Balasan Itu Sesuai dengan Amalan
Khutbah Pertama:
Segala puji bagi Allah Shubhanahu wa a’alla yang telah menyinari hati para hamba yang dikehendaki -Nya sehingga mengetahui tanda-tanda kebesaran -Nya dan keadilan dari ketetapan-ketetapan -Nya. Saya bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak untuk diibadahi kecuali hanya Allah Shubhanahu wa a’alla semata serta saya bersaksi bahwa Nabi Muhammadn adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan oleh Allah Shubhanahu wa a’alla kepada pemimpin para nabi, Nabi kita Muhammad n dan keluarganya, serta para sahabat dan kaum muslimin yang senantiasa mengikuti petunjuknya.
Hadirin rahimakumullah, Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Shubhanahu wa ta’ala dengan memperbaiki dan meningkatkan amalan-amalan kita.
4
Sesungguhnya, dengan berupaya memperbaiki dan meningkatkan amalannya, seorang hamba akan mendapatkan kebaikan dalam kehidupannya serta mendapatkan balasan yang besar dan berlipat-lipat dari Allah Shubhanahu wa ta’ala. Allah Shubhanahu wa ta’ala berfirman:
“Barang siapa mengerjakan amal saleh baik laki-laki maupun
perempuan dan dia dalam keadaan beriman, sungguh Kami akan
berikan kepada mereka kehidupan yang baik dan sungguh Kami
akan beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih besar
daripada amalan yang mereka kerjakan.” (an-Nahl: 97)
Dari ayat di atas, kita mengetahui bahwa Allah Shubhanahu wa ta’ala telah menetapkan kehidupan yang bahagia sebagai balasan dari amal saleh. Demikian pula, Allah Shubhanahu wa ta’lla tidak menjadikan balasan dari amal saleh dengan banyaknya harta atau yang semisalnya. Dengan demikian, bahagia dan tidaknya kehidupan seseorang tidaklah semata-mata tergantung pada
5
banyak dan tidaknya dunia yang didapatnya. Dengan kekayaannya seseorang bisa melampaui batas. Sebaliknya, karena kemiskinannya seseorang bisa lupa dengan akhiratnya. Maka dari itu, seseorang harus memahami bahwa Allah Shubhanahu wa ta’ala telah menjadikan kebahagiaan itu akan didapatkan dengan amal saleh. Apabila seseorang mengisi hidupnya di dunia dengan amal saleh, dirinya akan mendapatkan kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan serta balasan yang baik di dunia dan akhirat. Adapun orang yang berbuat kemaksiatan, balasannya disebutkan oleh Allah Shubhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya:
Dan barang siapa berpaling dari peringatan -Ku, sesungguhnya ia akan mendapat kehidupan yang sempit dan Kami akan kumpulkan pada hari kiamat dalam keadaan buta. Ia berkata, “Ya Rabbku, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?” Allah berfirman, “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami namun engkau melupakannya maka pada hari ini engkau pun dilupakan.” (Thaha: 124—126)
6
Jama’ah jum’ah rahimakumullah. Dalam ayat di atas kita mengetahui bahwa apabila seseorang memenuhi hidupnya dengan berbagai kemaksiatan, dirinya akan mendapatkan kehidupan yang sempit dan jauh dari ketenangan. Oleh karena itu, janganlah kita tertipu oleh gemerlapnya dunia yang melalaikan dari ketaatan kepada Allah Shubhanahu wa ta’ala. Lalai mengingat Allah Shubhanahu wa ta’ala akan menjauhkan seseorang dari mendapatkan kebahagiaan meskipun kehidupannya penuh dengan kemewahan.
