Artikel

Bagaimana Cara Melembuhkan Hati





Syekh Muhammad Mukhtar Ay-Syinqithi


Terjemah : Muhammad Khairuddin


Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad





BAGAIMANA MELEMBUTKAN HATI ?


Asy-Syaikh Muhammad Mukhtar Ay-Syinqithi


Segala puji bagi Allah, Yang Maha Mengetahui segala perkara yang ghaib.


Segala puji bagi Allah yang dengan mengingat-Nya, hati merasa tentram.


Aku bersaksi bahwa tiada Ilah (tuhan yang haq untuk disembah) melainkan


Allah semata, tiada sekutu baginya. Yang paling mulia untuk diminta dan Yang


paling luhur untuk diharap.


Dan aku bersaksi bahwa penghulu dan nabi kami, Muhammad adalah


hamba dan utusan-Nya yang diutus menjelang datangnya hari Kiamat, sebagai


pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, penyeru kepada Agama Allah


dengan izin-Nya, serta menjadi cahaya yang menerangi.


Semoga shalawat, salam dan keberkahan-Nya senantiasa tercurah kepadanya


hingga hari kiamat, dan kepada segenap orang-orang yang berjalan di atas


manhajnya dan mengikuti jalannya hingga hari kiamat (kelak). Amma ba’du :


Assalamu’alaikum Warahmatullahi wa Barakatuh.


Saudara-saudaraku seakidah :


Sesungguhnya kelembutan, kekhusyu’an serta keluluhan hati kepada Sang


Pencipta dan Yang membentuk hati-hati tersebut merupakan suatu pemberian


dari Ar-Rahman (Yang Maha Penyayang) dan sebuah karunia dari Ad-Dayyan


(Yang membuat perhitungan) yang patut mendapatkan maaf dan ampunan-Nya.


Menjadi tempat perlindungan yang kokoh dan benteng yang tidak dapat


ditembus dari kesesatan dan kemaksiatan.


Tidaklah hati yang lembut kepada Allah Azza wa Jalla melainkan pemiliknya


(adalah) seorang yang bersegara mengejar segala bentuk kebajikan dan sigap


terhadap segala bentuk keta’atan dan keridhaan.


٤


Tiada kelembutan dan keluluhan hati kepada Allah Azza wa Jalla melainkan


anda akan mendapati pemiliknya sebagai orang yang paling menaruh perhatian


penuh terhadap segala bentuk ketaatan dan kecintaan kepada Allah. Tiadalah ia


diingatkan melainkan segera sadar, dan tiadalah ia diberitahukan melainkan


segara mengerti.


Tidaklah kelembutan itu masuk ke dalam hati melainkan anda akan mendapati


pemiliknya (senantiasa) berada dalam keadaan tentram dengan berzikrullah


(mengingat Allah), lidahnya (senantiasa) basah dengan (ucapan) syukur dan


pujian kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.


Tiada hati yang lembut karena Allah Azza wa Jalla melainkan anda akan


menemukan pemiliknya sebagai orang yang sangat jauh perilakunya dari segala


bentuk kedurhakaan kepada Allah Azza wa Jalla.


Maka hati yang lembut merupakan hati yang (senantiasa) merasa hina di


hadapan keagungan dan keperkasaan Allah Tabaraka wa Ta’ala.


Tiada penyeru syaithan berusaha mencabutnya, melainkan (hatinya tetap) luluh


merasa khawatir dan takut terhadap (keagungan) Ar-Rahman Tabaraka wa


Ta’ala.


Dan tidaklah penyeru kesesatan dan hawa nafsu datang kepadanya, melainkan


menggigil ketakutan (hati tersebut) dari ketakutan kepada Al-Malik (Maha Raja)


Subhanahu wa Ta’ala.


Hati yang lembut, (mengindikasikan) pemiliknya adalah seorang yang jujur,


diatas segala bentuk kredibilitas apapun.


Hati yang lembut (itulah sejatinya) kelembutan, dan sebaik-baiknya kelembutan.


Namun (pertanyaannya) siapakah yang mengkaruniakan kelembutan dan


keluluhan hati?


