DI ANTARA PENGERTIAN LEBARAN
Muhammad bin Ibrahim al-Hamd
Segala puji bagi Allah yang menyempurnakan agama untuk kita,
menyempurnakan nikmat atas kita, meridhai Islam sebagai agama kita.
Shalawat dan salam semoga terus tercurah kepada nikmat yang diberikan dan
rahmat yang dihadiahkan, yaitu Nabi kita Muhammad bin Abdullah , keluarga,
para sahabat, dan orang yang setia kepadanya. Amma ba'du:
Sesungguhnya lebaran merupakan salah satu penampakan dan syi'ar
agama yang diagungkan, yang mengandung hukum yang besar, pengertian yang
besar, rahasia yang indah yang tidak diketahui semua umat dalam berbagai hari
besarnya.
Ied dalam pengertian agama adalah bersyukur kepada Allah atas
kesempurnaan ibadah yang tidak hanya diucapkan seorang mukmin dengan
lisannya, akan tetapi bergelora dalam batinnya sebagai bentuk ridha dan tenang,
nampak pada lahirnya karena senang dan dengan muka berseri, membuka di
antara jiwa orang-orang beriman dengan muka cerah dan akrab, dan menghapus
jarak di antara orang-orang kaya dan orang-orang miskin.
Ied dalam pengertian kemanusiaan adalah hari bertemunya kekuatan
orang kaya dan kelemahan orang miskin di atas cinta, kasih sayang dan
keadilan dari wahyu langit yang berjudul: zakat, ihsan, dan lapang dada.
Ied nampak pada orang kaya, maka ia melupakan ketergantungannya
pada harta, turun dari ketinggiannya seraya merendahkan diri kepada manusia
dan siap menerima kebenaran, mengingat bahwa semua orang yang ada di
sisinya adalah para saudara dan penolongnya, maka ia menghapus kesalahan
setahun dengan ihsan satu hari.
Ied nampak pada orang fakir, maka ia membuang sakit hatinya, naik dari
ufuk yang tinggi, melupakan kesusahan dan kepayahan selama satu tahun,
4
keceriaan di hari lebaran menghapuskan bekas kedengkian dan rasa jemu dari
dirinya, dan lari di sisinya rasa putus asa di saat menangnya dorongan harapan.
Ied (lebaran) dalam pengertian kejiwaan adalah garis pemisah di antara
ikatan yang jiwa tunduk baginya dan anggota tubuh merasa tenang kepadanya,
dan d kebebasan yang tanpa batas untuk memuaskan hawa nafsunya.
Ied dalam pengertian waktu adalah bagian dari masa yang ditentukan
untuk melupakan kesedihan dan mengesampingkan beban, serta istirahat
(rileks)nya kekuatan yang capek dalam kehidupan.
Ied dalam pengertian sosial adalah hari anak-anak yang melimpah rasa
bahagia pada mereka, hari para fakir miskin yang mendapatkan kemudahan dan
keluasan rizqi, hari seperti rahim yang mengumpulkannya di atas kebajikan dan
menyambung silaturrahim, hari kaum muslimin yang menyatukan mereka di
atas saling memaafkan dan mengunjungi, hari handai taulan yang diperbaharui
pada mereka ikatan kecintaan, hari jiwa yang mulia yang melupakan
tekanannya. Maka berkumpul setelah berpisah, menjadi bersih setelah kotor,
terbuka setelah sebelumnya mengerut.
Dalam semua merupakan renovasi (rekonstruksi) ikatan sosial yang
terkuat dalam bentuk rasa cinta dan persaudaraan.
Dan padanya ada rasa akrab yang merasuk kalbu, rasa bahagia dalam
jiwa, dan rasa lapang yang dirasakan tubuh.
Dan padanya ada maksud sosial juga, yaitu mengingatkan berita
masyarakat terhadap hak orang-orang yang lemah dan papa, sehingga rasa
bahagia dirasakan setiap rumah dan kenikmatan merata di setiap keluarga.
