Kesyirikan Pada Kaumnya Nuh
Segala puji hanya bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla, kami
memuji -Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada -Nya,
kami berlindung kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dari
kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami.
Barangsiapa yang -Dia beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat
menyesatkannya, dan barangsiapa yang -Dia sesatkan, maka tidak
ada yang dapat memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak
diibadahi dengan benar kecuali Allah Shubhanahu wa ta’alla
semata, yang tidak ada sekutu bagi -Nya. Dan aku juga bersaksi
bahwasannya Nabi Muhammad adalah hamba dan Rasul -Nya.
Amma Ba'du.
Seperti yang telah kami jelaskan sebelumnya bahwa manusia
pertama yang Allah ta'ala ciptakan adalah Adam 'alaihi sallam.
Sebagaimana yang Allah ta'ala katakan didalam firmanNya:
4
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal Kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"
Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama
(benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada
para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada -Ku nama
benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang
benar! Mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang
kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada
kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana". (QS al-Baqarah: 30-32).
Makanya kita menjumpai kisah pertama yang Allah
Shubhanahu wa ta’alla kisahkan kepada kita diantara kisahkisahnya
para nabi didalam al-Qur'an yang suci ialah kisahnya
5
Adam 'alaihi sallam. Beliaulah bapaknya manusia. Untuk pertama
kalinya beliau tinggal di surga, Allah Shubhanahu wa ta’alla
muliakan dirinya dengan menyuruh para malaikat terdekat yang
berada disisi -Nya untuk sujud kepadanya, sebagai bentuk
pemuliaan dan penghormatan padanya. Kecuali Iblis,
sesungguhnya ia punya keinginan untuk mengeluarkan Adam dari
surga, lalu akhirnya Adam pun di turunkan ke bumi, dan dialah
manusia pertama yang tinggal di muka bumi, akan tetapi, apakah
dirinya berada di atas agama tauhid? Jawabannya adalah benar,
dirinya berada diatas agama tauhid dan beliau adalah seorang
nabi. Dalil yang menguatkan hal tersebut ialah nash berikut ini:
1. Firman Allah tabaraka wa ta'ala:
"Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga
Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat (di masa
mereka masing-masing)". (QS al-Imraan: 33).
2. Sabda Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam
sebagaimana di riwayatkan oleh Ibnu Majah dalam kitab
shahihnya, disebutkan:
6
"Ada seorang sahabat yang bertanya kepada Rasulallah,
'Wahai Rasul apakah Adam seorang nabi? Beliau menjawab,
"Benar, dan yang diajak bicara langsung oleh Allah. Berapa
lama jarak antara nabi Adam dan Nuh, tanya sahabat tadi.
Beliau menjawab, "Sepuluh masa".1
3. Demikian pula sabdanya beliau yang mengatakan:
"Tidak ada seorang nabi pun pada saat itu, Adam yang lainnya
melainkan berada di (belakang) benderaku".2
1 . HR Ahmad 5/265-266. Ibnu Majah 8/24-25. Namun, didalam sanad
kedua riwayat tadi ada perawi yang bernama Ma'an bin Rifa'ah as-
Sulami. Layinul hadits dan sering memursalkan hadits. Dan perawi yang
bernama Ali bin Yazid al-Alhani dia adalah perawi yang lemah. Serta
perawi yang bernama Qosim bin Abdirahman, shoduq sering
meriwayatkan hadits asing, bersamaan dengan itu semua hadits ini di
nilai shahih oleh Syaikh al-Albani dalam takhrij al-Misykah 3/122.
2 . HR Tirmdzi 5/ 548 no: 3615. Beliau berkata; Hadits ini hasan shahih.
7
Dalil-dalil diatas tadi menunjukan kalau Adam 'alaihi
sallam adalah seorang nabi, dan sudah dapat di pastikan jika
beliau berada diatas agama tauhid.
Dan para ulama yang ucapannya didengar oleh semua
kalangan telah bersepakat tanpa berselisih sedikitpun, bahwa
Adam 'alaihi sallam berada diatas agama tauhid, sebagaimana
dijelaskan dalam hadits syafa'at yang panjang, disebutkan disitu;
"Wahai Adam engkau adalah manusia pertama…". Al-Hadits3.
Didalam hadits itu disebutkan bahwa manusia ketika itu mensifati
Adam sebagai manusia pertama. Dan didalam hadits lain
dijelaskan bahwa beliau adalah seorang nabi, sedangkan seorang
nabi di utus hanyalah untuk menyerukan agama tauhid, dan
Adam di utus oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla kepada anak
keturunanya dikala kondisi mereka masih lurus fitrahnya, belum
muncul kekufuran dari mereka, sehingga mereka sangat
mentaatinya4.