Siapakah yang memperkenankan (rasa) kekhusyuan dan kesadaran hati untuk


kembali kepada Rabbnya?


Siapakah yang sekiranya Ia berkehendak membalikkan hati ini, sehingga


menjadi yang paling lembut untuk mengingat Allah Azza wa Jalla, dan paling


khusyuk saat mentadabburi ayat-ayat dan keangungan-Nya?


Siapakah Dia? Maha suci Ia yang tiada Ilah Ilah (tuhan yang haq untuk


disembah) melainkan Dia (semata). Seluruh hati manusia diantara dua jari dari


jari-jari-Nya, Dialah yang membolak-balikan hati sebagaimana yang Ia


kehendaki. Maka (bisa jadi) anda akan mendapati seorang hamba yang sangat


٥


keras hatinya, namun Allah tidak menghendaki selain merahmati, menyayangi,


mengkaruniai dan memuliakannya.


Sehingga datanglah sekelumit momentum yang menakjubkan tersebut,


menghujamkan iman mengoyak keterpurukan hatinya tersebut, setelah Allah


berkenan memilih dan menetapkan pemilik hati tersebut sebagai orang yang


layak mendapatkan rahmat-Nya.


Maka tiada Ilah (tuhan yang haq untuk disembah) melainkan Allah, dari


kelompok orang-orang sengsara kepada kelompok orang-orang bahagia. Dari


kalangan orang-orang yang keras hatinya kepada kalangan orang-orang yang


lembut hatinya, setelah sebelumnya kasar tutur kata dan perangkainya. Tidak


mengenal kebajikan dan tidak mengingkari kemungkaran, melainkan menuruti


hasrat hawa nafsunya. Saat ia bertawajjuh (menghadap) kepada Allah dengan


hati, dan Ia mengubahnya.


Kalaulah dengan kondisi hati tersebut, yang lancang atas batasan-batasan Allah


Azza wa Jalla, sehingga seluruh anggota tubuhnya pun menurutinya dalam


berbuat kelancangan tersebut. Jika dengan situasi yang demikian, dalam


sekelumit saja dapat berubah keadaannya, dan menjadi baik akibat dan efeknya,


sehingga ia menjadi sadar, mengetahui dimana ia harus melangkahkan kakinya


dalam perjalanannya.


Saudaraku yang kusayangi karena Allah :


Sesungguhnya ia adalah suatu kenikmatan yang tidak akan anda jumpai di atas


permukaan bumi ini kenikmatan yang lebih besar dan agung daripadanya,


(yaitu) kenikmatan berupa kelembutan hati dan kesadaran untuk kembali


kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala.


Sungguh Allah Azza wa Jalla telah memberitakan, bahwa tidaklah hati yang


terhalang dari kenikmatan ini melainkan pemiliknya akan diancam dengan


adzab Allah, Dia Subhanahu berfirman :





“Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk


mengingat Allah. (QS.39:22).


٦


Kecelekaan, siksaan dan bencana bagi hati-hati yang keras dari mengingat Allah.


Dan kenikmatan, rahmat dan kebahagiaan serta kesuksesan bagi hati yang


luluh dan takut kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala.


Karena itu -saudara-saudaraku seaqidah-, tiadalah seorang mukmin yang jujur


dalam keimanannya melainkan ia senantiasa berpikir untuk mencari jalan agar


hatinya dapat menjadi lembut? (Berpikir) bagaimana supaya saya dapat


memperoleh kenikmatan ini?


Maka saya mesti harus menjadi kekasih Allah Azza wa Jalla, menjadi bagian dari


para wali-wali-Nya. (Yang) tiada mengenal istirahat dan kesenangan melainkan


mencintai dan menaati-Nya Subhanahu wa Ta’ala (saja). Karena ia menyadari


bahwa tiada terhalang kenikmatan ini, melainkan (akan) terhalang (pula) dari


segala kebaikan yang banyak.


Karenanya, berapa banyak orang-orang baik yang pada sebagian keadaan dan


situasi yang menimpanya, mereka membutuhkan kepada orang yang dapat


melembutkan hati-hati mereka. Maka perkara hati ini merupakan perkara yang


menakjubkan, dan keadaannya asing (tidak dapat diterka).


