Artikel




MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


Muqaddimah


Segala puji bagi Allah  kita memuji-Nya, memohon ma’unah dan maghfirah-Nya, bertaubat dan berlindung kepada-Nya dari kejahatan diri dan keburukan amal perbuatan kita. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tiada yang dapat menyesatkannya; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya maka tiada yang dapat menunjukinya.


Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Amma ba’du.


Sesugguhnya di antara sifat dan ciri orang muslim yang paling mulia adalah, ketegaran hati dalam menjalani agamanya, dan keteguhan jiwa dalam melaksanakan akhlak Nabinya Muhammad , serta tidak plin plan dalam mengikuti jejaknya, atau bahkan melenceng dari sunnahnya, disebabkan keraguan yang menyelimutinya, atau gejolak syahwat yang diturutinya, atau mengikuti fitnah yang telah tersebar dimana-mana. Karena sifat tidak


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


4


konsisten degan sesuatu yang haq, lalu beralih kepada hal yang batil, atau meniggalkan sunnah setelah berpegang teguh dengannya, bukan termasuk ciri orang yang beriman. Bahkan merupakan ciri-ciri orang munafiq dan orang kafir yang telah disebutkan dalam al Qur’an, yaitu orang-orang yang perbuatannya tidak sesuai dengan perkataan yang diucapkannya, dan selalu berubah dalam setiap sikap dan tindakkan, tergantung situasi dan keadaan.


Allah  berfirman:





“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi, maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang (kafir). Rugilah ia di dunia dan di akhirat. yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (al Hajj: 11).


Sesungguhnya berpedoman kepada manhaj yang haq, dan konsisten dalam megaktualisasikannya, termasuk perkara yang sangat


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


5


penting sekali yang wajib diperhatikan oleh setiap individu muslim. Dan ini merupakan nikmat besar yang dilimpahkan kepadanya yang wajib ia jaga dan ia syukuri.


Maksud dari konsisten di sini adalah, keteguhannya untuk taat kepada Allah, mengerjakan segala perintah-Nya, dan menjauhi apa yang dilarang-Nya, lalu tetap istiqomah di jalan-Nya.


Diriwayatkan dari Shufyan bin Abdillah ats Tsaqafi ia berkata: Aku berkata: “Ya Rasulullah, katakanlah sesuatu yang dengannya aku tidak akan menanyakan seorangpun setelahmu.


Beliau bersabda:





“Katakanlah, aku beriman kepada Allah, lalu istiqomahlah.”


Dalam hadits di atas Rasulullah  memerintahkannya agar istiqomah, yaitu berjalan dengan lurus tanpa berbelok kesana kemari, dan tidak menodai dirinya dengan pelanggaran dan penyimpangan. Inilah sikap konsisten yang hakiki.


Jadi, sikap konsisten di sini adalah, berpegang teguh dengan agama Allah lahir dan batin, baik dalam keyakinan, beribadah, budi pekerti dan


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


6


akhlak, atau dalam pergaulan sehari-hari. Inilah sikap konsisten yang sempurna, konsisten terhadap ajaran agama dalam segala aspek kehidupan, baik ketika ia berada dalam masjid, di tempat kerja, di pasar, dan di rumah, sebagaimana firman Allah :





“Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya, dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (al An’aam: 162-163).


Ketika seorang hamba bertaubat kepada Allah, lalu ia teguh dengan perinyah-Nya, sungguh ia telah merasakan bahwa dirinya berhijrah dari satu kehidupan ke kehidupan yang baru. Sesungguhnya ia telah meniggalkan kehidupan yang penuh dengan permainan dan kesia-siaan, kemaksiatan, keberpalingan, dan senantiasa menentang perintah Allah Ta’ala, kemudian ia kembali kepada Allah . Oleh karena itu hendaknya ia mencari iklim dan suasana yang sesuai dengan kehidupannya yang


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


7


baru, agar dapat menjalani seluruh perubahan pola hidupnya.


Buku-buku dan majalah yang tidak Islami, kaset-kaset nyanyian, ia ganti dengan buku-buku dan majalah serta kaset yang bernafaskan Islam. Begitu pula jika ia biasa tidur terlalu malam, maka ia usahakan tidur lebih siang agar dapat menunaikan shalat shubuh dengan baik. Lalu teman dan sahabat dalam kebatilan, ia tinggalkan dan ia ganti dengan sahabat yang dapat membawa dan menolongnya dalam kebenaran, dan begitu seterusnya dalam urusan-urusannya yang lain.


Berpegang teguh kepada agama Allah merupakan tujuan yang sangat mendasar sekali bagi setiap orang muslim yang jujur, yang mempunyai tekad dan kesadaran yang tinggi untuk meniti jalan Allah yang lurus. Maka ketika fitnah meraja lela, dan godaan menebarkan perangakapnya di mana-mana, banyak yang terjebak dan jatuh berguguran. Ada yang karena takut, ada yang termakan oleh ketamakkannya, dan ada pula yang tertipu oleh kebodohannya.


Di zaman ini, di mana banyak hakikat yang terbalik, pemahaman yang keliru, fitnah yang telah membudaya, godaan yang tiada henti-hentinya, pasilitas-pasilitas kemungkaran yang melalaikan,


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


8


dan cobaan dunia dengan segudang kenikmatannya yang semu, menggoda jiwa-jiwa yang tamak. Betapa butuhnya kita kepada tutunan nabawi yang mengayomi, yang dapat membentengi diri setiap orang muslim dari penyimpangan dan kehinaan. Yaitu ketika beliau katakan:





“Wahai hamba Allah, tegarlah.” (HR. Muslim).