Hadirin rahimakumullah. Firman Allah Shubhanahu wa ta’ala di atas juga menunjukkan bahwa balasan seseorang sesuai dengan amalannya. Artinya, sebagaimana seseorang waktu di dunia tidak mau melihat peringatan Allah Shubhanahu wa ta’ala, maka pada kehidupan yang sesungguhnya di hari akhir nanti dia pun dibangkitkan dan dikumpulkan dalam keadaan buta. Begitu pula, sebagaimana saat di dunia dia melupakan peringatan Allah Shubhanahu wa ta’ala, pada hari akhir pun dia akan dilupakan serta dibiarkan dalam kesulitan dan siksa yang pedih. Demikianlah. Dengan hikmah -Nya, Allah Shubhanahu wa ta’ala menetapkan bahwa balasan seseorang sesuai dengan perbuatannya. Banyak sekali dalil yang menunjukkan hal tersebut di samping ayat yang telah kita sebutkan. Di antaranya adalah apa
7
yang disebutkan oleh sabda Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam:
“Orang-orang yang memiliki sikap kasih sayang akan mendapatkan kasih sayang dari Allah Yang Maha Penyayang, (maka) berbuat kasih sayanglah kalian kepada yang ada di muka bumi (sehingga Allah) yang di langit akan menyayangi kalian.” (HR. Abu Dawud disahihkan oleh al-Albani)
Dari hadits ini, kita mengetahui bahwa balasan seseorang sesuai dengan amalannya. Oleh karena itu, seorang muslim tentu akan senantiasa berbuat baik, beramal saleh, serta jauh dari berbuat kezaliman dan kemaksiatan. Dia akan menjadi orang yang mengasihi orang-orang yang lemah dari kalangan para wanita, fakir miskin, anak yatim, dan yang semisalnya serta tidak menyakiti mereka. Bahkan, terhadap hewan sekalipun, seorang muslim tidak sewenang-wenang terhadapnya karena dirinya menginginkan rahmat dan kasih sayang Allah Shubhanahu wa ta’ala, serta takut dari terkena azab -Nya. Oleh karena itu, untuk mendapatkan rahmat dan kasih sayang -Nya, seseorang juga harus mengasihi dan menyayangi hamba-hamba -Nya. Adapun perbuatan zalim, baik menipu, mencuri, tidak menunaikan kewajiban kepada saudaranya, maupun yang
8
semisalnya, akan mendekatkan dirinya dengan azab Allah Shubhanahu wa ta’ala.
Hadirin rahimakumullah. Di antara hadits yang juga menunjukkan bahwa balasan seseorang sesuai dengan amalannya adalah sabda Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam:
“Barang siapa menghilangkan kesempitan seorang mukmin dari kesulitan-kesulitan di dunia, Allah akan menghilangkan kesulitan yang menimpanya dari kesulitan-kesulitan di hari kiamat. Dan barang siapa yang meringankan seseorang yang sedang tertimpa kesulitan, Allah akan meringankan bebannya di dunia dan akhirat. Dan barang siapa yang menutup kejelekan seorang muslim, Allah akan menutup kejelekannya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan menolong seorang hamba apabila hamba tersebut menolong saudaranya. Dan barang siapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan jalannya menuju ke surga.” (HR. Muslim)
Hadits ini sangat jelas menunjukkan bahwa balasan seseorang sesuai dengan amalannya. Maka dari itu, siapa di antara kita yang tidak ingin dimudahkan jalannya menuju surga? Siapa di antara
9
kita yang tidak ingin ditutupi kejelekannya sehingga tidak diketahui orang lain? Siapa yang tidak ingin mendapatkan kemudahan dan dihilangkan dari kesulitan di hari akhir, kesulitan yang jauh lebih berat dari kesulitan apa pun yang menimpa seseorang saat di dunia?
Di saat seluruh manusia dikumpulkan di Padang Mahsyar dalam keadaan tidak dikhitan, telanjang, dan tanpa alas kaki. Sementara itu, matahari didekatkan. Tidak ada tempat berteduh selain yang diberi naungan oleh Allah Shubhanahu wa a’alla. Saat itu, keadaan setiap orang menggambarkan perbuatannya saat di dunia. Ada yang tenggelam dengan keringatnya sampai ke mata kaki. Ada yang tenggelam sampai ke betis. Ada pula yang sampai setengah badannya, bahkan ada yang sampai ke telinganya.
Sungguh, siapa yang tidak membutuhkan pertolongan dan dihilangkan kesulitannya pada hari itu? Oleh karena itu, setiap muslim hendaknya bersemangat dalam menuntut ilmu. Setiap muslim hendaknya menutup aib saudaranya dan tidak menjadikan kejelekan orang lain sekadar bahan pembicaraan tanpa bermaksud memperbaikinya. Begitu pula, setiap muslim hendaknya senantiasa berbuat baik dan peduli dengan keadaan orang lain. Dengan demikian, di saat orang lain membutuhkan pertolongan dan dia mampu membantunya, dia tidak akan
10
menyia-nyiakan kesempatan untuk berbuat baik kepadanya. Begitu pula ketika meminjami uang kepada saudaranya, hendaknya dia memberi kelonggaran, terutama ketika saudaranya telah berusaha namun belum mampu melunasinya.