Terkadang hati merespon kebaikan, dan saat keadaannya demikian ia sangat


lembut terhadap Allah Azza wa Jalla dan menyeru-nyeru kepada Allah.


Seandainya (dalam keadaan tersebut) ia diminta untuk menginfakkan seluruh


hartanya karena cinta kepada Allah, niscaya akan diberikannya. Sekirannya


diminta untuk menyerahkan jiwanya di jalan Allah, niscaya akan


dikorbankannya.


Sesungguhnya ia merupakan sekelumit (momentum) saja, dimana Allah


memenuhi hati-hati tersebut dengan rahmat (kasih sayang)nya.


Sebaliknya terdapat (pula) sekelumit-sekelumit momentum (lainnya) yang dapat


merubah keadaan orang beriman terhadap Allah Tabaraka wa Ta’ala, (yaitu)


sekelumit-sekelumit momentum yang mengeraskan (hati manusia). Tidaklah


seorang manusia sekiranya ia melewati situasi ini (sekalipun hanya) sebentar


saja, niscaya hatinya akan mengeras dan merasa sakit di dalamnya, sampaisampai


begitu sangat kerasnya bagaikan batu. Al-‘Iyadzu billah (berlindung


kepada Allah dari situasi semacam itu).


٧


Ada beberapa faktor yang melembutkan hati dan ada (pula) faktor-faktor yang


dapat mengeraskan hati :


Allah Tabaraka wa Ta’ala telah mempersilahkan dan mengutamakan


(pembahasan ini) dengan mengarahkan kepada penjelasan-penjelasan di dalam


al-Qur`an. Tidak ada (upaya menghadirkan) kelembutan hati dengan cara yang


lebih agung dibanding (dengan) sebab iman kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala.


Tiada seorang hamba (pun) yang telah mengenal Rabbnya dengan nama-nama


dan sifat-sifat-Nya melainkan hatinya akan menjadi lembut terhadap Allah Azza


wa Jalla, dan (dengan sendirinya) ia akan menegakkan batasan-batasan Allah.


Tiadalah ayat al-Qur`an dan hadits Rasulullah datang kepadanya melainkan ia


akan mengimplementasikan dengan bahasa perangai dan tutur:





"Kami dengar dan kami ta`at". (Mereka berdo`a): ‘Ampunilah kami ya Tuhan kami


dan kepada Engkaulah tempat kembali’." (QS.2:285).


Maka tiadalah seorang hamba yang telah mengenal Allah dengan nama-nama-


Nya yang baik dan telah mengenal Rabbnya -yang ditangan-Nya kekuasaan atas


segala sesuatu, sementara Dialah yang melindungi, namun tiada yang dapat


dilindungi dari (siksa)-Nya-, melainkan anda akan mendapatinya berpacu kepada


kebaikan, dan berpaling dari keburukan.


Faktor terpenting yang menjadikan hati lembut terhadap Allah Azza wa Jalla dan


luluh dari rasa ketakutan yang timbul karena mengenal Allah Tabaraka wa


Ta’ala, dimana seorang hamba telah yang mengenal Rabbnya.


Yang Pertama :


Mengenal-Nya, bahwa tiadalah segala sesuatu di alam semesta ini


melainkan hal itu mengingatkannya kepada Rabbnya. Pagi dan petang


mengingatkannya akan Rabb yang Maha agung. Nikmat dan bencana


mengingatkannya kepada yang Maha Penyantun dan Mulia. Kebaikan dan


keburukan mengingatkannya terhadap Yang dapat (mendatangkan) kebaikan


dan (menolak) keburukan, yaitu Subhanahu wa Ta’ala.


Maka barangsiapa yang mengenal Allah, hatinya menjadi lembut karena takut


akan keagungan Allah Tabaraka wa Ta’ala.


٨


Sebaliknya, tidaklah anda mendapati hati yang keras melainkan anda akan


menjumpai pemiliknya sebagai seorang hamba yang paling bodoh (ajhal)


mengenai Allah Azza wa Jalla, dan sangat jauh untuk mengenal Allah mengenai


keperkasaan dan siksaan-Nya, dan ia merupakan sepandir-pandirnya manusia


mengenai nikmat dan rahmat Allah Azza wa Jalla.