Sesungguhnya keteguhan jiwa dalam menghadapi berbagai macam kesulitan dan cobaan, serta gemerlapnya dunia dengan segudang godaan yang menggiyurkan, adalah salah satu sifat hamba-hamba Allah yang lurus. Mereka sadar bahwa segala bentuk ujian merupakan proses penyeleksian bagi orang-orang yang beriman, dan merupakan fitnah yang ditimpakan bagi orang-orang yang lupa dan lalai. Dan orang-orang yang beriman tidak akan goyah oleh dahsyatnya gelombang kesulitan yang menerpa, bahkan kesulitan demi kesulitan yang menguji keimanan, menjadikan sifat qana’ah mereka terhadap jalan keselamatan bertambah besar, dan lebih konsisten dalam meniti manhaj yang mereka yakini.


Allah  berfirman:


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


9





“Alif laam miim, Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan: “kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?. Dan sesungguhnya kami telah mnguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mngetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (al Ankabuut: 1-3).


Sesungguhnya keteguhan berarti, konsekwennya seseorang dalam meniti jalan hidayah, stabil dalam mengerjakan amal kebaikan, bahkan berusaha untuk menambah kuantitas dan kualitasnya, berkeinginan kuat untuk menjadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini, maka tiada hari yang ia lalui kecuali menjadikannya lebih dekat kepada akhirat. Namun setiap manusia pasti akan mengalami masa, di mana jiwa dan semangatnya menjadi lelah, hanya saja orang yang beriman akan terus berusaha mempertahankan semangatnya, dan sabar untuk terus eksis dalam melakukan amal saleh, serta


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


10


berlomba dalam mencari kemenangan dan keselamatan pada hari kiamat nanti.


Allah  berfirman:





“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negrimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (al Imraan: 200).


Dan firman Allah :





“Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi...” (al Hadiid: 21).


Selemah-lemahnya manusia, namun ada batas tertentu yang tidak dapat ditolelir, jangan sampai ia jatuh melebihi batas-batas tersebut, oleh karena itu jika ia terpeleset dalam jurang kemaksiatan, ia harus segera kembali dan bertaubat kepada Allah.


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


11


Sesungguhnya Allah ‘Azza Wa Jalla telah menyebutkan dalam al Qur’an beberapa contoh keteguhan hati yang patut diteladani oleh setiap muslim dalam kehidupannya. Hal tersebut agar ia menghayati pentingnya permasalahan ini, sehingga memotivasi dirinya untuk kembali pada pola kehidupan pendahulunya, yaitu kehidupan para sahabat dan tabi’in.


Istiqomah dalam beragama dan teguh dalam mengejawantahkan ajarannya dan beramal saleh, sangat penting untuk menghadapi beberapa hal berikut ini, di antaranya:


Keadaan masyarakat sekarang yang sedang dihadapi oleh kaum muslimin, macam-macam fitnah dan godaan, yang dengan apinya telah mempengaruhi pola kehidupan mereka, ditambah dengan beragamnya bentuk pengumbaran syahwat dan keragu-raguan dalam agama, yang menjadikan agama bagaikan barang yang aneh untuk dijalani. Sehingga orang yang berpegang teguh dengan ajaran agama mendapatkan perumpamaan yang aneh pula, sebagaimana sabda Rasulullah :





MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


12


“Akan datang kepada manusia suatu zaman, dimana orang yang teguh di antara mereka dengan agamanya, bagaikan orang yang memegang bara api di tangannya.” (HR. Tirmidzi: 1844).


Orang yang cerdas langsung memahami, bahwa kebutuhan seorang muslim saat ini kepada jalan-jalan menuju keteguhan hati, jauh lebih besar dari kebutuhan saudaranya di masa salaf yang salih, dan dibutuhkan usaha yang lebih maksimal agar dapat sampai kepadanya. Hal tersebut dikarenakan rusaknya zaman, jarangnya teman yang satu pikiran, lemahnya motivasi dan sedikit orang yang memperjuangkan.


Beberapa jalan menuju


keteguhan hati


Sesungguhnya di antara rahmat Allah  kepada kita adalah, bahwa Dia telah menjelaskan jalan-jalan menuju keteguhan hati, baik dalam al Qur’an, atau melalui lisan dan sejarah nabi-Nya . Di antaranya adalah:


Pertama: Kembali kepada al Qur’an.


Al Qur’an al ‘Azhim merupakan jalan pertama yang dapat mengantarkan seseorang menuju keteguhan hati. Barangsiapa yang berpegang teguh


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


13


kepadanya maka Allah akan menjaganya, dan siapa yang mengikuti aturannya maka Allah akan menyelamatkannya, dan siapa yang mengajak kepadanya maka Allah akan tunjuki ia kepada jalan yang lurus.


Allah telah menegaskan, bahwa tujuan diturunkannya al Qur’an secara berangsur-angsur dan terperinci adalah, untuk menanamkan keteguhan di dalam hati. Allah  berfirman dalam rangka menepis syubhah yang dilontarkan orang-orang kafir:





“Berkatalah orang-orang kafir: “Mengapa al Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”, demikianlah supaya kami perkuat hatimu dengannya dan kami membacakannya dengan tartil (teratur dan benar). Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.” (al Furqaan: 32-33).


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


14


Mengapa al Qur’an menjadi sumber utama keteguhan hati?


 Karena al Qur’an menumbuhkan benih-benih keimanan, dan memperkuat hubungan vertikal antara hamba dan Robnya.


 Karena al Qur’an menolak segala bentuk syubhat yang dilontarkan orang-orang munafik dan kafir yang merupakan musuh-musuh Islam.


 Karena al Qur’an membekali orang muslim dengan keyakinan dan ajaran yang benar, sehingga membuatnya mengetahui yang haq dan meyakini kebenaran manhaj yang ditempuhnya.


Kedua: Ilmu.


