkan antara tawasul kepada Allah
Ta’ala dengan pujian dan sanjungan kepada-Nya serta
memuliakan-Nya. Bertawasul kepada-Nya dengan ubudiyah dan
mentauhidkan kepada-Nya. Kemudian setelah itu meminta
keperluan yang paling penting dan keinginan yang paling
bermanfaat yaitu petunjuk setelah dua wasilah tersebut. Maka
orang yang meminta seperti lebih layak untuk dikabulkan.
(Lihat ‘Madarijus salikin, 1/24)
- Meskipun pendek, surat ini memuat tiga macam tauhid,
tauhid Rububiyah, tauhid Uluhiyah dan tauhid Asma’ was sifat.
(Silahkan lihat ‘Madirijus salikin, 1/24-27)
5
- Surat ini mengandung obat hati dan obat badan.
Ibnu Qoyyim rahimahulah berkata, “Adapun terkait obat bagi hati, maka sungguh surat ini memiliki kandungan tersebut. Karena penyakit hati berkisar pada dua sumber. Rusaknya ilmu dan rusaknya niat yang berdampak pada dua penyakit mematikan yaitu kesesatan dan kemarahan. Kesesatan adalah dampak dari rusaknya ilmu. Sementara kemarahan adalah dampak dari rusaknya niat. Keduanya termasuk unsur pokok semua penyakit hati. Petunjuk ke jalan yang lurus mengandung obat dari penyakit kesesatan. Oleh karena itu, permohonan petunjuk termasuk doa wajib bagi setiap hamba dan harus dilakukan setiap hari pada setiap shalat. Karena kebutuhan terhadap hidayah yang diinginkan sangat urgen sekali dan tidak dapat digantikan posisinya oleh permintaan yang lain. Sehingga realisasi dari ‘Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan’ termasuk ilmu, pengetahuan, amal dan berbagai keadaan yang mengandung obat dari penyakit kerusakan hati dan niat.
Adapun bahwa surat ini mengandung obat bagi fisik, kami sebutkan apa yang ada dalam sunnah. Dan sesuai dengan kaidah kedokteran dan yang telah dibuktikan.
Dalam sunah, terdapat dalam hadits shahih dari Abu Mutawakil An-Naji dari Abu Said Al-Khuri bahwa sekelompok shahabat Nabi sallallahu alaihi wa sallam melewati sebuah perkampungan arab…. Hingga akhirnya disebutkan tentang ruqyah dengan Al-Fatihah. Kemudian beliau mengatakan, “Hadits ini menunjukkan bahwa bacaan surat Al-Fatihah mengandung kesembuhan dari sengatan binatang, maka cukup dengannya sebagai obat, bahkan bisa jadi kesembuhannya melebihi obat-obatan lainnya. Padahal penduduk di tempat
6
(yang dibacakannya Al-Fatihah) bukan orang-orang yang dapat menerima, mungkin karena penduduk setempat non muslim atau penduduknya kikir dan sering mencela. Bagaimana halnya jika di daerah yang penduduknya dapat menerima?" (Madarijus salikin, 1/52-55)
Kemudian beliau menambahkan, “Pernah terjadi pada diriku sakit yang mengganggu, hampir saja aku tidak dapat bergerak. Hal itu terjadi saat thawaf dan di tempat lain. Lalu aku segera bacakan Al-Fatihah dan aku usap di tempat yang sakit, maka bagaikan (ada) batu yang jatuh (sembuh). Hal itu telah aku praktekkan berulang-ulang. Aku juga mengambil segelas air zam zam, lalu aku bacakan Al-Fatihah berkali-kali kemudian aku minum. Aku merasakan manfaat dan kekuatan yang tidak aku dapatkan seperti itu pada obat lainnya." (Madarijus Salikin, 1/58)
- Surat Al-Fatihah mengandung bantahan untuk orang sesat dan kelompok sesat. Juga bantahan terhadap ahli bid’ah dan kesesatan umat ini. Hal ini dapat diketahui dari dua sisi, secara global dan terperinci.