Sebagaimana Telah lewat kajian secara ilmiah yang
menjelaskan akan lemahnya pendapat yang menyatakan terjadi
kesyirikan dalam lafad yang diucapkan oleh nabi Adam 'alaihi
3 . HR Bukhari no: 3340, 4712. Muslim no: 194.
4 . Lihat pemaparan seperD ini dalam kitab Adhwa'ul Bayan 1/223, 224.
oleh Muhammad Amin Syinqithi.
8
sallam manakala menafsirkan makna firman Allah tabaraka wa
"Tatkala Allah memberi kepada keduanya seorang anak yang
sempurna, maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah
terhadap anak yang telah dianugerahkan -Nya kepada keduanya
itu. Maka Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka
persekutukan". (QS al-A'raaf: 190).
KESYIRIKAN PADA KAUMNYA NABI NUH
Tatkala nabi Adam 'alaihi sallam meninggal maka yang
meneruskan tugas ayahnya adalah anaknya yang bernama Syiitsa
'alaihi sallam, dan ketika itu belum terjadi kesyirikan sedikitpun
pada umatnya, menurut pendapat yang kuat. Ketika ajal beliau
sudah dekat dirinya berpesan kepada anaknya Anusy untuk
meneruskan tugas yang di embannya. Setelah dia meninggal di
lanjutkan oleh anaknya yang bernama Qinan, kemudian
9
dilanjutkan oleh anaknya Mahla'il, ketika dirinya meninggal
urusannya di pegang oleh anaknya yang bernama Yarid5.
Diantara kejadian-kejadian yang tercatat dalam sejarah
yang disebutkan oleh para praktisi sejarah di dalam kurun waktu
tersebut di klasifikasikan sebagai berikut: Para sejarahwan
mengatakan, "Sesungguhnya Qabil setelah membunuh
saudaranya Habil, dirinya langsung melarikan diri dari ayahnya
Adam menuju negeri Yaman. Sesampainya disana dirinya di
sambangi Iblis sembari mengatakan kepadanya, 'Sesungguhnya
persembahan Habil di terima oleh Allah dan dimakan oleh api
disebabkan dirinya dulu mengabdi kepada api dan
menyembahnya, maka lakukankah hal yang sama seperti dirinya,
buat tungku api untukmu dan anak keturunanmu". Lalu Qabil
membikin tempat khsusus untuk api, dan dialah pionir yang
membikin tungku api lalu menyembahnya".6
Sebagain pakar sejarah mengatakan, mengacu pada
sebuah riwayat dari Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh Ibnu Kalbi
dari ayahnya dari Abu Sholeh, diceritakan bahwa Ibnu Abbas
mengatakan, "Pada zamannya Yarid patung dan berhala di
5 . Bidayah wa Nihayah 1/99 oleh Ibnu Katsir.
6 . Tarikhul Umam wal Muluk 1/165 oleh Imam Thabari. Al-Kaamil 1/32
oleh Ibnu Atsir.
10
produksi, maka ada yang kembali dari agama yang lurus
(murtad)".7 Selanjutnya tatkala kematian sudah semakin dekat,
maka Yarid berpesan kepada putranya yang bernama Khanukh -
Menurut pendapat yang masyhur beliau adalah nabi Idris 'alaihi
sallam-.
Al-Hafidh Ibnu Katsir mengatakan tentang beliau, "Dia
adalah anak keturunan Adam yang pertama kali mengemban
tugas kenabian setelah Adam dan Syiitsa 'alaihima sallam".
Dalilnya ialah firman Allah ta'ala:
"Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris
(yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah
seorang yang sangat membenarkan dan seorang Nabi. Dan Kami
telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi". (QS Maryam: 56-
57).
Di dalam ayat diatas Allah Shubhanahu wa ta’alla
memuji Idris 'alaihi sallam dan mensifati dirinya dengan kenabian
7 . Tarikhul Umam wal Muluk 1/170 oleh Imam Thabari. Al-Kaamil 1/34
oleh Ibnu Atsir. Dan ar-Raudhul Anfi 1/14 oleh as-Suhaili.
11
dan orang-orang yang membenarkan, dan Idris di sini adalah
Khanukh. Dan beliau masih berada dalam satu garis silsilah
keturuanan bersama Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam
sebagaimana dinyatakan tidak sedikit oleh para ulama nasab.