Orang yang berjalan tanpa ilmu, bagaikan orang yang berjalan di tengah kegelapan, dan orang yang berjalan dalam kegelapan, terancam oleh berbagai macam bahaya, bahkan mungkin tanpa terasa ia telah tertimpa bahaya dalam pejalanannya. Demikianlah orang yang hidup tanpa ilmu, dengan mudah ia jatuh dalam perangkap godaan syubhat atau syahwat.


Bagi seorang penuntut ilmu harus memperhatikan beberapa hal berikut ini:


1. Niat ikhlas karena Allah .


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


15


2. Tujuan menuntut ilmu untuk menghilangkan kebodohan dirinya.


3. Tujuan menuntut ilmu untuk menghilangkan kebodohan umatnya.


4. Tujuan menuntut ilmu untuk menjaga dan membela Syari’at Islam.


5. Tujuan menuntut ilmu untuk menyebarkan ‘Aqidah Islamiyah yang benar.


Ketiga: Teguh dengan aturan Allah dan beramal saleh.


Allah  berfirman:





“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan dunia dan di akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (Ibrahim: 27).


Adapun di kehidupan dunia, Allah teguhkan mereka dengan kebaikan dan amal saleh. Sedangkan dalam kehidupan akhirat yakni dalam kuburnya, tatkala dua malaikat menanyainya tentang tuhan


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


16


yang disembah, agama yang dianut, dan nabi yang diimani, ia dapat menjawabnya dengan benar.


Allah  berfirman:





“Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka).” (an Nisaa’: 66).


Yakni kuat dan tegar dengan yang haq, dan ini perkara yang sangat jelas. Karena kalau tidak, apakah dapat dibayangkan ketegaran dan keteguhan tersebut, terpancar dalam diri orang-orang yang malas dan enggan melaksanakan amal saleh pada saat terjadinya fitnah?! Hanya orang-orang yang beiman dan beramal salehlah yang diteguhkan dan dikuatkan oleh Rob mereka. Oleh karena itu Rasulullah  tidak henti-hentinya mengerjakan amal saleh, dan amal yang paling disukainya adalah yang kontinyu (berkesinambungan) walupun sedikit.


Keempat: Menghayati dan mempelajari kisah-kisah para nabi untuk mengambil keteladan dari mereka dan mengamalkannya.


Berdasarkan firman Allah :


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


17





“Dan semua kisah dari rasul-rasul kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya kami teguhkan hatimu, dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (Huud: 120).


Ayat-ayat seperti ini tidaklah diturunkan pada masa Rasulullah , hanya untuk hiburan yang dinikmati alur ceritanya, akan tetapi Allah mempunyai tujuan yang jauh lebih besar, yaitu meneguhkan hati rasul-Nya dan hati orang-orang mu’min yang ada bersamanya.


Kelima: Doa.


Di antara sifat-sifat hamba Allah yang beriman adalah, bahwa mereka selalu menghadapkan diri kepada Allah  dengan doa, memohon agar Allah meneguhkan hati mereka. Dan doa merupakan salah satu sebab terpenting untuk sampai kepada keteguhan hati. Di antara doa-doa tersebut adalah:





MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


18


“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami.” (al Imran: 8).





“Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran kepada kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.” (al Baqarah: 250).


Dan Rasulullah  banyak membaca doa di bawah ini:





“Wahai Zat yang membulak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku dalam agama-Mu dan dalam ketaatan-Mu.” (HR. Tirmidzi).


Keenam: Dzikir (ingat) kepada Allah.


Sesungguhnya memperbanyak dzikir kepada Allah, merupakan salah satu jalan yang sangat bermanfaat agar dapat sampai kepada hati yang tegar. Karena dzikir mempunyai pengaruh yang sangat luar biasa sekali dalam mengembalikan kekuatan batin yang tersembunyi. Hal itu terjadi karena dzikir adalah komunikasi langsung antara


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


19


seorang hamba dengan Kekuatan Yang Maha Besar yang tidak terkalahkan.


Ketujuh: Seorang muslim selalu berusaha berjalan di atas jalan yang benar.


Yaitu dengan pemahaman yang benar terhadap agama berdasarkan Kitab dan Sunnah, dan menjauhi konsep-konsep pemikiran yang sesat dan keyakinan-keyakinan yang menyimpang. Rasulullah  bersabda dalam hadits al ‘Irbadh bin sariyah :





“Dan sesungguhnya barangsiapa yang hidup di antara kamu nanti, akan melihat banyak perselisihan, maka berpegang teguhlah kamu kapada sunnahku dan sunnah para khulafa yang rasyidun, peganglah kuat-kuat, dan gigitlah dengan gigi gerahammu, dan jauhilah perkara-perkara baru, karena setiap perkara baru adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah kesesatan." (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah dalam sunan-sunan mereka dengan sanad yang sahih).


Kedelapan: Tarbiyah (pendidikan).


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


20


Tarbiyah imaniyah, ilmiyah, wa’iyah, dan mutadarrijah (gradual) merupakan salah satu perangkat dasar dalam mencapai keteguhan, yang dapat menghidupkan hati nurani yang telah mati, dengan khauf (takut akan siksa Allah), raja’ (mengharap ridha, ampunan, dan rahmat Allah), dan mahabbah (cinta) kepada Allah .


Tarbiyah ilmiyah: Tarbiyah yang berdiri di atas dalil-dalil yang sahih yang menafikan taklid buta dan taba’iyyah (ikut-ikutan).


Tarbiyah wa’iyah (an aware education): Yang tidak menjiplak pola pendidikkan orang-orang yang sesat, dan mempelajari strategi musuh-musuh Islam serta memahami realita yang ada.


Tarbiyah mutadarrijah (gradual): Yang mendidik seorang muslim setahap demi setahap menurut kemampuannya, dan tidak tergesa-gesa memberikan sesuatu yang jauh dari jangkauannya yang justur malah dapat menghancurkannya.


