Jawaban Kepada Orang Yang Berkata Bahwa Ibadah Akan Diterima Dari Siapapun Bagaimanapun Keyakinannya
Pertanyaan
Apakah benar bahwa semua ibadah itu akan diterima tanpa melihat pada keyakinan (pelakunya) ?
Teks Jawaban
Alhamdulillah.
Pertama:
Perkataan ini maksudnya secara kasat mata bahwa ibadahnya orang kafir akan diterima sebagaimana ibadahnya orang mukmin, hal ini sudah pasti batil, karena ibadahnya orang kafir tidak diterima dan ibadah itu tidak sah juga bagi orang kafir, tidak mendapatkan pahala di akhirat, akan tetapi ia akan mendapatkan manfaatnya dari perbuatan baiknya di dunia, maka Allah memberinya makan karenanya.
Allah Ta’ala berfirman:
وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا
الفرقان/23
“Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan”. (QS. Al Furqan: 23)
Dia juga berfirman:
مَثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ أَعْمَالُهُمْ كَرَمَادٍ اشْتَدَّتْ بِهِ الرِّيحُ فِي يَوْمٍ عَاصِفٍ لَا يَقْدِرُونَ مِمَّا كَسَبُوا عَلَى شَيْءٍ ذَلِكَ هُوَ الضَّلَالُ الْبَعِيدُ
إبراهيم/18
“Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh”. (QS. Ibrahim: 18)
Dia juga berfirman:
وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا وَوَجَدَ اللَّهَ عِنْدَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ
النور/39
“Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan di dapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya”. (QS. An Nuur: 39)
Dia juga berfirman:
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
الزمر/65 .
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi”. (QS. Az Zumar: 65)
Dia juga berfirman:
وَمَن يَرْتَدِدْ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُوْلَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَأُوْلَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
البقرة/217
“Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”. (QS. Al Baqarah: 217)
Dia juga berfirman:
وَمَن يَكْفُرْ بِالإِيمَانِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
المائدة/5 .
“Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang merugi”. (QS. Al Maidah: 5)
Dia juga berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِمْ مِلءُ الْأَرْضِ ذَهَباً وَلَوِ افْتَدَى بِهِ أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ
آل عمران/91
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang di antara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak) itu. Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong”. (QS. Ali Imran: 91)
Dan masih banyak ayat-ayat lainnya yang serupa dengan yang disebutkan di atas.
Imam Muslim (214) telah meriwayatkan dari ‘Aisyah berkata:
يَا رَسُولَ اللهِ ، ابْنُ جُدْعَانَ كَانَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ يَصِلُ الرَّحِمَ، وَيُطْعِمُ الْمِسْكِينَ ، فَهَلْ ذَاكَ نَافِعُهُ ؟ قَالَ: لَا يَنْفَعُهُ، إِنَّهُ لَمْ يَقُلْ يَوْمًا: رَبِّ اغْفِرْ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ
“Wahai Rasulullah, Ibnu Jud’an pada masa jahiliyah dulu menjalin silaturrahim, dan memberi makan orang miskin, maka apakah hal itu akan bermanfaat baginya ?, beliau menjawab: “Tidak bermanfaat baginya, karena ia belum pernah mengatakan: “Ya Rabb, ampunilah kesalahanku pada hari pembalasan”.
Imam Muslim (2808) telah meriwayatkan dari Anas bin Malik berkata: “Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مُؤْمِنًا حَسَنَةً ، يُعْطَى بِهَا فِي الدُّنْيَا ، وَيُجْزَى بِهَا فِي الْآخِرَةِ ، وَأَمَّا الْكَافِرُ فَيُطْعَمُ بِحَسَنَاتِ مَا عَمِلَ بِهَا لِلَّهِ فِي الدُّنْيَا ، حَتَّى إِذَا أَفْضَى إِلَى الْآخِرَةِ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَةٌ يُجْزَى بِهَا .
“Sunggguh Allah tidak menzhalimi orang beriman satu kebaikan (sama sekali), ia diberi kebaikan di dunia dan diberi balasan di akhirat, sedangkan orang kafir maka ia diberi makan dengan kebaikan-kebaikannya yang dilakukan karena Allah di dunia, sehingga jika sudah sampai di akhirat ia tidak memiliki kebaikan yang menjadi balasanya”.
