Artikel




Tafsir Akhir Surat al-Baqarah


Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:


Pembahasan kita kali ini ialah berkaitan dengan firman Allah tabaraka wa ta'ala pada dua ayat terakhir di dalam surat al-Baqarah, yaitu:





"Rasul telah beriman kepada al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat -Nya, kitab-kitab -Nya dan rasul-rasul -Nya. (mereka


4


mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul -Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami ta'at." (mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (QS al-Baqarah: 285-286).


Dijelaskan dalam sebuah hadits akan keutamaan dua ayat ini, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Mas'ud radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:





"Barangsiapa membaca dua ayat terakhir dari surat al-Baqarah dimalam hari, maka keduanya akan menjaganya". HR Bukhari no: 5009. Muslim no: 808.


Diterangkan oleh para ulama, maksud perkataan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam: 'Kafataahu', artinya


5


keduanya akan menjaga orang yang membacanya dari kejelekan serta perkara yang tidak mengenakan. Ada yang mengatakan: 'Akan menjaganya dari setiap setan, sehingga mereka tidak akan mampu mendekati dirinya pada malam hari tersebut'. Ada lagi yang berpendapat, dirinya akan dicukupkan oleh Allah ta'ala dengan karunia serta ganjaran yang besar. Al-Hafidh Ibnu Hajar mengomentari: 'Dan ketiga pendapat tersebut semuanya ada kemungkinan benarnya". 1


Diantara salah satu keutamaan surat ini juga, seperti di jelaskan dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad didalam musnadnya dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:





"Aku diberi (keutamaan) dengan penutup surat al-Baqarah (yang diambil) dari penyimpanan dibawah Arsy, yang belum pernah ada seorang nabi pun yang diberi semisal itu". HR Ahmad 35/446 no: 21564.


Diriwayatkan oleh Imam Muslim sebuah hadits dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu, beliau menceritakan:


1 . Fathul Bari 9/56.





"Tatkala Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dibawa naik (pada malam isra dan mi'raj) beliau berhenti di Sidratul muntaha, yang letaknya berada dilangit yang keenam. Disanalah tempat berakhirnya segala perkara yang dibawa naik dari dunia, disana pula tempat berakhir segala hal yang datang dari atas, lalu dilepas. Allah ta'ala berfirman:





"(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya". (QS an-Najm: 16).


Beliau melanjutkan: "Tempat tidur yang terbuat dari emas. Lantas Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam di kasih tiga hal. Di wajibkannya sholat lima waktu, dikasih penutup dari surat al-Baqarah, dan diampuni dosa-dosa besar (dari kalangan) umatnya yang tidak menyekutukan Allah dengan suatu apapun". HR Muslim no: 173.


7


Imam Nawawi mengomentari hadits diatas sambil mengatakan: 'Yang diinginkan dengan ampunan dalam hadits ini ialah pelakunya tidak akan kekal didalam neraka, bukan berarti dirinya sama sekali tidak terkena siksa, karena telah datang keterangan yang menjelaskan bahwa para pelaku maksiat nantinya juga akan diadzab terlebih dahulu. Atau kemungkinan kedua, yang dimaksud bahwasannya Allah Shubhanahu wa ta’alla akan mengampuni dosa-dosa besar pada sebagian umatnya, dan ini merupakan kekhususan yang diberikan oleh -Nya kepada umatnya".2 Dalam salah satu redaksi, Imam Muslim membawakan sebuah hadits dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, beliau menceritakan:





"Tatkala Jibril sedang duduk disisi Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam, beliau mendengar suara dari atas, maka beliau mengangkat kepalanya. Lantas Jibril berkata: "Itu adalah suara pintu dilangit, yang dibuka pada hari ini, yang tidak akan pernah dibuka kembali selain pada hari ini". Kemudian turun malaikat, Jibril mengatakan: "Ini adalah malaikat yang turun ke muka bumi, dirinya tidak akan turun melainkan pada hari ini". kemudian malaikat tadi memberi salam lalu berkata: "Kabar gembira dengan dua cahaya yang diberikan untukmu yang keduanya belum pernah diberikan kepada seorang nabi pun sebelummu. Yaitu surat al-Fatihah dan penutup dari surat al-Baqarah. Tidaklah engkau membaca keduanya melainkan engkau pasti akan dikarunia". HR Muslim no: 806.


Penjabaran ayat:


Dimulai dari firman -Nya azza wa jalla:





"Rasul telah beriman kepada al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman". (QS al-Baqarah: 285).