Dan tarbiyah ini harus diperhatikan sejak dini, karena pemuda yang tumbuh dalam tarbiyah membawa jiwa yang subur dan hati yang bersih, mudah untuk diarahkan kepada sifat-sifat yang mulia dan terpuji. Tapi dengan syarat tarbiyah tersebut sesuai dengan kebutuhan jiwa manusia tanpa melebihkan dan mengurangi.


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


21


Agar kita mengetahui betapa pentingnya peranan tarbiyah dalam membentuk jiwa yang tangguh, marilah kita tengok sejarah perjalanan Rasulullah  dan kita bertanya kepada diri kita, apa sumber utama keteguhan hati dan jiwa para sahabat beliau pada saat-saat sulit yang menghimpit kehidupan mereka di Mekkah? Apakah mungkin keteguhan yang mereka miliki didapat tanpa penanaman tarbiyah yang mendalam dari pancaran cahaya nubuwah?


Kita ambil contoh seorang sahabat seperti Khabbab bin al Arat . Ia dilemparkan ke atas besi yang membara oleh tuannya dalam keadaan telanjang dada, sehingga bara tersebut tidak mati kecuali oleh cairan lemak tubuhnya yang meleleh di atas bara besi tersebut. Apa yang membuatnya sabar menghadapi itu semua?


Kemudian Bilal bin Rabbah, apa yang membuatnya tetap tegar walaupun dibaringkan di atas padang pasir yang panas, lalu dadanya ditimpa dengan batu yang besar, kemudian disiksa dengan sangat kejam? Sumayyah, anak, dan suaminya, apa yang membuat mereka tetap teguh walaupun harus menghadapi berbagai macam siksaan? Tidak lain ini karena tarbiyah yang begitu kuat, yang mampu menghujamkan keimanan dalam jiwa mereka.


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


22


Kesembilan: Meyakini kebenaran jalan yang ditempuh.


Tidak diragukan lagi, bahwa tatkala bertambah keyakinan terhadap kebenaran jalan yang ditempuh seorang muslim, maka bertambah pula keteguhan untuk menjalaninya. Dan untuk mencapainya terdapat beberapa cara sebagai berikut:


 Merasa bahwa jalan yang sedang kamu lalui, telah dilalui pula sebelumnya oleh para nabi, orang-orang yang shiddiqiin (jujur), para ulama, syuhada, dan orang-orang saleh. Maka perasaan asing yang dirasakan berubah menjadi keakraban, dan kesedihan menjadi kesenangan dan kegembiraan, karena kamu telah merasa bahwa mereka semua adalah saudara dalam satu perjalanan dan manhaj.


 Merasa telah dipilih oleh Allah , sesuai dengan firman-Nya:





“Segala puji bagi Allah dan segala kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya.” (an Naml: 59).


 Bagaimana perasaanmu jika Allah menciptakanmu dalam keadaan kafir,


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


23


menyimpang, atau menganjurkan bid’ah, atau menjadi orang fasiq?


 Bagaimanakah perasaanmu jika Allah memilihmu, menjadikanmu berjalan di atas manhaj yang haq, yang telah ditempuh oleh Nabi  dan para sahabatnya, yang merupakan salah satu faktor keteguhan hatimu terhadap manhaj dan jalan yang kamu tempuh?


Kesepuluh: Menggeluti dakwah kepada Allah .


Jiwa jika tidak bergerak ia akan rusak, dan di antara medan pergerakan jiwa yang paling besar adalah dakwah kepada Allah  yang merupakan propesi para rasul. Karena sesungguhnya jika kamu tidak menyibukkan jiwamu dengan ketaatan, ia akan menyibukkanmu dengan kemaksiatan. Dan keimanan selalu berfluktuasi, kadang bertambah dan kadang berkurang, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.


Maka dakwah --dan pahala yang begitu besar di dalamnya-- menjadi salah satu jalan menuju keteguhan hati. Karena orang yang menyerang tidak terlalu membutuhkan pertahanan, dan Allah bersama para du’at (jama’ da’iyah: orang yang berdakwah di jalan Allah), meneguhkan hati mereka dan


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


24


menegarkan langkahnya. Dan seorang da’iyah seperti dokter yang memerangi penyakit dengan pengalaman dan pengetahuannya. Sebagaimana pahala yang diraih dari kebaikan ini begitu besar, Allah  berfirman:





“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang yang berserah diri?” (Fushshilat: 33).


Rasulullah  bersabda:





“Demi Allah, jika Allah memberikan hidayah-Nya kepada seseorang melalui dirimu, sungguh itu lebih baik bagimu dari seekor unta merah.” (HR. Bukhari: 3009)


Kesebelas: Merangkul semua unsur yang dapat meneguhkan hati.


Yaitu unsur-unsur yang di antara sifat-sifatnya telah dijelaskan oleh Nabi  kepada kita dengan sabdanya:


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


25





“Sesungguhnya di antara manusia ada sekelompok orang yang menjadi kunci-kunci kebaikan dan penutup keburukan.” (HR. Ibnu Majah).


Dan mencari ulama yang jujur, saudara yang suka menasehati, lalu banyak berkumpul dan berinteraksi dengan mereka, merupakan salah satu sebab tercapainya keteguhan hati. Karena saudara yang saleh, orang-orang yang menjadi qudwah (contoh ikutan), dan para murabbun (pendidik), mereka adalah penolong bagimu --setelah Allah -- dalam rangka meniti jalan yang engkau lalui. Mereka meneguhkanmu dengan apa yang mereka ketahui dari ayat-ayat al Qur’an dan hikmah, bertemanlah dan hiduplah bersama mereka, jangan haramkan dirimu dari majlis-majlis dzikir, dan janganlah kamu menyendiri, karena tangan-tangan syaitan siap menculikmu, sebab sesungguhnya seekor srigala akan memangsa seekor kambing yang jauh dari kawanannya.