An Nawawi –rahimahullah- berkata di dalam Syarah Muslim (17/150):
“Para ulama telah melakukan ijma’ bahwa orang kafir jika ia meninggal dunia dalam kekafirannya, maka tidak ada pahala baginya di akhirat, dan ia tidak mendapatkan balasan apapun dari amalnya di dunia yang dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.
Disebutkan pada hadits tersebut dengan jelas bahwa ia mendapatkan makanan di dunia karena amalan baiknya yang dilaksanakan karena Allah Ta’ala yang amal tersebut sahnya tidak membutuhkan niat, seperti; silaturrahim, shadaqah, memerdekakan (budak), menyambut tamu, mempermudah kebaikan dan yang serupa dengannya.
Adapun orang yang beriman maka kebaikan dan pahala amalnya disimpan di akhirat, dan ia akan diberikan balasan juga di dunia, dan tidak ada halangan juga baginya di dunia dan akhirat, hal ini telah tertera di dalam syari’at maka wajib diyakini.
Adapun jika orang kafir yang melakukan kebaikan seperti itu, kemudian ia masuk Islam, maka ia akan diberi balasan di akhirat menurut madzhab yang benar”.
Ibnu Katsir berkata pada tafsir ayat pertama (6/103):
“Firman Allah Ta’ala:
وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاء مَّنثُوراً
“Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan”. (QS. Al Furqan: 23)
Dan ini pada hari kiamat pada saat Allah menghisab apa yang telah mereka lakukan dari kebaikan dan keburukan, maka Dia mengabarkan bahwa hal itu tidak diraih oleh orang-orang musyrik –yang mereka telah mengira bahwa amal mereka akan menyelamatkan mereka- sedikitpun dari amal mereka; karena amal tersebut kehilangan syarat syar’inya, baik keikhlasan maupun mengikuti syari’at Allah.
Maka setiap amal yang tidak dilakukan dengan ikhlas, dan tidak sesuai dengan syari’at yang diridhai, maka hal itu batil.
Amalan orang kafir tidak terlepas dari salah satu dari dua hal ini, dan bisa jadi keduanya berkumpul bersama, maka pada saat itu lebih jauh untuk bisa diterima, oleh karenya Allah Ta’ala:
وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاء مَّنثُوراً
“Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan”. (QS. Al Furqan: 23).
Syeikh Al Amin As Syinqithi –rahimahullah- berkata:
“Sebagian orang-orang kafir mereka berbakti kepada kedua orang tua mereka, menyambung tali silaturrahim, menghormati tamu, membantu orang yang terzhalimi, memberikan kelapangan kepada mereka yang tertekan, semua itu dilakukan karena Allah, maka hal tersebut bentuk kedekatan yang benar sesuai dengan syari’at dan ia melakukannya ikhlas karena Allah, Allah tidak menjadikannya bermanfaat pada hari kiamat; karena Dia berfirman:
وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَّنثُورًا
الفرقان/ 23
“Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan”. (QS. Al Furqan: 23)
Allah ‘Azza wa Jalla juga berfirman:
أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ إِلاَّ النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ
هود/16
“Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan?”. (QS. Huud: 16)
وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاء حَتَّى إِذَا جَاءهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئاً وَوَجَدَ اللَّهَ عِندَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ
النور/39
“Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan di dapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya”. (QS. An Nur: 39)
مَّثَلُ الَّذِينَ كَفَرُواْ بِرَبِّهِمْ أَعْمَالُهُمْ كَرَمَادٍ اشْتَدَّتْ بِهِ الرِّيحُ فِي يَوْمٍ عَاصِفٍ لاَّ يَقْدِرُونَ مِمَّا كَسَبُواْ عَلَى شَيْءٍ ذَلِكَ هُوَ الضَّلاَلُ الْبَعِيدُ
إبراهيم/ 18
“Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh”. (QS. Ibrahim: 18)
Dan ayat-ayat lain yang serupa dengan itu.