Kepada pengertian sosial ini disyari'atkan zakat fitrah di hari raya iedul
fitri atau pada hari-harinya yang diberikan tangan-tangan yang baik di jalurjalur
yang baik. Maka tidak bersinar matahari lebaran kecuali senyuman terlihat
di setiap bibir dan rasa bahagia meliputi setiap hati.
Di hari lebaran, orang-orang yang tidak beruntung merasakan angin
keberuntungan, orang-orang yang terjepit merasakan udara keluasan. Dan
padanya orang-orang yang papa merasakan rizqi yang baik dan orang-orang
yang mampu menikmati kesenangannya.
Di hari lebaran, jiwa yang keras mengalirkan arahnya kepada kebaikan
dan menggerakkan jiwa yang kering kepada kebaikan.
5
Di hari lebaran, ada hukum-hukum yang menekan hawa nafsu, di
belakangnya ada hikmah yang memberikan gizi kepada akal, dari bawahnya ada
rahasia yang membersihkan jiwa, di hadapannya ada kenangan yang
membuahkan untuk mengikuti kebenaran dan kebaikan, dalam isinya ada
pelajaran yang mengungkapkan hakikat, timbangan yang menegakkan keadilan
di antara golongan yang berbeda di antara manusia, tujuan yang benar dalam
menjaga persatuan, memperbaiki perkara, pelajaran praktik yang tinggi dalam
pengorbanan, mengutamakan orang lain dan kecintaan.
Di hari lebaran, nampak keutamaan ikhlas yang meliputi semua orang,
orang-orang saling memberikan hadiah hati yang ikhlas kepada yang lain.
Lebaran seolah-olah adalah ruh satu keluarga dalam semua umat.
Di hari lebaran, ruh tetangga menjadi luas, sehingga kembali kota yang
besar dan seolah-olah penduduknya tinggal di satu rumah yang terwujud
padanya persaudaraan dalam arti pengamalan.
Di hari lebaran, bertolak tabiat di atas fitrahnya dan nampak rasa simpati
belas kasihan di atas hakikatnya.
Lebaran dalam Islam merupakan ketenangan dan kedamaian,
mengagungkan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa, dan jauh dari sebab-sebab
kebinasaan dan masuk neraka.
Dan bersama semua itu, lebaran merupakan lapangan berlomba menuju
kebaikan, peluang bersaing dalam kemuliaan.
Di antara bukti yang menunjukkan keagungan lebaran ini, bahwa Islam
menyertakan setiap lebaran dari dua lebaran yang agung dengan salah satu
syi'arnya yang umum, yang mempunyai kedudukan besar dalam rohani,
memiliki peranan agung dalam masyarakat, baginya ada angin yang bertiup
dengan kebaikan, kebajikan dan kasih sayang. Baginya ada pengaruh yang
dalam pada pendidikan pribadi dan jamaah, yang umat tidak pantas ada serta
bermanfaat keberadaannya kecuali dengannya. Dua syi'ar tersebut adalah bulan
Ramadhan yang datangnya iedul fitri merupakan penutupnya yang indah,
ungkapan syukur atas kesempurnaannya dan haji yang mana iedul adha
merupakan bagian dari hari-harinya dan waktu yang mengisyaratkan keagungan
hukumnya.
Maka inilah ikatan Ilahi di antara dua lebaran dan di antara dua syi'ar ini
sudah cukup dalam memutuskan atasnya, membuka hakikat padanya. Dan
6
keduanya merupakan dua hari besar agama dengan sunnah-sunnah yang
disyari'atkan padanya. Bahkan sampai hal-hal yang dianjurkan padanya, yang
secara lahir hanyalah duniawi semata seperti memakai yang baik, berpakaian,
memakai minyak wangi, memberi infak yang banyak terhadap keluarga,
menjamu tamu, bersenang-senang, bermain-main yang tidak keluar kepada
batas berlebih-lebihan, mencari yang mahal, dan kebanggaan yang tercela.