Kedua belas: Meyakini datangnya pertolongan Allah, dan kemenangan yang gemilang hanyalah untuk Islam.


Allah  berfirman:


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


26





“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong agama Allah, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Muhammad: 7).


Dan firman-Nya pula:





“Seseungguhnya Allah membela orang-orang yang beriman.” (al Hajj: 38).





“Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman.” (al Baqarah: 257).


Ketiga belas: Mengetahui hakekat kebatilan dan tidak tertipu dengannya.


Firman Allah :





“Jangan sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negri, itu


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


27


hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam, dan Jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat.” (al Imraan:196).


Pada ayat ini terdapat peringatan bagi orang-orang mu’min, agar tidak tertipu oleh apa yang ditempuh oleh ahlul batil dan kemajuan yang terkadang dicapai oleh mereka. Karena bagaimanapun kemajuan yang mereka capai, pada akhirnya mereka akan kembali ke neraka Jahannam yang merupakan seburuk-buruk tempat kembali. Kesenangan dunia adalah kesenangan yang fana, sangat kecil dan tidak sebanding dengan apa yang Allah sediakan bagi orang-orang beriman yang jujur dengan keimanannya di surga.


Keempat belas: Beradab dengan akhlak yang dapat meneguhkan hatinya.


Terutama sabar, Rasulullah  dalam hadits yang sahih bersabda:





“Tidaklah seseorang dianugrahi pemberian yang lebih baik dan luas dari pada kesabaran.” (HR. Muslim: 2471).


Kelima belas: Wasiat orang yang saleh.


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


28


Wahai saudaraku yang budiman, mintalah wasiat dari orang-orang yang saleh, dan jagalah apa yang diwasiatkan kepadamu.


 Mintalah wasiat sebelum kamu bepergian, jika hawatir akan jatuh kepada hal yang kamu takutkan.


 Mintalah wasiat pada saat kamu menghadapi ujian dalam kehidupan, atau sebelum datangnya ujian yang telah kamu perhitungkan sampai kepadamu.


 Mintalah wasiat jika kamu mendapatkan jabatan, atau mewarisi harta dan kekayaan.


Lalu teguhkanlah dirimu dan orang lain, maka Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman.


Keenam belas: Berfikir tentang kenikmatan surga, dan siksa neraka, serta mengingat kematian.


Surga adalah negri kebahagiaan, penghibur kesedihan, tujuan akhir perjalanan orang-orang yang beriman Dan fitrah jiwa memang diciptakan enggan untuk berkorban, bekerja dan konsekwen, kecuali dengan sebuah konvensasi (imbalan) yang dapat memudahkan baginya segala kesulitan, dan meringankan jalan yang dipenuhi berbagai macam halangan dan rintangan


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


29


Maka orang yang mengetahui balasan kebaikan, terasa ringan baginya segala macam amal perbuatan, dan ia akan terus berjalan dan mengetahui, bahwa jika ia tidak teguh dan meninggalkan amal kebaikan, maka ia akan kehilangan surga yang luasnya seluas langit dan bumi.


Begitu juga mengingat mati, akan menjaganya dari perbuatan yang menyimpang, dan menahannya agar tidak melampaui batasan yang telah Allah tentukan. Karena jika ia mengetahui bahwa ajalnya bisa datang kapan saja, bagaimana mungkin hawa nafsu dapat menggelincirnya dengan mudah, atau menenggelamkannya dalam arus penyimpangan?. Oleh karena itu Rasulullah  bersabda:


“Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan.” Yaitu: kematian. (HR. Tirmidzi: 2307).


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


30


Tempat-tempat keteguhan hati


Pertama: Teguh dalam menghadapi cobaan.


Salah satu gambaran tentang keteguhan hati dalam beragama adalah, keteguhan seseorang dalam menghadapi berbagai macam cobaan. Keteguhan pada saat-saat diperlukan kesabaran, di mana orang yang sabar menghadapinya, berhak atas lima puluh pahala sahabat, mengingat betapa besarnya kebaikan yang telah ia lakukan dengan tetap teguh menghadapi berbagai macam ujian dan cobaan. Rasulullah  bersabda:





“Sesungguhnya akan datang di belakang zaman kalian nanti hari-hari kesabaran, bagi orang yang berpegang teguh dengan apa yang kalian pegang saat ini, pahala lima puluh orang dari kalian. Mereka berkata: Wahai Nabiyallah, apakah sebesar pahala lima puluh orang dari mereka? Beliau bersabda: Tidak, bahkan dari kalian.” (Silsilah Sahih Albani: 494).


Macam-macam fitnah (ujian):


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


31


1. Ujian harta dan kehormatan: Rasulullah  bersabda tentang bahaya dua ujian ini:





“Tidaklah dua ekor srigala yang lapar dilepas pada sekelompok kawanan kambing, lebih merusak dari tamaknya seorang manusia kepada harta dan kehormatan terhadap agamanya.” (HR. Tirmidzi: 1935).


Maksudnya adalah, bahwa ketamakkan seseorang terhadap harta dan kehormatan jauh lebih besar kerusakkannya terhadap agama, dari pada kerusakan yang ditimbulkan oleh dua ekor srigala lapar yang dilepas pada sekelompok kawanan kambing.


2. Ujian istri dan anak:


Allah  berfirman:





“Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


32


berhati-hatilah kamu terhadap mereka.” (at Taghaabun: 14).


3. Ujian kehinaan, melampaui batas, dan kezaliman:


Termasuk di dalamnya usaha-usaha untuk menghalangi orang muslim terhadap agamanya.