Sebagaimana juga disebutkan dalam hadits Isra' yang
dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, disebutkan bahwa
Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam melewati langit ke empat
dan disana beliau bertemu dengan Idris, dan dalam hadits
tersebut dinyatakan dengan jelas tentang kenabian Idris8.
Kemudian setelah itu Allah Shubhanahu wa ta’alla mengutus nabi
Nuh 'alaihi sallam, beliau adalah nabi ketiga yang disebut oleh –
Nya di dalam al-Qur'an diantara jarak beliau dengan nabi Adam
'alaihi sallam.
Nama beliau adalah Nuh bin Lamik bin Mutusyalih bin
Khanukh -yaitu nabi Idris- bin Yarid bin Mahla'il bin Qinan bin
Anusy bin Syiitsa bin Adam yang merupakan bapaknya manusia"9.
Beliau adalah rasul pertama yang di utus oleh Allah azza wa jalla,
sebagaimana tertera dengan jelas dalam hadits syafaat yang
8 . HR Bukhari no: 3207, 3887. Muslim no: 164. dan selain
keduanya.
9 . Bidayah wa Nihayah 1/100 oleh Imam Ibnu Katsir.
12
terkenal. Dimana disebutkan dalam hadits tersebut, "Wahai Nuh
engkau adalah rasul pertama di muka bumi".
Sebagaimana telah di jelaskan dalam ayat yang
menerangkan tentang para rasul, di mana nama Nuh disebut
untuk pertama kali. Semisal firman Allah tabaraka wa ta'ala:
"Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orangorang
yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, 'Aad, Tsamud,
kaum Ibrahim, penduduk Madyan dan negeri-negeri yang telah
musnah?. telah datang kepada mereka Rasul-rasul dengan
membawa keterangan yang nyata, maka Allah tidaklah sekali-kali
menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya
diri mereka sendiri". (QS at-Taubah: 70).
Demikian pula dalam ayat yang menjelaskan pujian Allah
Shubhanahu wa ta’alla terhadap para nabi dan rasul. Seperti
dalam firman -Nya:
13
"Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi
dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra
Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang
teguh". (QS al-Ahzab: 7).
Secara garis besar, maka Nuh 'alaihi sallam di utus oleh
Allah ta'ala manakala berhala dan para thagut telah di sembah
oleh manusia, dan mulai munculnya kekufuran dan kesesatan
yang dilakukan oleh mereka. Allah mengutusnya sebagai rahmat
bagi para hamba, dan beliau merupakan rasul pertama yang di
utus dimuka bumi –sebagaimana dikatakan oleh ahli mauqif kelak
pada hari kiamat-. Demikian berdasarkan banyak ayat, yang mana
kisah beliau banyak disebut dalam berbagai surat al-Qur'an,
diantaranya seperti dalam surat al-A'raaf, surat Yunus, surat
Huud, surat al-Mukminuun, surat asy-Syu'araa dan surat Nuh.
KESYIRIKAN YANG TERJADI PADA KAUMNYA NUH
Imam Ibnu Jarir Thabari menuturkan tentang masalah
ini, dimana beliau sampai pada kesimpulan setidaknya ada tiga
14
pendapat dikalangan ulama yang menyimpulkan kondisi kaumnya
nabi Nuh 'alaihi sallam, yaitu:
Kondisi pertama: dijelaskan bahwa Kebanyakan mereka telah
terjerumus dalam perbuatan yang dilarang oleh Allah azza wa
jalla. Mulai dari melakukan perbuatan zina, minum-minuman
keras, sibuk dengan sendau gurau dan permainan yang
melalaikan diri untuk mengerjakan ketaatan kepada Allah azza wa
jalla.
Kondisi kedua: dikatakan kalau Mereka adalah para pengikuti
yang mentaati Bairusib, dan Bairusib ini ialah yang memprakarsai
adanya perkataan shoibah10.
Kondisi terakhir: dijelaskan mengacu pada al-Qur'an dimana al-
Qur'an mengabarkan bahwa mereka adalah para penyembah
berhala11. Dan ini lah pendapat yang kuat dalam masalah ini.
adapun pendapat-pendapat yang lain hanya sekedar analisis dan
terkaan dari para sejarahwan.
Sebetulnya kaumnya nabi Nuh lah yang memprakarsai
kesyirikan dengan menyembah patung dan berhala, dimana
mereka biasa menyeru kepada Wadd, Suwa', Yaghuts, Ya'uq dan
10 . Mengacu pada ucapannya beliau, Imam Thabari kalau shoibah berasal
dari kaumnya nabi Nuh, dan ini tentunya berbeda dengan riwayat yang
lebih terkenal.
