Artikel




BAGAIMANA SEORANG MUSLIM MEMBINA


DIRINYA SENDIRI


Bagaimana seseorang mendidik dirisnya secara Islam, terutama


jika disana terdapat kelalaian dalam beragama yang hanya Allah


saja yang mengetahuinya?


Alhamdulillah


Seseorang menyadari kekurangan dirinya merupakan langkah


awal dalam membina diri.


Barangsiapa mengetahui bahwa dirinya memiliki kekurangan,


maka dia telah melangkah untuk membina diri. Kesadaran ini


akan mendorong diri kita untuk membina diri dan berjalan pada


jalan lurus. Jadi, kesadaran ini bukan justeru memalingkan


seseorang untuk membina dirinya.


Di antara taufik Allah kepada seorang hamba adalah bersegera


untuk berubah dan lebih baik sebagaimana firman Ta’ala:


“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum sampai


mereka merubah dirinya sendiri.” Barangsiapa yang berubah


3


karena Allah, maka Allah (akan membantu merubah) untuk


dirinya.


Seseorang bertangung jawab untuk dirinya, pertanggung


jawaban secara individu dan akan dihisab dan ditanya sendirian


sebagaimana firman Allah Ta’ala:


إِنْ مَنْ فِ مَّﺴلَاوَاتِ رْضِ


َْ بَد اًْ . لَقَدْ حْصَاهُمْ 􀈭 وَالأ ﻻِ يتِ ﻤَّﺮحَْانِ


َ


أ ﻋَ هََّﺪُمْ اًَّﺪ .


م􀉋 يهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فرَدْ اً(سورة مر 􀈩 هُُُّمْ آ ِ �َ )


“Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan


datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang


hamba. Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka


dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. Dan tiaptiap


mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan


sendiri-sendiri.” (QS. Maryam: 93-95)


Seseorang tidak mungkin dapat mengambil kebaikan yang


disediakan kepadanya selagi tidak ada dorongan dari dakan diri


sendiri untuk menyambutnya. Tidakkah anda melihat istri Nabi


Nuh dan Nabi Luth. Keduanya berada di rumah kedua Nabi yang


salah satunya termasuk dari Nabi Ulul Azmi. Coba anda


bayangkan –wahai saudaraku- bagaimana usaha keras Sang


4


Nabi yang dikerahkan terhadap istrinya. Sang isteri telah


mendapatkan kesempatan yang sangat besar. Akan tetapi selagi


keduanya tidak cepat merespon dari dalam dirinya, akhirnya


dikatakan kepada keduanya, “Masuklah keduanya ke dalam


neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka).” (QS. At-


Tahrim: 10).


Berbeda dengan istri Fir’aun –padahal dia tinggal di salah


seorang tokoh kesesatan- maka Allah jadikan sebagai teladan


bagi orang-orang beriman karena pada dirinya terdapat


tarbiyah dzatiyah (pembinaan diri sendiri).


Di antara sarana pembinaan seorang muslim terhadap dirinya


adalah:


1. Beribadah kepada Allah, berinteraksi dengan-Nya serta


menyerahkan sepenuhnya kepada-Nya. Yaitu dengan rajin


melaksanakan kewajiban seraya membersihkan diri dari


ketergantuan kepada selain Allah.


2. Memperbanyak membaca Al-Qur’an dan


mentadaburinya serta mendalami rahasianya.


3. Membaca buku-buku nasehat bermanfaat yang


memberikan obat hati dan solusinya. Seperti kitab 'Mukhtasor


5


Minhajul Qosidin', ‘Tahzib Madarijus Salikin’ dan semisal itu. Serta memperhatikan biografi para ulama salaf dan akhlak mereka. Hal itu dapat di lihat pada buku ‘Sifatus Sofwah' karangan Ibnul Jauzi dan kitab ‘Aina nahnu Min Akhlakis Salaf’ karangan Bahauddin Uqail dan Nasir Al-Jalil.


4. Berinteraksi dengan kegiatan pembinaan seperti pengajian dan ceramah.


5. Menjaga waktu dan menyibukkan diri dengan yang bermanfaat dunia dan akhirat


6. Tidak terlalu banyak (melakukan) yang mubah dan memberi perhatian yang besar.


7. Cari teman pergaulan yang baik. Yang membantu untuk melakukan kebaikan. Adapun orang yang suka hidup menyendiri, maka dia banyak kehailangan makna persaudaraan seperti itsar (mendahulukan kepentingan orang lain) dan sabar.


8. Melakukan, merealisasikan dan menerjemahkan ilmu yang di dapati melalui perbuatan.


9. Intropeksi diri secara teliti


6


10. Percaya diri –disertai dengan penyandaran kepada Allah –karena kehilangan keperyacaan tidak dapat bekerja.


11. Menuduh diri di hadapan Allah. Hal ini tidak menafikan point sebelumnya. Seseorang hendaknya tetap beramal dengan kesadaran bahwa pada dirinya terdapat kekurangan.


12. Menyendiri yang sesuai syariat yakni hendaknya jangan berkumpul dengan orang-orang setiap saat. Perlu menjadikan waktu khusus untuk beribadah dan menyendiri secara syari.


Kami memohon kepada Allah agar dapat membantu kita dan jiwa kita serta mengarahkan kepada yang dicintai oleh Allah dan keredoan-Nya. Salawat dan salam semoga terlimpahkan kepada nabi kita Muhammad, keluarga dan para shahabatnya.



Tulisan Terbaru

Keutamaan Puasa Enam ...

Keutamaan Puasa Enam Hari Syawal Shawal