Penjelasannya adalah bahwa jalan yang lurus (ash-shirathal mustaqim) mengandung kebenaran dan mendahulukan (kebenaran) dibandingkan yang lainnya. Serta mencintai, merealisasikan, mendakwakan kepadanya dan melawan musuh semampu mungkin. Kebenaran adalah apa yang dilakukan oleh Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam dan para shahabatnya, serta apa yang beliau ajarkan, baik secara teori maupun praktek dalam masalah nama dan sifat Allah. Juga dalam masalah tauhid, perintah, larangan, janji dan ancaman-Nya. Juga dalam hakikat keimanan yang termasuk tempat bagi orang yang
7
menuju kepada Allah Ta’ala. Kesemuanya itu diserahkan sepenuhnya bersumber dari ajaran Rasululah sallallahu alaihi wa sallam, bukan pada pendapat orang lain, atau kondisi tertentu maupun pemikiran serta istilah dari orang lain.” (Madarijus salikin, 1/58)
- Surat Al-Fatihah mengandung semua makna Kitab-kitab yang diturunkan. (Madarijus salikin, 1/74)
- Dalam surat Al-Fatihah terkandung doa yang paling bermanfaat. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Saya renungkan doa yang paling bermanfaat adalah permintaan bantuan untuk menggapai keridhaan-Nya. Kemudian saya lihat ada pada surat Al-Fatihah pada ayat "Iyyakana’budu wa iyyaka nasta’in (Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan)" (Madarijus Salikin, 1/78)
Kesimpulannya, bahwa surat Al-fatihah merupakan kunci semua kebaikan dan kebahagian di dunia dan akhirat.
Ibnu Qoyyim rahimahullah berkata, “Fatihatul kitab, Ummul Qur’an, As-Sab’ul Matsani, kesembuhan total, obat yang bermanfaat, ruqyah sempurna, kunci kekayaan dan kemenangan, penjaga kekuatan, menghilangkan sedih, gundah, ketakutan, kesedihan, bagi orang yang mengetahui kemuliaannya dan memberikan haknya serta menempatkan dengan tepat dalam mengobati suatu penyakit, mengetahui bagaimana cara kesembuhan dan mengetahui rahasia yang terkandung di dalamnya.
Maka ketika sebagian shahabat mendapatkan kenyataan tersebut, mereka menjadikannya sebagai ruqyah dengannya
8
dan langsung sembuh. Maka Nabi sallallahu’alaihi wa sallam mengatakan kepadanya, “Dari mana kalian tahu bahwa itu adalah ruqyah.”
Seseorang yang mendapatkan taufiq dengan cahaya pengetahuan, hingga mendapatkan rahasia surat ini dan kandungan di dalamnya berupa tauhid, mengenal Dzat, nama, sifat dan perbuatan Allah, lalu meyakini syariat agama, takdir dan kebangkitan. Juga mengkhususkan tauhid Rububiyah dan Uluhiyyah, bertawakkal secara sempurna dan berserah diri secara penuh kepada Yang mempunyai semua urusan dan mempunyai semua pujian. Meyakini bahwa di tangan-Nya semua kebaikan, dan semua urusan dikembalian kepada-Nya. Dirinya merasa kekurangan kepada-Nya untuk meminta hidayah yang menjadi pokok kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dan mengetahui keterkaitan maknanya dalam mendapatkan kebaikan dan menolak keburukan dan bahwa kesudahan secara mutlak dan kenikmatan secara sempurna terkait dengan merealisasikannya, maka dengannya sudah cukup obat dan ruqyah serta tidak membutuhkan lainnya. Padanya terbuka pintu kebaikan, dan tertolak sebab-sebab keburukan." (Zadul Ma’ad, 4/318)
Wallahu’alam.