11 . Tarikh Thabari 1/179.
15
Nasr. Dan Allah ta'ala telah mengabadikan hal tersebut didalam
firman -Nya tatkala mengkisahkan nabi Nuh. Allah berfirman:
"Nuh berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah
mendurhakaiku dan telah mengikuti orang-orang yang berharta
dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan
kerugian belaka, dan melakukan tipu-daya yang amat besar. Dan
mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan
(penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali
kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula
suwwa', yaghuts, ya'uq dan nasr". (QS Nuuh: 21-23).
Di jelaskan dalam sebuah hadits shahih dari sahabat
Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhuma ketika beliau menafsiri
ayat-ayat diatas dengan mengatakan, "Nama-nama ini adalah
orang-orang sholeh dari kaumnya nabi Nuh. Tatkala mereka
meninggal maka setan membisikan kepada kaumnya supaya
membuat relief di atas tempat majelisnya yang biasa mereka
gunakan lalu memberi tanda dengan nama-nama mereka,
akhirnya mereka melakukan hal tersebut, tapi belum sampai
16
disembah. Hingga ketika mereka binasa dan sudah tidak ada lagi
ilmu akhirnya relief tersebut disembah".12
Ucapan beliau, 'Tapi belum sampai disembah', yang
dimaksud ialah relief orang-orang sholeh tersebut. Dan
ucapannya, 'Hingga ketika mereka binasa dan sudah tidak ada
lagi ilmu akhirnya relief tersebut disembah'. Maksudnya ialah
ketika ilmu yang menjelaskan maksud pertama telah hilang
ditengah-tengah mereka.
Dalam redaksi yang dibawakan oleh al-Kusymihani13
disebutkan dengan lafad, 'Ilmu terhapus'. Maksudnya jejak
mereka terhapus dengan sebab para ulama telah meninggal.
Sehingga kebodohan meraja lela kemudian mereka tidak bisa lagi
membedakan antara tauhid dan kesyirikan, akhirnya mereka
terjatuh dalam kesyirikan karena persangkaan mereka yang
mengira hal tersebut bisa bermanfaat disisi Allah azza wa jalla14.
12 . HR Bukhari no: 4920.
13 . Beliau adalah seorang perawi yang meriwayatkan shahih Bukhari.
Namanya adalah Muhammad bin Abdurahman bin Muhammad bin Abi
Taubah al-Kusymihani, al-Marwazi, Abul Fatah. Syaikh, Imam, Khatib, dan
seorang yang zuhud. Syaikhnya kelompok sufi, mendengar shahih Bukari
dari Abu Ja'far al-Hamdani yang dibacakan kepada al-Ma'mar Abil Khair
Muhammad Shofar tahun 471 H. meninggal pada tahun 547 H. Lihat
biografinya dalam kitab Siyar oleh Dzahabi.
14 . Fathul Majid 1/280 oleh Syaikh Abdurahman bin Hasan alu Syaikh.
17
Di mana semakin jauh ilmu yang ada akhirnya mereka membikin
gambar-gambar tiruan di tempat ibadah yang biasa mereka
kerjakan, sebab mereka adalah ahli ibadah sehingga persangkaan
mereka hal tersebut mampu memotivasi untuk meniru ibadah
yang mereka lakukan.
Imam Ibnu Qoyim menjelaskan, "Banyak para ulama
salaf yang menyebutkan, tatkala mereka meninggal maka
kaumnya duduk-duduk di sebelah kuburanya, kemudian mereka
membuat relief-reliefnya, selanjutnya setelah berlalu jauh
generasi tersebut maka akhirnya patung relief tersebut di
sembah".15 Dan ditegaskan bahwa itulah asal mula kesyirikan
yang terjadi dikalangan bani Adam, sebagaimana dijelaskan oleh
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, "Termasuk kesyirikan yang terjadi
ditengah-tengah manusia ialah mengagungkan orang-orang
sholeh. Dimana tatkala mereka meninggal, kaumnya duduk-duduk
disebelah kuburannya. Kemudian mereka membuat reliefreliefnya,
selanjutnya mereka menyembahnya. Inilah kesyirikan
pertama yang terjadi ditengah-tengah anak manusia, dan hal itu
terjadi untuk pertama kalinya pada kaumnya nabi Nuh 'alaihi
sallam".16
15 . Ighatsatul Lahfan 1/210 oleh Ibnu Qoyim.