Semua perkara yang dibolehkan ini termasuk dalam taat apabila baik niatnya.
Maka di antara keindahan Islam bahwa yang dibolehkan, apabila baik niat
padanya dan untuk merealisasikan hikmah Allah dengannya atau mensyukuri
nikmat-Nya niscaya berubah menjadi ibadah, sebagaimana sabda Nabi :
"Sehingga sesuap (nasi) yang engkau berikan di mulut istrimu."
Kedua sisi lebaran dalam makna Islam adalah keindahan, kebesaran,
kesempurnaan, ikatan dan hubungan, rasa bahagia yang menyentuh kalbu,
ketenangan yang menyertai jiwa, dan meninggalkan kesedihan dan sakit hati.
Rahasianya bukan pada hari lebaran yang harinya dimulai dengan
terbitnya matahari dan berakhir dengan tenggelamnya. Sesungguhnya
rahasianya adalah pada amal perbuatan yang dibangun pada hari itu, yang
meliputinya berupa kebaikan, yang meliputi jiwa yang disiapkan untuk kebaikan
padanya berupa ketinggian dan kesempurnaan. Maka lebaran sesungguhnya
adalah pengertian yang ada pada hari lebaran itu, bukan harinya.
Inilah sebagian pengertian ied sebagaimana yang kita pahami dari Islam,
dan sebagaimana direalisasikan oleh kaum muslimin yang benar. Di manakah
kita pada hari ini dari lebaran ini? Di manakah lebaran-lebaran ini dari kita?
Apakah bagian kita dari pengertian ini? Di manakah bekas ibadah dari pengaruh
kebiasaan dalam lebaran kita?
Sesungguhnya yang disayangkan bahwa sebagian kaum muslimin
melepaskan lebaran-lebaran ini dari pakaian agama, mengosongkannya dari
nilai-nilai kerohnian yang menyejukan jiwa dengan kesenangan dan ketenangan.
Bahkan sebagian kaum muslimin menghadapi lebaran dengan semangat yang
lemah dan perasaan yang dingin, sehingga lebaran seolah-olah kegiatan
perdagangan yang mengikuti kesuburan dan kekeringan, terpengaruh dengan
kesusahan dan kemudahan, keuntungan dan kerugian, tanpa ungkapan rohani
yang mempengaruhi dan tidak terpengaruh.
7
Sungguh di antara hak lebaran adalah bahwa kita merasa bahagia dan di
antara hak kita adalah bahwa kita saling mengucapkan selamat dan
menghilangkan kesedihan serta saling memberikan muka ceria, maka
sesungguhnya hak saudara-saudara kita yang tersuir lagi tersiksa di timur dan
barat adalah bahwa kita merasa berduka karena kesedihan mereka, dan
memperhatikan persoalan mereka. Maka masyarakat yang bahagia adalah
masyarakat yang memiliki akhlak yang tinggi di hari lebaran dan perasaan
kemanusiannya memanjang sejauh mata memandang. Dan hal itu nampak di
hari lebaran saling tolong menolong lagi saling berkasih sayang, sehingga hatinya
dipenuhi dengan rasa cinta, kebajikan, dan kasih sayang. Dan ikut merasakan
musibah saudara-saudara mereka di berbagai penjuru dunia saat mereka
mendapat bencana dan musibah.
Bukanlah maksudnya mengucurkan air mata dan memakai baju duka cita
sebagaimana orang yang berduka saat kehilangan kekasih atau kerabat, dan
bukan pula tidak mau makan seperti yang dilakukan oleh orang yang puasa.
Namun maksudnya adalah bahwa di hari lebaran, kita nampak dengan
penampilan umat yang mengerti, yang selalu seimbang di antara kesenangan
dan kesedihan, maka perayaan kita dengan hari lebaran jangan menghalangi
perasaan kita terhadap musibah yang menimba saudara kita.