Sehingga sungguh anda akan menjumpai sebagian orang-orang durhaka sudah


sangat berputus asa dari kasih sayang Allah, dan merasa sangat pupus harapan


dari rahmat-Nya. Kita berlindung kepada Allah terhadap situasi kebodohan


mengenai Allah (al-jahl billah).


Lalu ketika ia jahil (bodoh) mengenai Allah, maka ia akan bersikap lancang


terhadap batasan-batasan-Nya, lancang terhadap larangan-larangan-Nya, dan ia


tidak mengenal melainkan pada malam dan siang harinya ia berbuat kefasikan


dan kedurhakaan. Demikianlah yang diketahui dari kehidupannya, dan


beginilah yang dapat diprediksi berkenaan dengan target keberadaan dan masa


depannya.


Karena itu –Saudaraku yang kucintai karena Allah-, mengenal Allah Azza wa


Jalla merupakan suatu cara (efektif) untuk dapat melembutkan hati. Sebab itu


setiap orang yang anda temui memberikan pelajaran, mengekalkan tafakkur


akan kekuasaan Allah. Ketika anda mendapatkan di dalam hatinya ada


kelembutan, di saat itu pula anda akan mendapati hatinya khusyu` dan luluh


kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala.


Faktor Kedua :


Yang meluluhkan dan melembutkan hati, dan menolong seorang hamba atas


kelembutan hatinya dari rasa takut kepada Allah Azza wa Jalla adalah


memperhatikan ayat-ayat al-Qur`an ini.


Perhatian dalam hal ini merupakan jalan yang dapat mengantarkan kepada


hidayah taufik dan kebenaran. Menaruh perhatian penuuh terhadap al-Qur`an


telah dideskripsikan Allah dalam firman-Nya :





“(Inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan


secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi


Maha Tahu. (QS.11:1).


Tidaklah seorang hamba membaca ayat-ayat al-Qur`an ketika membacanya


dengan kehadiran hati, sambil memikirkan dan merenungkan melainkan


matanya (menjadi) menangis, hatinya (menjadi) khusyu`, jiwanya memancarkan


iman dari kedalamnya, hendak berjalan menuju Allah Tabaraka wa Ta’ala.


Sekiranya permukaan hati itu berbalik setelah (berinteraksi dengan) ayat-ayat al-


Qur`an, menjadi lahan subur bagi kebaikan, kecintaan dan ketaatan kepada


Allah Azza wa Jalla.


Tidaklah seorang hamba membaca al-Qur`an dan menyimak ayat-ayat Allah


melainkan anda akan mendapati pasca pembacaan dan perenungan, sebuah


kelembutan. Sungguh hati dan kulitnya akan bergetar karena takut akan


keagungan Allah Tabaraka wa Ta’ala. Firman-Nya Ta’ala :





“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur'an yang


serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orangorang


yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati


mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia


menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah,


maka tidak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya.” (QS.39:23).


Inilah al-Qur`an yang mengagumkan, sebagian sahabat dibacakan beberapa


ayat-ayat al-Qur`an maka (langsung) berbalik dari paganisme kepada


ketauhidan, dari menyekutukan Allah kepada menyembah Rabbnya Subhanahu


wa Ta’ala (hanya) dengan beberapa ayat-ayat sederhana.


Al-Qur`an ini merupakan nasehat dari Rabb semesta alam, firman dari Tuhan


umat-umat terdahulu maupun generasi-generasi selanjutnya, tiadalah seorang


hamba membacanya melainkan dimudahkan baginya mendapatkan tuntunan


(Ilahi) saat membacanya, karenanya Allah berfirman dalam Kitab-Nya :





017. Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an untuk pelajaran, maka


adakah orang yang mengambil pelajaran? (QS.Al-Qamar (54):17).


Apakah di sana ada orang yang hendak mengambil pelajaran?


Apakah di sana ada orang yang menginginkan (mendapatkan) pesan sempurna


dan nasehat yang tinggi? ... Inilah al-Qur`an kami.


