Apakah Malaikat Yang Paling Mulia Atau Para Nabi Dan Orang-orang Saleh?

Pertanyaan

Para malaikat selalu beribadah kepada Allah, apakah mereka lebih mulia dari para nabi alaihimussalam?

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Malaikat adalah hamba yang dimuliakan, mereka tidak bermaksiat kepada Allah dan selalu melaksanakan apa yang Dia perintahkan. Allah telah menciptakan mereka dan menentukan bahwa mereka akan selalu mentaatiNya dan beribadah kepadaNya. Di antara mereka ada yang ditugaskan menyampaikan wahyu, ada yang ditugaskan menurunkan rizki, ada yang ditugaskan menjaga gunung-gunung atau yang ditugaskan sebagai makluk yang selalu beribadah, shalat dan tasbih serta berzikir kepada Allah.

Tirmizi meriwayatkan (no. 2312) dan dinyatakan hasan oleh Abu Dzar, dia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,  

إِنِّي أَرَى مَا لَا تَرَوْنَ وَأَسْمَعُ مَا لَا تَسْمَعُونَ ، أَطَّتْ السَّمَاءُ وَحُقَّ لَهَا أَنْ تَئِطَّ ، مَا فِيهَا مَوْضِعُ أَرْبَعِ أَصَابِعَ إِلَّا وَمَلَكٌ وَاضِعٌ جَبْهَتَهُ سَاجِدًا لِلَّهِ (حسنه الألباني في "صحيح الترمذي)

“Sungguh aku melihat apa kalian tidak lihat dan aku mendengar apa yang kalian tidak dengar. Langit dilipat dia berhak dilipat. Tidak terdapat di dalamnya tempat yang cukup untuk empat jari kecuali padanya terdapat malaikat yang meletakkan keningnya untuk bersujud kepada Allah.” (Dinyatakan hasan oleh Al-Albany dalam Shahih Tirmizi)

Dalam hadits Isra Mi’raj,

فَرُفِعَ لِي الْبَيْتُ الْمَعْمُورُ فَسَأَلْتُ جِبْرِيلَ فَقَالَ : هَذَا الْبَيْتُ الْمَعْمُورُ يُصَلِّي فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ إِذَا خَرَجُوا لَمْ يَعُودُوا إِلَيْهِ آخِرَ مَا عَلَيْهِمْ (رواه البخاري، رقم 3207 ومسلم رقم 164)

“Lalu diperlihatkan kepadaku Baitul Makmur, lalu aku bertanya kepada Jibril, maka dia berkata, ‘Itu adalah Baitul Makmur, di dalamnya setiap hari ada 70 ribu malaikat melakukan shalat, jika mereka keluar, tidak ada yang kembali yang paling akhir dari mereka.” (HR. Bukhari, noi. 3207 dan Muslim, no. 164)

Ath-Thabari meriwayatkan dalam tafsirnya, 21/127, dari Ibnu Masud radhiallahu anhu, dia berkata,

 “Sesungguhnya dalam seluruh lapisan langit, terdapat langit yang di dalamnya tidak tersisa luas sejengkal kecuali di atasnya menjadi tempat kening malaikat atau tempat kakinya berpijak.’ Kemudian dia membaca,

وَإِنَّا لَنَحْنُ الصَّافُّونَ وَإِنَّا لَنَحْنُ الْمُسَبِّحُونَ (صححه الألباني في "الصحيحة، رقم 1059)

“Kami adalah makhluk pilihan dan kami adalah makhluk yang selalu bertasbih.” (Dinyatakan shahih oleh Al-Albany dalam As-Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 1059)

Ibadah seperti ini tidak akan mampu ditanggung manusia, sedangkan malaikat tidak lemah dan tidak bosan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

فَإِنِ اسْتَكْبَرُوا فَالَّذِينَ عِنْدَ رَبِّكَ يُسَبِّحُونَ لَهُ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَهُمْ لَا يَسْأَمُونَ (سورة فصلت: 38)

“Jika mereka menyombongkan diri, Maka mereka (malaikat) yang di sisi Tuhanmu bertasbih kepada-Nya di malam dan siang hari, sedang mereka tidak jemu-jemu.” SQ. Fusilat: 38

Adapun manusia memiliki sifat-sifat kemanusiaan, termasuk para Nabi dan Rasul Allah shallallahu alaihi wa sallam. Mereka berbeda dari malaikat dalam sifat dan wataknya. Malaikat mampu melakukan ibadah yang tidak mampu dilakukan manusia.

Akan tetapi hal ini tidak berarti bahwa mereka lebih baik dari manusia, karena ibadah mereka lebih agung dan lebih banyak sesuai dengan status mereka sebagai manusia dan memiliki tabiat manusia. Namun ketika mereka ke tempat yang tinggi dalam taat kepada Rabbnya, maka mereka memiliki keutamaan khusus dan kedudukan mulia, sehingga ada salah seorang ulama bahwa manusia yang saleh lebih utama kedudukannya dari malaikat, karena malaikat tidak memiliki sifat-sifat keburukan dan kemaksiatan, adapun manusia yang saleh, maka mereka memiliki unsur-unsur tersebut namun mereka dapat mengatasinya dan menundukkannya dalam rangka ketaatan kepada Allah.

Syaikhul Islam ditanya tentang umat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam yang taat, apakah mereka lebih utama dari malaikat?