Yang dimaksudkan dari hal itu bahwa kita sederhana dalam kebahagiaan
dan berbelanja, agar kita bisa membantu umat kita dalam pertarungannya yang
pahit lagi berdarah.
Juga maksudnya adalah kita merasakan persaudaraan yang kuat di hari
lebaran, maka nampak dalam pembicaraan kita tentang bencana dan
perjuangan saudara-saudara kita yang menguatkan semangat, membuka tangan
untuk memberi dan mengucapkan doa, inilah duka cita yang diterjemahkan
kepada amal nyata.
Wahai muslim yang berbahagia dengan hari lebaran: tidak diragukan
bahwa engkau bersiap-siap atau sudah bersiap-siap untuk lebaran siapapun
engkau, atau engkau ibu atau anak muda, atau wanita remaja. Tidak diragukan
bahwa engkau telah menyiapkan segala kebutuhan lebaran berupa pakaian,
makanan dan yang lainnya. Tambahkanlah atas semua itu persiapan sebagai
ungkapan rasa syukur, menambahkan cahaya catatan amalmu. Persiapan yang
lebih mulia di sisi Allah dan lebih pasti dalam pandangan persaudaraan.
8
Ketahuilah, ia adalah persiapanmu untuk melapangkan kesusahan orang
yang ada di sekitarmu, orang-orang yang tidak mampu dari para tetangga, atau
kerib kerabat atau semisal mereka. Perhatikanlan mereka, tanyakanlah
kebutuhan mereka, dan segeralah masukkan rasa senang di relung hati mereka.
Jika keuangan tidak menolongmu, maka setidaknya engkau bisa
memberikan kata-kata yang baik, senyuman yang indah, dan anggukan kepala
yang suci.
Ingatlah di hari lebaran, sedang engkau mengecup kedua orang tuamu,
menyalami istri, saudara, anak-anak dan karib kerabatmu. Maka berkumpul
semuanya di atas makanan enak, minuman yang segar. Ingatlah anak-anak
yatim yang di pagi hari itu tidak merasakan kasih sayang sang ayah, para janda
yang tidak mendapatkan senyuman suami, bapak-bapak dan ibu-ibu yang tidak
mendapatkan anak, dan jamaah yang banyak dari saudaramu yang terusir
secara zalim, tercabik-cabik. Maka apabila di hari lebaran mereka beruari air
mata, menyetrika dengan api, dan tidak mendapat ketenangan.
Ingatlah di hari lebaran, engkau tinggal di tempat yang teduh, tempat
tinggalmu yang luas, kasurmu yang empuk. Ingatlah saudara-saudaramu yang
berkasurkan debu, berselimut khadhra, dan menderita di tempat terbuka.
Ingatlah bahwa ketika engkau mengobati luka mereka dan menutupi
kebutuhan mereka sesungguhnya engkau menutupi kebutuhanmu dan
mengobati luka mereka:
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong
sebagian yang lain.. (QS. at-Taubah:71)
[apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan
cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya. (QS. at-Taubah 272)
Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri (QS.
Fashshilat :46)
"Barangsiapa yang melapangkan kesusahan dari seorang mukmin dari
kesusahan dunia niscaya Allah melapangkan darinya kesusahan dari
kesusahan hari kiamat. Allah selalu menolong hamba selama hamba itu
menolong saudaranya."
"Barangsiapa yang mengurus perkara kaum muslimin maka ia bukan dari
mereka."
"Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam kasih sayang, kecintaan
mereka adalah bagaimana satu tubuh. Apabila satu anggota tubuh mengeluh
niscaya semua tubuh ikut merasakan panas dan tidak bisa tidur."
Semoga Allah memberi berkah untuk kaum muslimin di hari lebaran
mereka, meneguhkan untuk mereka agama mereka yang Dia ridha untuk
mereka. Semoga shalawat dan salam selalu tercurah kepada nabi kita
Muhammad, keluarga dan para sahabatnya .