Karenanya – saudara yang kucintai karena Allah- tiada hati yang merasa


ketagihan, dan tidak pula seorang hamba yang ketagihan untuk membaca al-


Qur`an, menjadikan al-Qur`an selalu bersamanya, sekiranya dia belum hapal


maka ia dapat membacanya sepanjang malam dan siang hari, melainkan


lembutlah hatinya karena rasa takut akan keagungan Allah Tabaraka wa Ta’ala.


Faktor Ketiga :


Diantara faktor-faktor yang membantu melembutkan hati dan kesadaran untuk


senantiasa kembali kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala, adalah seorang hamba


sadar bahwa ia akan kembali kepada Allah, senantiasa sadar bahwa setiap


permulaan (selalu ada) akhirnya. Bahwa tidaklah setelah kematian yang


merupakan bagian perjalanan yang harus dilewati, dan tidak pula setelah


(menjalani) kehidupan dunia, melainkan (kesudahannya) surga atau neraka.


Maka sekiranya seorang manusia sadar bahwa kehidupan (dunia) akan berakhir,


dan bahwa (dunia) merupakan kesenangan (sementara) yang akan binasa,


bahwa ia sesuatu yang menipu dan penghalang, Dia menjadikan -demi Allah- itu


semua sebagai kehinaan dunia dan merespon Pemilik dunia ini dengan begitu


responsif, rasa kembali dan kejujuran, maka lembutlah hatinya.


Barangsiapa yang merenungi kubur, dan merenungi keadan-keadaan


penduduknya, niscaya hatinya akan luluh, hatinya akan terbebas dari segala


kebekuan dan hal-hal yang menipu. Kita mohon perlindungan kepada Allah dari


hal-hal demikian itu.


Karenanya anda tidak akan mendapati seorang yang biasa berziarah kubur


dengan bertafakkur, merenungi, dan mentadabburi, ketika ia mengingat orangorang


tua, saudara-saudari, sahabat-sahabat, orang-orang yang dicintainya.


Ketika ia mengingat kedudukan-kedudukan mereka, dan sadar bahwa waktunya


١١


sudah sangat dekat keberadaannya di tengah-tengah mereka, bahwa sebentar


lagi ia akan menjadi tetangga sebagian dengan sebagian lainnya. Telah terputus


kunjungan diantara mereka dengan tetangganya. Dan bahwa mereka telah saling


berdekatan kuburnya, dan diantara keduanya sebagaimana antara langit dan


bumi, kenikmatan (surga) dan (siksa) neraka.


Tidaklah seorang hamba mengingat kedudukan-kedudukan yang dianjurkan


oleh Nabi saw. untuk mengingatnya, melainkan melembutkan hatinya dari rasa


takut akan keagungan Allah Tabaraka wa Ta’ala.


Barangsiapa yang berdiri di atas liang kubur yang telah selesai digali, lalu ia


memperkirakan dirinya, sekiranya ialah yang akan dimasukkan liang kubur


tersebut. Dan tidaklah ia berdiri di hadapan liang kubur, melihat tubuhnya


sedang diturunkan ke dalamnya, maka ia akan bertanya kepada dirinya sendiri :


- Apa yang terjadi setelah ditutup (kuburnya)?


- Siapakah (pribadi) yang ditutup kuburnya (ini)?


- Atas dasar apa ditutup (kuburnya)?


- Apakah (kuburnya) ditutup atas (dasar) ketaatan atau kemaksiatan(nya)?


- Apakah (kuburnya) ditutup atas siksa (kubur) atau atas kenikmatan


(kubur)?


Tiada Ilah (tuhan yang haq untuk disembah) melainkan Dia, Yang Maha


mengetahui keadaan-keadaan mereka yang sebenarnya, Dialah Yang Maha


menetapkan hukum lagi Maha adil yang memisah-misahkan diantara mereka


(sesuai dengan perbuatannya).


Tiada seorang hamba melihat pemandangan-pemandangan ini, dan tidak pula


terkumpul dalam dirinya renungan-renungan ini, melainkan berguncang hatinya


karena rasa takut dan kengerian terhadap keagungan Allah Tabaraka wa Ta’ala.


Berserah kepada Tabaraka wa Ta’ala dengan penyerahan yang sejujurnya dan


kembali serta tekun (dalam ketaatan kepada-Nya).