Beliau menjawab, “Terdapat riwayat dari Abdullah bin Amr, dia berkata, ‘Sesungguhnya para malaikat berkata, ‘Wahai Tuhanku, Engkau jadikan anak Adam makan di dunia dan minum serta bersenang-senang. Jadikan untuk kami akhirat sebagaiman Engkau jadikan untuk mereka dunia.” Dia berkata, “Tidak saya lakukan.” Kemudian mereka ulangi lagi permintaannya, Dia tetap berkata, ‘Aku tidak akan lakukan.’ Diulangi sebanyak dua atau tiga kali. Lalu dia berkata, “Demi KeagunganKu, Aku tidak akan menjadikan orang saleh dari keturunan makhluk yang Aku ciptakan dengan kedua tanganKu seperti makhluk yang aku katakan kepadanya ‘Jadilah’ maka di jadi demikian.” Disebutkan oleh Utsman bin Said Ad-Darimi.

Dari Abdullah bin Salam dia berkata, “Tidaklah Allah ciptakan makhluk yang lebih mulia dari Nabi Muhammad. Kemudian dikatakan kepadanya, ‘Tidak juga Jibril dan Mikail?’ Maka dia berkata kepada penanya, “Tahukah kamu siapakah Jibril dan Mikail?’ Sesungguhnya Jibril dan Mikail adalah makhluk yang telah ditundukkan seperti langit dan bulan. Maka tidak ada makhluk yang Allah ciptakan lebih mulia dari Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

Aku tidak ketahui ada seorang pun dari shahabat yang berbeda pendapat demikian. Ini adalah pendapat yang masyhur dari Ahlussunnah dari kalangan para shahabat dan imam mazhab yang empat serta lainnya, yaitu bahwa para nabi dan wali lebih utama dari malaikat.”

(Majmu Fatawa, 4/344)

Dia juga berkata, “Adam Allah ciptakan dari tanah, setelah Allah ciptakan dan tiupkan ruhNya padanya, Dia perintahkan malaikat untuk sujud kepadanya dan Dia memberikannya keutamaan dengan mengajarkannya nama-nama segala sesuatu dan bahwa penciptaannya dengan kedau tangannya, dan lain sebagainya. Maka dia (Adam) dan orang-orang saleh dari kalangan manusia lebih utama dari malaikat, meskipun manusia diciptakan dari tanah dan malaikat diciptkan dari cahaya.”

(Majmu Fatawa, 11/95)

Ibnu Qayim rahimahullah berkata, “Sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan dari unsur yang tidak lebih baik menjadi sesuatu yang lebih utama dari selainnya. Hal ini menunjukkan sempurnanya kekuasaan Allah Ta’ala. Karena itu, Nabi Muhammad, Ibrahim, Musa, Isa dan Nuh serta para Rasul lebih utama dari malaikat. Mazhab Ahlussunnah berpendapat bahwa manusia saleh lebih utama dari malaikat. Meskipun unsur mereka berasal dari cahaya, sedangkan unsur manusia dari debu.” (Ash-Shawa’iq Al-Mursalah, 3/1002)

Dia juga berkata, “Manusia yang saleh lebih utama dibanding malaikat, karena malaikat ibadah mereka bebas dari tuntutan hawa nafsu dan syahwat manusiawi. Dia bersumber dari tidak adanya pertentangan dan perlawanan. Dia bagaikan jiwa bagi orang yang hidup. Adapun ibadah manusia, dia bersumber Tarik menarik dalam diri manusia, serta setelah menundukkan hawa nafsu dan tuntutan-tuntang manusiawi lainnya, maka dia lebih sempurna. Karena itu, pendapat kebanyakan menyatakan bahwa orang seperti itu, lebih mulia dari malaikat berdasarkan pandangan seperti ini.” (Thariqul Hijratain, hal. 349-350)

Adapula yang memandang dari sudut pandang lainnya dalam masalah ini. Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, “Siapa yang lebih utama antara malaikat dengan orang-orang saleh merupakan perbedaan pendapat di kalangan para ulama. Masing-masing telah mengemukakan dalilnya dari nash. Akan tetapi pendapat yang lebih kuat adalah bahwa orang-orang saleh lebih mulia dari malaikat dari segi akhirnya. Karena Allah Ta’ala akan membalas mereka berupa pahala, sementara sepeti yang kami ketahui, para malaikat tidak mendapatkannya.

Bahkan para malaikat di tempat mereka, maksudnya di tempat orang-orang saleh di surga akan datang menemui mereka dan mengucapkan selamat kepada mereka dengan berkata,

Adapun dari sisi permulaan, maka malaikat lebih utama, karena mereka dicipktakan dari cahaya dan diciptakan untuk taat kepada Allah Azza wa Jalla serta kekuatan untuk itu. Sebagaimana firman Allah Ta’ala tentang malaikat penjaga neraka,

عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” SQ. At-Tahrim : 6

وَمَنْ عِنْدَهُ لا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَلا يَسْتَحْسِرُونَ * يُسَبِّحُونَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لا يَفْتُرُونَ

“Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” SQ. Al-Anbiya’ : 19-20.

Ini merupakan pendapat yang dapat menengahi masalah ini.

Selebihnya, membicarakan terlalu dalam masalah ini untuk mengetahui siapa yang lebih utama antara manusia saleh atau malaikat termasuk perkara yang tak mendesak bagi seseorang untuk mengetahui dan memahaminya.

(Fatawa Nurun Aladdarb, 8/6)

Beliau benar, karena masalah ini dan yang semacamnya tidak penting bagi seorang hamba untuk memperdalamnya dan berdebat untuknya, tentang siapakah di antara mereka yang paling utama? Apakah manusia yang paling taat beribadah apa malaikat? Ini merupakan perkara yang tidak mendasar dan tidak penting bagi seorang muslim untuk mengetahui tentang siapa di antara mereka yang lebih utama dan lebih sempurna. Yang seharusnya diperhatikan setiap muslim adalah bagaimana dia berusaha agar dirinya menjadi orang saleh dengan taat kepada Tuhannya.

Wallahu ta’ala a’lam.

< PREVIOUS NEXT >