Dan telah ditetapkan dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bahwa amal sholehnya orang kafir, seperti; baktinya kepada kedua orang tuanya, melapangkan orang yang tertekan, menghormati tamu, membantu orang yang terzholimi, menyambung silaturrahim, yang ditujukan karena Allah, dan amal sholeh lainnya yang serupa dengannya, jika dilakukan oleh orang-orang kafir maka Allah akan memberikan balasan kepada mereka di dunia, seraya Dia memberikan kepada mereka harta di dunia, memberi mereka makan dan minum, memberikan rizeki berupa kesehatan dan mereka tidak mendapatkan pahala di sisi Allah.
Dan telah ditetapkan makna tersebut di dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Anas, diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab Shahihnya dari hadits Anas dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-:
أن اللَّهَ يُطْعِمُ الكافرَ بعملِه الصالحِ في الدنيا، وَيُثِيبُهُ في الدنيا، فإذا جاء الآخرةَ لم يكن له عملٌ يُجَازَى عليه، أما المسلمُ فَاللَّهُ يُثِيبُهُ بعملِه في الدنيا وَيَدَّخِرُ له في الآخرةِ.
“Bahwa Allah memberikan makan kepada orang kafir karena amal sholehnya di dunia, dan memberikan balasan kepadanya di dunia, dan nanti di akhirat ia tidak mempunyai amal yang berhak mendapatkan balasan, sedangkan seorang muslim ia mendapatkan pahala karena amalnya di dunia dan Allah menyimpankan baginya untuk di akhirat (nanti)”.
Dan ayat-ayat yang menunjukkan bahwa orang-orang kafir mereka akan mendapatkan manfaat dari amal mereka di dunia disebutkan di dalam Al Qur’an, seperti firman-Nya:
مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِن نَّصِيبٍ
الشورى آية: 20
“Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat”. (QS. Asy Syura: 20)
(Al ‘Adzbu Al Munir: 5/570)
Baca juga jawaban soal nomor: 13350.
Kedua:
Orang kafir terkadang dikabulkan doanya, apalagi dalam kondisi darurat atau sedang dizholimi.
Allah Ta’ala berfirman:
فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
العنكبوت/65
“Maka apabila mereka naik kapal mereka mendo`a kepada Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah)”. (QS. Al Ankabut: 65)
Dia juga berfirman:
قُلْ مَنْ يُنَجِّيكُمْ مِنْ ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ تَدْعُونَهُ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً لَئِنْ أَنْجَانَا مِنْ هَذِهِ لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ (63) قُلِ اللَّهُ يُنَجِّيكُمْ مِنْهَا وَمِنْ كُلِّ كَرْبٍ ثُمَّ أَنْتُمْ تُشْرِكُونَ
الأنعام/63، 64
“Katakanlah: "Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdo`a kepada-Nya dengan berendah diri dan dengan suara yang lembut (dengan mengatakan): "Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur." (QS. Al An’am: 63-64)
Imam Ahmad (12549) telah meriwayatkan dari Anas bin Malik berkata: “Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
اتقوا دعوة المظلوم، وإن كان كافرا، فإنه ليس دونها حجاب
وحسنه الألباني في "السلسلة الصحيحة" برقم (767(
“Hindarilah oleh kalian doanya orang yang dizholimi, meskipun ia orang yang kafir, karena tidak ada penghalang baginya”. (Dan dihasankan oleh Albani di dalam Silsilah Shahihah: 767)
Keyakinan tidak berkaitan dengan keadaan sosial dan hal yang masuk akal, sebagaimana yang diklaim oleh sebagian orang yang rancu pada kesesatan. Bahwa keyakinan adalah perkara yang pasti, harus ada ikatan dalam hati untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, bagaimanapun kondisi sosial, fisik, atau lingkungan manusia tersebut.
Kemudian sungguh amal itu bisa jadi gugur, dan tertolak dari pelakunya karena beberapa sebab, di antaranya adalah:
Karena tidak sesuai dengan sunnah, dilakukan karena riya’, maka bagaimana mungkin dikatakan bahwa amal itu diterima dari siapapun !.
Semoga Allah menjaga kita dari fitnah-fitnah apa yang nampak dan tidak nampak.
Wallahu A’lam