4. Ujian Dajjal:


Rasulullah  telah memperingatkan kita dari fitnah Dajjal, dan memerintahkan kita untuk teguh dan sabar jika menghadapi ujian tersebut, serta tidak tertipu oleh kekuatan materi yang ada padanya. Sesungguhnya Rasulullah  telah bersabda:


)


“Maka barangsiapa di antara kalian yang melihatnya, bacakanlah kepadanya pembuka surat al Kahfi, sesungguhnya ia keluar dari sebuah daerah yang terletak antara Syam dan Iraq, ia merusak apa yang ada di sebelah kanan dan kirinya, wahai hamba-hamba Allah teguhkanlah hati kalian.” (HR. Ibnu majah: 3294 dari hadits Nawwas bin Sam’an).


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


33


Rasulullah  telah menyebutkan satu contoh keteguhan dalam menghadapi fitnah Dajjal ini, yaitu ketika beliau mengabarkan kepada kita sebuah berita yang benar, tentang seorang laki-laki mu’min yang tetap teguh dalam menghadapi fitnah Dajjal, yang keyakinan menjadi persiapan utama keteguhan hatinya. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari sebagai berikut:





“Akan datang Dajjal --sedangkan ia diharamkan masuk ke jalan-jalan Madinah-- dan ia singgah di beberapa daerah kosong yang berada disekitar Madinah, maka pada saat itu keluarlah seorang laki-laki yang terbaik dari manusia, atau salah seorang di antara orang-orang yang terbaik, maka ia berkata:


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


34


“Aku bersaksi sesungguhnya kamu adalah Dajjal yang disebutkan Rasulullah  kepada kami dalam haditsnya.” Lalu Dajjal berkata: “Apa pendapatmu jika aku bunuh orang ini kemudian aku hidupkan kembali, apakah hal tersebut meragukan kalian?” Maka mereka berkata: “Tidak...” Maka ia membunuhnya lalu menghidupkannya kembali, lalu laki-laki tersebut berkata ketika ia dihidupkan kembali: “Demi Allah, aku tidak pernah memiliki keyakinan yang lebih besar seperti hari ini, bahwa kamu benar-benar Dajjal.” Maka Dajjal berkata: “Aku akan membunuhnya, namun ia tidak mampu menguasainya.” (HR. Bukhari:1882).


Kedua: Keteguhan dalam berjihad.


Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan jujur dengan keimanannya, tidak berhadapan dengan dentingan suara pedang dan cakar-cakar kematian di medan pertempuran, menghadapi pasukan musuh-musuh Allah dalam jumlah yang mencengangkan, kecuali menambah keteguhan, pengorbanan dan kepasrahannya kepada Allah al Waahid al Ahad, seraya berharap pertolongan, bantuan, dan ampunan dari-Nya.


Allah  berfirman:


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


35





“Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikutnya yang bertaqwa, mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak pula menyerah (kepada musuh), Alah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada do’a mereka selain ucapan: “Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (al Imraan: 146-147).


Demikianlah mereka, sebagai orang-orang yang mempunyai prinsip yang teguh, tidak goyah oleh terpaan angin sebagaimana yang terjadi pada orang-orang yang lemah iman.


Allah  berfirman:





MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


36


“Tatkala mereka nampak oleh Jalut dan tentaranya, merekapun (Thalut dan tentaranya) berdo’a: “Ya Tuhan kami, Tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.” (al Baqarah: 250).


Dengan demikian buah yang dituai dari kesabaran dan keteguhan tersebut adalah, kebahagiaan di dunia ditambah dengan balasan kebaikan di Akhirat kelak bagi orang-orang yang melakukannya.


Ketiga: Keteguhan dalam menjalankan manhaj.


Sesungguhnya seorang muslim yang benar adalah, seorang yang mempunyai keinginan yang besar untuk dapat menerapkan ajaran-ajaran Islam, sebesar tekadnya untuk meninggalkan perkara-perkara bid’ah, kemaksiatan, dan hal-hal yang melalaikan. Ia setia memegang teguh Sunnah, sehingga menjadi salah satu orang yang selamat dengan izin Allah . Sesungguhnya orang-orang yang menyeru kepada bid’ah banyak sekali, terlebih di zaman sekarang. Mereka menyandarkan bid’ah kepada syari’ah, dan mereka tidak mengetahui sesungguhnya syari’at Allah telah sempurna tiada kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu wajib bagi


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


37


orang muslim berhati-hati, agar tidak melakukan bid’ah dalam agama.


Keempat: Keteguhan dalam menghadapi kematian.


Sesungguhnya orang-orang kafir dan fajir (fasiq), diharamkan bagi mereka untuk teguh menghadapi saat-saat yang paling berat dalam hidup mereka, lidah mereka kelu untuk bisa mengucapkan syahadah menjelang kematian, dan ini merupakan salah satu tanda su-ul khatimah. Rasulullah  telah bersabda:





“Barangsiapa yang akhir ucapannya adalah Laa Ilaaha Illallaah, maka ia masuk surga.” (Sunan Abu Dawud: 2673).


Dan tiada yang dapat mengucapkan kalimat ini, melainkan orang-orang mu’min yang jujur dengan keimanan mereka.


Di antara tanda-tanda su-ul khatimah adalah, sebagaimana dikatakan kepada seorang yang sedang menghadapi sakaratul maut: Ucapkanlah Laa Ilaaha Illallaah, maka ia menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri sebagai tanda penolakkannya. Dan


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


38


yang lain mengatakan: ini adalah barang yang bagus, dan ini harganya murah. Sedangkan yang ketiga hanya menyabut nama-nama anak catur, dan yang keempat melantunkan irama dan lirik nyanyian, atau menyebut-nyebut nama orang yang dikasihinya.