(Saudaraku) yang kucintai karena Allah :


Separah-parahnya penyakit yang menimpa hati adalah penyakit kebekuan hati,


dan kita berlindung atas keadaan yang demikian itu.


Dan faktor terbesar yang menyebabkan kerasnya hati setelah kebodohan


mengenai Allah Tabaraka wa Ta’ala adalah kecondongan kepada dunia dan


bangga akan status keduniaannya, serta terlalu sibuk dengan ucapan-ucapan


١٢


yang berlebihan. Sesungguhnya ini merupakan bagian dari faktor penyebab


terbesar yang mengeraskan hati-hati, wal’iyadzu billah Tabaraka wa Ta’ala.


Karena jika seorang hamba telah disibukkan dengan perkara mengambil dan


menjual, dan disibukkan pula dengan berbagai fitnah dan tribulasi yang


membinasakan, hal ini hanya mempercepat proses pengerasan hatinya (saja).


Karena semua perkara tersebut, jauh dari (hal-hal yang dapat) mengingatkan


dirinya terhadap Allah Tabaraka wa Ta’ala.


Karena itu, sudah seyogyanya bagi setiap orang yang hendak menerjuni (urusanurusan)


dunia ini, untuk menerjuninya dengan penuh kehalusan. Agama kita


bukanlah agama para rahib (pendeta), dan tidak (boleh) mengharamkan yang


telah dihalalkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan tidak membatasi kita dengan


perkara-perkara yang baik.


Namun dijalani dengan penuh seksama, maka ketentuan-ketentuan takdir telah


ditetapkan oleh pena-Nya, dan ketentuan-ketentuan rezeki (juga) telah


ditetapkan. Manusia mengambilnya dengan sebab-sebab usahanya, tanpa


adanya benturan dengan qadha` dan qadar.


Ia mengambil bagiannya dengan sikap yang lembut dan penuh keridhaan dari


Allah tabaraka wa Ta’ala sesuai yang dimudahkan baginya, lalu mengucapkan


pujian (hamdalah) dan bersyukur kepada Sang Penciptanya, sehingga


mempercepat turunnya keberkahan padanya, dan mampu mencegah terjadinya


bencana kebekuan (hati), kami memohon kepada Allah keselamatan dari perkara


tersebut.


Sebab itu, faktor terbesar yang menyebabkan terjadinya kekerasan hati adalah


kecenderungan terhadap dunia. Anda akan mendapati para pemilik hati yang


keras kebanyakan mereka memiliki kesibukkan dengan perkara-perkara dunia,


mereka mengorbankan segala sesuatu, mengorbankan waktu-waktu mereka,


mengorbankan shalat-shalat mereka, mereka rela terjerambat ke dalam


perbuatan-perbuatan senonoh dan membinasakan. Tetapi dunia ini (malah) yang


menarik mereka, tidak mungkin seorang dari mereka berkorban (hanya) dengan


satu dinar atau dirham saja (untuk mencapai kepentingan-kepentingan duniawi


mereka), karenanya dunia ini telah merasuk ke dalam hatinya.


Dan dunia itu bercabang-cabang, dunia bercabang-cabang, sekiranya seorang


hamba mengetahui hakikat percabangan ini, niscaya pagi-petang lisannya akan


terengah-engah kepada Rabbnya :


١٣


“Ya Rabbku, selamatkan aku dari fitnah dunia ini, sesungguhnya di dalam


perkara dunia ini (memiliki) berbagai cabang-cabang, dimana tidaklah hati


cenderung kepada salah satunya melainkan ia akan bernafsu kepada cabang


berikutnya, kemudian yang berikutnya (lagi), hingga ia jauh dari (mengingat)


Allah Azza wa Jalla. Kedudukannya menjadi merosot di sisi Allah, dan Allah


tidak peduli akan kebinasaan dirinya (yang sedang terperangkap) di dalam satu


lembah dari lembah-lembah dunia yang ada. Wal ‘iyadzu billah.