Hadirin rahimakumullah. Masih banyak lagi dalil-dalil yang menunjukkan bahwa balasan seseorang sesuai dengan perbuatannya. Mudah-mudahan yang sedikit ini bisa menjadi peringatan bagi kita.
11
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Marilah kita senantiasa memperbaiki hati kita dengan bertakwa kepada Allah Shubhanahu wa ta’ala dan kembali kepada -Nya. Dengan bertakwa kepada -Nya, seseorang akan mendapatkan apa yang diidam-idamkan, berupa kehidupan yang bahagia dan penuh dengan ketenteraman serta jauh dari kegelisahan. Dengan senantiasa kembali kepada Allah Shubhanahu wa ta’ala, baik dengan mengharapkan balasan -Nya dan takut dari azab -Nya maupun bertaubat dari kemaksiatan yang dilakukannya, seorang hamba akan mendapatkan kelapangan dada dan ketenangan serta kebahagiaan hidup. Adapun berpaling dari Allah Shubhanahu wa ta’ala, hal ini akan membuat hati menjadi berkarat sehingga tidak mengetahui mana yang bermanfaat dan mana yang berbahaya untuk dirinya.
Hadirin rahimakumullah, Oleh karena itu, marilah kita menjaga diri-diri kita agar tidak terjatuh dalam kemaksiatan kepada Allah Shubhanahu wa ta’ala dan Rasul -Nya. Jika seseorang memenuhi hidupnya dengan berbagai kemaksiatan, dirinya akan mendapatkan kehidupan yang sempit dan jauh dari ketenangan. Dengan demikian, meskipun dalam pandangan manusia dia adalah seorang yang terpenuhi segala kebutuhan hidupnya, namun hatinya tidak merasakan kebahagiaan, bahkan selalu
12
diliputi oleh kegelisahan, ketakutan, dan semisalnya. Oleh karena itu, untuk lari dari kesempitan, kesulitan, dan kegelisahan, kita dapatkan sebagian mereka mengonsumsi obat-obat terlarang, minum minuman keras, dan mencari hiburan-hiburan yang dipenuhi oleh berbagai kemaksiatan. Hal itu adalah balasan yang Allah Shubhanahu wa ta’ala timpakan kepada mereka di dunia. Adapun di akhirat nanti, mereka akan mendapatkan hukuman yang jauh lebih keras lagi.
Oleh karena itu, janganlah kita tertipu dengan gemerlapnya dunia yang melalaikan dari ketaatan kepada Allah Shubhanahu wa ta’ala. Lalai mengingat Allah Shubhanahu wa ta’ala akan menjauhkan seseorang dari mendapatkan kebahagiaan meskipun kehidupannya penuh dengan kemewahan. Bahkan, di akhirat nanti akan merasakan hukuman yang lebih besar. Allah Shubhanahu wa ta’ala berfirman:
“Bagi mereka azab dalam kehidupan di dunia dan sungguh hukuman di akhirat kelak lebih keras lagi dan tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dari azab Allah.” (ar-Ra’d: 34)
13
Jama’ah jum’ah rahimakumullah. Seseorang yang mengetahui bahwa balasan seseorang sesuai dengan amalannya, tentu akan memanfaatkan saat hidupnya di dunia untuk berbuat baik dan beramal saleh serta tidak berbuat kejahatan dan kemaksiatan. Dia akan menjadi orang yang senang membantu dan meringankan beban saudaranya. Dia pun akan jauh dari sikap sombong, baik dalam bentuk menolak kebenaran maupun merendahkan orang lain. Bahkan, dia akan mudah memaafkan kesalahan orang terhadap dirinya apabila baik akibatnya karena dia tahu bahwa hal itu bukanlah suatu kehinaan namun justru suatu kemuliaan, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam:
“Tidaklah sedekah akan membuat harta berkurang. Tidaklah Allah
akan menambahkan pada seorang hamba karena memaafkan
(saudaranya) selain (bertambah) kemuliaan, dan tidaklah
seseorang merendahkan hatinya karena Allah, melainkan Allah
akan meninggikan derajatnya.” (HR. Muslim)
Hadirin rahimakumullah. Akhirnya kita memohon kepada Allah Shubhanahu wa ta’ala dengan nama-nama -Nya yang husna dan
14
sifat-sifat -Nya yang sempurna agar memudahkan kita semua memahami agama -Nya serta agar ikhlas dalam menjalankannya.
Catatan Kaki:
Kami tidak mencantumkan doa pada rubrik “Khutbah Jumat” agar khatib yang ingin membaca doa memilih doa yang sesuai dengan keadaan masing-masing.