9


Al-Hafidh Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya: "Firman Allah ta'ala: "Demikian pula orang-orang beriman". Merupakan athaf (kata sambung) dari "Rasul". Selanjutkan Allah Shubhanahu wa ta’alla mengabarkan tentang keberadaan semuanya, Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman:





"Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat -Nya, kitab-kitab -Nya dan rasul-rasul -Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul -Nya". (QS al-Baqarah: 285).


Orang-orang yang beriman mengimani bahwasannya Allah Shubhanahu wa ta’alla adalah satu dan esa, sendiri tidak beranak pianak, yang tidak ada ilah yang berhak disembah melainkan diri -Nya, yang tidak ada Rabb selain diri -Nya. Begitu pula mereka mempercayai dengan seluruh para Nabi dan para Rasul, selanjutnya mengimani dengan kitab-kitab suci yang diturunkan oleh Allah ta'ala dari langit kepada para hamba -Nya dari kalangan para Rasul dan Nabi. Mereka tidak membedakan antara satu rasul dengan yang lainnya. Sehingga beriman kepada sebagian lalu mengingkari sebagian yang lain, akan tetapi bagi mereka semuanya sama, benar


10


adanya, mengajak kepada kebaikan, yang memperoleh petunjuk, serta memberi petunjuk kepada jalan kebenaran, walaupun ada diantara mereka yang menghapus syari'at yang lainnya, namun, tentunya dengan izin -Nya.


Sampai akhirnya, semua dihapus dengan syari'at Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam, sebagai penutup para Nabi dan Rasul hingga tegak hari kiamat, syari'at ini berada pada agamanya. Dan senantiasa akan tetap ada sekelompok dari umatnya yang berada diatas kebenaran". 3


Selanjutnya Allah ta'ala ber firman akan keadaan orang-orang yang beriman tadi:





"Dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami ta'at." (QS al-Baqarah: 285).


Maksudnya kami mendengar firman -Mu wahai Rabb kami, dan kami memahaminya, lalu kami mengerjakan serta mentaati dengan mengamalkan isi yang terkandung dalam firman -Mu.


Lalu mereka berdo'a:





3 . Tafsir Ibnu Katsir 2/525-526.


11


"Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali". (QS al-Baqarah: 285).


Mereka memohon kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla ampunan, rahmat serta kasih saying -Nya. Dan tempat kembali itu hanya kepada -Mu kelak pada hari pembalasan.


Kemudian Allah Shubhanahu wa ta’alla mengatakan:





"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya". (QS al-Baqarah: 286).


Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, beliau menceritakan:





"Kepunyaan Allah -lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi". (QS al-Baqarah: 284). Sampai akhir ayat.


Maka para sahabat merasa keberatan akan hal tersebut, sehingga mereka mendatangi Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam kemudian mereka menderum diatas tunggangannya. Lalu berkata: "Wahai Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kami telah dibebani dengan amalan yang kami masih sanggup mengerjakannya, seperti sholat, puasa, jihad, dan sedekah. Dan sungguh telah diturunkan kepadamu ayat ini yang kami tidak sanggup untuk mengerjakannya. Maka Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: "Apakah kalian hendak meniru ucapan seperti yang dulu pernah diucapkan oleh ahli kitab (Yahudi dan Nashrani) sebelum kalian, yang mengatakan: 'Kami mendengar dan kami ingkari? Akan tetapi, ucapkanlah: 'Kami mendengar dan kami taat, ampunilah kami wahai Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali".


Lantas para sahabat mengatakan: "Kami mendengar dan taat, ampunilah kami wahai Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali". Dan manakala hal tersebut baru saja mereka


14


lakukan, sampai kiranya belum kering lisan-lisan mereka, Allah ta'ala menurunkan setelah ayat tersebut, firman -Nya:





"Rasul telah beriman kepada al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat -Nya, kitab-kitab -Nya dan rasul-rasul -Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami ta'at." (mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." (QS al-Baqarah: 285).


Ketika mereka mematuhi dan mengerjakan hal tersebut, maka Allah menghapus dengan menurunkan ayat berikutnya:





"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah". (QS al-Baqarah: 286).


Selanjutnya dijawab oleh Allah ta'ala: 'Ia'.


15


Selanjutnya mereka berdo'a:





"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami". (QS al-Baqarah: 286).


Allah ta'ala menjawab: 'Ya'.


Lalu mereka berdo'a kembali:





"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya". (QS al-Baqarah: 286).


Allah ta'ala menjawab: 'Ya'.