Hal itu karena mereka disibukkan dengan urusan-urusan di atas, sehingga melupakan Allah dan meninggalkan ibadah kepada-Nya. Mereka kelu untuk mengucapkan Syahadah, bahkan terkadang rona hitam terlihat pada raut wajah mereka, dan tercium bau busuk dari tubuh mereka, atau wajah mereka berpaling seakan enggan menghadap Kiblat ketika ruh mereka keluar meninggalkan jasadnya. Walaa Haula Walaa Quwwata Illaa Billaah.


Sedangkan orang-orang saleh yang setia dengan Sunnah, Allah berikan kepada mereka keteguhan dalam menghadapi kematian, merekapun mampu mengucapkan dua kalimat syahadah. Maka dapat diketahui dari mereka tanda-tanda husnul khatimah. Terkadang dapat dilihat dari mereka pancaran wajah yang berseri, atau tercium harumnya bau yang mewangi, atau sinar kebahagiaan yang menyelimuti. Hal tersebut karena berita gembira tentang surga yang dibawa oleh malaikat tatkala ruh mereka keluar meninggalkan jasad.


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


39


Allah  berfirman tentang keadaan mereka:





“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah kamu dengan memperoleh surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.”


Penafsiran ayat: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka” terhadap tauhid dan hal-hal yang diwajibkan kepada mereka. “maka malaikat akan turun kepada mereka” pada saat sakaratul maut. “Janganlah kamu merasa takut” terhadap kematian dan yang akan datang setelahnya. “dan janganlah kamu merasa sedih” terhadap apa yang kamu tinggalkan baik istri atau anak. Maka kami akan mengganti itu semua “dan bergembiralah kamu dengan memperoleh surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.”


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


40


Beberapa gambaran keteguhan hati


Bilal bin Rabbah:


Bilal adalah seorang budak berkebangsaan habasyah, dan muadzdzin Rasulullah  yang pertama --Radhiyallaahu ‘Anhu Wa Ardhaah-- Tatkala ia mendengar nama Muhammad  dan dakwahnya, ia langsung memeluk agama Islam, namun secepat itu pula tuannya Umayyah bin Khalaf mengetahui tentang keislamannya, iapun naik pitam dan marah. Lalu ia menyiksanya berharap agar ia mau meninggalkan agama Islam, ia menyiksanya dengan pukulan yang menyakitkan, menjemurnya di bawah panasnya terik matahari yang membakar tanpa makanan dan minuman, meletakkan di atas dadanya sebongkah batu yang besar, namun Bilal hanya menyebut: Ahad, Ahad, berulang kali. Semakin bertambah siksa yang dialaminya, semakin banyak pula ia mengucapkan kata-kata tersebut. Begitu lamanya waktu penyiksaan, namun Bilal tetap teguh pada keislamannya, hingga membuat sang majikan jemu menyiksanya. Lalu datanglah Abu Bakar  dan menawarnya, kemudian membelinya dari Umayyah dan memerdekakannya.


Pada saat terjadi perang Badar, Bilal dan Umayyah bin Khalaf saling berhadapan. Dialah


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


41


orang yang telah menyiksanya begitu kejam agar ia mau keluar dari agamanya. namun kematian Umayyah justru melalui tangan Bilal sendiri.


Ammar bin Yasir:


Ayahnya berasal dari Yaman lalu mendiami kota Mekkah, dan menikah dengan Sumayyah binti Khayyat, lantas dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Ammar. Begitu cepatnya keluarga kecil ini memenuhi panggilan Islam, membuat mereka harus menghadapi siksaan dari orang-orang kafir Quraisy. Mereka (orang-orang kafir Quraisy), telah menyiksa mereka dengan amat kejam, dengan tujuan agar dapat menghalangi mereka dari keislamannya. Mereka dianiaya di bawah terik matahari yang membakar, di atas padang pasir Mekkah yang panas, tanpa makanan dan minuman, lalu kulit mereka dikoyak oleh ganasnya cambuk Quraisy, dan batu besar ditimpakan di atas dada-dada mereka, namun hal tersebut tidak membuat mereka keluar meninggalkan agama mereka, bahkan mereka semakin teguh memeluknya.


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


42


Mush’ab bin Umair:


Seorang pemuda yang berada pada puncak kesenangan dan kekayaan, ia hidup dalam kenikmatan dan kemewahan. Pemuda inipun mendengar tentang Muhammad al Amin yang mnjadi perbincangan seluruh penduduk kota Mekkah. Muhammad yang berkata, bahwa Allah telah mengutus dirinya untuk menyeru manusia agar beribadah hanya kepada-Nya saja, dan meninggalkan penghambaan kepada selain-Nya. Sebagaimana ia telah mendengar pula bahwa Muhammad  berkumpul dengan para sahabatnya di rumah al Arqam bin abi al Arqam, untuk membacakan kepada mereka al Qur’an dan mengajarkan agama mereka yang baru. Iapun memutuskan untuk menemui mereka dan mencari tahu tentang apa yang diserukan Nabi . Tidaklah ia mendengar ayat-ayat al Qur’an sehingga keimanan telah memasuki relung-relung hatinya. Lalu ia memutuskan untuk masuk Islam dan menyembunyikan keislamannya tersebut, bukan karena takut kepada orang-orang Quraisy, namun hawatir terhadap ibu yang sangat mencintai dirinya dan iapun sangat menghormatinya. Ia terus keluar masuk rumah al Arqam untuk bertemu dengan Rasulullah  dan para sahabatnya, akan tetapi salah


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


43


seorang dari golongan musyrikin melihatnya memasuki rumah al Arqam, lantas mengabarkan hal tersebut kepada sang ibu. Ibunya langsung menanggapi dengan mengurung Mush’ab di dalam kamarnya, sebagai wujud usaha agar anaknya mau keluar meninggalkan agama Islam, namun justru ia bertambah yakin dan teguh mempertahankan agamanya. Kemudian setelah ia lolos dari kurungan itu, ibunya menahan semua keperluan hidupnya, baik pakaian, makanan, dan harta. Maka berubahlah keadaan Mush’ab menjadi seorang pemuda fakir, yang hanya memakai pakaian lusuh dan compang-camping.