Hamba yang lupa akan Rabbnya ini, merespon dunia ini dengan penuh hormat,


maka ia mengagungkan dengan sikap yang tidak semestinya untuk diagungkan,


mengacuhkan siapa yang seharusnya dibesarkan, diagungkan dan dimuliakan


(yaitu) Subhanahu wa Ta’ala. Sebab itu ia layak mendapatkan akibat yang


terburuk sekalipun. Wal ‘iyadzu billah.


Dan diantara faktor penyebab kerasnya hati:


Bahkan termasuk faktor yang paling menyebabkan kerasnya hati, duduk


bersama dengan orang-orang durhaka, dan bergaul dengan orang yang tidak


memiliki kebaikan dalam interaksinya. Dengan demikian, tidaklah seorang


manusia menjalin pertemanan yang tidak membawa kebaikan dalam


pertemanannya itu melainkan hatinya menjadi keras dari mengingat Allah


Tabaraka wa Ta’ala. Dan tidaklah ia mencari orang-orang yang baik, melainkan


mereka (membantu) melembutkan hatinya kepada Allah yang Maha Esa lagi


Maha Perkasa. Dan tidaklah ia tamak terhadap majelis-mejelis mereka,


melainkan kelembutan akan datang kepadanya, ia mau ataupun tidak. Datang


kepadanya untuk meneguhkan kelemahan hatinya, selanjutnya


mengeluarkannya sebagai seorang hamba shalih yang sukses, yang merasa


akherat berada dihadapannya.


Karenanya sudah seyogyanya bagi setiap orang, sekiranya harus berinteraksi


dengan orang-orang jahat (juga), agar bergaul dengan penuh kewaspadaan, dan


jadikanlah interaksinya itu sebatas yang diperlukan, sehingga terselamatkan


agamanya, dan pokok kekayaan dunia ini adalah agama.


١٤


Ya Allah, sesungguhnya kami memohon dengan nama-nama-Mu yang baik, dan


sifat-sifatmu yang tinggi, agar berkenan mengkaruniakan hati-hati yang lembut


kepada kami agar (senantiasa) mengingat dan bersyukur kepada-Mu.


Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu hati-hati yang tenang untuk


mengingat-Mu.


Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu lisan-lisan yang senantiasa


basah menyebut-Mu.


Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu iman yang sempurna,


keyakinan yang benar, hati yang khusyuk, ilmu yang bermanfaat, amal shaleh


yang diterima di sisi-Mu, wahai Yang Maha Mulia.


Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari fitnah-fitnah yang


tampak maupun yang tersembunyi.


Subhana Rabbika Rabbil ‘Izzati ‘Amma Yashifun, wa salamun ‘ala mursalin


walhamdulillahi Rabbil ‘Alamin.


Wassalamu’alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuh.


Saudaraku yang kucintai – semoga Allah berkenan menjagamu.


Kami tidak bermaksud dalam penyebarluasan materi ini hanya sekedar untuk


dibaca atau disimpan di komputer saja, bahkan kami berharap adanya respon


yang lebih jauh lagi dari anda, diantara :


- Menyebarluaskan materi ini di situs-situs internet lainnya.


- Mengeditnya, untuk kemudian mencetak dan mengemasnya dengan


cara yang menarik, bagai hadiah yang akan diberikan kepada orangorang


yang dicintai dan sahabat-sahabat lainnya.


- Syaikh penulis karya ini telah mengizinkan bagi yang berniat


mencetaknya, seperti buku saku sebagai amal jariah bagi anda


hingga hari Kiamat.


Saudaraku yang kucintai, (semoga) kami diikut sertakan dalam doa-doa anda,


dikesendirian anda.


Mengenai usulan-usulan anda, pengarahan-pengarahan anda untuk saudara


anda, mungkin anda dapat berpartisipasi dalam usaha amal besar ini.


١٥


Ya Allah, jadikanlah amalan ini sebagai amalan yang ikhlash demi wajah-Mu


yang Mulia,


Untuk kontak hubungi :


Saudaramu, Al-Bauraq - anaheho@maktoob.com



Tulisan Terbaru

Menjaga Shalat dan Kh ...

Menjaga Shalat dan Khusyuk dalam Melaksanakannya

Menjampi Air Termasuk ...

Menjampi Air Termasuk Ruqyah Yang Syar'i