Kemudian mereka menutup do'anya:





"Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (QS al-Baqarah: 286).


Allah menjawab: 'Ya'. HR Muslim no: 125.


Didalam firmannya Allah tabaraka wa ta'ala:


16





"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya". (QS al-Baqarah: 286).


Maksudnya Allah Shubhanahu wa ta’alla tidak membebani seseorang diluar batas kemampuannya. Ini menunjukan tentang kasih sayangnya Allah ta'ala kepada para makhluk -Nya, serta kebaikan yang diberikan pada mereka.


Kemudian Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman:





"Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya". (QS al-Baqarah: 286).


Artinya ia akan memperoleh pahala dari kebaikan yang dulu pernah dilakukan, begitu pula akan mendapat siksa atas perbuatan jeleknya. Dan semua itu, masih masuk pada kisaran amalan yang dibebankan pada mereka. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwasannya Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:


17





"Sesungguhnya Allah telah mengampuni atas umatku dari perkara


yang baru timbul dalam hatinya selagi belum ia kerjakan atau


bicarakan". HR Bukhari no: 5269. Muslim no: 127.


Selanjutnya Allah ta'ala berfirman menjelaskan keadaan orang-orang yang beriman tersebut:





"(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah". (QS al-Baqarah: 286).


Maksudnya apabila kami meninggalkan kewajiban disebabkan karena lupa, atau jika kami mengerjakan perkara yang haram dalam keadaan lupa. Atau ketika kami keliru, sehingga salah dalam mengerjakannya, tidak sesuai dengan apa yang disyari'atkan disebabkan kebodohan kami. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah sebuah hadits dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, beliau berkata: "Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:





"Sesungguhnya Allah memberi keringanan atas umatku ketika salah, lupa dan perkara yang dipaksakan atas mereka". HR Ibnu Majah no: 2043. Dinyatakan shahih oleh al-Albani dalam Shahih Ibni Majah 1/347 no: 1662.


Kemudian Allah Shubhanahu wa ta’alla melanjutkan firman -Nya:





"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami". (QS al-Baqarah: 286).


Artinya Ya Allah janganlah kami dibebani dengan amalan-amalan yang berat, sekalipun kami masih mampu untuk melakukannya, sebagaimana Engkau syari'atkan pada umat-umat terdahulu sebelum kami dengan dibelenggu dan diikat. Sebagaimana Engkau mengutus Nabi -Mu Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam, Nabi pembawa rahmat, yang telah Engkau jadikan sebagai ciri yang menonjol dalam syari'atnya, sebagaimana Engkau telah mengutusnya dengan membawa agama yang lurus, yang penuh dengan kemudahan dan toleransi.


Selanjutnya Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman:





"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya". (QS al-Baqarah: 286).


Maksudnya dari beban kewajiban-kewajiban, musibah serta bencana. Janganlah Engkau beri kami musibah atau bencana dari perkara yang kami tidak sanggup menanggungnya.


Berikutnya Allah ta'ala berfirman:





"Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami". (QS al-Baqarah: 286).


Artinya ma'afkanlah kami dari dosa yang kami lakukan kepada -Mu, dari perkara yang Engkau telah mengetahuinya disebabkan kekurangan serta kekhilafan kami. Lalu ampunilah kami dari dosa yang kami kerjakan antara kami dan hamba -Mu. Janganlah Engkau perlihatkan atas mereka perbuatan buruk kami. Kemudian rahmatilah kami dari perkara yang akan datang, dan jangan Engkau cabut taufik -Mu disebabkan dosa yang lainnya.


Lalu Allah ta'ala berfirman:





"Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (QS al-Baqarah: 286).


20


Artinya Engkaulah tempat kembali dan sebagai penolong kami, hanya kepada -Mu kami bersandar, tempat memohon pertolongan, bertawakal, yang tidak ada daya serta kekuatan melainkan diri -Mu. Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. Yang mengingkari agama -Mu, serta mengingkari ke Esaan Dirimu, dan risalah yang dibawa oleh Nabi -Mu. Yang mana justru mereka menyembah kepada selain Dirimu dan menyekutukan -Mu didalam ibadah bersama yang lainnya. Maka tolonglah kami atas mereka, jangan jadikan kemenangan atas mereka di dunia dan diakhirat.4


Akhirnya kita ucapkan segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla curahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau serta para sahabatnya.


4 . Tafsir Ibnu Katsir 2/521-528.



Tulisan Terbaru

Keutamaan Puasa Enam ...

Keutamaan Puasa Enam Hari Syawal Shawal