Sebenarnya anak yang berbakti ini telah mengajak ibunya untuk masuk ke dalam lingkaran keislaman, namun ia menolak bahkan bersumpah tidak akan masuk agama Islam selama-lamanya.


Mush’ab adalah seorang pemuda yang memiliki kedudukan yang tinggi di hadapan Rasulullah , oleh karena itu beliau mengutus dirinya ke kota Madinah, untuk menyeru dan mengajarkan penduduknya tentang Islam. Ketika ia sampai di sana, tidak ada penduduk Madinah yang memeluk agama Islam kecuali hanya dua belas orang saja, tetapi setelah beberapa bulan saja ia tinggal di sana, tidak ada satupun penduduk


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


44


madinah, melainkan telah memeluk agama Islam dengan karunia Allah .


Pada saat berkecamuknya perang Uhud, harimau muda ini berperang dengan penuh semangat dan keberanian, ia mengibarkan panji Islam dengan satu tangannya, sedangkan tangan yang lain sibuk mengayunkan pedang. Beberapa orang musyrik mengeroyoknya, dan salah seorang di antara mereka berhasil menebas putus salah satu tangannya, maka Mush’ab mempertahankan panji Islam dengan tangannya yang lain, dan terus melawan serangan musuh-musuhnya dengan gagah berani, dan salah seorang di antara mereka berhasil menebas putus tangannya yang lain, namun ia memeluk panji Islam dengan kedua sikunya, hingga pada akhirnya orang musyrik tersebut berhasil menghujamkan anak panahnya tepat di dadanya. Maka gugurlah Mush’ab sebagai pahlawan perang sejati bersamaan dengan jatuhnya panji Islam yang dipeluknya. Hal tersebut dilihat oleh Rasulullah  maka beliau membaca firman Allah 


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


45


“Di antara orang-orang mu’min itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah.” (al Ahzaab: 23).


Ummu Syarik, Ghuzaiyyah binti Jabir:


Tatkala keluarga dari pihak suami mengetahui tentang keislamannya, mereka berkata: “Demi Allah, kami akan menyiksamu dengan siksa yang amat pedih.” ia berkata: “Maka mereka membawaku pergi dari tempat tinggal kami, dan menaikkan aku ke atas unta terburuk mereka, dan memberiku roti dengan madu namun tidak memberiku minum sama sekali. Sampai datang pertengahan hari dan matahari mulai menebarkan api panasnya di bumi, kamipun merasa terbakar oleh teriknya, lalu mereka turun untuk mendirikan tenda-tenda mereka, dan membiyarkan aku terpanggang oleh panasnya matahari, hingga membuat aku hilang kesadaran, pendengaran, dan penglihatanku. Mereka memperlakukan aku seperti ini selama tiga hari. Kemudian di hari ketiga mereka berkata kepadaku: “Tinggalkan apa yang kamu anut!” Ia berkata: “Akupun sudah tidak mengetahui apa yang mereka katakan melainkan beberapa kata saja, maka aku hanya mampu memberi isyarat tauhid dengan jariku ke atas langit.” Ia melanjutkan perkataannya: “Maka demi Allah, sesungguhnya


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


46


keadaanku yang demikian telah sampai kepada batas kesungguhan yang mendapatkan langsung ganjarannya, ketika aku merasakan kesejukkan air di dadaku dalam sebuah bejana, lantas aku meraihnya dan meminumnya dalam satu kali minuman, kemudian diambil lagi dariku, maka aku berusaha mencari, ternyata bejana tersebut tergantung antara langit dan bumi, aku tak kuasa menggapainya, lalu diberikan kepadaku untuk kedua kalinya, akupun meminumnya dalam satu kali minuman, kemudian diangkat kembali dariku, lalu aku berusaha mencari, ternyata bejana tersebut tergantung antara langit dan bumi, kemudian diberikan kepadaku untuk ketiga kalinya, maka aku meminumnya sampai aku puas, lalu disiramkan ke atas kepala, wajah, dan pakaianku.” Lalu ia berkata: “Merekapun keluar dan melihat keadaanku, lalu bertanya: “Dari manakah engkau dapatkan semua ini wahai musuh Allah?” Ia berkata: “Maka aku katakan kepada mereka, bahwa musuh Allah ialah selain diriku, yaitu orang yang menentang agama-Nya, sedangkan pertanyaan kalian, darimana semua air ini? maka rizki dari sisi Allah yang telah diberikan kepadaku.” Ia berkata: “Merekapun bergegas menuju bejana-bejana air mereka, dan mendapatkannya masih tertutup tidak terbuka sama sekali, lalu mereka berkata: “Kami


MENGGAPAI KETEGUHAN HATI


47


bersaksi bahwa Tuhanmu adalah Tuhan kami, dan Yang telah memberimu rizki di tempat ini, setelah kami memperlakukanmu seperti ini, Dialah yang telah mensyari’atkan Islam, maka mereka masuk Islam dan berhijrah kepada Rasulullah . Dan mereka mengetahui keutamaanku terhadap mereka, dan apa yang Allah telah berikan kepadaku.


Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu keteguhan dalam menjalankan agama-Mu, dan akhir do’a kami adalah al Hamdu Lillaahi Rabbil ‘Aalamiin.



 



Tulisan Terbaru

Keutamaan Puasa Enam ...

Keutamaan Puasa Enam Hari Syawal Shawal