16 . al-Hasan was Sayi'ah hal: 116 oleh Ibnu Taimiyah.
18
Oleh karena itu dicantumkan dalam kumpulan kitab
tauhid bahwa yang namanya berdiam diri disamping kubur dan
mengusap-usap kubur tersebut, mencium dan berdo'a disisinya
merupakan inti dari kesyirikan dan bagian dari beribadah kepada
berhala17. Seperti dipaparkan oleh penulis kitab Shaihatul Haq,
dimana penulis menyatakan, "Sesungguhnya pangkal peribadatan
kepada patung dan berhala yang ada di seluruh peradaban
manusia berawal dari membikin gambar diatas kuburan orangorang
sholeh, dari peradaban Arab, Yunani kuno, Romawi,
Babilon, Persia, India dan Cina, pada awal mulanya Tuhan-tuhan
yang mereka jadikan sebagai sesembahan dan berhala yang
mereka rela untuk duduk-duduk disekitarnya ialah bersumber dari
gambar yang mereka buat lalu di letakkan diatas kuburan orangorang
sholeh dikalangan mereka.
Tujuannya untuk mengingatkan keutamaan dan akhlak
mulia orang sholeh tersebut yang dengan itu akan memotivasi
mereka untuk menirunya. Maka tatkala generasi demi generasi
berlalu, tujuan pertama kali dibuat gambar tersebut sudah
terlupakan, sehingga akhirnya mereka menjadikan sebagai Tuhan
yang mereka sembah dan digunakan untuk mendekatkan diri
kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla serta dimintai
17 . Majmu'ah Tauhid hal: 515.
19
pertolongan".18 Begitulah keadaan manusia ketika itu, dirinya lupa
dengan perjanjian yang Allah Shubhanahu wa ta’alla buat,
mereka meninggalkan agama tauhid yang Allah Shubhanahu wa
ta’alla jadikan sebagai fitrah mereka. Sehingga tidak tersisa pada
saat itu di muka bumi orang yang menyembah Allah Shubhanahu
wa ta’alla secara murni tanpa menyekutukan -Nya dengan yang
lain -Nya.
Kemudian Allah Shubhanahu wa ta’alla mengutus
kepada mereka nabi Nuh 'alaihi sallam untuk mengajak mereka
beribadah kepada Allah ta'ala semata, serta memperingatkan dari
siksaan –Nya jikalau mereka masih mengerjakan peribadatan
kepada tuhan-tuhan batil yang mereka buat tersebut. Cukup
panjang dakwah yang beliau lakukan dan cukup lama beliau
tinggal bersama mereka, dirinya tidak bosan untuk mengajak dan
mengingatkan mereka siang dan malam, terang-terangan maupun
dengan cara sembunyi-sembunyi, akan tetapi, sangat sedikit dari
kaumnya yang mau mengikuti dakwah nabi Nuh 'alaihi sallam
dalam kurun waktu yang cukup lama tersebut, walaupun muatan
dakwahnya cukup jelas, hujah yang mereka terima begitu terang
serta semangat beliau yang tidak padam surut.
18 . Shoihatul Haq hal: 8, oleh Muhammad Darwisy.
20
Selanjutnya Allah azza wa jalla memberi wahyu kepada
nabi Nuh yang menjelaskan kondisi kaumnya yang sudah tidak
mungkin lagi beriman kecuali orang-orang yang sebelumnya telah
beriman kepadanya, oleh sebab itu janganlah kamu bersedih hati
dengan apa yang mereka lakukan, kemudian Allah Shubhanahu
wa ta’alla menyuruh beliau untuk membikin bahtera dengan
wahyu dan pengawasa -Nya, dan supaya membawa didalam
bahtera tersebut setiap binatang melata ataupun ternak yang
berpasang-pasangan –laki-laki dan perempuan- lalu semuanya
disuruh untuk naik bahtera bersama orang-orang yang beriman
dan keluarganya kecuali orang-orang yang telah ditentukan
kebinasaannya oleh Allah azza wa jalla19.
Dan Allah Shubhanahu wa ta’alla mengabadikan akhir
dari kisah perjalanan mereka dalam firman -Nya:
"Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan dia
dan orang-orang yang bersamanya dalam bahtera, dan Kami
19 . Lihat penjelasannya dalam kitab Da'watu Tauhid hal: 106-107 oleh
Syaikh Khalil Haras.
21
tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami.
sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya)".
(QS al-A'raaf: 64).